Anda di halaman 1dari 9

STUDI KASUS PESERTA DIDIK YANG MOTIVASI BELAJARNYA RENDAH

DI KELAS VII SMP NEGERI 10 PONTIANAK

Yuli, Muhammad Asrori, Indri Astuti


Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak
Email: yulianayuli0904@gmail.com

Abstract
The general objective in this research is to get clarity on how to help students who
have low learning motivation in class VII SMP Negeri 10 Pontianak. This research
method is descriptive in the form of case study research. The case subjects in this
study were two people. Data collection techniques in this study were observation,
interviews, home visits, and documentation. The research data collection tools are
observation guide guidelines, interview guides, home visit record format,
documentation record format.To overcome the problems experienced by subjects I and
II, an approach from the Rational Emotive Therapy counseling model is used to
transform irrational thinking into rational case subjects into rational. Techniques for
subjects I and II are directive techniques, didactic techniques. Hasilyang obtained
after being given alternative assistance is the learning motivation of these students
has begun to increase and more active in learning. Researcher's suggestion is that
case subjects are expected to be able to maintain and increase positive changes.

Keywords : Case Studies, Learners, Motivational Learning

PENDAHULUAN perubahan-perubahan tingkah laku akibat


Belajar merupakan proses internal yang pertumbuhan fisik atau kematangan,
melibatkan seluruh mental yang meliputi kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-
ranah-ranah kognitif, afektif dan obatan adalah tidak termasuk sebagai
psikomotorik. Proses belajar yang belajar”. Sedangkan menurut Maesaroh (
mengaktualisasikan ketiga ranah tersebut 2013 : 159) mengatakan bahwa “belajar
tertuju pada bahan belajar tertentu. Dalam adalah usaha memperoleh kepandaian atau
perspektif psikologi, belajar merupakan ilmu, sehingga belajar ini merupakan suatu
proses dasar dari perkembangan hidup kegiatan yang harus ada di dalam kehidupan
manusia. Dengan belajar, manusia manusia sesuai dengan naluri manusia yang
melakukan perubahan-perubahan sehingga selalu ingin maju, terutama dalam proses
tingkah lakunya berkembang. Semua pendidikan formal, belajar adalah hal yang
aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak sangat penting”. Senada dengan hal tersebut
lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu Chaplin (Mohammad Muchlis Solichin 2006
bukan sekedar pengalaman, belajar : 139) menyatakan bahwa “Acquisition of
berlangsung secara aktif dan integratif any relatively permanent change in behavior
dengan berbagai bentuk perbuatan untuk as a result of practice and experience.”
mencapai suatu tujuan. Menurut Wittaker Artinya, belajar adalah perolehan perubahan
(dalam Nidawati 2013 : 15) menyatakan tingkah laku yang relatif menetap atau
bahwa “Learning may be defined as the permanen sebagai akibat latihan dan
process by which behavior origanetas or is pengalaman. Melalui belajar anak didik
altered through training or experience”. Di melakukan perubahan-perubahan kualitatif
mana pengertian belajar merupakan proses di sehingga tingkah lakunya
mana tingkah laku ditimbulkan melalui berkembang.Semua aktivitas dan prestasi
latihan atau pengalaman. Dengan demikian, hidup anak didik lain adalah hasil dari

