Anda di halaman 1dari 13

KARYA ILMIAH

KATEKISASI PRANIKAH

(Bimbingan Konseling Pra-Nikah Dalam Mengembangkan

Keharmonisan Pernikahan Menurut Efesus 5:22-23)

OLEH

VALEEVA CONCHITA PRISCHILA

NIM 23010028

PROGRAM SARJANA TEOLOGI

JURUSAN PEMINATAN KONSELING

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BAPTIS MEDAN

2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia.

Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap

orang, dikatakan hampir karena ada sebagian kecil orang yang memilih

untuk hidup sendiri. Nikah berarti ikatan perkawinan yang dilakukan dengan

ketentuan hukun dan ajaran agama. Perkawinan adalah ikatan sosial atau

ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan

kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat

yang meresmikan hubungan pribadi, biasanya intim dan seksual.

Sedangkan pernikahan diartikan dengan upacara pengikatan janji nikah

antara laki-laki dan perempuan atas dasar ikatan cinta kasih, yang

dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan

ikatan perkawinan secara hukum agama, hukum negara, dan hukum adat.

Sering kali mereka menaruh harapan bahwa kehidupan pernikahan mereka

akan selalu bahagia dengan cinta yang mereka miliki. Namun pada

kenyataan yang sering kali terjadi adalah bahwa tidak seperti yang

dibayangkan. Ada begitu banyak masalah dan tantangan yang akan

dihadapi oleh pasangan suami isteri dalam menjalin kehidupan Rumah

Tangga. Satu atau dua tahun pernikahan pasti akan ada perubahan

suasana, mungkin sangat berubah seperti matahari di tengah siang bolong.


Hal ini berarti bahwa perjalanan kehidupan rumah tangga tidak akan

berjalan tanpa adanya masalah didalamnya. Pernikahan perlu dilakukan

berdasarkan pemikiran yang matang dan pertimbangan-pertimbangan dari

individu itu sendiri agar dapat meraih hubungan yang selaras. Pemikiran

dan pertimbangan ini dapat meliputi pertanyaan-pertanyaan seperti apakah

pasangan saling mencintai, percaya dan menghormati satu sama lain,

apakah pasangan memiliki harapan yang sama terhadap pernikahan,

apakah pasangan memiliki pandangan yang sama dalam hal anak,

keluarga dan teman, di mana mereka akan tinggal dan gaya hidup yang

akan dijalani, apakah pasangan memiliki pandangan yang sama tentang

komitmen dan kesetiaan. Di dalam perkawainan harus ada ruang untuk

perbedaan pendapat tentang hal-hal yang tidak prinsipil, sebab hanya

dengan jalan itu suami isteri dapat saling membantu, saling mengisi dan

saling melengkapi. Pada kenyataannya, tidak sedikit Rumah tangga yang

berakhir karena masalah-masalah tersebut. Hal tersebut terbukti dari

kenyataan yang sering kita lihat di sekitar kita, baik itu terjadi di keluarga

kita, tetangga kita maupun melalui informasi yang ada di berbagai media

massa. Ada begitu banyak pasangan suami isteri yang pada awalnya

bahagia, namun pada akhirnya memutuskan untuk bercerai (berpisah).

Perceraian sudah bukan hal yang baru lagi di Indonesia, bahkan hal

tersebut sudah menjadi “gaya hidup” di Negara ini. Salah satu media massa,

antara lain, menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara

dengan tingkat perceraian yang cukup tinggi. Menurut laporan Statistik

Indonesia, ada sebanyak 516.344 perceraian terjadi di Indonesia pada


2022. Laporan tersebut mencatat, terdapat 448.126 perceraian di Indonesia

yang terjadi berdasarkan sejumlah faktor penyebab pada 2022.

Perselisihan dan pertengkaran menjadi faktor utama penyebab perceraian

nasional sepanjang tahun lalu. Jumlahnya mencapai 284.169 kasus atau

setara 63,41% dari total faktor penyebab kasus perceraian di tanah air.

Penyebab perceraian terbanyak berikutnya karena faktor ekonomi, yakni

sebanyak 110.939 kasus (24,75%). Lalu, diikuti karena faktor meninggalkan

salah satu pihak sebanyak 39.359 kasus (8,78%), kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT) sebanyak 4.972 kasus (1,1%), dan mabuk 1.781 kasus

(0,39%).

Berikutnya, ada 1.635 kasus (0,36%) perceraian karena murtad, 1.447

kasus (0,32%) karena dihukum penjara, terdapat 1.191 kasus (0,26%)

karena judi, ada 874 kasus (0,19%) karena poligami, ada 690 kasus

(0,15%) zina.

Kemudian, ada pula 383 kasus (0,08%) perceraian di Indonesia yang terjadi

karena madat, ada 377 kasus (0,08%) karena kawin paksa, dan ada 309

kasus (0,06%) karena cacat badan.

