Review SNP Nomor 4 - Rehagel Israel Timothy Sirih - 2208016260
Review SNP Nomor 4 - Rehagel Israel Timothy Sirih - 2208016260
A. PENDAHULUAN
Pendahuluan ini secara keseluruhan memberikan latar belakang yang kuat untuk
pembahasan lebih lanjut tentang standar, norma, dan pengaturan terkait hak atas
kesehatan. Poin-poin yang dijelaskan dengan baik dan mendalam, dengan
menyediakan konteks yang diperlukan untuk memahami kompleksitas isu-isu
kesehatan yang dibahas di dalamnya.
3. Fungsi SNP: SNP tidak hanya menjadi interpretasi dan panduan atas kaidah-
kaidah dan peristiwa HAM yang terjadi, tetapi juga menjadi bagian dari
pengaturan atas berbagai norma hukum HAM. Dokumen ini diharapkan
dapat menjadi tolok ukur dalam menilai tindakan yang sejalan dengan hak
asasi manusia, serta mengikat bagi semua pihak dalam menjawab persoalan
HAM yang timbul.
4. Tujuan dan Manfaat SNP: Tujuan SNP adalah memastikan bahwa tidak ada
kebijakan atau tindakan yang bertentangan dengan norma HAM,
memberikan perlindungan hukum yang adil, menghormati HAM dalam
semua aspek kehidupan, serta membangun pemahaman dan kesadaran
masyarakat terhadap HAM.
5. Legitimasi SNP: Dokumen SNP tentang Hak Atas Kesehatan telah dibahas
dan disahkan dalam Sidang Paripurna Komnas HAM RI, dan ditetapkan
sebagai Peraturan Komnas HAM RI. Ini memberikan legitimasi hukum
terhadap SNP dan menegaskan kekuatan mengikatnya.
1. Universalitas: Hak atas kesehatan harus tersedia untuk semua orang tanpa
terkecuali, termasuk berbagai latar belakang seperti ekonomi, jenis kelamin,
dan identitas sosial lainnya.
4. Tidak Dapat Dipisahkan: Hak atas kesehatan tidak bisa dipisahkan dari hak-
hak lain seperti hak atas pendidikan atau hak atas pekerjaan, karena
semuanya saling terkait dan mempengaruhi kesejahteraan individu.
5. Saling Terkait: Hak atas kesehatan berkaitan erat dengan faktor-faktor lain
seperti akses terhadap makanan bergizi, lingkungan yang sehat, dan akses
terhadap informasi.
E. KEWAJIBAN NEGARA
Hak dan kewajiban dalam bidang kesehatan adalah fondasi penting untuk
memastikan bahwa pelayanan kesehatan berlangsung dengan baik dan sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Berikut adalah review singkat dari hak dan
kewajiban tenaga medis, tenaga kesehatan, pasien, dan penyelenggara layanan
kesehatan:
1. Hak dan Kewajiban Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan:
10 | R e v i e w S N P N o m o r 4
• Hak: Termasuk hak untuk mendapatkan peningkatan kompetensi,
perlindungan hukum, imbalan jasa, keselamatan dan kesehatan kerja, serta
kesempatan untuk mengembangkan profesinya.
• Kewajiban: Termasuk memiliki Surat Tanda Registrasi (STR), memberikan
pelayanan sesuai standar profesi, menjaga kerahasiaan pasien, membuat dan
menyimpan catatan medis, serta mengikuti etika profesi.
2. Kewajiban Penyelenggara Layanan Kesehatan:
• Kewajiban: Meliputi memberikan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan efektif, menyelenggarakan rekam medis, menyediakan sarana
bagi masyarakat miskin, menjaga standar mutu pelayanan, dan
menghormati hak pasien.
3. Hak dan Kewajiban Pasien:
• Hak: Termasuk hak untuk mendapatkan informasi yang benar, mendapatkan
pelayanan yang bermutu, menolak tindakan medis, dan menggugat fasilitas
layanan kesehatan jika pelayanan tidak sesuai standar.
• Kewajiban: Termasuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya, mematuhi nasihat dokter, mematuhi
ketentuan fasilitas kesehatan, dan memberikan imbalan jasa.
Bab ini menegaskan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam memastikan
bahwa pelayanan kesehatan berlangsung dengan baik. Hak-hak dan kewajiban yang
diatur memberikan landasan yang jelas bagi praktik kedokteran dan penyelenggara
layanan kesehatan, sementara juga memberikan perlindungan dan kepastian bagi
pasien. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa pelayanan kesehatan akan
menjadi lebih optimal dan sesuai dengan standar profesi dan etika.
H. TEMA-TEMA KHUSUS
Tematik yang disajikan di sini mencakup beberapa isu penting terkait hak
kesehatan, khususnya terfokus pada kelompok rentan seperti anak-anak, remaja,
dan wanita. Berikut adalah beberapa poin peninjauan terhadap tema-tema khusus
ini:
11 | R e v i e w S N P N o m o r 4
Hak-hak Kelompok Rentan:
1. Hak Dasar Kesehatan: Penekanan pada hak dasar kesehatan anak dan
remaja tanpa diskriminasi adalah suatu langkah yang penting. Dengan
menyediakan layanan kesehatan yang merata dan inklusif, dokumen ini
menggarisbawahi pentingnya memastikan bahwa generasi muda memiliki
akses ke perawatan yang tepat.