1
belajar. Kita pun hidup dan bekerja menurut sikap yang ditunjukkan peserta didik pada
apa yang telah kita pelajari. Belajar itu saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu seperti minat, semangat, tanggung jawab,
proses, bukan suatu hasil. Karena itu belajar rasa senang dalam mengerjakan tugas dan
berlangsung secara aktif dan integrative reaksi yang ditunjukkan peserta didik
dengan menggunakan berbagai bentuk terhadap stimulus yang diberikan guru.
perbuatan untuk mencapai suatu tujuan Motivasi dalam kegiatan belajar yang
proses belajar itu berbeda dengan proses diberikan kepada semua peserta didik baik itu
kematangan. Dengan demikan, tidak setiap tingkat sekolah Dasar, Sekolah Menengah
perubahan tingkah laku pada diri anak didik Pertama, maupun Sekolah Menengah Atas.
adalah merupakan hasil belajar Meskipun Salah satu peneliti memilih Sekolah
tidak seorang pun yang mengajar, namun Menengah Pertama Negeri 10 Pontianak.
orang itu dapat belajar. Guru atau orang lain Berdasarkan hasil pra survey yang
dapat mengarahkan belajar, dapat dilakukan di Sekolah Menengah Pertama
menunjukkan sumber pengalaman belajar Negeri 10 Pontianak bahwa kenyataannya
menyajikan bahan ajar dan dapat mendorong berbeda dengan yang diharapkan, motivasi
seseorang untuk belajar Apa yang ia kerjakan belajar yang dimiliki peserta didik masih
akan sangat tergantung kepada kebutuhan kurang. Ini dilihat dari sikap dan cara belajar
dan motivasinya. Kebutuhan dan motivasi peserta didik di luar kelas. Masih ada peserta
seseorang menjelma menjadi tujuan didik yang tidak serius dalam mengikuti
seseorang dalam belajar. Dengan demikian proses belajar mengajar di sekolah, misalnya
belajar itu berorientasi kepada tujuan orang mengobrol dengan teman sebangku,
yang belajar. Menurut Sudarwan (dalam Siti menganggu teman dan tidak serius dalam
Suprihatin, 2015 : 74 ) mengatakan bahwa belajar. Seperti masih banyak peserta didik
“motivasi diartikan sebagai kekuatan, yang jarang mengumpulkan tugas, kurang
dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, memperhatikan penjelasan guru yang sedang
atau mekanisme psikologis yang mendorong mengajar di depan kelas, tidak semangat
seseorang atau sekelompok orang untuk didalam kelas dan malas bertanya jika ada
mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa materi yang kurang dipahami walaupun
yang dikehendaki”. Menurut Sanjaya (dalam hanya terdapat sebagian kecil yang aktif
Amna Emda 2017 : 175) dilihat dari sifatnya bertanya. Penelitian ini secara umum
motivasi dapat dibedakan antara motivasi bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi peserta didik yang mmotivasi belajarnya
intrinsik adalah motivasi yang muncul dari belajar rendah di kelas VII Smp Negeri 10
dalam diri individu misalkan peserta didik Pontianak. Sedangkan tujuan khususnya
belajar karena didorong oleh keinginannya adalah untuk mendeskripsikan tentang : (1)
sendiri menambah pengetahuan; atau Karakteristik motivasi belajar rendah peserta
seseorang berolah raga tenis karena memang didik kelas VII SMP Negeri 10 Pontianak.
ia mencintai olah raga tersebut. Jadi dengan (2) Faktor internal yang mempengaruhi
demikian, dalam motivasi intrinsik tujuan motivasi belajar rendah peserta didik di kelas
yang ingin dicapai ada dalam kegiatan itu VII SMP Negeri 10 Pontianak. (3) Faktor
sendiri. sedangkan motivasi ekstrinsik adalah eksternal yang mempengaruhi motivasi
motivasi yang datang dari luar diri. Misalkan, belajar rendah peserta didik dikelas VII SMP
peserta didik belajar dengan penuh semangat Negeri 10 Pontianak. (4) Upaya bantuan
karena ingin mendapatkan nilai yang bagus; yang dilakukan untuk membantu peserta
seseorang berolah raga karena ingin menjadi didik di kelas VII SMP Negeri 10 Pontianak.
juara dalam suatu turnamen. Dengan (5) Hasilnya setelah diberikan bantuan.
demikian dalam motivasi ekstrinsik tujuan
yang ingin dicapai berada di luar kegiatan itu. METODE PENELITIAN
Tinggi rendah motivasi dapat terlihat dari