Berdasarkan wilayahnya, faktor penyebab kasus perceraian di tanah air

pada 2022 terbanyak di Jawa Barat yakni 98.890 kasus (22,06%).

Di sisi lain, faktor penyebab kasus perceraian di tanah air paling sedikit

berada di Kepulauan Riau, Bali, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, dan


Papua Barat. Kelima provinsi tersebut tercatat tak memiliki kasus

perceraian sama sekali pada tahun lalu.1

Penyebab suatu pernikahan tersebut gagal karena pasangan suami

istri tidak memahami dengan jelas tentang diri mereka sendiri, tentang

peran mereka sebagai suami isteri. Mereka tidak memahami pasangan

hidup mereka, dan mereka tidak memahami pernikahan serta konsekuensi-

konsekuensinya. Pasangan Suami Istri tidak memikirkan perihal

merencanakan pertumbuhan bagi pernikahan mereka. Mereka

beranggapan bahwa hubungan pernikahan mereka akan bertumbuh

secara otomatis dengan sendirinya, padahal tidak demikian kenyataannya.

Pemahaman tentang pernikahan dan segala konsekuensi-konsekuensi di

dalamnya perlu dipahami dengan baik oleh pasangan sebelum memasuki

kehidupan pernikahan tersebut, sehingga mereka dapat mengetahui

kekurangan dari diri sendiri dan pasangannya masing-masing, dan

masalah-masalah yang mungkin akan timbul akibat dari perbedaan-

perbedaan tersebut dapat diantisipasi sejak awal. Oleh karena itu sangat

penting adanya suatu persiapan yang serius bagi calon pasangan suami

istri sebelum mereka memasuki kehidupan pernikahan. Keluarga yang baik

perlu dipersiapkan lama, sebab keluarga yang baik adalah faktor utama

1 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/02/pertengkaran-

terus-menerus-faktor-utama-penyebab-perceraian-di-indonesia-pada-2022
untuk keselamatan (kesejahteraan), baik pribadi, masyarakat, maupun

gereja.

Katekisasi Pranikah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari gereja. Pelayanan ini menjadi penting oleh karena mengajarkan

kebenaran fundamental tentang iman Kristen bagi pasangan-pasangan

Kristen. Katekese bukanlah hanya pelayanan sampingan saja dari gereja:

sama seperti pelayanan - pelayanan gerejawi yang lain, demikian pula

katekese adalah pelayanan pokok dan merupakan fungsi dasariah dari

gereja. Gereja memiliki tanggung jawab dalam memberikan bimbingan dan

pendidikan bagi jemaatnya, termasuk memberikan Katekisasi Pranikah

bagi calon pasangan yang akan menikah. Sebelum menyatukan sepasang

muda-mudi yang akan menikah, seorang pendeta harus menolong mereka

memiliki pemahaman yang benar tentang pernikahan dan memberikan

mereka bekal spiritualitas sebagai pegangan calon pasangan pada saat

mereka menikah nantinya. Karena dasar yang kuat di awal pernikahan,

akan menjadi pondasi yang baik dalam mempertahankan suatu kehidupan

rumah tangga yang harmonis.

Katekisasi Pranikah dianggap sebagai sekedar formalitas semata,

hanya sebagai syarat untuk bisa melangsungkan pernikahan di Gereja,

sehingga seringkali di banyak Gereja di Indonesia, kurang begitu serius

dalam memberikan Katekisasi Pranikah bagi calon Pasangan Kristen.


GBI WTC Serpong (Gereja Bethel Indonesia World Transformation

Church) merupakan sebuah gereja yang terletak di wilayah Kelurahan

Lengkong Karya, Kecamatan Serpong Utara, Kabupaten Kota Tangerang

Selatan. Tempatnya berada di tengah kota BSD City, membuat Gereja ini

menjadi salah satu gereja yang banyak di kunjungi, diminati dan nyaman

untuk beribadah. Letaknya yang strategis membuat beberapa orang dari

berbagai tempat yang berbeda bertemu dan tidak sedikit yang menjalin

hubungan berpacaran hingga akhirnya memutuskan untuk menikah. Hal

tersebut membuat semakin banyak pasangan-pasangan yang berada di

gereja tersebut untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan dengan melalui

pranikah terlebih dahulu, pranikah digereja tersebut sangat baik dalam

memberi pengajaran/katekisasi, seperti keharmonisan pernikahan,

kehidupan takut akan Tuhan, mendidik anak dengan benar, cara

meregulasi emosi, cara mendengarkan pasangan dengan benar agar

tidak seperti diabaikan, menata keuangan dll, ini semua diberikan

sebelum pasangan tersebut melangkah ke altar pernikahan.

