Anda di halaman 1dari 19

Tafsīr Al-Bayān fī Ma’rifati Ma’āni alQur’ān Karya K. H.

Shodiq Hamzah
Usman: Latar Belakang penulisan, Metode Hingga Corak Penafsiran

Oleh: Eksan Budi Utama

Abstrak

Beragam cara telah dilakukan oleh para cendikiawan Muslim untuk memahami ayat al-Qur’an, salah satunya adalah
menafsirkannya, oleh karena itu muncul berbagai metode serta corak dalam penafsiran. Belum lama ini muncul
kitab tafsir bertajuk Tafsīr Al-Bayān fī Ma’rifati Ma’āni alQur’ān karya K. H. Shodiq Hamzah Usman, kitab ini
ditulis dengan askara pegon latin yang menggunakan tabel perkata, beberapa kitab tafsir sebelumnya telah ada yang
menggunakan askara pegon latin seperti Tafsīr al-Hudā oleh Bakri Syahid, Tafsīr Qur’ān Hidājatur-Rahmān oleh
Moenawar Chalil dan Tafsir Al-Qur’ān Basa Jawi oleh K.H. Muhammad Adnan. Meskipun demikian berbeda
dengan Al-Bayān yang menambahkan tabel, tema pada sekelompok ayat, terjemahan perkata dan sebaginya. Artikel
ini dimaksudkan untuk mengungkap latar belakang penulisan, metode sampai pada corak penafsiran, harapan
penulis artikel ini dapat memberikan gambaran karakteristik dari tafsir Al-Bayān. Penulis menggunakan metode
analitik deskriftik dengan pendekatan studi kepustakaan. Hasil akhir dari penelitian ini dapat dirumuskan menjadi 3.
Pertama, tafsir ini menggunakan metode Ijmaly. kedua, kitab ini memiliki dua corak yaitu lughawi dan sufi isyari
dan yang terakhir adalah karakteristik, tafsir ini ditulis karena adanya permintaan dari para koleganya agar menulis
tafsir yang mudah dipahami oleh seluruh kalangan, bahasa yang digunakan adalah jawa pegon latin dalam tabel,
menggunakan metode ijmali dan lebih dominan bercorak lughawi.
Kata Kunci : Tafsir Al-Bayān, Shodiq Hamzah Usman, Sejarah Penulisan serta Metode dan Corak

A. Pendahuluan

Mufasir Nusantara senantiasa berupaya memberikan pemahaman yang praktis terhadap Al-
Qur’an kepada masyarakatnya,1 berbagai metode seperti ijmaly, maudhu'i, tahlili dan muqaran
telah banyak membantu para mufasir dalam menafsirkan Al-Qur’an. 2 Upaya penafsiran yang
dilakukan para mufasir itu, telah menghasilkan begitu banyak karya tafsir, di antaranya karya
Abd Al-Rauf Singkili bertajuk Tarjuman al-Mustafid,3 Marāh Labīd oleh Syaikh Nawawi
Banten,4

1
Muhammad Yunan Yusuf, “Metode Penafsiran Al-Qur’an,” SYAMIL: Jurnal Pendidikan Agama Islam
(Journal of Islamic Education) 2, no. 1 (2014): 11, https://doi.org/10.21093/sy.v2i1.492; Abdul Rouf, “Al-Quran
Dalam Sejarah (Diskursus Seputar Sejarah Penafsiran Al-Qur’an),” Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur’an Dan
Keislaman 1, no. 1 (2019): 1–22, https://doi.org/10.36671/mumtaz.v1i1.1.
2
Avif Alfiyah, “Metode Penafsiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar,” Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin
15, no. 1 (2017): 25, https://doi.org/10.18592/jiiu.v15i1.1063; Abdul Manaf, “Sejarah Perkembangan Tafsir,” Jurnal
Tafakkur 1, no. 2 (2021): 150; Yusuf, “Metode Penafsiran Al-Qur’an.”
3
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia Dari Hermeneutika Hingga Ideologi, 1st ed. (Jakarta Selatan:
Penerbit TERAJU, 2003).hlm 43
4
Memiliki nama asli Nawawi bin Umar bin ‘Arabi. Ia lahir di desa Tanara, Tirtayasa, Serang, Banten Baca
selengkapnya di Ansor Bahary, “Tafsir Nusantara : Studi Kritis Terhadap Marah Labid Nawawi Al Bantani” 16, no.
Tafsīr Al-Ibrīz oleh K.H. Bisri Musthofa, Faiḍur Rahmān ditulis oleh K.H. Sholeh Darat, Tafsīr
Al-Bayān fi Ma’rifati Ma’ani al-Qur’an oleh K.H. Sodik Hamzah Usman dan masih banyak lagi
karya mufasir lainnya yang turut mewarnai penafsiran di Nusantara. Ternyata dari sekian banyak
tafsir yang telah ditulis itu, memiliki banyak perbedaan mulai dari berbagai latar belakang
penulisan, tujuan hingga metode dan nuansa penafsiran. Belum lama ini terbit kitab tafsir
berjudul Tafsīr Al-Bayān fi Ma’rifati Ma’ani al-Qur’ān ditulis oleh seorang mufasir bernama
K.H. Shodiq Hamzah Usman,5 hal ini menjadi bukti bahwa penafsiran di Nusantara terus
berlanjut hingga saat ini.

Tafsir yang disuguhkan oleh Shodiq Hamzah menggunakan bahasa jawa pegon latin, jika kita
telisik lebih lanjut ternyata hal serupa juga telah dilakukan oleh beberapa mufasir sebelumnya
salah satunya adalah karya Bakri Syahid 6 bertajuk al-Huda Tafsir Qur’an Basa Jawi, jika Bakri
Syahid lebih menonjolkan tafsirannya pada catatan kaki, maka Shodiq Hamzah lebih kompleks
dari itu, Ia menambahkan sabab nuzul, tabel perkata, dongeng, pemahaman ayat dan lain
sebagainya, perbedaan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan riset terhadap tafsir Al-
Bayan.

Sejauh ini riset terhadap Tafsīr Al-Bayān masih belum banyak dilakukan, padahal banyak
sekali keunikannya yang berbeda dari kebanyakan tafsir Nusantara pada umumnya. Beberapa
artikel yang telah mengkaji tafsir Al-Bayān hanya berfokus pada bentuk penyajian dan metode
yang digunakan dalam penafsirannya seperti yang dilakukan oleh (Zulaikhah Fitri Nur Ngaisah 7
dan Ahmad Taftazani)8 riset lainnya adalah karya Mubasyir berupa tugas akhir (tesis) yang
isinya lebih mengarah kepada pandangan Shodiq Hamzah tentang pendidikan Islam karyanya itu
bertajuk “Pemikiran KH. Sodik Hamzah Tentang Pendidikan Islam di Pondok Pesantren
Asshodikiyyah,”.