Imunisasi:
12 | R e v i e w S N P N o m o r 4
2. Pengawasan dan Evaluasi: Pemerintah diharapkan untuk terlibat secara aktif
dalam pengawasan dan evaluasi program imunisasi, serta dalam
memastikan ketersediaan vaksin yang aman dan efektif bagi masyarakat.
Sterilisasi:
13 | R e v i e w S N P N o m o r 4
Pasal 1 angka 1 UU Penyandang Disabilitas memberikan definisi yang luas
tentang penyandang disabilitas, mencakup keterbatasan fisik, intelektual, mental,
dan sensorik dalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Meskipun definisi ini luas,
ICRPD menunjukkan bahwa konsep disabilitas terus berkembang, dan definisi
yang terlalu ketat bisa menghambat pengembangan konsep tersebut di masa depan.
14 | R e v i e w S N P N o m o r 4
penuh terhadap layanan kesehatan bagi semua individu, termasuk penyandang
disabilitas.
1. Pasal 18B ayat (2) UUD NRI 1945 memberikan dasar hukum bagi
pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat dengan empat persyaratan
yang harus dipenuhi.
2. Negara diwajibkan membuat undang-undang sebagai bentuk perlindungan
terhadap masyarakat hukum adat, yang mengakui otonomi mereka sebagai
subjek hak kolektif.
3. Perlindungan hak kesehatan bagi masyarakat hukum adat penting karena
ketergantungan mereka pada alam dan lingkungan tempat tinggal mereka.
4. Kerentanan masyarakat hukum adat terhadap perubahan lingkungan dan
pengalihan fungsi hutan menuntut perlindungan yang maksimal dari negara.
5. Pengadilan mengakui hubungan antara tanah dan kelangsungan hidup
komunitas, termasuk masyarakat hukum adat, serta hak-hak dasar seperti
air, pendidikan, dan makanan.
6. Pengadilan dapat memerintahkan restitusi tanah leluhur dan pelayanan
sementara dari negara untuk masyarakat hukum adat.
7. Kendala akses kesehatan masyarakat hukum adat termasuk aksesibilitas
fisik dan kesenjangan antara pengetahuan lokal dan konsep kedokteran
modern.
8. Pemerintah diwajibkan meningkatkan akses dan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat hukum adat melalui berbagai strategi, termasuk mendekatkan
fasilitas kesehatan, sinergi antar institusi kesehatan, kerja sama dengan
pihak swasta, dan optimalisasi peran tokoh masyarakat adat.
9. Negara memiliki tanggung jawab untuk mengatur populasi masyarakat yang
memengaruhi tanah adat, untuk melindungi hak-hak masyarakat hukum
adat dan keberlanjutan budayanya.
15 | R e v i e w S N P N o m o r 4
10. Perlindungan terhadap stabilitas sistem iklim diperlukan untuk mencegah
dampak buruk penggundulan hutan dan pemanasan global terhadap
masyarakat hukum adat dan generasi masa depan.
11. Rekonstruksi rumah dan bangunan yang dihancurkan dapat dilakukan
sebagai ganti rugi untuk kasus pengusiran paksa terhadap masyarakat
hukum adat, yang memastikan pemenuhan hak-hak dasar mereka.
Hak kesehatan bagi penyandang PMK adalah hak dasar yang harus diberikan
dan didapatkan oleh setiap individu yang hidup dengan PMK. Hak ini mencakup
pelayanan kesehatan yang layak, dengan mengutamakan prinsip nondiskriminasi,
toleransi, dan empati.
Perawatan dan pengobatan bagi penyandang PMK yang miskin dan kurang
mampu harus ditanggung oleh negara.
Penyandang PMK tidak hanya menghadapi tantangan fisik, tetapi juga sosial
yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Mereka rawan mengalami pemutusan
16 | R e v i e w S N P N o m o r 4
hubungan kerja karena kurangnya pemahaman dari pihak tempat kerja, yang dapat
mengakibatkan berkurang atau hilangnya hak-hak kesehatan mereka.
Stigma yang dialami oleh penyandang PMK dapat memengaruhi kualitas hidup
mereka secara signifikan, dengan menimbulkan rasa sedih, rasa bersalah, perasaan
kurang bernilai, kecemasan, dan depresi. Stigma juga dapat membatasi akses dan
penggunaan layanan kesehatan, yang berpotensi menyebabkan penyandang PMK
mengalami putus obat dan akhirnya kematian.
Pekerja Migran:
1. Jaminan sosial bagi pekerja migran mencakup kesehatan, hari tua, dan
kecelakaan kerja.
17 | R e v i e w S N P N o m o r 4
2. Perlindungan sosial bagi pekerja migran meliputi prapenempatan, masa
penempatan, dan purnapenempatan.
3. Mekanisme pemenuhan hak kesehatan pekerja migran harus transparan
dan akuntabel, dengan jaminan keselamatan selama proses migrasi.
4. Tes kesehatan untuk calon pekerja migran hanya untuk memastikan
kesehatan yang memadai, tanpa pemaksaan seperti tes HIV.
5. