1 Perkuatan-Tanah
1 Perkuatan-Tanah
Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan masalah perencanaan bangunan pengaman tebing
sungai jalan terhadap gerusan. Perencanaan yang akan diuraikan adalah
langkah-langkah desain dan dasar-dasar desain. Pengaman tebing yang akan
diuraikan adalah pengaman dengan jenis fleksibel (flexsible revetment) dan kaku
(rigid revetment).
Selain pengaman tebing, akan diuraikan juga bangunan pengarah aliran dan
peredam energi. Kedua bangunan ini akan melindungi tebing sungai terhadap
gerusan secara tidak langsung.
Jenis pengaman tebing lainnya yang akan diuraikan adalah jenis bangunan dari
tanaman (bioengineerinng). Pengaman ini memerlukan tumbuhan untuk
membuat bangunan pengaman. Bangunan jenis ini cocok untuk daerah yang
sulit mendapatkan bahan bangunan.
Tabel 8.1 menjelaskan jenis bangunan pengaman yang akan diuraikan proses
desain dan langkah-langkahnya.
Konsep Disain
Debit Desain
Debit aliran yang digunakan untuk desain atau analisis bangunan jalan disekitar
sungai biasanya menggunakan debit banjir ulangan dengan periode ulang 10
sampai 50 tahun. Dalam kebanyakan kasus, debit banjir ini dapat digunakan
untuk mendesain riprap dan beberapa macam dinding pengaman sungai. Tetapi
seorang perencana harus memperhatikan beberapa keadaan khusus, seperti
debit yang kecil dapat menyebabkan kerusakan hidraulik terhadap kestabilan
riprap. Oleh karena itu, seorang perencana dianjurkan untuk memperhatikan
beberapa macam debit desain agar dapat digunakan untuk kondisi riprap yang
direncanakan. Disarankan untuk menggunakan debit desain antara 5 – 10 tahun.
Cara perhitungan debit desain disesuaikan pada SNI M-18-1989-F.
1 Jenis Aliran
Jenis aliran untuk saluran terbuka dapat diklasifikan menjadi tiga, yaitu :
1. Seragam (uniform), berubah lambat laun atau berubah tiba-tiba.
2. Tunak (steady) atau tak tunak (unsteady).
3. Subkritis atau superkritis.
Jenis aliran yang digunakan dalam konsep desain ini diasumsikan seragam,
tunak (steady) dan subkritis. Jenis aliran ini juga dapat digunakan untuk aliran
berubah lambat laun. Sedangkan untuk penggunaan jenis aliran berubah tiba-
tiba, tak tunak atau super kritis akan dijelaskan selanjutnya.
Kondisi aliran berubah tiba-tiba dan tak tunak biasanya terjadi pada aliran yang
membesar, berkontraksi dan balik. Kondisi ini terjadi biasanya pada daerah
sungai yang dilintasi jembatan. Aliran superkirits atau mendekati superkritis
biasanya terjadi pada penyempitan jembatan dan saluran dengan kelandaian
yang curam.
Penelitian telah dilakukan bahwa aliran superkritis jarang terjadi di saluran alam
(sungai). Tetapi, aliran yang terjadi pada saluran curam dan penyempitan saluran
biasa aliran transisi yang terjadi diantara subkritis dan superkritis. Eksperimen
yang telah dilakukan oleh U.S. Army Corps of Engineer menunjukkan bahwa
aliran transisi terjadi pada bilangan Froude antara 0,89 dan 1,13. Ketika aliran
terjadi diantara bilangan tersebut, maka terjadi kondisi tidak stabil pada gaya
inersia dan gaya gravitasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya gelombang yang
tidak normal, lompatan hidraulik (hydraulic jump), perubahan lokal kemiringan
muka air, dan turbulensi.
2 Geometri Penampang
i. Aliran Di Tikungan
Dua aspek penting pada aliran di tikungan saluran yang mempengaruhi desain
pengaman sungai. Pertama, peningkatan kecepatan dan tegangan geser yang
diakibatkan aliran tidak seragam di tikungan saluran. Hubungan antara
peningkatan kecepatan dan tegangan geser untuk desain riprap akan dijelaskan
pada butir 8.3.1.1.8, Kedua, superelevasi aliran di tikungan saluran yang akan
dibangun pengaman sungai. Meskipun nilai superelevasi aliran sangat kecil
Salah satu komponen penting dalam analisis hidraulik dari pengaman saluran,
seperti riprap adalah koefisien kekasaran Manning. Kekasaran suatu saluran
dapat ditentukan dari keadaan fisik saluran. Keadaan fisik tersebut seperti dasar
saluran, ketidakteraturan saluran, geometri saluran, vegetasi yang tumbuh di
saluran dan sebagainya.
Untuk menentukan koefisien kekasaran Manning „n‟ pada saluran alam dalam
mendesain pengaman saluran dapat melihat pada bab 5.2.4.
Salah satu kriteria untuk menentukan batas ukuran memanjang dari pengaman
yang diperlukan diilustrasikan pada gambar 8-2. Dari ilustrasi itu, dapat
ditentukan bahwa panjang minimum yang diperlukan adalah 1 kali lebar sungai
pada downstream dan 1,5 kali lebar saluran pada upstream. Kriteria ini
berdasarkan analisis aliran di saluran yang simetrik sedangkan untuk di lapangan
kondisi ini sangat jarang ditemui. Untuk keperluan lapangan, kriteria diatas
merupakan dasar untuk menentukan perlindungan.
saluran. Lokasi pilar jembatan biasanya menentukan batas gerakan aliran. Kalau
tidak ada aliran yang berkontraksi (menyempit) atau membesar, maka pengaman
tidak perlu dibuat. Tetapi bila sebaliknya, maka pengamanan perlu dibuat dengan
panjang empat kali lebar sungai ke arah downstream.
2. Perlindungan Vertikal
Perkiraan ketinggian gelombang yang diakibatkan oleh angin dan kapal yang
lewat di sungai tidak seperti memperkirakan gelombang dari sumber
bangkitan gelombang pada umumnya. Definisi tinggi gelombang dapat dilihat
pada gambar 8-3. Tinggi gelombang dikarenakan kapal yang lewat di saluran
dapat diperkirakan dari pengamatan. Sedangkan untuk tinggi gelombang
yang diakibatkan dari angin merupakan fungsi dari panjang fetch, kecepatan
angin, durasi angin dan kedalaman air.
Selain tinggi gelombang, perlu diperkiraan juga besarnya gelombang yang
naik ke tepi saluran sebagai hasil gelombang yang membentur saluran.
Gelombang yang naik ke tepi saluran merupakan fungsi dari desain
ketinggian gelombang, periode gelombang, kemiringan tepi saluran dan
karakteristik permukaan tepi saluran. Untuk gelombang yang tingginya
kurang dari 0,61 m dapat dihitung dengan grafik 8 pada gambar 8.23 dengan
faktor koreksi pada tabel 8-1.
yang pendek dan 0,61 sampai 0,91 m untuk jangkauan yang panjang (kriteria
jangkauan diusulkan ole Federal Emergency Management Agency, USA).
Disarankan juga dalam penentuan tinggi jagaan untuk menyelidiki kondisi
gelombang dan aliran pada musim tertentu, melihat catatan tinggi gelombang
yang ada dan mewawancarai orang yang mengetahui kondisi masa lalu
ketika membuat pengaman.
dimana :
hs = kemungkinan kedalaman maksimum penggerusan (m)
D50 = diameter rata-rata batuan dasar saluran (m)
Dalam bagian ini hanya dibahas beberapa jenis bangunan pengaman tebing
fleksibel, yaitu riprap, gabion dan bioengineering.
1. Riprap
a. Deskripsi
Riprap adalah bangunan pengaman yang melindungi tebing dari gerusan dengan
menggunakan lapisan batuan. Kemiringan riprap hampir sama dengan
kemiringan tebing saluran (sungai)
b. Dasar-Dasar Desain
c. Ukuran Batuan
Stabilitas riprap merupakan fungsi dari ukuran batuan yang digunakan, yaitu
diameter dan berat batuan. Salah satu kegagalan riprap atau keruntuhan riprap
adalah erosi partikel. Erosi partikel adalah fenomena hidraulik yang dihasilkan
ketika gaya seret yang terjadi akibat aliran air yang melebihi gaya tahan batuan
riprap.
Desain riprap berdasarkan gaya seret ijin yang diwakili dengan kecepatan aliran.
Aliran yang diasumsikan berubah lambat laun. Hubungannya dapat dilihat pada
persamaan sebagai berikut :
Dimana
D50 = ukuran tengah batuan riprap
C = faktor koreksi
va = kecepatan rata-rata di saluran utama
davg = kedalaman rata-rata di saluran utama
0.5
sin 2
K1 1 (8.4)
sin 2
Dimana :
: sudut bantaran dengan bidang horizontal
: sudut batuan riprap
Kecepatan dan kedalaman rata-rata dapat dilihat pada gambar 8-4.
Persamaan (8.3) diatas diasumsikan bahwa spesific gravity batuan adalah 2,65
dan faktor kestabilan adalah 1,2.
Untuk faktor koreksi C dapat dilihat sebagai berikut :
dimana :
SG = spesifik gravitasi batuan riprap
Csf = (FS/1,2)1.5
FS = faktor stabilitas (lihat tabel 8-2)
e. Erosi Gelombang
Gelombang yang diakibatkan oleh angin maupun kapal yang lewat di sungai
dapat menyebabkan erosi pada tebing saluran. Persamaan gelombang yang
digunakan untuk hubungan antara ukuran riprap dengan tinggi gelombang
adalah (persamaan Hudson) :
H3
s
W50 3
(8.7)
2.20 SG 1 cot
dimana:
W 50 = berat batuan rata-rata batuan riprap (N)
s = berat jenis batuan (N/m3)
SG = spesific gravity batuan riprap
f. Gradasi Batuan
Bila spesifikasi batuan di lapangan lebih kecil dari ukuran batuan pada tabel 8-3,
maka ukuran pada tabel 8-3 dapat dikurangi seperti pada tabel 8-4. Sebagian
besar keadaan, gradasi seragam yang berada pada D50 dan D100 akan
mengghasil D85.