Hai Isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,

karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala

jemaat, dialah yang menyelamatkan tubuh. 2

2
Efesus 5:22-23
Alasan penulis memilih GBI WTC Serpong sebagai lokasi

penelitian karena penulis melihat jarang ada gereja besar yang seperti ini

selalu taat melakukan Katekisasi Pranikah tanpa terlewatkan sekali pun,

penulis ingin melihat lebih jauh bagaimana pemahaman warga jemaat

tersebut memaknai pernikahan Kristen dan juga bagaimana pemahaman

mereka tentang Katetikasai Pranikah.


1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelayanan Katekisasi Pranikah di GBI WTC Serpong?

2. Bagaimana Pemahaman warga jemaat tentang Pernikahan?

3. Bagaimana Pemahaman warga jemaat tentang Katekisasi

Pranikah?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan :

1. Mendeskripsikan pelayanan Katekisasi Pranikah di GBI WTC

Serpong.

2. Memaparkan bagaimana pemahaman warga jemaat tentang

hakikat pernikahan.

3. Memaparkan sejauh mana pemahaman warga jemaat tentang

Katekisasi Pranikah.
1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangsih bagi ilmu

pengetahuan teologi untuk memahami Pentingnya Katekisasi Pranikah

bagi calon pasangan Kristiani. Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini

agar Gereja Bethel Indonesia World Transformation Church Serpong (GBI

WTC) Jemaat GBI WTC Serpong dapat ditingkatkan Pelayanan Katekisasi

Pranikah dari yang sudah baik menjadi lebih baik. Di samping itu, manfaat

penulisan ini bagi calon Pasangan Kristen adalah mereka dapat memiliki

pemahaman yang benar diawal pernikahan mereka, serta dapat

memahami pentingnya Katekisasi Pranikah diawal pernikahan agar

pernikahan yang mereka jalani dapat terjadi atas kehendak Tuhan.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yang mana

pendekatan kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses menjaring

informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek,

dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut

pandangan teoritis maupun praktis. penelitian yang menggunakan cara,

langkah, dan prosedur yang lebih melibatkan data dan informasi yang

diperoleh melalui responden sebagai subjek yang dapat mencurahkan

jawaban dan perasaannya sendiri untuk mendapatkan gambaran umum


yang holistik mengenai suatu hal yang diteliti. 3 Untuk itu penulis

menggunakan metode deskriptif, yang mana metode deskriptif adalah

prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan

keadaan objek yang diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat, pabrik,

dan lain-lain) sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta yang aktual

pada saat sekarang.

Sumber Data akan didapat memalui:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang peneliti dapatkan secara

langsung dari sumbernya. data ini tidak tersedia dalam bentuk

terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file, data ini harus dicari

melalui nara sumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu

orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita

jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi. Data sekunder

diperoleh dengan cara:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan tanya jawab antara dua orang

atau lebih yang berlangsung antara narasumber dan

3 https://serupa.id/metode-penelitian-kualitatif/
pewawancara dengan tujuan mengumpulkan data-data berupa

informasi yang berlangsung secara lisan.4

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung pada saat berlangsungnya

Katekisasi Pranikah. Pengamatan dengan observasi tidak

langsung dapat dilakukan di laboratorium melalui film, slide,

foto, recorder, citra satelit dan lain sebagainya

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah informasi yang diperoleh secara tidak

langsung. Data sekunder berperan penting untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik.

3. Sumber Data

Informan Kunci: Pendeta Jemaat.

Subyek penelitian: 2 Orang Pasangan.

yang menikah di Gereja Bethel Indonesia World Transformation

Church Serpong.

4 https://info.populix.co/articles/wawancara-adalah/
4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah GBI WTC Serpong (Gereja Bethel

Indonesia World Transformation Church) merupakan sebuah gereja

yang terletak di wilayah Kelurahan Lengkong Karya, Kecamatan

Serpong Utara, Kabupaten Kota Tangerang Selatan.

1.6 Batasan Masalah

Terciptanya konsentrasi pembahasan dan menghindari penelitian

yang terlalu luas penulis membatasi penelitian ini pada upaya untuk

mengetahui sejauh mana pelayanan Katekisasi Pranikah di GBI WTC

Serpong, serta bagaimana pemahaman warga jemaat tentang Pernikahan

dan juga pemahaman warga jemaat tentang katekisasi pranikah.

Pembahasan masalah ini mengandung konsep pemahaman sebagai

berikut:

Katekisasi adalah salah satu wadah Pembinaan dan Bimbingan kepada

warga gereja yang dilaksanakan oleh Gereja. Pranikah adalah masa-masa

sebelum memasuki pernikahan. Sehingga Katekisasi Pranikah yang

dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Katekisasi yang dilayankan gereja

bagi para pasangan yang akan menikah atau sudah bertunangan.

Anda mungkin juga menyukai