2
Metode penelitian pada dasarnya Sudajana (2001 : 69-77) mengatakan ada
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan enam macam bentuk menggunakan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. metode deskriptif : (1) studi kasus. (2)
Oleh karena itu tujuan umum penelitian Studi survey. (3) Studi perkembangan.
adalah untuk memecahkan masalah, maka (4) Studi tindak lanjut. (5) Studi
langkah-langkah yang akan ditempuh harus
kecenderungan. (6) Studi korelasi.
relevan dengan masalah yang akan
Bentuk penelitian ini adalah Studi kasus
dirumuskan. Dalam hal ini peneliti ingin
(case Studies) metode yang digunakan
mengungkapkan dan memperoleh informasi
metode deskriptif. Subyek kasus dalam
subyektif tentang apa saja yang
penelitian ini adalah peserta didik yang
menyebabkan motivasi belajar rendah dan
motivasi belajarnya rendah dikelas VII SMP
dampak yang diperoleh jika motivasi belajar
Negeri 10 Pontianak. Alat pengumpul data
rendah. Nawawi (2015) menyatakan bahwa
dalam penelitian ini yaitu, observasi,
ada beberapa metode yang dapat digunakan
wawancara, kunjungan rumah (Home Visit),
dalam penelitian ini seperti : (1) Metode
dokumentasi. Prosedur penelitian ini terdiri
filosofis, yaitu prosedur pemecahan masalah
dari tiga tahap sebagai berikut :
yang diselidiki secara rasional melalui
perenungan atau pemikiran yang terarah,
mendalam dan mendasar tentang hakekat Tahap Persiapan
Peneliti telah mengadakan pra penelitian
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada baik
terlebih dahulu untuk mengetahui masalah
dengan mempergunakaan pola berfikir aliran
dan menentukan subyek kasus yang ada pada
filsafat tertentu maupun dalam bentuk
peserta didik di SMP Negeri 10 Pontianak.
analisis data sistematik berdasarkan pola
Pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti
berfikir induktif, deduktif, fenomenologis
dilaksanakan secara langsung di lapangan.
dan lain-lain dengan memperhatikan hukum-
Selanjutnya setelah peneliti melaksanakan
hukum berfikir (logika). (2) Metode
pra penelitian dan telah menemukan masalah
deskriptif, yaitu prosedur pemecahan
di SMP Negeri 10 Pontianak, maka peneliti
masalah yang diselidiki dengan
segera mengajukan judul penelitian ini
mengembangkan/melukiskan keadaan
kepada dosen pembimbing yang kemudian
subjek/objek penelitian (seorang, lembaga,
disetujui oleh Ketua Program Studi
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
Bimbingan dan Konseling, selanjutnya
berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau
disusunlah proposal penelitian. Langkah
sebagai mana adanya. (3) Penelitian
selanjutnya adalah peneliti mengajukan surat
historis,yaitu penelitian yan berusaha
permohonan untuk melaksanakan riset
mempelajari dan menggali fakta-fakta dan
kebagian akademik FKIP UNTAN. Setelah
menyusun kesimpulan mengenai pristiwa
selesai mengurus surat izin penelitian yang
yang berlalu. (4) Penelitian eksperimen, yaitu
akan ditujukan kepada Kepala Sekolah SMP
penelitian yang biasanya dilakukan untuk
Negeri 10 Pontianak.
menguji sesuatu atau lebih hipotesis dan
mengungkapkan pengaruh suatu variabel. Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini menggunakan metode Pada tahap pelaksanaan ini, langkah
deskriptif, sedangkan bentuk penelitiannya selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah
adalah studi kasus yaitu berusaha meneliti melakukan wawancara kepada subyek kasus
subjek kasus secara mendalam dan dan sumber data yang telah ditetapkan.
komprehensif dengan menggunakan berbagai Peneliti juga menemui Kepala Sekolah
bentuk pengumpulan data dan pendekatan terlebih dahulu untuk permohonan izin
konseling untuk menggali faktor-faktor yang melaksanakan penelitian untuk judul yang
menyebabkan siswa memiliki motivasi sudah ditetapkan dan untuk meneliti siswa
belajar rendah dan kemudian memberikan yang ada di sekolah tersebut. Setelah
bantuan untuk memecahkan masalahnya. disetujui, peneliti segera menemui guru BK

3
yang ada di sekolah tersebut untuk peserta didik yang motivasi belajarnya
mengkonsultasikan permasalahan yang rendah menggunakan pendekatan kualitatif
dialami oleh peserta didik tersebut. dengan metode deskriptif dalam bentuk
Peneliti juga melakukan wawancara penelitian studi kasus. Berdasarkan hasil
terhadap guru mata pelajaran untuk wawancara yang dilakukan oleh berbagai
mengkonsultasikan permasalahan yang sumber data, diketahui bahwa subyek kasus I
dialami peserta didik yang motivasi merupakan Subyek kasus merupakan anak
belajarnya rendah. Setelah melakukan pertama dari dua bersaudara, adiknya laki-
wawancara, maka peneliti melakukan laki yang masih duduk dibangku kelas 3 Sd.
observasi terhadap subyek kasus yang Ayahnya bekerja sebagai wiraswasta. Ayah
kemudian menetapkan subyek kasus sebagai nya mempunyai usaha dirumah, yaitu toko
fokus penelitiannya. sembako yang sudah sejak lama dikelola
orang tuanya sendiri. ayahnya sangat sibuk
Tahap Akhir mengelola toko yg dimiliki nya. Toko nya
pada tahap akhir disini, langkah yang buka dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam.
dilakukan adalah melaksanakan wawancara Sehingga kurang memperhatikan AZA dalam
dengan beberapa pihak yang kiranya dapat belajar. Ibu nya merupakan Pegawai Negeri
membantu dalam memberikan sejumlah sipil. Ibu AZA mengajar di Sd, yang lumayan
informasi dalam melengkapi data guna untuk jauh dari rumah nya. Ibu nya mengajar dari
keperluan dalam penelitian mengenai hari senin sampai jumat. Terkadang
masalah yang akan diteliti yaitu peserta didik ibunya juga sibuk untuk mengurus adiknya.
yang motivasi belajarnya rendah di kelas VII Berdasarkan keterangan dari sang ibu AZA
SMP Negeri 10 Pontianak. Subyek kasus anak yang jarang membantu pekerjaan
dalam penelitian ini berjumlah 2 orang rumah, AZA lebih sering bermain terkadang
dengan inisial AZA dan RQ kelas VII. lupa waktu sehingga AZA jarang belajar, dan
Adapun sumber data nya adalah subyek AZA sering bermain HP hingga larut malam,
kasus, guru mata pelajaran, wali kelas, teman terkadang susah diberi tahu. Berdasarkan
subyek kasus yang masing-masing berjumlah hasil wawancara dengan ayah Muhammad
2 orang serta orang tua subyek kasus. Faisal mengatakan” ketika dirumah AZA
lebih sering bermain ketimbang belajar, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN terkadang ia juga jarang mengerjakan tugas
Hasil yang diberikan oleh gurunya, .
Subyek kasus dalam penelitian ini Berdasarkan hasil wawancara yang
adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri dilakukan oleh peneliti dengan sumber data
10 Pontianak. Teknik pengumpul data yang untuk subyek kasus II, maka diketahui bahwa
digunakan adalah teknik wawancara, subyek kasus II merupakan anak pertama dari
observasi, dan teknik home visit, format satu bersaudara, ia tinggal bersama Ibu dan
catatan kunjungan rumah. Berdasarkan neneknya, ayahnya bekerja sebagai
alternatif pemberian bantuan yang telah wiraswasta, sedangkan ibu nya bekerja
diberikan kepada subyek kasus di SMP sebagai ibu rumah tangga, Keadaan ekonomi
Negeri 10 Pontianak, hasil yang telah nya yang bisa di bilang sangat
diperoleh dari 2 subyek kasus tersebut. berkecukupan,karena ayahnya merupakan
Berdasarkan alternatif pemberian pengusaha. Berdasarkan hasil kunjungan
bantuan yang telah diberikan kepada subyek rumah (home visit) diketahui kegiatan subyek
kasus di SMP Negeri 10 Pontianak, hasil kasus di rumah adalah bermain, dan ketika
yang telah diperoleh dari 2 subyek kasus pulang sekolah MRA langsung pergi untuk
tersebut adalah mengalami perubahan dan bermain di luar rumah, biasanya MRA main
peningkatan yang baik terutama terhadap bersama abang sepupunya untuk bermain
motivasi belajarnya. Penyelesaian motor, dan kurangnya perhatian dari orang
permasalahan yang dilakukan terhadap tua sehingga MRA mencari kesibukan lain