2 (n.d.): 176–90; masih senada dengan artikel Anas Mujahiddin, “Telaah Tafsir Sykh Nawawi Al-Bantani” 1 (2021):
81–87.
5
Beliau adalah seorang kiyai besar dari Kota Semarang yang menyusun kitab tafsir al-Bayan fi Ma’rifati
Ma’ani al-Qur’an dan beliau juga merupakan pendiri sekaligus menjadi pengasuh Pondok Pesantren ash-
Shodiqiyyah Semarang. Baca selengkapnya Muhammad Zamzami ‘Urif, “Fadail Al-Suwar Dalam Kitab Zubdatu
Al-Bayan Fi Bayani Fadail Al-Suwar Al-Qur’an Karya K.H. Sodik Hamzah Usman” (2015). Hal 42
6
Beliau adalah seorang cendikiawan yang banyak menguasai bidang keilmuan, nama aslinya adalah Bakri
sedangkan Syahid merupakan tambahan yang merujuk pada nama ayahnya yaitu Muhammad Syahid. Baca Imam
Muhsin, Al-Qur’an Dan Budaya Jawa Dalam Tafsir Al-Huda Karya Bakri Syahid (Yogyakarta: eLSAQ Press,
2013).
7
Baca artikel berikut http://journal.unusia.ac.id/index.php/mozaic/article/view/646
8
Baca http://repositori.staialanwar.ac.id/id/eprint/911
Putranya yang bernama M. Zamzami ‘Urif9 juga turut mengkaji tulisan ayahnya berjudul Fadail
Al-Suwar Dalam Kitab Zubdatu Al-Bayān Fi Bayani Fadail Al-Suwar Al-Qur’an Karya KH.
Shodik Hamzah Usman yang secara garis besar belum membahas tafsir Al-Bayān . Dari
beberapa artikel yang telah meriset tafsir Al-Bayān dan Shodiq Hamzah, masih belum secara
khusus membahas tentang latar belakang kepenulisan hingga nuansanya. Oleh karena itu penulis
akan memfokuskan tulisan ini mulai dari latar belakang penulisan hingga nuansanya.

Kitab tafsir yang disuguhkan Shodiq Hamzah telah memberikan kontribusi besar bagi
perkembangan penafsiran di Nusantara. Riset ini bertujuan untuk mengisi kekosongan studi yang
ada, dengan melengkapi pembahasan terkait tafsir Al-Bayān karya Shodiq Hamzah mulai dari
latar belakang kepenulisan sampai pada nuansanya. Oleh karena memang masih banyak sisi yang
krusial dari tafsir ini, maka penulis akan mencoba membahasnya satu per satu secara padat dan
jelas.

Riset ini didasarkan pada sebuah argumen bahwa setiap mufasir selalu menggunakan metode
dalam menafsirkan Al-Qur’an,10 selain itu alasan di balik penulisan karya tafsir, corak dan
karakteristik akan turut dipengarui oleh metode yang diaplikasikan. 11 Oleh karena itu perlu
dilakukan riset mendalam untuk mengetahui beberapa aspek di atas. Kitab tafsir Al-Bayān telah
menjadi bacaan umum12 mulai dari kalangan awam hingga para cendikiawan, Shodiq Hamzah
menafsirkan Al-Qur’an secara keseluruhan (30 juz), tentu akan lama jika membacanya dari awal
hingga akhir, untuk mengetahui beberapa aspek seperti yang telah penulis sebutkan di atas, sebab
itulah penulis berusaha memberikan gambaran singkat tentang kitab tafsir Al-Bayān melalui
tulisan ini. Dengan demikian maka para pembaca akan mendapatkan informasi dasar mengenai
kitab tafsir karya Shodiq Hamzah sebagai langkah awal untuk menyelami karyanya.

9
Beliau adalah anak yang ke empat dari pasangan K.H. Shodiq Hamzah Usman dan Hj. Masri’ah Ridwan,
Ia merupakan mahasiswa UIN Sunan Kali Jaga (Yogyakarta), Ayahnya merupakan pipinan pondok pesantren As-
Shodikiyah dan mufassir yang menulis kitab tafsir Al-Bayan.
10
Amir Faishol Fath, Dia Hidayati Usman, and Supriadi, “Kritik Terhadap Mufassir Dalam Penggunaan
Metode Dan Pendekatan Penafsiran Al-Qur’an,” Jurnal Asy-Syukriyyah 22 (2021): 254–69,
https://doi.org/10.36769/asy.v22i2.151; baca juga artikel milik Muhammad Yunan Yusuf, “Metode Penafsiran Al-
Qur’an,” SYAMIL: Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education) 2, no. 1 (2014): 11,
https://doi.org/10.21093/sy.v2i1.492.
11
Yusuf, “Metode Penafsiran Al-Qur’an.”
12
Selain dikaji di pondok pesantren, kitab tafsir Al-Bayan juga menjadi bacaan masyarakat umum.
B. Metode
Penelitian ini berpedoman pada data yang didapatkan dari berbagai macam literatur
kepustakaan, seperti jurnal, artikel ilmiah, buku, majalah, dan berbagai bacaan terkait dengan
K.H Shodiq Hamzah Usman, oleh karena itu penelitian ini dapat disebut juga sebagai library
research (studi kepustakaan),13 pasangan dari penelitian yang berbais studi pustaka biasanya
akan cenderung lebih cocok jika menggunakan pendekan kualitatif, karena pada dasarnya riset
ini tidak menggunakan angka sebagaimana prosedur statistika dalam proses pengolahan data. 14
Sumber utama artikel ini adalah Tafsīr Al-Bayān Fi Ma’rifati Ma’anil Al-Qur’an, sedangkan data
penunjangnya penulis dapatkan dari berbagai literatur yang masih berkaitan dengan Shodiq
Hamzah. Penulis menggunakan metode penelitian analitik deskriftik dengan melakukan
pembacaan sumber primer dan skunder lalu menginventarisir data-data yang dianggap penting
kemudian menarasikannya ke tulisan dengan pemikiran yang kritis.
C. Pembahasan
1. Metodelogi dan Nuansa Tafsir
Dalam aspek metodelogi penulis mengacu pada tipologi yang diusung uleh Abdul Hayy
al-Farmawi dalam karangannya bertajuk al-Bidayah fi Tafsir al-Maudhu’i15(1977). Dalam
tipologinya Al-Farmawi membagi empat metode penafsiran. Pertama, tahlili disebut juga
analitik, metode ini merupakan metode penafsiran yang paling tua dan terus digunakan
hingga saat ini, prinsip metode ini adalah menafsirkan Al-Qur’an dari berbagai aspeknya
sehingga tidak berlebihan jika metode ini disebut juga dengan metode analisis deskriftif,
aplikasi dari metode ini adalah menafsirkan keseluruhan al-Qur’an dengan demikian akan
kelihatan kecenderungan corak penafsirannya.16 Sebuah kitab tafsir bertajuk Jami’ al-Bayān
‘an Ta’wīl ayātil Qur’ān oleh Ibn Jarir al-Thabari adalah salah satu kitab tafsir yang
mengaplikasikan metode ini.