Berat batuan riprap sebaiknya mempunyai gradasi yang baik dari yang paling
kecil sampai paling besar. Batu yang paling kecil dengan ukuran 5 atau 10
persen sebaiknya tidak melebihi 20 persen dari berat.
g. Ketebalan Lapisan
Filter adalah lapisan antara tanah dasar dengan riprap yang terdiri dari kerikil,
batuan kecil atau lapisan buatan (seperti geotextile). Filter mencegah
perpindahan partikel pasir dari tanah dasar ke riprap melalui ruang udara (void),
menyebarkan beban riprap agar terjadi penurunan tanah yang merata dan dapat
melepaskan tekanan hidrostatis yang berada dalam tanah. Untuk daerah diatas
permukaan air, filter dapat mencegah erosi. Filter seharusnya ditempatkan di
tanah yang nonkohesif untuk membuat drainase bawah permukaan.
Yang harus diperhatikan dalam desain dari filter yang terbuat dari kerikil dan
lapisan buatan (geotextile) adalah kestabilan tebing yang digunakan untuk riprap.
Kalau lubang filter terlalu besar, maka akan terjadi aliran piping yang berlebihan
melalui filter sehingga dapat menyebabkan erosi dan keruntuhan tanah di bawah
filter. Jika lubang filter terlalu kecil, maka akan terjadi tekanan hidrostatik di
bawah filter yang dapat menyebabkan bidang runtuh sepanjang filter.
h. Filter Kerikil
Kalau satu lapisan tidak mencukupi, satu atau lebih lapisan diperlukan lagi.
Bahan filter ditempat di lapisan antara tanah dasar dan lapisan filter (blanket),
diantara lapisan-lapisan filter kalau lebih dari satu lapisan filter dan diantara
lapisan filter dengan batuan riprap.
Ketebalan dari lapisan filter sebaiknya diantara 150 mm sampai 380 mm untuk
lapisan tunggal atau dari 100 mm sampai 200 mm untuk satu lapisan dengan
banyak lapisan filter (blanket). Ketika kurva gradasi filter yang digunakan
mendekati paralel, maka ketebalannya harus minimum. Ketebalan dari satu
lapisan filter sebaiknya ditingkatkan sampai batas mininum ketika kurva gradasi
material filter menjauhi dari kurva paralel.
Selain kerikil yang digunakan sebagai filter, ada juga filter buatan yang terdiri dari
buatan pabrik seperti geotekstil. Disini akan dibahas keuntungan dan kerugian
menggunakan filter buatan (filter sudah jadi).
Keuntungan menggunakan filter buatan (jadi) :
1. Pemasangan yang cepat dan hemat tenaga kerja
2. Filter buatan lebih ekonomis dibandingkan filter kerikil
3. Filter buatan mempunyai konsistensi dan bahan yang berkualitas baik
4. Filter buatan mempunyai kekuatan yang merata.
Fungsi dari filter buatan adalah membuat drainase dan filtrasi dari air. Dengan
kata lain, filter buatan harus membuat air dapat melalui tanah. Kedua fungsi
tersebut harus terjadi selama riprap dipasang. Meskipun filter buatan mudah
menggunakannya, tetap diperlukan desain. Untuk lebih jelasnya, biasanya
pembuat filter buatan memberikan petunjuk (manual) agar dapat menggunakan
filter dengan baik.
j. Penanganan ujung
Sayap
Sayap dari dinding pengaman sebaiknya didesain dengan mengikuti gambar 8-5
Kaki
Penggerusan ke bawah adalah salah satu mekanisme penyebab keruntuhan
dinding. Kaki riprap sebaiknya didesain seperti pada gambar 8-6. Bahan
(material) pengaman kaki harus diletakkan di pangkal kaki sepanjang riprap (lihat
gambar 8-6). Kalau pangkal kaki tidak dapat digali, lapisan riprap (blanket rirap)
harus dibatasi tebalnya, batuan kecil diletakkan di dasar saluran (lihat alternatif
desain pada gambar 8-6). Perhatikan pada saat pemasangan material pada kaki
sehingga material tidak mound dan membentuk flow dike, flow dike sepanjang
kaki dapat menyebabkan konsentrasi aliran sepanjang saluran yang dapat
menyebabkan tegangan sepanjang dinding pengaman sehingga terjadi
keruntuhan. Dan harus diperhatikan bahwa pemasangan batuan pada kaki tidak
mempengaruhi desain saluran.
k. Stabilitas Riprap
cos tan
SF '
(8.11)
tan sin cos
1 cos
dimana tan (8.12)
2 sin
sin
tan
2l o
(8.13)
S s 1 Ds
' 1 sin( )
(8.14)
2
1 tan
tan (8.15)
2 sin
' 1 sin
(8.16)
2
Persamaan 8.15 dan 8.16 dimasukan ke persamaan 8.11, didapat :
Sm 2
SF 4 (8.17)
2
dimana :
S m sec (8.18)
tan
Sm (8.19)
tan
Sm2 SF 2
cos (8.20)
SF.Sm
m. Prosedur Desain
Prosedur perencanaan rock riprap terdiri dari tiga bagian utama: analisis data
awal (preliminary data analysis), ukuran batuan (rock sizing), dan detail desain
revetment (revetment detail design). Flow chart yang menjelaskan prosedur
desain diperlihatkan pada gambar 8-8.
AWAL
Pengumpulan
Data
Penentuan Debit
Rencana
Perubahan
penampang
melintang rencana
PENENTUAN Hitung
UKURAN BATU kekasaran luas
N
Y Aliran N
seragam
Evaluasi ? Elevasi muka air
kedalaman aliran tetap (backwater)
seragam
Hitung parameter
hidraulik lain
Koreksi sudut
tebing
Penentuan
ukuran
riprap
Masukkan keliling
basah yang
melapisi ?
Ukuran hitung
sama dengan
By : Salmani, MS, MT. Page 24
asumsi ?
Y
A
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Erosi
Penentuan Y
gelombang ?
tinggi
gelombang N
Hitung ukuran Pemilihan
batu yang stabil ukuran
batu
Gradasi
riprap
Ketebalan selimut
DETAIL
DESAIN Panjang pengaman
Desain
filter
Desain detail
ujung/tepi
SELESAI
B. Jika riprap didesain untuk pengaman tebing saluran, abutment, atau pilar
dilokasi bantaran banjir, kecepatan dan kedalaman rata-rata di bantaran
banjir yang digunakan.
Langkah 6. Hitung faktor koreksi sudut tebing K1. Faktor koreksi sudut tebing
adalah
0.5
sin 2
K1 1
sin 2
Dimana:
: sudut bantaran dengan bidang horizontal
: sudut batuan riprap
Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan melihat grafik 4 pada gambar
8.19
0.00594Va3
D50
d0avg
.5 1.5
K1
H3
s
B. Gunakan persamaan W50 3
dimana s adalah berat jenis
2.20 SG 1 cot
batuan (N/m3); H adalah tinggi gelombang; SG (spesific gravity) = 2.65.
Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan grafik 7 pada gambar 8.22
untuk menentukan ukuran batuan yang diperlukan untuk menahan aksi
gelombang.
Langkah 10. Pilih ukuran D50 riprap akhir, tentukan gradasi material (lihat
Formulir 3 pada gambar 8.13),
dan tentukan ketebalan lapisan riprap. Untuk menentukan gradasi material dapat
dilihat pada tabel 8-2. Contoh klasifikasi gradasi riprap berdasarkan AASHTO
dapat dilihat table 8-3. Spesific gravity diasumsi 2.65.
Formulir dapat dijadikan sebagai alat untuk menentukan batas gradasi untuk
menentukan tebal lapisan riprap melalui kriteria sebagai berikut :
1. Tebal lapisan riprap tidak boleh kurang dari diameter lingkaran batuan
D100(W 100) atau lebih kecil dari 1.5 kali diameter lingkaran batuan
D50(W 50).
2. Tebal lapisan tidak boleh kurang dari 300 mm untuk penempatan praktis.
3. Tebal lapisan yang diperoleh dari no (1) dan (2) harus ditambah 50
persen untuk riprap yang ditempatkan di bawah air.
4. Tambahan tebal lapisan antara 150 – 300 mm, bisa dengan menambah
ukuran batuan, untuk melindungi lapisan dari gelombang akibat angin
atau kapal yang lewat.
Langkah 11. Tentukan panjang pengamanan yang diperlukan (lihat bab 8.1)
Langkah 12. Tentukan tinggi pengaman yang sesuai (lihat bab 8.1)
Langkah 14. Desain rincian daerah sudut (flanks and toe). Desain daerah
tersebut dapat dilihat subbab 8.3.1.1.14 tentang konsep desain.
n. Spesifikasi Material
1) Deskripsi
Dalam pemasangan material ini, perlu diperhatikan dengan baik seperti
pemasangan riprap di dasar dan sisi slope dari saluran atau seperti yang telah
diarahkan oleh engineer. Tipe-tipe riprap adalah :
a. Rock riprap
Terdiri dari batu kali dengan filter blanket atau slope dengan rongga minimum
serta batuan bergradasi baik.
b. Rubble
Terdiri dari material sisa konstruksi, termasuk didalamnya broken concrete,
rock spoils, dan steel furnace slag.
2) Material
Syarat-syarat materialnya adalah:
a. Rock riprap
Batuan yang digunakan haruslah keras, tahan lama, dalam bentuk
angular, tahan terhadap cuaca dan air, tidak mengalami tekanan
yang berlebihan, spoil, shale dan bahan organik, dan memenuhi
gradasi yang telah disyaratkan. Lebar dan ketebalan dari batuan
harus kurang dari 1/3 dari panjangnya. Batuan bulat (rounded
stone) atau boulder tidak diperbolehkan kecuali telah diizinkan
sebelumnya. Shale dan batuan dengan lapisan berserpih juga
tidak dizinkan. Berat minimum haruslah 2,482 kg/m3 yaitu 1,000
kg/m3 dikalikan berat jenis (bulk-saturated-surface-dry basis,
AASHTO Test T 85).
b. Rubble
Material yang digunakan haruslah keras (hard), tahan lama (durable),
dalam bentuk angular, tahan terhadap cuaca dan air, tidak mengalami
tekanan yang berlebihan, spoil, shale dan bahan organik, dan
memenuhi gradasi yang telah disyaratkan. Lebar dan ketebalan dari
batuan harus kurang dari 1/3 dari panjangnya.
Dalam pemilihan material yang digunakan perlu perhatian dan
pengalaman yang lebih.
3) Syarat-Syarat Konstruksi
A. Umum
Tebing yang dilindungi oleh riprap haruslah bebas dari semak-semak,
pepohonan, tunggul, dan objek material lainnya yang mengganggu
kerataan permukaan slope. Semua material yang lembut atau
berongga dipindahkan ke bagian dalam tanah dan digantikan dengan
material alami lainnya. Daerah pengisian dipadatkan sebagai
embankment. Untuk Toe trench digali dan dijaga sampai riprap telah
diletakkan.
Filter blanket atau filter fabric diletakkan pada slope yang telah
disediakan atau daerah dengan perlindungan pondasi seperti tertera
pada Table 8 sebelum batuan diletakkan.
1. Standard Kualitas Minimum
a. Fiber yang digunakan pabrik untuk geotextile terdiri dari
rangkaian sintetis polymer dengan komposisi sedikitnya
85% dari beratnya terdiri dari polyolafin, polyester atau
polyamide.
b. Geotextile dengan ketahanan rendah terhadap sinar
ultraviolet (lebih dari 30% kehilangan pada 500 jam ASTM
D-4355) tidak boleh terkena sinar matahari lebih dari 7
hari.
Geotextile dengan ketahanan yang lebih tinggi tidak boleh
lebih dari 30 hari. Catatan : geotextile dapat dibuat untuk
menahan lebih lama sinar ultraviolet, sebagai contoh tahan
selama bertahun-tahun (5 – 25 tahun), tetapi jarang
ditemukan.
c. Syarat-syarat Fisik dapat dilihat pada Table 8 dibawah ini
B. Rock Riprap
Batuan riprap diletakkan pada slope yang telah disediakan dan harus
menjadikan batuan yang bergradasi baik (well-graded) dengan rongga
(voids) yang minimum. Keseluruhan batuan diletakkan pada alur dan
grade serta ketebalan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Jangan
sampai terjadi pergeseran pada material dasar. Pemasangan riprap
pada lapisan dengan menggunakan chute atau metode lainnya
jangan sampai mengakibatkan segregasi.
Catatan :
1. Penggunaan dalam kondisi darurat (Critical applications)
menyebabkan resiko kehilangan umur konstruksi, potensial untuk
kerusakan struktur, atau biaya perbaikan yang terlalu membebani
biaya instalasi.
2. Severe applications termasuk draining gap graded atau pipeable
soil, gradien hidraulik yang tinggi atau kebalikannya, atau kocyclic
flow conditions.
3. Semua nilai mewakili nilai rata-rata, contoh nilai untuk sampel
(rata-rata dari seluruh hasil spesimen) harus sama atau lebih
besar dari 2 sigma confidence level. Nilai ini disadari lebih kecil
dari biasanya pada literatur pabrik.
4. Penerapan filtrasi dan drainase kelas A untuk fabric dimana pada
pemasangan lebih berat daripada kelas B. Contoh penggunaan
very sharp angular agregate, derajat kepadatan yang tinggi, atau
kedalaman trench lebih dari 3 m.
5. Filtrasi dan Drainase Kelas B adalah dimana fabric yang
digunakan dengan permukaan smooth graded tanpa sharp
angular, pemadatan yang ringan, dan trench kurang dari 3 m.
6. Erosi Kontrol Kelas A adalah dimana fabric dengan kondisi
instalasi lebih berat daripada kelas B. Contoh letak ketinggian
batuan kurang dari 0,91 m dan berat batuan tidak melebihi 113 kg.
Percobaan lapangan dibutuhkan dimana tinggi batuan tidak
melebihi 0,91 m atau berat batu lebih dari 113 kg.
7. Erosi Kontrol Kelas B dimana fabric yang digunakan dilindungi
oleh sand cushion atau “zero drop height”.
8. Desain hasil analisa engineering yang sesuai antara tanah,
kondisi hidraulik, dan geotextile adalah penting (khusunya untuk
aplikasi kritis/severe). Permasalahan tanah yang tidak boleh
1) Contoh 1
Suatu ruas saluran sepanjang 381 m merupakan hasil realignment agar
diperoleh lahan untuk pelebaran suatu jalan yang ada (eksisting). Akibat
realignment saluran, terjadi pengurangan panjang dari 381 m sampai 305 m.
Kapasitas saluran 141,6 m3/s. Kondisi lainnya :
Aliran dapat dianggap seragam atau berubah lambat laun;
Profil saluran eksisting menunjukkan bahwa kemiringan dasar bagian ruas
yang lurus adalah 0,0049;
Material saluran terdiri dari butiran dari pasir sampai kerikil kasar dengan
gradasi seperti pada Formulir 3. Kurva gradasi menunjukkan karakteristik
tanah sebagai berikut:
D85 = 0,032 m
D50 = 0,018 m
D15 = 0,001 m
K (permeability) = 3,5 X 10-4 m/s
rock riprap yang tersedia mempunyai specific gravity (SG) 2,65.
Rencanakan riprap sebagai pelapis saluran yang stabil. Grafik-grafik yang
digunakan dalam contoh ini diberikan pada Formulir 1 (gambar 8.11), Grafik 4
R = A/P
R = 47,9/22,2=2,16
(b) spesifik gravity (SG) Riprap = 2,65 (diberikan) (Kolom 10 dari Formulir 1)
faktor kemantapan = 1.2 (aliran seragam)
C = 1 dari Grafik 2.
(c) tidak ada pilar atau abutment untuk evaluasi dalam contoh ini, oleh sebab itu:
Cp/a = 1 (Kolom 12 dari Formulir 1)
atau
T = D100 = 0,40 m
gunakan T = 0,60 m lihat Formulir 1.
Dan;
D15 riprap 0.18
180 40
D15 soil 0.001
Oleh sebab itu, filter pada interface tanah adalah cocok (OK).
SS = 2,65
=26,60
= 1000 kg/m3
S = 0,0049
Maka :
o = 0,75 b
b = b. d.s
Berdasarkan data yang sudah ada, maka bilangan stabilitas untuk partikel bidang
datar :
1 Cos 90 0
tan
2 Sin 26 ,6 0
0
Sin 90 0
9 ,35 x tan 40
=0
Berdasarkan dan maka dapat dihitung angka stabilitas partikel pada tebing
(lereng) :
1 Sin(90 0 0)
' 0,12
2
= 0,12.
Sehingga diperoleh:
Cos 26,60 tan 400 0,75
FS 1,37 1,1 ok.
0,12 tan 400 Sin26,60 Cos 0 0,548
2) Contoh 2
Site yang diilustrasikan pada gambar 8-1 mengalami pergerakan lateral menuju
route 1 (lihat gambar 8-1a). Rencanakan revetment riprap yang stabil untuk
menghindari erosi tebing. Kondisi tambahan yang diperlukan adalah :
Aliran berubah lambat laun;
Karakteristik saluran seperti yang diuraikan dalam subbab 8.2.3;
Formulir dan grafik yang digunakan dalam contoh 2 ini sama dengan pada
contoh 1.
Penyelesaian:
Langkah 1. Kumpulkan Data Lapangan.
Lihat informasi yang diberikan dalam contoh ini.
Lihat kasus yang diberikan dalam subbab 8.2.3.
atau
T = D100 = 0,68 m
gunakan T = 1,10 m
Material tebing harus ditempatkan sampai pada kedalaman ini, atau suatu
volume batu yang cukup akan ditempatkan pada tapak tebing untuk pengamanan
kedalaman gerusan yang diperlukan.
Sketsa Penampang :
Q Total
Q TOTAL Karakteristik Tanah
Q RB QMC QLB
QMC D15
QLB D50
QRB D85
Formulir 2
Proyek :…………………………………………………………………………………………………..
Disiapkan Oleh/Tanggal :….../……………
Uraian :………………………………………………………………… Diperiksa Oleh/Tanggal :………/…………
Lembar……dari……
Perkiraan harga n
FAKTOR Uraian Kondisi harga n
Harga awal n, nb (1,2)Kemiringan = 0.0049; persamaan 4 0.037
tak beraturan, n1 (2) Kekasaran saluran pada kondisi alamiah 0.000
menikung, n2 (2) ukuran dan bentuk dari potongan melintang 0.000
penyempitann, n3 (2)tanpa penyempitan 0.000
Vegetasi, n4 (2) sedikit vegetasi (beberapa tumbuh dipermukaan riprap) 0.003
belokan, m (2) mendekati lurus 1.000
bobot n ditambah harga n (3) 0.040
n yang digunakan 0.040
nb = {0.328 (D50)0.5} / (1.092 da) untuk 1.5 < da / D50 < 35 (2) lihat referensi (17)
0.167
nb = 0.429 D50 untuk 35 < da / D50 < 30.000 (3) n = m(n1+n2+n3+n4)
nb = 0.3225 Sf R -0.16 untuk aliran pegunungan yang tidak kontinyu
Proye :…………………………………………………………………………………………………..
Disiapkan oleh/Tanggal :……../………
Uraian :……………………………………………………………………………………………
Diperiksa oleh/ Tanggal : …./………
lembar………dari……….
SARINGAN BERBUTIR :
D15 D85 D15 Kasar D15 Kasar
LAPISAN URAIAN RASIO <5< <40
ft. ft. D85 Halus D85 Halus
SARINGAN BUATAN :
Jenis bentuk fisik :
Sifat Hidraulik
Tahanan Pipa < 50% Saringan # 200 AOS < 0.6 mm
< 50% saringan # 200 AOS < 0.3 mm
Permeabilitas Permeabilitas Tanah < Permeabilitas Buatan
Seleksi Spesifikasi Saringan Buatan………………………………………………………………..
0.08
D50
d a ve
Va
0.036
1.0 0.1
15
8.0 0.10
6.0
K1 0.2
8.0 1.0
0.3
6.0 4.0
0.5
0.4
0.4
3.0 0.3
4.0
0.6
1.0
2.0
1.5
1.0 2.0
Contoh Solusi
D50 = 0.13
Diketahui
Va = 2.96 m Dic ari:
d (ave) = 3.6 m D50
K1 = 0.73
SS C SF
2.0 5.0
2.0
4.0 1.9
2.1
1.8
3.0
2.2 1.7
2.5
1.6
2.3
2.0
1.5
2.4
1.5 1.4
2.5
1.3
2.6
1.0
2.7 1.2
2.8 0.8
1.1
2.9
3.0 0.6
1.0
0.5
CONTOH
DIKETAHUI DICARI : C SoluSI
SS = 2.65 C = 1.0
SF = 1.2
Gambar 8-17. Faktor Koreksi untuk Ukuran Riprap
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai C.
2 0.5
K1 = Sin
1- 2
Sin
= Sudut Tebing dengan Horizontal
= Sudut Material
repose
(lihat grafik 3)
(0)
(0)
35 30
1.5:1 K1
-10
30
-30
-50
2:1 -60
25
-70 35
2.5:1
-80
20
3:1
-85 40
-90
3.5:1
-92
10
Contoh 1:
Diketahui : Dic ari Solusi
= IV : 2H K1
Sangat
0
Tajam K1 = 0.73
= 41
D50
(m)
0.06
d avg Va
0.08
(m/s)
8 0.1
12
7
10
9 6 0.15
K1
8 5 1.0 0.2
7
0.0
6 4 0.25
0.6
5 0.4
3 0.4
4 0.3
3 0.6
2
0.8
2 1
1.5
1
12 2
Example
Given Find : Solution
K1 = 0.72
0.04 0.06 0.08 0.1 0.2 0.3 0.4 0.6 0.8 1.0 (m)
45
40
Sangat Curam
Sangat Bulat
35
30
0.1 0.2 0.3 0.4 0.6 0.8 1.0 2.0 3.0 4.0 (ft)
Gambar 8-20. Sudut alamiah riprap sehubungan dengan ukuran rata-rata dan
bentuk batu Ukuran Batuan Tengah (D50)
1.2
2 1
0.8 1:1.5
0.6
1 1:2.0
0.4
0.8
1:2.5
0.6
0.2
0.5 1:3.0
0.15
0.4
1:3.5
0.12
0.08
1:5.0
0.2 0.06
H 1:6.0
D50= 0.57 1/3
Cot
D50= Ukuran Tenga h Rip ra p
H = Tinggi Gelombang
= Sudut Tebing Terhadap Horizontal
Gambar 8-21. Hubungan Ukuran Riprap yang Diperlukan Dari Hudson Untuk
Menahan Erosi Gelombang
2.8 0.8
1.1
2.9
3.0 0.6
1.0
0.5
CONTOH
DIKETAHUI DICARI : C Solusi
SS = 2.61 C = 1.0
SF = 1.60
Gambar 8-22. Faktor Koreksi untuk Ukuran Riprap
2 0.5
K1 = Sin
1- 2
Sin
= Sudut Tebing dengan Horizontal
= Sudut Material
repose
(lihat grafik 3)
(0)
(0)
35 30
1.5:1 K1
-10
30
-30
-50
2:1 -60
25
-70 35
2.5:1
-80
20
3:1
-85 40
-90
3.5:1
-92
10
Contoh 1:
Diketahui : Dic ari Solusi 0
= IV : 2H K1 = 41
Sangat Tajam K1 = 0.73
D50 = 0,56 m
Gambar 8-23. Faktor Koreksi Sudut Tebing (K1) Nomograph (grafik 3);
8.3.1.2.1 Deskripsi
Gabion merupakan batuan yang diisikan ke dalam sebuah wadah yang terbuat
kawat atau plastik. Wadah membentuk dnding atau matras untuk mengendalikan
erosi sepanjang tebing saluran.
Tipe gabion dalam penggunaan ada dua, yaitu batu dengan matras dan
bronjongan.
Hal-hal yang utama dalam mendesain gabion adalah :
1. Stabilitas pondasi.
2. Kecepatan partikel dan tegangan geser batas yang harus ditahan gabion.
3. Perlindungan kaki dan badan gabion.
Dasar (kaki) gabion harus mempunyai kedalaman lebih besar dari kedalaman
penggerusan yang akan terjadi. Atau kaki gabion dapat dilindungi dengan matras
yang akan jatuh ke daerah penggerusan dan tidak mempengaruhi kestabilan
tebing maupun tanah dasar yang dilindungi. Kalau perlindungan tebing tidak
sampai ke atas permukaan air saluran, maka perlu digunakan penguat di
belakang gabion.
Karena matras gabion terletak dangkal dan mudah untuk bergerak, maka perlu
diperhatikan dalam mendesain matras sehingga matras dapat menahan gaya
akibat air. Tetapi, matras telah digunakan pada saluran dengan aliran
berkecepatan tinggi dan tidak terjadi apapun pada matras. Namun proyek
konstruksi yang memakai matras untuk gabion tetap harus menaruh perhatian.
Ukuran batuan yang digunakan untuk matras gabion dapat ditentukan dari
persamaan sebagai berikut :
0,5 2 , 50
w v
Dm S f CS Cv d (8.21)
s w gdK1
R
Cv 1,283 0 ,2 log (8.22)
W
dimana :
g = percepatan gravitasi
b w xS xd (8.23)
1 Sin 2
s c (8.25)
0 ,4304
harus diperiksa apakah mereka melebihi 120 dari b dan m . Kalau nilainya
kurang dari 120 dari b dan m,, maka gabion tidak dapat menahan deformasi
yang telah disebutkan sebelumnya. Bagaimanapun juga, direkomendasikan
ukuran batuan harus diperbesar untuk membatasi deformasi.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam desain gabion adalah stabilitas pondasi
gabion. Hal ini menyangkut stabilitas geoteknik dan ketahanan tanah di bawah
gabion terhadap gaya erosi akibat pergerakan air melalui gabion. Disarankan
menggunakan cerucuk dengan diamter 15 cm dan panjang 4 m.
Gabion dengan wadah tetap yang digunakan untuk stabilitas tebing harus
ditempatkan miring 6 derajat dari arah vertikal tanah dengan keadaan berundak-
undak ke arah luar tanah dasar. Bila permukaan gabion datar yang ke arah aliran
air, maka undakan harus ditempatkan di belakang gabion (tanah dasar).
Salah satu faktor yang menentukan dalam stabilitas adalah kecepatan air yang
melalui gabion dan mencapai tanah di belakang gabion. Kecepatan air yang
bergerak melewati gabion dan filter diperkirakan
2/3
1 Dm
vb S1 / 2 (8.26)
nf 2
Kecepatan batas untuk masing-masing tanah berbeda. Batas untuk tanah
kohesif didapat dari grafik, dan kecepatan ijin maksimum untuk jenis tanah yang
lain adalah ve, kecepatan ijin maksimum pada permukaan tanah, dan
dibandingkan dengan vf, kecepatan residu di dasar contohnya dibawah matras
atau filter buatan.
ve untuk tanah halus sama dengan 16,1d1/2 dan vf adalah
2/3
1 Dm
vf S .Va1 / 2 (8.27)
f 2
Kalau vf lebih besar dua sampai empat kali lebih besar dari ve, filter kerikil
diperlukan untuk mengurangi kecepatan air pada permukaan gabion sampai
kecepatan mencapai batas tertentu.
Untuk memeriksa filter dapat dipakai gunakan ukuran rata-rata kerikil filter dm
untuk persamaan 6. Kalau kecepatan Vf masih telalu tinggi, ukuran kerikil
MULAI
Ya
Cek
lapisan dasar
dan Tidak
material tebing
?
Ya
Membutuhkan f ilter
dan
Tentukan ukuran f ilter
Cek
Stabilitas struktur
gabion (bronjongan)
Gambar 8-24. ?Flow chart perencanaan gabion
K1 ditentukan dari tabel 8-5 diatas (hubungan antara K1 dan kemiringan tebing).
0,5 2 , 50
w v
Dm S f CS Cv d
s w gdK1
dimana :
R
Cv 1,283 0 ,2 log
W
Cv minimum = 1
b w xS xd
dimana :
m 0 ,75 b
Untuk tegangan geser kritis pada dasar saluran dihitung dengan persamaan :
c 0,1( s w ) Dm
1 Sin 2
s c
0 ,4304
Dari hasil perhitungan tegangan geser, baik pada dasar maupun pada tebing
saluran diperoleh :
Dengan demikian baik pada dasar maupun tebing, saluran dengan diperkuat
oleh kontruksi gabion aman terhadap gaya geser yang terjadi.
Untuk menghitung stabilitas lapisan dasar dan material tebing sangat tergantung
pada stabilitas pondasi gabion. Kondisi ini meliputi stabilitas geoteknik dan
tahanan tanah di bawah konstruksi gabion terhadap gaya erosi.
Salah satu faktor paling kritis dalam penentuan stabilitas ini adalah kecepatan
yang melewati gabion dan ruas tanah dibelakang gabion. Kecepatan aliran di
bawah filter yang dibuat yaitu air yang bergerak melalui gabion dan lapisan filter,
diestimasikan 1/2 sampai dengan 1/4 kecepatan pada matres gabion dan
interfase filter.
Menurut Simons, Chen, dan Swanson (1984); kecepatan pada matras gabion
(vb) adalah :
2/3
1 Dm
vb S1 / 2 SI .
nf 2
dimana :
Batasan kecepatan yang diizinkan untuk tanah kohesif ditentukan dari grafik,
sedangkan kecepatan maksimum untuk tipe-tipe tanah yang lain ditentukan
dengan menghitung ve, yaitu kecepatan maksimum yang terjadi pada interfase
tanah. Hasilnya dibandingkan terhadap vf, yaitu kecepatan pada dasar di bawah
matras gabion dan filter yang dibuat. Adapun persamaan ve untuk tanah gembur
adalah :
ve = 16,1 d1/2
2/3
1 dm
vf S. v1a/ 2 ,
f 2
dimana :
Jika vf > (2-4) ve, maka filter dari kerikil diperlukan untuk mengurangi kecepatan
aliran pada interfase tanah di bawah kontruksi gabion. Kegunaan filter kerikil ini
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
1) Penjelasan
Penting untuk meletakkan dengan baik gabion (bronjongan) pada
dasar dan sisi slope dari saluran atau seperti yang diarahkan oleh
engineer untuk mendapatkan hasil yang baik. Gabion (bronjongan)
terdiri dari anyaman berbentuk keranjang (basket) yang terbuat dari
kawat, diisi oleh batuan, saling dihubungkan, dan dipasang anchor ke
slope-nya. Detail konstruksi tergantung dari kegunaannya, seperti
untuk revetment atau untuk toe protection untuk tipe lain dari riprap.
2) Material
1. Rock
Batuan yang digunakan untuk mengisi harus bergradasi baik
dan 70% dari beratnya tidak boleh melebihi dari dimensi
terkecil kawat. Ukuran maksimum batu diukur normal ke slope
dan tidak melebihi ketebalan mattress.
2. Wire enclosure
Kawat yang digunakan untuk mattress atau unit blok haruslah
berukuran dan berdimensi seperti rencana.
3. Lacing wire (kawat pengikat)
Kawat pengikat berukuran No 9 gage galvanized atau telah
ditentukan.
3) Syarat-Syarat Konstruksi
Syarat-syarat konnstruksi dapat dilihat pada Section 7.1.3. Bagian dari
wire enclosure dapat dibuat dengan menggunakan tangan atau mesin.
Serta diletakkan, diikat, dan diisi untuk memenuhi syarat
keseragaman, kerapatan, dan lapisan perlindungan pada daerah yang
diinginkan.
Mattress pada sisi slope saluran mesti terikat pada bank dengan anchor stake
sedalam 1,2 m untuk tanah padat (lempung) dan 1,8 m untuk tanah longgar
(pasir). Anchor stake dipasang pada sisi dalam sudut dari diafragma basket
sepanjang upslope (tertinggi) dinding basket, maka stake akan menjadi satu
kesatuan. Jarak maksimum setiap stake tergantung pada konfigurasi basket
dengan jarak minimum setiap 1,8 untuk slope 1V : 2,5H dan lebih curam, dan
setiap 2,7 m untuk slope kurang dari 1V : 2,5H. Counterfort dapat digunakan
untuk tambahan pada slope mattress. Stake slope mattres dibutuhkan meskipun
counterfort digunakan atau tidak.
Penyelesaian:
s = 2,2 t/m3
w = 1 t/m3
Sf = 1,5
g = 9,81 m/dt2
W = B + 2 x h = 25 + 4,6 = 29,6 m.
R
Cv 1,283 0 ,2 log
W
150
1,283 0 ,2 log
W 29 ,6
Cv = 1,14
0,5 25
1 2,0
Dm 1,5 x(0,1) x(1,14) x(2,3)
2,2 1 9,81x 2,3x0,46
Dm = 0,095 m.
Dm 10 cm
Sin 2 10 0
s 11,4 1
0 ,4304
s = 10,99 kg/m2
Dari hasil perhitungan tegangan geser, baik pada dasar maupun pada tebing
saluran diperoleh :
Dengan demikian baik pada dasar maupun tebing, saluran dengan diperkuat
oleh kontruksi gabion aman terhadap gaya geser yang terjadi.
Dm = 0,1 m.
2/3
1 0,1
vb (0,001)1 / 2 .
0,02 2
vb 0,22 m / dt.
2/3
1 0,1
vb (0,001)1 / 2
0,022 2
vb 0,20 m / dt.
ve 16,1(2,3)1 / 2
= 24,42 cm/dt
= 0,244 m/dt
1 0,1 2 / 3
vf ( ) (0,001)( 2)1 / 2
0,02 2
vf 9,6x10 3 m / dt
Berdasarkan harga vb, maka kecepatan aliran di bawah lapisan filter sintetis :
Dari semua perhitungan tersebut di atas, saluran yang telah diperkuat tebingnya
dengan gabion dapat dilihat pada gambar 8-26.
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
8.3.2.1.1 Deskripsi
Dinding penahan tanah adalah dinding pengaman gerusan yang terbuat dari
pasangan batu kali dengan campuran semen atau beton. Dinding pengaman ini
bersifat tetap.
Jenis-jenis dinding penahan tanah (retaining wall) adalah gravity wall, semi-
gravity wall dan cantilever wall. Gravity Wall adalah dinding penahan tanah
dengan mengandalkan gaya gravitasi sebagai gaya penahan beban. Dinding ini
tidak terdapat tegangan tarik. Semi-gravity Walls memerlukan baja untuk
mengurangi massa beton. Cantilever Wall berbentuk dinding T dan bertindak
sebagai kantilever. Biasanya terbuat dari beton bertulang.
Dalam mendesain dinding pengaman tipe ini, yang harus diperhatikan adalah
stabilitas dinding. Dinding harus stabil terhadap gaya guling (overturning), gaya
gelincir (sliding) dan daya dukung.
1) Gaya Guling
Gaya guling dapat menyebabkan dinding penahan tanah terguling apabila tidak
dapat menahan gaya akibat beban. Beban yang dapat menyebabkan dinding
penahan tanah ini terguling adalah tekanan tanah horizontal. Sedangkan yang
menahan agar dinding tidak terguling adalah gaya berat, tekanan aktif dan berat
tanah timbunan. Agar lebih jelas dapat melihat gambar pada contoh
perencanaan dinding penahan tanah.
Kestabilan dinding penahan tanah adalah perbandingan antara jumlah gaya yang
membuat dengan gaya penahan guling. Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
Mr
SF (8.28)
Mo
dimana:
Mr : momen yang menahan dinding agar tidak guling
Mo : momen yang membuat dinding terguling.
belakang dinding. Sedangkan gaya tahannya adalah berat dinding dan tekanan
pasif.
3. Daya Dukung
Daya dukung tanah diperlukan untuk menahan beban akibat berat dinding
penahan tanah. Besarnya daya dukung ini dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
V 6e
q 1 (8.30)
A B
dimana:
V = jumlah gaya vertikal yang bekerja
A = luas penampang kaki dinding
e = eksentrisitas yang dihitung dengan V . x M dan
B
e X. (8.30a)
2
B = lebar dinding pengaman.
MULAI
Cek stabilitas
Tidak
?
Ya
SELESAI
Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan dasar dan tebing untuk
saluran/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan persamaan
Manning (koefisien Manning diambil 0,025) diperoleh tinggi aliran dan kecepatan
rata-rata.
Tentukan bentuk dan jenis retaining wall yang akan digunakan. Tentukan juga
dimensi dari retaining wall. Apabila bentuk retaining wall ini tidak dapat
memenuhi persyaratan kekuatan, maka ukuran dimensinya dapat diubah
sehingga diperoleh hasil yang kuat dan ekonomis.
0 , 40
hs a
1,1 Fr0,33 (8.31)
h1 h1
dimana:
h1 : kedalaman di hilir
hs : kedalaman penggerusan
Fr : bilangan froude.
Dari desain awal pada langkah 2 telah dibuat bentuk awal dari retaining wall,
maka akan dihitung stabilitasnya. Bila tidak stabil, maka kembali ke langkah 2.
a. Guling (overturning)
Momen guling (Ph) = Jumlah gaya terjadi pada retaining wall x jarak antara titik
acuan guling dengan resultan (jumlah gaya yang terjadi).
Mr
Angka keamanan guling SF
Mo
b. Gelincir (Sliding)
Koefisien geser;
2
f tan (8.35)
3
Gaya geser;
FR V .f (8.36)
Pp 1 H 2 kp (8.37)
2 f
V .x M
dengan:
d. Daya Dukung
Untukl menguji daya dukung yang dapat ditahan oleh tanah dasar, maka dihitung
dengan persamaan 8.30.
Agar kaki struktur aman terhadap gerusan maka perlu digunakan perkuatan kaki
(Toe Apron) pada struktur retaining wall. Bahannya bisa digunakan dari
quarrystone atau riprap. Perencanaan riprap dapat dilihat pada detail
perhitungan riprap.
Bila digunakan quarrystone, maka parameter yang dihitung adalah seperti berikut
ini.
Bt = 2H, (8.38)
aH3
Wmin ; NS 1,8. (8.39)
N S3 ( SG 1 )3
Material yang digunakan tergantung dari jenis retaining wall yang digunakan.
Material yang biasa digunakan untuk retaining wall adalah pasangan batu kali
yang direkatkan dengan semen maupun beton bertulang.
Rencanakan retaining wall, agar tebing saluran (sekaligus menjadi tebing jalan)
aman terhadap keruntuhan/gerusan.
Penyelesaian:
H = 5 m.
b = 0,6 x 5 = 3 m.
D = C = 0,70 m
d1 = d2 = 0,40 m.
qa = 3,2 kg/cm2
0 , 40
hs a
1,1 Fr0,33
h1 h1
disini a diambil 6 meter, dan kecepatan aliran 0,65 m/dt (dari langkah 1)
0 ,65
Fr 1 0 ,14
9 ,81( 2 ,3 )
0, 4
hS 6 0,3
1,1 0,14
2,3 2,3
hS = 0,84 m
Berdasarkan kedalam gerusan yang terjadi, maka tapak pondasi retaining wall
direncanakan sedalam 1,5 meter.
a. Guling (overturning)
Dari tabel 6.3 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 100 dan ( ) = 360 diperoleh Ka = 0,316.
Tekanan tanah aktif;
1,15( 4 ,3 )
3. ( 2 ,2 ) 5 ,44 1,83 9,96
2
Pv = 1,440 2,42
3,49 V = 23,55 42,01
42,01
Angka keamanan guling (SF) = 2 ,41 1,5 ( ok )
17 ,40
b. Gelincir (Sliding)
Koefisien geser;
2
f tan tan 2 ( 36 0 ) 0 ,444
3 3
Gaya geser;
FR V .f
10 ,36 7,68
FS 2,21 1,5 (ok )
8,169
V .x M
dimana:
42,01 17 ,40
X 1,04m.
23,55
B 3
e X 1,04 0 ,46 m.
2 2
d. Daya Dukung
Untukl menguji daya dukung yang dapat ditahan oleh tanah dasar, maka
dihitung:
V 6e
q 1
A B
23,55 6(0,46)
qmax 1 15,07 t / m 2
3.1 3
1,507 kg / cm 2 3,2kg / cm 2 ok
23,55
q m in (0,08 ) 0,63 t / m 2
3 .1
Retaining wall cukup aman, baik terhadap guling, geser dan daya dukung
pondasi. Namun sebaliknya pondasi diperkuat dengan pemasangan cerucuk
dengan diameter 15 cm dan panjang 4 m.
Untuk aman terhadap gerusan pada kaki retaining wall, maka perlu digunakan
penguat pada struktur tersebut. Tipe penguat ini dapat digunakan dari riprap
(rock riprap) atau quarry stone.
D50 K V2
y Ss 1 gy
dimana;
K = 0,89, karena tipe retaining wall berupa spill through
Ss = 2,65
g 9.81m / det 2 , maka dari persamaan (2), diperoleh;
Bila digunakan quarrystone, maka lebar Toe Apron (Bt), dapat dihitung :
Bt = 2H,
Bt = 2 x 2,30 m = 4,60m.
Berat quarrystone ;
a H3
Wmin ; NS 1,8.
N S3 ( SG 1 )3
2 ,65( 2 ,3 )3
( 1,8 )3 ( 2 ,65 1 )3
= 1,23 ton
8.3.2.2.1 Deskripsi
Sheet pile merupakan salah satu jenis retaining wall. Sheet pile terbuat dari baja,
beton, kayu atau sheet pile dari plastik yang saling berhubungan satu sama
lainnya membentuk dinding yang kontinu sepanjang tebing saluran.
Dalam mendesain sheet pile perlu diperhatikan adalah kedalaman sheet pile dan
jenis tanah. Kedalaman sheet pile menentukan kekuatan dari sheet pile tersebut.
Kekuatan dari sheet pile berada pada ujungnya dan gesekan pada selimut sheet
pile. Jenis tanah juga menentukan kekuatan sheet pile. Tanah kohesif dan
nonkohesif akan berbeda dalam menentukan kekuatan sheet pile.
4
pp 3 8Ra 6Ra 6Ra yp 'p 4Ra2
Y '
Y Y2 '
2y K '
p '
p Y 0
K' '
K ' '
K'
2 '
K'
2
(8.40)
sehingga dapat diperoleh y , dimana y adalah kedalaman sheet pile.
Parameter yang digunakan dalam penentuan kedalaman sheet pile adalah
pa p a1 p a 2 ( Tekanan tanah aktif) (8.40a)
'
pa h1 K a h2 K a' (8.40b)
h1 h2 a
Ra p a1 p a1 h2 pa 2 pa (Resultan gaya) (8.40c)
2 2 2
p 'p h1 K p h2 a '
K p' '
aKa' (Tekanan tanah pasif pada titik perpotongan
sheet pile). (8.40e)
Untuk lebih jelasnya, dapat melihat gambar pada contoh perencanaan.
Langkah-langkah desain dari sheet pile dapat dilihat pada flow chart sebagai
berikut.
MULAI
Cek
kedalaman turap Tidak
?
Ya
Tentukan kedalaman
gerusan pada kaki
Tentukan ukuran
batu untuk
perlidungan kaki
SELESAI
Penyelesaian:
pa 3007 kg / m 2
diperoleh:
pa
a '
K
a 1,06 m
1 h2 h2 h2 h1 h1
Ra y pa a ( 32 a) pa 2 a pa1h2 a pa1 a h2
2 2 3 2 2 3
34145 ,06983
y
11948 ,345
y 2,86 m
p 'p 30086,6412 k / m2
'
K' 2830 ,2 kg / m 3
pp
'
10,63 m
K'
8Ra
'
33,77 m 2
K'
6 Ra
2y 'K ' p 'p 414,165 m 3
' ' 2
K
6 Ra yp 'p 4 Ra2
841,423 m 4
' ' 2
K
diperoleh;
Y4 10 ,63 Y 3 33,77 Y 2 414 ,165 Y 841,423 0
dengan cara coba-coba didapat Y = 6,65 meter.
Kontrol:
p pY 2 Ra
z
pp p 'p'
dimana;
'
pp K p' K a' Y
pp 18820,83 k / m2
p 'p' pp '
K p' K a' Y
p 'p' 48907,47 k / m 2
didapat :
z = 1,495 meter.
z Y
FH Ra pp p 'p' pp
2 2
FH 4,01 0 ok.
D50 K V2
y Ss 1 gy
dimana;
K = 1.02, karena sheet pile dianggap dinding vertikal
By : Salmani, MS, MT. Page 48
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Ss = 2.65
g 9.81m / det 2 , maka dari persamaan (2), diperoleh;
Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh
perhitungan detail riprap.
Spesifikasi Material
Material yang digunakan untuk membuat sheet pile adalah :
1. Rolled Steel, beton pracetak, kayu atau plastik pile.
2. Dibutuhkan struktur pengait seperti cantilever.
3. Baja : interlocking, perbedaan berat rolled steel sheet pile dapat
menancapkan ke dalam tanah. Baja material yang paling sering
digunakan.
4. Kayu : interlocking dengan sendiri ke tepi tanah. Bisa digunakan
permanen untuk dinding yang tingginya sedang sampai tinggi sekali
5. Beton : pracetak, pile beton lebih lama umur pelayanannya tetapi
harganya mahal. Pile beton lebih rumit pemasangannya dibandingkan
pile baja. Dapat berguna di aliran dengan tingkat abrasi yang tinggi dan
dimana dinding memikul gaya axial.
Plastik : kerapatan yang tinggi, interloking antar plastik. Biasanya digetarkan ke
dalam tanah. Plastik mempunyai struktur yang lebih rendah daripada material
struktur lainnya.
8.3.3 Bioengineering
Tentukan masalah
akibat dari erosi
Pengadaan Tanaman
Implementasi Proyek
Komponen biologi adalah salah satu komponen penting dan saling terkait
dengan komponen lainnya. Termasuk habitat yang diperlukan untuk tanaman
dan binatang serta rencana yang telah dibuat sehingga menemukan persyaratan
yang dibutuhkan untuk masing-masing komponen. Untuk menggunakan
bioengineering yang efektif, perencana harus mempelajari dan mengevaluasi
tanaman yang tumbuh atau digunakan di seluruh bagian bantaran. Di dalam
bioengineering, kondisi bantaran dan jenis tanaman harus dikaji sebanyak
mungkin. Tanaman asli yang tumbuh di bantaran atau yang sudah tumbuh lama
digunakan dengan normal. Sedangkan tanaman parasit harus disingkirkan.
8.3.3.1.5 Perizinan
tidak tersedia di pasaran atau kualitasnya rendah. Untuk lebih mudah dalam
memilih tanaman yang digunakan untuk pengaman hijau ini, sangat disarankan
untuk mengidentifikasi tanaman sebanyak mungkin dan mempergunakan sedikit
mungkin jenis tanaman yang ada.
8.3.3.1.7 Implementasi
Prosedur perencanaan dari groin krib dapat disajikan dalam bentuk flowchart
sebagai berikut :
MULAI
Cek
Stabilitas Tidak
?
Ya
SELESAI
W
L (8.41)
3
Untuk menentukan spacing, ada beberapa formula yang dapat digunakan, yaitu :
LaGrone, 1995 ;
0 ,8 0,3 2 0, 5
R L L
S 1,5L ; S max 1 1 (8.42)
W W R
Saele, 1994 ;
S = (4 5) L (8.43)
Untuk menjaga agar groin tidak terbawa arus atau runtuh pada saat aliran tinggi,
maka groin tersebut harus dikunci kedalam tebing. Panjang pengunci ini
bervariasi untuk setiap kasus.
L
Untuk : R > 5 W dan S
tg
LK = Stg -L (8.45)
Lebar puncak Groin bervariasi sekitar 1 m sampai 4 m, tapi tidak kurang dari (2
3) D100
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall
Material yang digunakan untuk membuat groin (krib) adalah dari susunan kayu
atau sheet pile. Material yang digunakan tergantung dari kondisi biaya yang
dianggarkan. Kayu yang digunakan harus tahan terhadap air, karena kayu
direndam di dalam air.
Rencanakan struktur groin tersebut, agar tikungan sungai aman dari gerusan
akibat aliran yang terjadi.
Penyelesaian :
Tinggi groin direncanakan tidak melampaui tinggi tebing karena erosi pada
daerah tebing dapat bertambah pada elevasi muka air tinggi. Oleh sebab itu
tinggi groin yang direncanakan sangat bergantung pada hasil perhitungan
parameter hidraulik.
Groin ditempatkan tegak lurus arah aliran, baik terhadap aliran hulu maupun arah
aliran di hilir. Posisi ini merupakan posisi standar pada perencanaan groin.