4
dengan bermain diluar dengan abang menunjukkan perubahan pada pola pikirnya
sepupunya, sehingga MRA lupa waktu dalam pada konseling pertemuan pertama dilakukan
belajar. Klien masih tampak belum terbuka dalam
Faktor penyebab subyek kasus I dan II permasalahannya dan masih bingung untuk
motivasi belajarnya rendah, disebabkan berbicara dan sulit mengungkapkan masalah
karena 2 faktor yang mempengaruhinya yaitu yang sedang dialaminya. e). Konselor dan
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor klien membuat kesepakatan untuk treatment
internal yang menyebabkan subyek kasus I pertemuan kedua yaitu pada hari Jumat
motivasi belajarnya rendah adalah sering tanggal 19 Juli 2019 pada jam 09.00 WIB
tidur larut malam sehingga tidak konsentrasi diruang BK. 2) Pertemuan kedua, a)
dalam menerima pelajaran, ketika guru Membangun hubungan baik dengan klien. b)
menjelaskan pelajaran sibuk sendiri, pasif Berdiskusi tentang dampak buruk mengenai
ketika didalam kelas, waktu untuk belajar motivasi belajar yang rendah. c) Meninjau
digunakan untuk bermian HP, sering kembali perkembangan motivasi belajar klien
terlambat kesekolah sehingga ketinggalan yang sebelumnya rendah. d) Sebelum
pelajaran. Faktor eksternal yang menyepakati pertemuan berikutnya dengan
menyebabkan subyek kasus I motivasi klien, konselor memberikan tugas kepada
belajarnya rendah yaitu kurangnya perhatian klien. e) Pada pertemuan kedua ini klien
dari orang tua, dan lingkungan bermain. sudah mulai tampak menunjukkan sikap yang
Faktor internal yang menyebabkan membuat motivasi belajarnya meningkat,
subyek kasus motivasi belajarnya rendah yaitu klien sudah paham tentang bagaimana
yaitu sering bermain sehingga lupa waktu cara meningkatkan motivasi belajar dan
untuk belajar, subyek kasus kurang memliki sudah mulai nyaman dengan keadaannya
minat belajar, tidak ada kesadaran diri dalam sekarang. Pertemuan ketiga, a) membina
belajar, subyek kasus tidak memliki jadwal hubungan baik dengan klien. b) Mengecek
belajar yang teratur dirumah, jarang hasil tugas rumah yang diberikan pada
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. pertemuan kedua. c) Proses konseling
Faktor ekternal yang menyebabkan berikutnya konselor menggunakan teknik
motivasi belajar peserta didik rendah yaitu direktif. d) Sebelum mengakhiri waktu
kurangnya perhatian dari orang tua, dan iklim konseling konselor memberikan tugas
kehidupan keluarga (broken home). kepada klien. f) Menyepakati untuk
pertemuan berikutnya pada hari Senin
Pembahasan tanggal 22 Juli 2019 WIB diruang BK. 4)
Pada tahap ini dilaksanakan alternatif Pertemuan keempat, a) Membina hubungan
bantuan yang dirumuskan dalam prognosis, baik dengan klien. b) Mengecek tugas rumah
maka pada tahap treatment ini untuk subyek yang diberikan dipertemuan ketiga. c) Proses
kasus I diambil tindakan dengan langkah konseling ini menggunakan teknik direktif. d)
sebagai berikut : 1) pertemuan pertama, a) Pada pertemuan keempat ini klien tampak
membangun hubungan rapport (hubungan jauh mengalami perubahan yang positif
baik) dengan subyek kasus, dengan tujuan secara signifikan. e) Karena pada akhir
agar subyek kasus merasa diterima didalam pertemuan keempat klien sudah
proses konseling sehingga dengan nyaman menunjukkan perubahan yang positif maka
subyek kasus mengungkapkan mengenai proses konseling ini dipandang sudah cukup
permasalahannya. b) Konselor mengajarkan dan hentikan. Klien sudah mulai berubah,
klien cara-cara untuk meningkatkan motivasi ketika guru menjelaskan pelajaran klien
belajar. c) Klien harus melakukan cara-cara sudah tidak sibuk sendiri, tidak mengobrol
untuk meningkatkan motivasi belajar yang dengan temannya bahkan sudah aktif
telah dijelaskan konselor dalam kehidupan bertanya jika ada yang tidak dimengerti.
sehari-hari. d) Pada perkembangan akhir Menurut keterangan dari guru dan
pertemuan pertama, klien belum teman subyek kasus dikelas mengatakan