13
Purwono, “Studi Kepustakaan,” Universitas Gajah Mada, 2008. Hlm. 66
14
Purwono.hlm 67
15
abd Hayy Al- Farmawi, Al-Bidayah Fi At-Tafsir Al-Maudhu’I (Mesir: Maktabah Al-jumhuriyah, 1977);
Muhammad Nur Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an (Lubuk Raya Semarang, 2001).
16
Farmawi, Al-Bidayah Fi At-Tafsir Al-Maudhu’I; Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005); Yuliza, “Mengenal Metode Al-Tafsir Al-Tahlili (Tafsir Al-Zamakhsyari Dan
Tafsir Al-Razi) Knowing Al-Tafsir Al-Tahlili Method (Al-Zamakhsyari and Al-Razi Interpretation),” Liwaul
Dakwah 10, no. 2 (2020): 2020.hal 44.
Kedua, ijmaly atau umum, metode ini menawarkan penafsiran yang singkat dan padat
sehingga dalam pengaplikasiannya mufasir menghindari penafsiran yang bertele-tele,17 hasil
penafsiran dari metode ini sangat praktis dipahami akan tetapi disisi yang lain metode ini
terkadang tidak dapat menuntaskan masalah yang ada karena terlalu global. 18 Kitab tafsir
bertajuk Shafwah al-Bayan li Ma’aniy Al-Qur’ān ditulis oleh Husanian Muhammad Makhlut
adalah salah satu kitab yang mengguanakan metode ini.19
Ketiga, muqaran atau perbandingan, metode ini menbandingkan antara ayat Al-Qur’an
dan hadis serta pendapat para penafsir yang memiliki perbedaan pendapat. 20 Orang yang
menggunakan pendekatan ini harus cakap dalam membandingkan perbedaan yang ada
kemudian mengambil sikap dan menentukan posisinya berpihak pada salah satu yang
dibandingkan. Kitab al-Jami' li Ahkam al- Qur'ān oleh al-Qurthubi merupakan kitab yang
mengguanakan metode ini.
Sedangkan yang terakhir adalah maudhu’i atau metode tematik sebuah metode yang
menafsirkan Al-Qur’an hanya pada sekelompok ayat saja,21 dalam kitab Dirasat Fī Tafsīr
Al- Maudhu’i oleh Mursyi Ibrahim al-Fayumi22 membagi metode ini menjadi dua bentuk
yaitu
1. Tafsir persurah yang komprehensif, 2. Tematik berdasarkan kajian, artinya beberapa ayat
yang dianggap masih berhubungan dengan topik akan dibahas hingga menjadi penafsiran
yang utuh.23
2. Biografi serta Karya Shodiq Hamzah
a. Sketsa Biografi

Penulis kitab tafsir Al-Bayan yang turut mewarnai penafsiran di Nusantara itu
bernama Shodiq bin Hamzah bin Utsman, Ia Merupakan anak dari pasangan suami istri
K.H. Hamzah Utsman dan Hj. Rohana, tercatat kelahirannya bertepatan pada tanggal 1
Januari 1954, Desa Tambak Roto, Kec. Sayung 1 Demak. Shodiq adalah anak yang ke

17
Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an.hlm 264
18
Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an (Yogyakarta: Adab Press, 2014); Akhdiat Akhdiat
and Abdul Kholiq, “Metode Tafsir Al-Qur’an: Deskripsi Atas Metode Tafsir Ijmali,” Jurnal Iman Dan Spiritualitas
2, no. 4 (2022): 643–50, https://doi.org/10.15575/jis.v2i4.21315.
19
Mursyi Ibrahim Al-Fayumi, Dirasat Fi Tafsir Al-Maudhu’i (Kairo: Dar al-Taufiqiyah, 1980).hal 265
20
Al-Fayumi.hal 265
21
Muhammad Qurish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Jakarta: Mizan, 1997); Hemlan Elhany, “Metode
Tafsir Tahlili Dan Maudhu’I,” Ath Thariq Jurnal Dakwah Dan Komunikasi 2, no. 1 (2018): 288,
https://doi.org/10.32332/ath_thariq.v2i1.1078.
22
Al-Fayumi, Dirasat Fi Tafsir Al-Maudhu’i.hlm 25
23
Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an. Hal 267
dua dari tujuh bersaudara. Di atahun 1983 Shodiq menikahi seorang gadis bernama Hj.
Masri’ah Ridwan, dari pernikahan itu mereka dikaruniai lima orang buah hati, dua di
antaranya wafat saat kecil. Anaknya yang pertama adalah Dr. H. Mochammad Shidqon
Prabowo, SH, MH, kedua rasyidah Shodiq (wafat saat kecil), ketiga rasyidah Shodiq
(wafat saat kecil), keempat H. Mohammad Zami ‘Urif dan terakhir Hayati Mardliyah.24