B
L
3
B B
L
10 4
B = 25 m
B
2,5 m
10
B
6,25 m
4
Untuk menentukan spacing, ada beberapa formula yang dapat digunakan, yaitu :
LaGrone, 1995 ;
2 0 ,5
5
S max 150 1 1
150
Smax = 38,41 m
0 ,8 0 ,3
150 5
S 1,5.5
25 25
= 19,40 m
S = (4 5) 5
= (20 – 25) m
Untuk menjaga agar groin tidak terbawa arus atau runtuh pada saat aliran tinggi,
maka groin tersebut harus dikunci kedalam tebing. Panjang pengunci ini
bervariasi untuk setiap kasus.
R = 150 m
B = 25 m R > 5B
L
S = 20 m S
tg
L=5m
= 200
LK = 20. Tg 200 - 5
Diambil LK = 2,4 m.
Lebar puncak Groin bervariasi sekitar 1 m sampai 4 m, tapi tidak kurang dari (2
3) D100
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
8.4.2 Spur
Tahapan desain spur terdiri dari penentuan batas bantaran/tepi sungai yang
akan dilindungi, pemilihan tipe spur dan desain pemasangan spur yang terdiri
dari panjang spur, arah spur, permeabilitas, tinggi, profil dan jarak antar spur.
Spur yang mengarah ke upstream atau downstream akan berbeda dalam hal
kinerjanya. Spur yang ke arah upstream tidak sebaik spur yang kearah
downstream. Arah spur sebaiknya 90o diukur dari pinggiran sungai.
Untuk spur yang lebih dari satu, jarak antar spur dipengaruhi oleh arah spur.
Arah spur yang pertama sebaiknya 150o dari pinggir sungai.
4. Perlindungan Kaki
Kaki spur dapat dilindungi dengan riprap sepanjang spur. Prosedur penentuan
riprap dapat dilihat pada bagian perencanaan riprap. Jenis perlindungan yang
lain adalah dengan pondasi pile.
Material yang digunakan sama dengan material yang digunakan pada riprap atau
gabion (bronjongan).
Penyelesaian :
Sket lokasi thalweg yang diinginkan secara mulus (smooth) dari arah aliran udik
melalui kurva menuju garis lurus/sejajar arah aliran di bagian hilir.
Tempatkan spur no.1 pada bagian hilir dari kasus yang ditinjau dengan
membentuk sudut ekpansi 170.
S1 = L1 cotg 170
1
10 32,71
0 ,305731
~ 33
Spur dipasang pada sudut 900 terhadap tangen yang merupakan kontruksi yang
paling ekonomis
Langkah 4 :
Untuk spur yang lain (spur di hulu dari spur pertama) ditempatkan dengan
menggunakan persamaan yang sama seperti diatas.
Dengan penempatan spur seperti ini akan terjadi deposisi pada dasar antara
garis tebing yang diinginkan dengan garis tebing yang tererosi (eksisting)
Berdasarkan garis tebing yang diinginkan, maka panjang busur (gambar 8-38)
yang dibutuhkan sehingga kasus ini dapat teratasi adalah :
α
PB x 2 rr
360 o
70
x 2 . 250
360
305m
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
MULAI
Cek
Stabilitas Tidak
?
Ya
SELESAI
b. Dimensi guidebank
Langkah 4 Tentukan debit yang melewati bantaran kiri dan kanan (Qf)
Qf = V x kedalaman x lebar bersih saluran
Langkah 5 Tentukan debit dengan jarak 30 m dari pilar (Q30 m) dan Qf/Q30 m
Q30 m = V x kedalaman bantaran x 30 m
3. Tarik garis lurus dari titik Qf /Q30 yang dihitung (sumbu vertikal) sampai
garis Va yang dipakai dan tarik lagi garis ke bawah memotong sumbu
horozontal.
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus (garis vertikal) dengan garis
sumbu horizontal untuk nilai Ls.
Langkah 7 Tentukan ketinggian dan lebar guide bank
Tinggi minimum guidebank adalah 0,6 m dari freeboard diatas permukaan air
desain. Lebar atas guidebank antara 3 sampai 4 m dengan kemiringan pinggir
1V : 2H atau kurang.
c. Perlindungan Kaki
Kaki guidebank dapat dilindungi dengan riprap sepanjang spur. Prosedur
penentuan riprap dapat dilihat pada perencanaan riprap. Jenis perlindungan
yang lain adalah dengan pondasi pile.
Material yang digunakan sama dengan material yang digunakan pada riprap atau
gabion (bronjongan).
Pada suatu saluran/sungai yang dilintasi (crosing) oleh jalan jembatan seperti
gambar di bawah. Sungai tersebut mempunyai debit aliran rencana 300 m 3/detik,
sedangkan bentuk sungai terdiri dari saluran utama (main channel) dan
bantaran pada dua sisi. Adapun lebar dasar saluran utama 75 m, dan lebar
bantaran mempunyai ukuran yang sama yaitu 100 m.
Kemiringan tebing, baik pada saluran utama maupun bantaran adalah IV:2H.
Koefisien Manning (n) untuk saluran utama adalah 0,025, sedangkan untuk
bantaran 0.035. Kemiringan dasar saluran seragam 0,0001.
Rencanakan struktur guidebank pada kedua sisi (kiri dan kanan) sehingga
bukaan jembatan diperoleh selebar 85 m. Lihat gambar 8.41.
Penyelesaian :
Pada prinsipnya parameter ini akan lebih baik bila dihitung dengan program
komputer seperti DUFLOW, WSPRO, HEC-2, maupun HEC-RAS.
1 2 / 3 1/ 2
V R S
n
Amc (Bmc m h )h
mc mc
Pmc Bmc 2 1 m2(h h )
mc eb
A B xh
eb eb
P B 1 m 2.h .
eb eb eb
Q = Qmc + Qeb
Dimana :
m : kemiringan tebing
Sehingga diperoleh:
1 2 / 3 1/ 2 1
Q Bmc mh h R S 2 B .h .( R 2 / 3 S 1 / 2 )
mc mc n eb eb n
1 1
300 75 2 H H h 2 / 3 0.0001 1/ 2 2 100h . h 2 / 3 0.0001 1 / 2
0.025 mc eb 0.035 eb
5/ 3
300 75 2h 0.4h 57,143h 5 / 3
mc mc eb
5/ 3 8/ 3 5/ 3
300 30h 0.8h 57.143h
mc mc eb
8/ 3 5/ 3 5/ 3
0.8h 30h 57.143h 300 0
mc mc eb
1 2 / 3 1/ 2
v R S
n
1
h 2 / 3S 1/ 2
0.025 mc
1
( 3.35 )2 / 3( 0.0001 )1 / 3
0.025
1
( 2.23896 )( 0.01 ).
0.025
v 0.896 /dt
1
v ( 1 )2 / 3( 0.0001 )1 / 2
bantaran 0.035
0.286m/dt.
Q = 302,431 m3/dt
Q Qtat. (300)
Debit ini sangat tergantung pada posisi abutment jembatan. Kalau kedua
abutment (kiri dan kanan) ditempatkan pada tebing bantaran, maka Qf adalah
debit yang dihitung untuk bantaran kiri maupun kanan pada langkah pertama
yaitu 28,6 m3/dt (untuk satu sisi). Tetapi dalam contoh ini, abutment jembatan
ditempatkan pada jarak 50 m dari tebing saluran utama, baik abutment kiri
maupun kanan. Dengan anggapan aliran seragam maka :
Langkah 3 : Tentukan Q30m dan Qf / Q30m untuk bantaran kiri dan kanan
Q30m maksudnya adalah debit yang melewati pada bantaran sejauh 30 m dari
batas saluran utama. Karena dalam kasus ini aliran dianggap seragam, maka :
Q 300
Vn 2 0.80 m / dt
An 2 373.695
Sesuai dengan harga Qf/Q30m pada langkah ke tiga dan harga Vn2, maka dengan
menggunakan nomograf gambar 8-40, maka diperoleh panjang guidebank (Ls)
kurang dari 15 m.
Karena Ls yang dibutuhkan terlalu pendek, maka pada prinsipnya untuk kasus ini
keberadaan guidebank tidak terlalu dibutuhkan.
Untuk bahan material guidebank dapat digunakan tipe rock riprap. Adapun
perhitungan tipe revetment ini dapat dilihat dalam contoh perhitungan detail
riprap.
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
i. Check Dam
1. Prosedur perencanaan
Prosedur perencanaan secara ringkas dapat dilihat pada flow chart sebagai
berikut.
MULAI
Cek
Stabilitas Tidak
?
Ya
SELESAI
Sebelum menghitung kehilangan energi (Ht), beberapa parameter lain yang perlu
dihitung:
Kehilangan energi dihitung dengan persamaan Bernauli. Tinjau bagian hulu dan
hilir.
Vu2 Vd2
Yu Zu Yd Zd Ht ; atau
2g 2g
Vu2 Vd2
Ht Yu Zu Yd Zd (8.49)
2g 2g
hmc + hs (8.51)
a. Riprap
Untuk memperkuat kaki struktur tersebut dapat digunakan tipe revetment dari
riprap. Prosedur perhitungannya dapat dilihat pada detail perhitungan contoh
soal riprap.
b. Quarrystone
hs
= (0,5 – 1,0) (8.52)
hd
Bt = 2 H
a H3
Wmin 3
N S3 SG 1
( 1 K )2 ht
1 ,5
1 K ht K1 / 3 H
NS 1,3 1,8 e (8.53)
K 1/ 3 H
atau NS = 1,8
2 kht
K sin 2 kB1 (8.54)
sin h 2 kht
2. Spesifikasi Material
Material yang digunakan untuk check dam adalah struktur beton. Check dam
merupakan bangunan yang terendam dalam air sehingga bangunan tersebut
harus kuat.
Dalam kasus ini diminta untuk menghitung gerusan yang terjadi pada kaki
struktur drop (Check Dam) serta cara memperkuatnya sehingga dapat diatasi
gerusan tersebut.
Penyelesaian :
Sebelum menghitung kehilangan energi (Ht), beberapa parameter lain yang perlu
dihitung :
Kehilangan energi dihitung dengan persamaan Bernauli. Tinjau bagian hulu dan
hilir.