5
bahwa Subyek kasus banyak mengalami rumah yang diberikan pada pertemuan kedua.
perubahan. Perubahan yang dimaksud yaitu c) Konselor menjelaskan tentang pentingnya
subyek kasus sudah tidak lagi datang manfaat belajar. d) Dalam pertemuan ketiga
terlambat kesekolah. Selain itu juga, subyek ini klien sudah mulai mengerti dan Sebelum
kasus sudah rajin mengerjakan tugas-tugas mengakhiri waktu konseling konselor
yang diberikan oleh guru dan tidak lagi sibuk memberikan tugas kepada klien. f)
sendiri, dan tidak lagi berbicara dengan Menyepakati untuk pertemuan berikutnya
teman ketika jam pelajaran berlangsung, pada hari senin tanggal 29 Juli 2019 pada jam
kemudian teman subyek kasus mengatakan 09.00 WIB diruang BK. 4) Pertemuan
bahwa subyek kasus juga sudah tidak tidak keempat, a) Membina hubungan baik dengan
berbicara dengan teman sebangku, dan sudah klien. b) Mengecek tugas rumah yang
mulai konsentrasi dalam meneri pelajaran diberikan kepada klien dipertemuan ketiga. c)
yang diberikan, subyek kasus sudah mulai Proses konseling berikutnya konselor
aktif bertanya jika tidak paham dengan menggunakan teknik direktif . d) Sebelum
materi pelajaran yang diajarkan dan rajin mengakhiri proses waktu konseling konselor
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. memberikan tugas kepada klien. e) Dalam
Subyek kasus II diberikan alternatif pertemuan keempat ini klien sudah terlihat
bantuan dengan pelaksanaan treatment lega karena sudah menemukan jalan keluar
sebanyak lima kali pertemuan. (1) pertemuan untuk meningkat motivasi belajarnya yang
pertama, a) peneliti dan subyek kasus selama ini rendah setelah keluar dari ruang
membangun hubungan baik. b) Konselor BK. f) Menyepakati untuk pertemuan
mengajarkan serta memberikan contoh berikutnya pada hari Rabu tanggal 31 Juli
kepada klien cara-cara untuk meninggalkan 2019 Jam 09.00 WIB Diruang BK. 5)
kebiasaan buruk. c) Pada akhir pertemuan Pertemuan kelima, a) Membangun hubungan
pertama, klien belum menujukkan baik. b) Mengecek tugas rumah yang
perubahanyang tampak dari dirinya pada diberikan dipertemuan keempat. c) Proses
konseling pertemuan pertama ini. Klien konseling ini menggunakan teknik direktif. d)
masih tampak belum terbuka dalam Subyek kasus secara umum sudah menjukkan
permasalahannya dan masih sulit perubahan yang signifikan. Hal ini terlihat
mengungkapkan masalah yang sedang dari keseharian subyek kasus tidak pernah
dialaminya. Konselor dan klien membuat bolos sekolah lagi, aktif ketika didalam kelas,
kesepakatan untuk treatment pertemuan sering bertanya jika tidak memahami materi
kedua yaitu pada hari senin tanggal 20 Juli yang dijelaskan dan sudah tidak mengganggu
2019 Jam 09.00 WIB diruang BK. 2) temannya lagi. e) Karena pada akhir
Pertemuan kedua , a) Membangun hubungan pertemuan kelima sudah menunjukkan
baik dengan klien. b) berdiskusi tentang perubahan yang positif pada dirinya maka
dampak buruk jika malas belajar dan sering proses konseling dianggap selesai pada akhir
tidak masuk sekolah. c) Meninjau kembali pertemuan ini subyek kasus dengan penuh
perkembangan belajar klien yang sebelumnya ketulusan mengucapkan terimakasih kepada
rendah. d) Pada pertemuan kedua ini klien peneliti, karena bisa membimbing dirinya
masih belum tampak menunjukkan sikap dengan penuh keiklhasan. Dalam penelitian
yang menunjukkan motivasi belajarnya ini menggunakan teknik RET dengan model
meningkat. e) Sebelum proses konseling konseling Direktif dan didaktik. Subyek
berakhir dan menyepakati untuk pertemuan kasus disini diajak untuk melakukan hal yang
berikutnya konselor memberikan tugas baru dari kebiasaan buruknya yang
kepada klien. f) Menyepakati untuk mempunyai sikap malas belajar, acuh
pertemuan ketiga, pada hari Rabu tanggal 24 terhadap pelajaran, serta kurang
Juli 2019 pada jam 09.00 WIB diruang BK. memperhatikan guru menjelaskan dan asik
3) Pertemuan ketiga, a) Membina hubungan mengganggu teman nya ketika proses belajar
baik dengan klien. b) Mengecek hasil tugas berlangsung. Pada pertemuan ini peneliti

6
meminta kepada subyek kasus untuk belajar Kemudian teknik didaktik yaitu peneliti
bertahap atau step by step dari suka datang mengajarkan subyek kasus cara-cara berpikir
terlambat menjadi jarang untuk terlambat dan rasional, dimana yang dimaksudkan disini
dari suka memolos menjadi jarang untuk agar subyek kasu berfikir bahwa belajar
membolos begitu seterus nya sampai subyek merupakan hal yang sangat penting, karena
kasus mengalami perubahan yang baik. Pada tugas kita sebagai pelajar adalah untuk
pertemuan ini subyek kasus menyetujui belajar dan untuk membangkit kan motivasi
dengan kesepakatan yang telah dibahas. belajar yanag ada pada peserta
Subyek kasus sudah mulai untuk didik.Berdasarkan alternatif pemberian
berusaha belajar dan memahami sedikit demi bantuan yang telah dilaksanakan maka
sedikit perilaku yang rasional. Pada diketahui bahwa subyek kasus I sudah
pertemuan kedua ini peneliti menyarankan menunjukkan perubahan yang positif,
kepada subyek kasus untuk mengamati khususnya dalam khususnya dalam
perilaku temannya di kelas yang memiliki meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
cara belajar yang baik dengan tujuan dapat Subyek kasus sekarang sudah banyak
menirukan dan mencontoh cara belajar mengalami perubahan yaitu subyek kasus
temannya yang dianggapnya baik. sudah banyak mengalami perubahan terutama
Dipertemuan kelima ini subyek kasus dan disiplin dalam waktu dan tidak pernah
peneliti segera mengakhiri proses konseling terlambat lagi, dan tidak sibuk sendiri dan
dikarenakan subyek kasus sudah mengalami sudah rajin mengerjakan tugas yang
perubahan yang baik. Pada pertemuan diberikan oleh guru. Model konseling yang
terakhir ini, peneliti masih bertindak dalam diberikan kepada subyek kasus II adalah
memberikan penguatan positif dan informasi model konseling RET (Rasional Emotif
mengenai pentingnya berkonsentrasi saat Terapi) dengan teknik Direktif dan didaktik
belajar, mengikuti pelajaran sampai selesai sama halnya dengan subyek kasus I
dengan ikhlas dan berupaya menyukai semua menggunakan RET (Rasional Emotif Terapi)
mata pelajaran dan cara guru yang mengajar dan tekniknya juga menggunakan Didaktik
di sekolah. dan Direktif, dapat diketahui bahwa subyek
kasus sudah menunjukkan perubahan yang
SIMPULAN DAN SARAN positif, subyek kasus sudah tidak lagi
Simpulan menggangu teman ketika di dalam kelas,
Model konseling yang diberikan kepada rajin mengerjakan tugas tugas yang diberikan
subyek kasus I adalah model konseling RET oleh guru, aktif bertanya ketika di dalam
(Rasional Emotif Terapi) teknik direktif yaitu kelas, jarang keluar kelas ketika jampelajaran
mengarahkan subyek kasus agar dan sudah jarang pulang hingga larut malam.
meninggalkan kebiasaan pola pikir yang
irasional dan membiasakan berpikir rasional, Saran
Pada saat sedang belajar peneliti Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
mengarahkan subyek kasus untuk tidak dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berbicara saat sedang belajar dengan berikut : (1) Subyek kasus I disarankan untuk
demikian maka subyek kasus akan tetap mengikuti dan menjalankan bantuan
konsentrasi dan memperhatikan penjelasan yang telah diberikan agar lebih semangat
guru. Kemudian langkah selanjutnya peneliti dalam belajar, dan lebih serius mengikuti
mengarahkan subyek kasus untuk selalu tidur pelajaran yang ajarkan oleh guru, serta
dan istirahat setelah pulang sekolah agar berkonsentrasi ketika belajar dan membuat
waktu tidurnya cukup dan kesehatannya jadwal belajar dirumah agar dapat
terjaga. Peneliti mengharuskan subyek kasus meningkatkan motivasi belajarnya. (2)
untuk selalu mengerjakan tugas yang Subyek kasus II disarankan untuk merubah
diberikan oleh gurunya di sekolah agar kebiasaan nya bermain hingga larut malam,
motivasi belajar dan nilainya meningkat. serta lebih serius dalam belajar,

7
mengoptimalkan waktu sehari-hari secara Nidawati, 2013. Belajar Dalam Perspektif
positif dan rajin belajar agar motivasi Psikologi Dan Agama. Volume 1
belajarnya meningkat serta meninggalkan Solichin Muchlis Mohammad. 2006.
kebiasaan buruknya mengganggu teman Acquisition Of Any Relatively
ketika proses belajar megajar berlangsung. Permanent Change In Behavior As A
Result Of Practice And Experience.
DAFTAR RUJUKAN Volume 1
Emda, Amna. 2017. Kedudukan Motivasi Sudjana. 2001. Metode dan Teknik
Belajar Siswa dalam Pembelajaran. Pembelajaran Partisipatif. Falah
Volume 5 Production
Maesaroh, Siti. 2013. Peranan Metode Suprihatin, Siti. 2015. Upaya Guru Dalam
Pembelajaran terhadap Minat Dan Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Volume 3
Islam. Volume 1
Nawawi, Hadari (2015). Metode Penelitian
Bidang Sosial. Yogyakarta : UGM
Press

8
9

Anda mungkin juga menyukai