Shodiq memulai pendidikannya dengan belajar Al-Qur’an dan ilmu Nhawu kepada
ayahnya,25 Ia sempat menempuh pendidikan SD (sekolah dasar) akan tetapi terhenti di
kelas lima, hal itu disebabkan oleh adanya pristiwa G30S PKI kala itu. Shodiq
kemudian memilih pondok pesantren Futuhiyah26, Desa Suburan, Kec. Mranggen,
Demak, Jawa Tengah. Berikut afiliasi Shodiq Hamzah pada guru-gurunya selama
belajar di Futuhiyah; Ilmu Jaya dari K.H. Ḥamzah Utsman dan Mbah Kasrat Nangkluk,
Gubuk, Purwodadi. Ilmu Hikmah dari Syaikh Rahmat Arjawinangun, Tegal Gubuk,
Cirebon. Ilmu Kanuragan dari , Syaikh Busyra Wanglu Senori, Tuban Syaikh
Fatkhurrāzi Mranggen, Syaikh Bājūrī Brumbung, Mranggen, Syaikh Yāsīn Wanglu
Senori, Tuban dan Syaikh Abdullāh Sajād al-Daynuriyyah Sendang Guo,
Semarang.ilmu fiqih Safinah al- najāh dari Syaikh Maḥdum Zeyn, ‘Uqūd al-Jummān
dari Syaikh Riḍwān Khalīlurrahmān dan Syaikh Luṭfi Ḥakim Musliḥ. ilmu Imriṭī dan
Mahālul I‟rāb dari Syaikh Ḥumaidi Umar, Kendal. ilmu Hadits dan Minhāj al-Qawīm
dari Syaikh Ahmad Muṭahhar Abdurraḥmān al-Marāqi, ilmu Fiqh dari Syaikh Ishāq
Nurhadi, Alfiyah Ibnu Mālik dari Syaikh Abdul Laṭif Mā‟mūn, Minhāj al-‘Abidīn dari
Syaikh Abdurraḥmān Badawī, Ilmu Taṣawwuf Ṭarīqah, ilmu Balagah dan Manāqib
Syaikh Abdul Qādir al-Jaylanī dipelajarinya dari Syaikh Musliḥ Abdurraḥmān al-
Marāqī,

Tahun 1972 Shodiq juga menyelesaikan pendidikan formalnya di Madrasah


Tsanawiyah Mranggen,27 Ia tercatat telah menhafal kitab Al-Fiyah Ibnu Mālik.28

24
Muhammad Zamzami ‘Urif, “Fadail Al-Suwar Dalam Kitab Zubdatu Al-Bayan Fi Bayani Fadail Al-
Suwar Al-Qur’an Karya KH. Sodik Hamzah Usman” (2015). Hlm 50
25
‘Urif.hlm 42.
26
Saat itu dipimpin oleh Syaikh Musliḥ Abdurraḥmān al-Marāqi, beliau adalah seorang Mursyid Ṭarīqah
Qādiriyah wa Naqsyabandiyah5 yang terkenal dengan kezuhudan dan ke’alimannya.
27
‘Urif, “Fadail Al-Suwar Dalam Kitab Zubdatu Al-Bayan Fi Bayani Fadail Al-Suwar Al-Qur’an Karya KH.
Sodik Hamzah Usman.”hlm 43
28
Kitab Alfiyah Ibnu Malik adalah sebuah kitab yang berisi 1.002 bait, kitab ini termasuk kedalam kitab khas
yang ada di pesantren-pesantren dan merupakan kitab tertinggi dalam ilmu Nahwu kebahasaan (linguistik)
Selanjutnya di 1976Ia melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi Universitas
Nahdlotul ‘Ulama Surakarta melalui beasiswa yang diberikan oleh Pontren Futuhiyah
dan dirampungkannya pada tahun 1980 dengan menyandang gelar BA (Bechelor of
Art).29 Karena masih haus akan ilmu Shodiq kemudian belajar ke tanah Harāmaīn
(Makkah al- Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah) mulai dari 1981 sampai
1983.30

Di tahun 1983 Shodiq pulang ke tanah air kemudian meminang gadis bernama
Masri’ah Ridwan,31 dari pernikahan mereka dikaruniai lima orang anak sebagaimana di
atas telah penulis sebutkan.

b. Karya Shodiq Hamzah


Kecerdasan, bimbingan guru yang kompeten serta pengalaman yang banyak telah
menjadikan Shodiq Hamzah sebagai seorang ilmuan yang berpengetahuan luas, hal itu
dibuktikan dengan banyaknya karya yang telah di hasilkannya.32 Berikut karya yang
telah berhasil ditulis oleh Shodiq mulai dari yang belum terbit hingga yang telah populer:
1. Manasik Umrah. 2. Mengingat Teman Seiman. 3. Kamus ‘Āmiyah. 4. Ẓilāl al-
Manāzil Fī Tarjamati Yāsīn Wa al-Tahlīl. 5. Faḍā‟il al-Ad‟iyyah Fī Syuhūri al-
Qamāriyah. 6. Shalawat al-Nahdliyah. 7. Al-Qawā‟id al-Tsāniyah Fī al- Masā‟il al-
Naḥwiyah. 8. Al-Yawāqit al-Sunnā Fī Khawāṣ al-Asma‟ al-Husnā. 9. Kamus Haji. 10.
Dalīl al-Istigāṡah Wa al-Waṣīlah. 11. Qalbu al-Qur‟ān. 12. Adab Safar. 13. Zubdatu al-
Bayān Fī Bayāni Faḍā‟il al-Suwar al-Qur‟an. 14. Terjemah fiqih 4 Madzhab (jld.1). 15.
Mutammimat al-Ṣarfiyah Fī ‘Ilm al-Ṣaraf. 16. Tarjamat al- Ḥizb al-Naṣar. 17. Risalah
Ṭarīqah al-Naqsyabandiyah Lil „Ālim al-„Allāmah Syaikh Muḥammad Maḥmud Al-Hajār
Nazīlul Madīnatil Munawwarah. 18. Panduan Praktis Tentang Proses Ziarah Dan
Umrah.
19. Al-Qawā‟id al-Mi‟ah Li Barqi al-Ṭalabah Fī Fahmi al-„Ulum al-Naḥwiyah. 20. Al-
Awrad al- Ma‟ṡūrah Min al-Aḥādiṡ al-Mukhtarah. 21. Al-Ijtihād Wa al-Taqlīd. 22.
Manasik Haji. 23. Durar al-Qayyimah Fī Manẓūmat al-Safīnah. 24. . Al-Taslīm Wa al-
Ta‟ẓīm Fī Tarjamati Adāb al-„Ālim Wa Muta‟allim Li Ḥaḍrati as- Syaikh Ḥāsyim
Asy‟arī (belum dipublikasikan). 25. Al-Bid’ah Wa Ahl al-Sunnah Wa al- Jamā‟ah
(belum

29
‘Urif, “Fadail Al-Suwar Dalam Kitab Zubdatu Al-Bayan Fi Bayani Fadail Al-Suwar Al-Qur’an Karya KH.
Sodik Hamzah Usman.”hlm 44
30
‘Urif.hlm. 47
31
‘Urif.
32
‘Urif.
dipublikasikan). 26. Naẓm al-Safinat al- Najāḥ (belum dipublikasikan). 27. Tarjamah
Hizib Ghazali. 28. Al-Nahr al-Jāri Fī Tarjamat al-„Allāmah KH. Muḥammad Hāsyim
Asy‟arī Wāḍi‟u Labinati al-Istiqlāli al-Indūnisī. 29. Adab Ziarah. 30. Arafah dan
Persiapannya. 31. Syi’ir Pepiling Pati. 32. Ulama Panutan Ummat. dan 33. Munajat.
Karya Shodiq Hamzah di atas merupakan data yang dapat penulis lacak
keberadaannya, tidak menutup kemungkinan masih banyak karyanya yang belum penulis
cantumkan, hal itu karena minim sekali informasi terkait karya Shodiq yang baru terbit.
2. Tafsīr Al-Bayān: Dimulai Dari sejarah Penulisan sampai pada Nuansanya
a. Latar Belakang Penulisan
setelah Tafsīr Al-Misbah33 muncul, penafsiran di Nusantara terasa terhenti, penulis
belum menemukan karya tafsir yang berupa tulisan secara utuh 30 juz maupun yang
berbasis hanya pada salah satu surah saja.34 Tahun 2020 keheningan penulisan tafsir
kemudiah pecah dengan munculnya sebuah kitab tafsir yang berjudul Al-Bayān fi
Ma’rifati Ma’ani al-Qur’an oleh K. H. Shodiq Hamzah Usman, ternyata Ia telah banyak
menulis berbagai kitab dengan berbagai disiplin ilmu sebelum menulis kitab tafsir Al-
Bayan.
penulisan tafsir Al-Bayan dilatar belakangi oleh adanya kegelisahan Shodiq Hamzah
terhadap kitab-kitab terdahulu yang menurutnya masih sangat sulit dipahami oleh
masyarakat awam seperti orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan pesantren dan
madrasah, Ia berusaha menghadirkan sebuah trobosan baru agar dapat memberikan
pemahaman yang praktis kepada seluruh lapisan masyarakat. Selain itu beberapa
koleganya juga meminta kepadanya untuk menulis tafsir yang mudah dipahami. Latar
belakang ini dikemukakan Shodiq Hamzah dalam Tembung Pembuka35 berikut
kutipannya
:
“sayektosipun poro sesepuh masyayikh ulama’ Profesor Doktor sampun katah ingkan
damel Tafsir Al-Qur’an ewo semanten tiang awam taksih betahaken tafsir ingkan
praktis ingkang saget kawahos milai saking tiang ingkang pendidikanipun SD/MI
ngantos dumugi pendidikan S3, paramilo Alfaqir dipun dorong rencang-rencang

33
Kitab tafsir ini merupakan karya Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA.
34
Sejauh penelusuran penulis masih belum ditemukan kitab tafsir setelah Al-Misbah muncul, hal itu boleh
jadi karena susahnya menulis tafsir atau tidak menutup kemungkinan juga bahwa ada tafsir yang terbit kendati
demikian penulis tidak mendapatkan informasinya karena minimnya informasi terkait tafsir nusantara yang terbit
setelah Al-misbah hingga tahun 2020.
35
Semacam kata pengantar
ingkang babar pisan mboten mengenal madrasah soho mboten mengenal pondok
pesantren supados Alfaqir damel tafsir ingkan saget kuwahos masyarakat awam saget
memahami kanthi perkalimah utawi perkata saestu pamundutipun poro konco-konco
khususipun jama’ah haji ingkan tergabung wonten ing bimbingan Asshodiqiyah Jl.
Sawah Besar Timur No. 99 Kaligawe, Semarang Alfaqir menyanggupi lan
melaksanaaken panyuwunan kesebat’’36
“Sebenarnya, para ulama telah banyak menulis tafsir Al-Qur’an, hanya saja orang
awam masih membutuhkan tafsir yang bersifat praktis yang dapat dibaca mulai dari
orang yang hanya berpendidikan SD/MI hingga orang yang berpendidikan S3. Oleh
karenanya, penulis didorong oleh teman-teman yang sama sekali tidak pernah belajar
di madrasah dan juga pondok pesantren supaya menulis tafsir yang dapat dibaca oleh
masyarakat awam dan dapat dipahami secara perkalimah atau perkata, itulah
permintaan teman-teman yang secara khusus jama’ah haji yang tergabung dalam
bimbingan asShodiqiyah Jl.Sawah Besar Timur No. 09 Kaligawe Semarang, dan
penulis menyanggupi permintaan teman-teman itu.’’
Berangkat dari motif yang penulis sebutkan di atas, Shodiq kemudian memulai
menulis tafsirnya, kebetulan saat itu sedang terjadi Pagebluk internasional berupa
pristiwa wabah COVID-19, komitmen dan keseriusannya mengalahkan halangan yang
ada sehingga dalam dua tahun tepatnya di tahun 2020 kitab tafsirnya rampung dan
diterbitkan oleh penerbit Asnalitera Yogjakarta, dengan dua varian yaitu tafsiran perjuz
sebanyak 30 jilid dan persepuluh juz sebanyak 3 jilid.
c. Sejarah Penamaan
Ternyata nama kitab tafsir karya Shodiq hamzah Usman merupakan gabungan dari
beberapa nama kitab tafsir yang ditafa’ulinya,37 hal ini dapat kita lihat di dalam
penjelasannya pada tembung pembuka38. Kata Al-Bayān merujuk kepada kitab bertajuk
Tafsir Adlwaw Al-Bayān karya Syekh Abi Thoyib Shidiq Hasan Bin Ali al-Hasani al-
Qonuji al-Bukhori dan Syekh Muhammad al-Amin bin M. al-Mkhtar as-Syinkity. Pada
kata “Fī Ma’rifati “ merujuk kepada kitab Tafsīr Al-Ibrīz Fii Ma’rifati Qur’an al-‘Aziz

36
Shodiq Hamzah Usman, Al-Bayan Fii Ma’rifati Ma’ani Al-Qur’an (Semarang: Asnalitera, 2020). Hal viii
37
Tafa’ul merupakan bentuk ngalap (mengharap) barokah
38
Lihat Usman, Al-Bayan Fii Ma’rifati Ma’ani Al-Qur’an. Hal xi.
oleh KH. Bisri Mustofa. Sedangkan kata “Ma’ani al-Qur’an” Ia bertafaul kepada kitab
berjudul Ma’āni al-Qur’ān al-karīm oleh Syekh Ali Al-Shobuni dan Syekh Imam Abi
Ja’far an-Nukhasi.39
Dari tafau’l Shodiq Hamzah terhadap beberapa kitab tafsir inilah kemudian Ia
memutuskan untuk memberi judul tafsirnya dengan nama Tafsīr Al-Bayān fī Ma’rifati
Ma’āni al-Qur’ān. Sayangnya Shodiq tidak menyertakan alasan mengapa kitab-kitab
tafsir tersebut ditafau’linya, apakah ada keterkaitannya sebagai murid dan guru, atau
hanya terinspirasi saja.
d. Melestarikan Tradisi Pesantren Melalui Askara Pegon
Kondisi lingkungan masyarakat mayoritas Jawa telah menjadi motivasi awal Shodiq
Hamzah menulis tafsirnya menggunakan askara pegon, akan tetapi pada sisi yang laian
Ia juga melihat masalah krusial yang sering menghambat pemahaman masyarakat
terhadap Al-Qur’an, masalah itu adalah kendala bahasa yang diapakai kitab tafsir
sebelumnnya masih menggunakan bahasa Jawa pegon (makna gandul ataupun deret)
yang notabennya hanya bisa dibaca oleh kalangan pesantren atau masyarakat yang
belajar di madrasah, padahal tidak semua masyarakat mendapatkan kesempatan
mengenyam pendidikan tersebut.40 Sadar akan masalah yang ada, Shodiq Hamzah
kemudian menggunakan askara Jawa pegon latin sebagai bahasa pengantar tafsirnya.
Bahasa yang digunakan Shodiq Hamzah rupanya banyak mendapat apresiasi dan
dukungan positif dari para audiens, salah satunya adalah Dr. Islah Gusmian, M. Ag pada
sebuah seminar yang dilaksanakan di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN
Walisongo, Semarang tertanggal 6 Oktober 2022. Islah menyoroti aspek bahasa yang
digunakan Shodiq Hamzah yang kental akan kelestarian tradisi pesantren, Ia
mengatakan; “Yang ketiga tehnik terjemahannya yang keren jadi menggunakan aksara
latin tapi tradisi pesantrennya masih dibawa, (kemudian beliau menunjukkan gambar
tafsir surah Al-Fatihah) nah ini, kita lihat al-Hamdu (utawi) kalo sudah (utawi)
pasti mubtada ya, sekabehane puji lillahi iku mesti, khobar ya, inikan tradisi pesantren
tapi dibikin latin gituloh, jadi membawa tradisi pesantren keluar dunia di luar
dunia
pesantren’’

39
Baca Usman. Hal xi
40
Usman. Hal xi
Perkembangan zaman yang begitu pesat rupanya tidak serta merta membuat Shodiq
Hamzah meninggalkan tradisi pesantren, dalam hal ini lebih khusus pada tradisi
penulisan arab jwa pegon.41 Seyogyanya kita menjaga dan bangga terhadap tradisi para
leluhur, karena itu merupakan kekayaan budaya yang tak ternilai harganya. Posisi dari
kitab Al- Bayan selain memberikan sebuah pemahaman yang praktis tafsir ini juga ikut
serta melestarikan dan bangga dengan tradisi yang ada.
e. Sistematika Penulisan

Secara umum sistematika penulisan tafasir Al-Bayan terbagi kedalam dua aspek,
pertama, adalah teknis seperti memberi keterangan terkait nama sebuah surah, jumlah
huruf, ayat dan kata, tempat turun, dan liannya, hal ini dapat kita lihat pada “penjelasan
teknis”. Berikut contoh aspek ini; “Surat kang temurun ning mekah kang temurun
sakwuse surat al-Muddatsir, ayate ono 7, kalimahe 25, hurufe ono 125, waqiila 120,
waqiila 130.”42

Aspek yang kedua adalah bagian pembahasan yang secara keseluruhan membahas
lima poin penting, berikut pemaparannya;

1. memberikan keterangan latar belakang penamaan sebuah surah, berikut contohnya;


“Bahas sebab-sebabipun dipun wastani surat umpami surat fatihah dipun wastani
fatihah keranten surat fatihah salah setunggalipun surat ingkang dados pembuko
utawi pertama kali al-Qur’an ingkang diwahos inggih puniko surat al-Fatihah.” 43
Airtinya ‘’Dinamakan surat al-fatihah karena surat ni merupakan salah satu surat
yang menjadi pembuka atau al-Qur’an yang pertama kali dibaca adalah surat al-
Fatihah.’’
2. Pada sekelompok ayat selalu diberikan tema tertentu seperti pada ayat 1-5 dalam
surah al-Baqarah Shodiq mengatakan: “Sifate mikminīn lan piwalese wongkang
podo taqwa’’.44 Kendatipun demikian ada sekelompok ayat yang tidak diberi tema,
seperti surah pertama (al-Fatihah) inkonsistensi ini belum penulis temukan
alasannya.

41
Selain memakai aksara pegon latin dan gandul para mufassir terdahulu juga menyertakan i’rab atau
kedudukan kalimat.
42
Usman, Al-Bayan Fii Ma’rifati Ma’ani Al-Qur’an. Hal 1
43
Usman.xiv
44
Usman. Hlm 2
3. Setiap kata kemudian dimaknai dan diberi tabel, Shodiq mengatakan;
“Perkalimahipun ayat-ayat Al-Qur’an dipun paring arti perkata lan dipun serat
45
versi latin’’. Maknanya “(setiap kata, ayat-ayat Al-Qur’an diberi arti perkata dan
ditulis versi latin).”
4. Memberikan asbabun nuzul Shodiq mengatakan; ‘’Sak bakdanipun maringi arti
perkata maringi sabab nuzul ayatnomor pinten lan dipun cocokaken kalian sebab-
sebab temurunipun ayat kasebat’’.46 Artinya “(setelah memberikan arti perkata lalu
memberikan sabab nuzul ayat nomor berapa dan disesuaikan dengan sebab-sebab
turunnya ayat tersebut).”
5. Pada ayat terntentu yang tidak mengandung sabab nuzul Shodiq Hamzah
memberikan pemahaman ayat, namun terkadang Ia juga tetap memberikan
pemahaman ayat walau dalam ayat itu ada sabab nuzulnya, hal ini seperti
penjelasannya terhadap QS. Al- Baqarah/2: 94.47

Selain itu ternyata Shodiq Hamzah juga menerangkan keutamaan (Fadhilah) akan
tetapi Ia tidak memasukannya kedalam aspek sistematika kepenulisan, penulis tidak
mengetahui secara pasti terkait hal ini.

f. Sumber dalam Penafsiran


“Tafsir ingkang asma Al-Bayān Fii Ma’rifati Ma’ani al-Qur’an rujukanipun mboten
namung tafsir setunggal kalih tapi rujukanipun woten 30 kitab luwih.”48 ‘’(Tafsir yang
berjudul: Al-Bayān Fii Ma’rifati Ma’ani al-Qur’an rujukannya tidak hanya satu atau dua
kitab tafsir, tetapi rujukannya ada lebih dari 30 kitab tafsir)’’ pernyataan di atas
merupakan ungkapan Shodiq Hamzah terkait dengan sumber rujukan yang dipakainya
dalam menafsirkan al-Qur’an. berikut kitab tafsir yang dijadikan rujukan Shodiq
Hamzah dalam menafsirkan Al-Qur’an;
Fathul Bayān fī Maqāṣid al-Qur’an, ad-Dūr al-Manṡur fī Tafsīr al-Ma'ṡūr, I’rāb Al-
Qur’an, Tafsīr Al-Munīr, Mukhtaṣar Tafsīr Ibnu Kaṡīr, Al-Jawāhir, Al-Mukhtaṣar fī
Tafsīr al-Qur’an, Rūh al-Ma’āni, Ma'ān al-Qur’an al-Karīm, Tafsīr Al-Iklīl fī Ma'āni

45
Usman. Hlm xiv
46
Usman. Hlm xiv
47
Usman. Hlm 72-73
48
Usman. Hlm xi
at-Tanzīl, Tafsīr al-Muẓhari, Tafsīr Asy-Sya'rāwi, Tafsīr At- Ṭabari, Tafsīr Aḍwa’ al-
Bayān, ‘Umdatut Tafsīr, Tafsīr Al-Ibrīz fī Ma'rifat al-Qur’an al-'Azīz, Durrat at-
Tafāsir, Tafsīr Ṣawi, Tafsīr Nawāwi AlBantāni, Tafsīr Al-Qur’an al-‘Aẓim, Al-
Kasysyāf, Tafsīr Al-Bagāwi, Tafsīr Al-Marāgi, Ṣafwatut Tafāsīr, Tafsīr Jalālain,
Tafsīr Al-Qur’an Syekh ‘Izzuddin bin ‘Abd as-Salām, Al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’an,
Tafsīr al-Baiḍawi, Al-Muharrar al-Wajīz, Tafsīr Rawāi' Al-Bayān, dan At-Taḥrīr wa
at-Tanwīr.
Sebagai seorang ilmuan, beberapa kitab tafsir di atas yang menjadi rujukan Shodiq
Hamzah telah mengokohkan kitab tafsir Al-Bayan sebagai kitab yang dapat
dipertanggung jawabkan keilmuannya.
D. Aspek Metodelogis - aplikatif Tafsir Al-Bayan
Pada sub judul ini penulis akan menunjukkan secara praktis manifestasi metodelogis aplikatif
Shodiq Hamzah dalam tafsir Al-Banyan, gambaran rincinya sebagai berikut;
Pertama, diawali dengan penjelasan nama surah hingga fadilahnya49

Tafsir al-Bayan; mulai dari penamaan hingga keutamaannya.

49
Usman.hlm 1
Secara kasak mata dapat dilihat pada gambar di atas Shodiq memulai penafsirannya dengan
menuliskan nama surah (al-Fatihah), kemudian memberikan infoermasi jumlah ayat, kalimat,
dan hurufnya, sebab sebab penamaan surah dan fadhilah juga dibahas pada permulaan tafsirnya.
Kedua, pada sekelompok ayat diberi tema tertentu kemudian menerjemahkannya perkata
dalam tabel (kotak)

Tafsir Al-Bayan; tema pada sekelompok ayat dan makna dalam tabel
Dalam rangka memberikan pemahaman yang praktis Shodiq Hamzah tidak bertele-tele dalam
memberikan pemahaman kepada ayat yang Ia tafsirkan, di atas merupakan sebuah bukti konkrit
dari penafsirannya yang praktis dan mudah dipahami.50

50
Usman. Hlm 5
Ketiga, pemahaman ayat dan sebab turunnya

Tafsir al-Bayan; pemahaman dan sabab nuzul ayat


Tafsir Al-bayan juga dilengkapi dengan pemahaman ayat, hal itu terjadi biasanya karena
sebuah ayat tidak ditemukan sabab nuzulnya maka Shodiq Hamzah mengganti sabab nuzul itu
dengan pemahaman ayat. sebagaimana perkataannya berikut;
‘’Menawi sabun nuzulipun sampun mboten wonten tafsir Al-Bayān maringi
keteranganketerangan ingkang cocok kalian judulipun wontening tafsir Al-Bayān dipun serat
mawiistilah pemahaman ayatono ing nduwur.”51 ‘’(Jika sababun nuzulnya telah tidak ada, Tafsīr
Al-Bayān menberikan keterangan-keteranganyang sesuai dengan judulnya, ditafsir Al-Bayān
ditulis dengaan istilah pemahaman ayat yang ada di atas)’’selain itu contoh asbab nuzul pada
gambar di atas juga dipakai Shodiq tatkala sebuah ayat yang ditafsirkannya mengandung sebab
turunnya.52
Keempat, Dongeng, tanbih, muhimmah, hingga indeks (fihris) ayat
Kitab tafsir Al-Bayan sebagaimana fungsi dan misi utamanya yang berupaya memberikan
pemahaman praktis dan dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, maka Shodiq Hamzah
menambahkan cerita-cerita terkait dengan ayat yang sedang ditafsirkan.53 Muhimmah, yaitu

51
Usman.hlm. xiv
52
Usman. Hlm. 7
53
Usman. Hlm. xiv
berupa catatan penting yang digunakan untuk menekankan pristiwa atau sesuatu yang di anggap
penting. Salah satu contohnya seperti penafsiran QS. An-Nisa /4: 148 ayat ini menerangkan
larangan membuka aib orang lain, namun ada pengecualian tatkala sedang terpaksa atau
terzolimi maka boleh-boleh saja.54 Tanbih, adalah pengingat yang juga digunakan oleh Shodiq
Hamzah sebagai pelengkap penafsirannya.55 Agar dapat memudahkan dalam mencari
sekelompok ayat berdasarkan tema tertentu, Shodiq memberikan Fihris semacam indeks pada
akhir tafsirnya, dengan demikian tatkala pembaca ingin mencari tema tertentu maka akan lebih
cepat ditemukan dengan hanya melihat bagian indeksnya saja.
E. Kesimpulan
Setelah penulis meriset secara serius dan teliti serta menunjukkan fakta dan data tentang latar
belakang penulisan sampai pada corak tafsir al-Bayan, maka penulis menyimpulkan bahwa latar
belakang penulisan kitab tafsir ini adalah adanya dorongan dari para koleganya untuk menulis
tafsir yang praktis, selain itu kegelisahan yang timbul karena penafsiran terdahulu belum mampu
memberikan pemahaman yang praktis juga menjadi alasan mengapa tafsir ini ditulis. Sedangkan
aspek metode yang diaplikasikan oleh Shodiq Hamzah adalah metode Ijmaly, hal itu didasari
oleh bentuk penafsiran yang cenderung singkat dan global sedangkan bentuk semacam itu
merupakan ciri khas dari metode Ijmaly.
Oleh karena tafsir ini menggunakan metode Ijmaly maka sebagaimana dikatakan al-farmawi
bahwa sulit untuk melihat kecenderungan coraknya, akan tetapi jika tetap dipaksa untuk
menunjukkan corak tafsir, maka corak tafsir ini lebih cenderung pada corak lughawi dengan
bukti dasar bahwa pada penafsirannya sering kali menggunakan kata yang berhubungan dengan
kaidah Nahwu seperti mubtada, khabar dan lain-lain. Tafsir Al-Bayan memiliki kekhasan
tersendiri meskipun beberapa tafsir sebelumnnya telah ada yang menafsirkan dengan jawa pegon
latin, berbeda halnya dengan karya Shodiq ini bahwa Ia menambahkan aspek tabel, fihros,
tanbih, sabab nuzul, Qishah dan pemahaman terhadap ayat sebagai usaha memberikan
pemahaman yang praktis bagi para pembacamya. Wallahu A’lam.

54
Usman. Hlm. 235
55
Usman. Hlm 81
Daftar Pustaka

‘Urif, Muhammad Zamzami. “Fadail Al-Suwar Dalam Kitab Zubdatu Al-Bayan Fi Bayani Fadail
Al-Suwar Al-Qur’an Karya KH. Sodik Hamzah Usman,” 2015.

Akhdiat, Akhdiat, and Abdul Kholiq. “Metode Tafsir Al-Qur’an: Deskripsi Atas Metode Tafsir
Ijmali.” Jurnal Iman Dan Spiritualitas 2, no. 4 (2022): 643–50.
https://doi.org/10.15575/jis.v2i4.21315.

Al-Fayumi, Mursyi Ibrahim. Dirasat Fi Tafsir Al-Maudhu’i. Kairo: Dar al-Taufiqiyah, 1980.

Alfiyah, Avif. “Metode Penafsiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar.” Jurnal Ilmiah Ilmu
Ushuluddin 15, no. 1 (2017): 25. https://doi.org/10.18592/jiiu.v15i1.1063.

Bahary, Ansor. “Tafsir Nusantara : Studi Kritis Terhadap Marah Labid Nawawi Al Bantani” 16,
no. 2 (n.d.): 176–90.

Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Elhany, Hemlan. “Metode Tafsir Tahlili Dan Maudhu’I.” Ath Thariq Jurnal Dakwah Dan
Komunikasi 2, no. 1 (2018): 288. https://doi.org/10.32332/ath_thariq.v2i1.1078.

Farmawi, abd Hayy Al-. Al-Bidayah Fi At-Tafsir Al-Maudhu’I. Mesir: Maktabah Al-jumhuriyah,
1977.

Fath, Amir Faishol, Dia Hidayati Usman, and Supriadi. “Kritik Terhadap Mufassir Dalam
Penggunaan Metode Dan Pendekatan Penafsiran Al-Qur’an.” Jurnal Asy-Syukriyyah 22
(2021): 254–69. https://doi.org/10.36769/asy.v22i2.151.

Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia Dari Hermeneutika Hingga Ideologi. 1st ed. Jakarta
Selatan: Penerbit TERAJU, 2003.

Ichwan, Muhammad Nur. Memasuki Dunia Al-Qur’an. Lubuk Raya Semarang,

2001. Manaf, Abdul. “Sejarah Perkembangan Tafsir.” Jurnal Tafakkur 1, no. 2

(2021): 150.

Muhsin, Imam. Al-Qur’an Dan Budaya Jawa Dalam Tafsir Al-Huda Karya Bakri Syahid.
Yogyakarta: eLSAQ Press, 2013.

Mujahiddin, Anas. “Telaah Tafsir Sykh Nawawi Al-Bantani” 1 (2021): 81–87.


Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an. Yogyakarta: Adab Press, 2014.

Purwono. “Studi Kepustakaan.” Universitas Gajah Mada, 2008.

Rouf, Abdul. “Al-Quran Dalam Sejarah (Diskursus Seputar Sejarah Penafsiran Al-Qur’an).”
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Keislaman 1, no. 1 (2019): 1–22.
https://doi.org/10.36671/mumtaz.v1i1.1.

Shihab, Muhammad Qurish. Membumikan Al-Qur’an. Jakarta: Mizan, 1997.

Usman, Shodiq Hamzah. Al-Bayan Fii Ma’rifati Ma’ani Al-Qur’an. Semarang: Asnalitera, 2020.

Yuliza. “Mengenal Metode Al-Tafsir Al-Tahlili (Tafsir Al-Zamakhsyari Dan Tafsir Al-Razi)
Knowing Al-Tafsir Al-Tahlili Method (Al-Zamakhsyari and Al-Razi Interpretation).”
Liwaul Dakwah 10, no. 2 (2020): 2020.

Yusuf, Muhammad Yunan. “Metode Penafsiran Al-Qur’an.” SYAMIL: Jurnal Pendidikan Agama
Islam (Journal of Islamic Education) 2, no. 1 (2014): 11.
https://doi.org/10.21093/sy.v2i1.492.

Anda mungkin juga menyukai