Vu2 Vd2
hu Zu hd Zd Ht ; atau
2g 2g
Vu2 Vd2
Ht hu Zu hd Zd
2g 2g
(1.9) 2 (1.65) 2
3.25 1.4 2.95 0
2 x9.81 2 x9.81
4.763 3.089
1.674m
dimana :
K = 1,9, dm = hd = 2,95 m
= 2,06 m
a. rock riprap
1.65
=
9.81 x 2.95
= 0,31
Berdasarkan bilangan froude di atas, maka ukuran rock riprap untuk pengaman
pada kaki cekdam digunakan persamaan dari rumus Isbash, yaitu;
D50 K V2
hmc Ss 1 gh
dimana;
K = 1,02
SG = 2,65
g 9.81m / det 2 , maka dari persamaan (2), diperoleh;
b. Quarrystone
hs 2,06
0,5 1,0
hd 2,95
Bt = 2 H
= 2 x 2,95
= 5,90 m
6m
a H3
Wmin 3
N S3 SG 1
( 1 K )2 ht
1 ,5
1 K ht K1 / 3 H
NS 1,3 1,8 e
K 1/ 3 H
atau NS = 1,8
2 kht
K sin 2 kB1
sin h 2 kht
2 ,65.2 ,95 3
Wmin
1,8( 2 ,65 1 )3
= 8,41 ton
= 8410 kg
Tabel 8-8. Koefisien tipe pilar dan Faktor koreksi arah aliran dijembatan
Koefisien Tipe Pilar Faktor koreksi arah aliran pada jembatan
Tipe-tipe pilar K1 Sudut L/a = 4 L/a = 8 L/a = 12
(a) hidung persegi 1,1 0 1,0 1,0 1,0
(b) hidung bundar 1,0 15 1,5 2,0 2,5
(c) silinder 1,0 30 2,0 2,5 3,5
(d) hidung tajam 0,9 45 2,3 3,3 4,3
(e) kelompok silinder 1,0 90 2,5 3,9 5,0
sudut = arah aliran
L = panjang pilar
Proses perencanaan abutment dan pilar jembatan dapat dilhat pada flow chart
sebagai berikut :
MULAI
Diperlukan penangan
khusus agar tegangan
geser dapat teratasi
Ya
Cek
Stabilitas struktur Tidak
?
Ya
SELESAI
Penyelesaian:
Langkah 1: Hitung parameter hidraulis aliran
Karena kondisi saluran/sungai sama seperti pada contoh soal guidebank,
beberapa parameter hidraulis tidak perlu dihitung lagi, cukup menggunakan hasil
dari perhitungan pada kasus guidebank, yaitu :
kedalaman aliran di saluran utama (h1) = 3,35 m
kedalaman aliran di bantaran (kiri-kanan), h0 = 1,0 m.
Debit saluran utama (Qmc) = 245,23m3/dt.
Kecepatan aliran di saluran utama (Vmc) = 0,896 m/dt.
Pada bantaran
V
Fr =
gh
0.286
=
9.81x1.0
= 0,09
Saluran utama
0.896
Fr =
9.81 x3.35
= 0,16
o n 2 v 2 Rh 1 / 3 satuan SI
c 0.088 x 6 mm
c 0,53 kg / m 2
Dalam kasus ini lokasi abutment di bantaran. Ada aliran dibantaran, abutment
diletakkan 25 meter dari tebing bantaran (a = 25 m), dengan demikian a/y1 =
25/3,35 = 7.46 < 25. Kondisi sedimen dasar bergerak dan tipe abutment berlaku
umum.
1.7
25 h hs
2.75 s 1 1
1.0 1.0 11.5
1.7
hs
hs 1 1 9.09 0
11.50
Menurut Froehlich;
0.43
hs a'
2.27 K1K 2 Fr0.61 1
y1 h1
dimana;
K1 = 1, dan K2 = 1
Atot = (273,65 + 200) m2
= 473,50 m2
Ae = 0,9 Atot
= 0,9x473,50
Ae = 426,15 m2
Q
Ve
Ae
300
=
426.15
= 0,70 m/det.
0.70
=
9.81 x1.0
= 0,22.
7/6
Qo h hs
2.75 s 1 1
qmcho ho 4.1ho
dimana;
qo = ho Vo
= 1,0x0,286
= 0,286 m2/det
Qo = q o a
= 0,286x25
= 7,15 m3/det.
diperoleh;
7/6
14.872 h hs
2.75 s 1 1
245.23x1.0 1.0 4.1
8x10-3 kg/m2.
- U*c;
c
U *c
3
8x10
=
103
= 8,864x10-3 m/det.
- ;
11 .6
U *c
dimana = 9,29x10-7 m2/det
7
11 .6 x9.29 .10
8.864 .10 3
= 0,0012 m.
- K = D50, maka;
D50 0.10
0.0012
= 83,33
11h1 X
Vc U*c ln
D50
3 11 x3.35 x1.0
= 8.86 .10 ln
0.10
= 0,05 m/det.
Vc
Frc =
gh1
0.05
=
9.81 x3.35
= 8,7x10-3
Fr – Frc = 0,16 – 8,7x10-3
= 0,1513, berarti 0 < Fr – Frc < 0,20.
a
1 / 0.10 ,
D50
= 10, berarti < 18, maka digunakan kondisi pertama.
K1 = koefisien untuk tipe pilar, untuk bentuk ujung bulat (rounded), dari table 8-7
diperoleh K1 = 1.
K2 = faktor koreksi = 0, K2 = 1 (table 8-8)
K3 = faktor koreksi akibat gradasi sedimen, diambil = 2.
Diperoleh:
0.53
hs 1.0
0.45(1.0)(1.0)(1.0)
1.0 0.10
Maka diperoleh ys = 3.05 m.
Untuk mengatasi gerusan yang terjadi pada abutment maupun pada pilar, salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memasang riprap, yang dalam
hal ini digunakan rock riprap.
D50 K V2
y ( Ss 1) g y
dimana :
D50 = diameter tengah batu (m)
V = kecepatan rata-rata aliran (m/dt)
Ss = spesifik gravity rock riprap
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
y = kedalaman aliran pada bukaan jembatan (m)
K = 0,89 untuk limpahan melalui abutment (spill-through abutment)
1,02 untuk dinding vertikal abutment (vertical wall abutment)
Sedangkan untuk bilangan Froude > 0,80 dapat digunakan persamaan dari
Kilgore, 1993, yaitu:
0.14
D50 K V2
y ( Ss 1) g y
dimana :
K = 0,61 untuk limpahan melalui abutment (spill-through abutment)
0,69 untuk dinding vertikal abutment (vertical wall abutment)
Pada lokasi abutment, bilangan Froude = 0,09, maka ukuran rock riprap yang
digunakan adalah:
Untuk lokasi pilar dekat tebing, kecepatan aliran (V) dikoreksi dengan koefisien
0,9. Sedangkan bila lokasi pilar berada pada tikungan saluran utama, maka
kecepatannya dikoreksi dengan koefisien 1,7.
Dalam contoh soal ini, bentuk pilar mempunyai ujung bulat (K = 1,5), dan lokasi
pilar di tengah-tengah saluran utama (V dikali dengan 1,7).
2
0,692 1,5 .1,7 . 0,896
D50
(2,65 1) 2 . 9,81
D50 0,11 m
Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh soal
revetment tipe rock riprap.
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
e. Geotekstil
i. Deskripsi
1. Kriteria Perencanaan
Keterangan :
Kelas A : geotekstil berada pada keadaan yang lebih buruk dari kelas B
seperti geotekstil dijatuhi beban dengan tinggi kurang dari 3 ft (0,6 m) dan
berat kurang dari 250 pounds.
Kelas B : geotekstil hanya dilapisi oleh pasir atau tidak dijatuhi beban.
c. Material Penutup.
Geotekstil biasanya ditutupi oleh material seperti batu, riprap, blok beton dan
sebagainya. Material penutup geotekstil harus dapat melindungi dari gaya
hidraulik, sinar ultraviolet dan tetap menjaga agar menyatu dengan tanah.
Material yang melindungi geotekstil harus sama permeabilitasnya dengan
geotekstl. Kalau material tidak sama permeabilitasnya, maka material yang
halus seperti pasir harus diletakkan diantara geotekstil dan material penutup.
Hal yang paling penting dalam mendesain material penutup adalah menjaga
ruang udara (void) relatif kecil (tertutup).
d. Pengait (Anchorage)
Pada bagian kaki sungai, geotekstil dan material penutup diletakkan
sepanjang bantaran pada kedalaman dibawah permukaan air rata-rata untuk
meminimalisir gerusan. Rekomendasi peletakan geotekstil adalah 3 ft
dibawah permukaan air rata-rata atau di dasar sungai bila permukaan air
kurang dari 3 ft. Sedangkan untuk bantaran bagian atas, geotekstil diletakkan
sepanjang bagian atas bantaran atau 2 ft diatas tinggi air maksimum. Kalau
pergerakan air terlalu kuat, maka dianjurkan menggunakan pengait pada
bagian atas maupun bawah.
2. Kondisi Konstruksi
baik untuk geotekstil. Banyaknya jahitan lebih besar dari 90% dari luas
sambungan. Pengait digunakan untuk mengamankan geotekstil dan
sambungan. Jarak antara pengait tergantung dari kemiringan. Jarak antara
pengait dapat dilihat pada tabel 8-12 berikut.
Diameter pengait yang digunakan adalah 3/16 inch, dengan panjang 18 inch.
Pengait yang lebih panjang digunakan untuk tanah berpasir.
d. Penempatan material penutup
Penempatan material penutup untuk tanah yang miring mulai dari bawah
menuju keatas. Penempatan material tidak boleh dijatuhi karena dapat
merusak geotekstil kecuali untuk tes.
Tata cara desain lainnya tergantung pada spesifikasi geotekstil yang digunakan.
Spesifikasi tersebut dapat dilihat pada petunjuk yang disertakan pada saat
pembelian geotekstil.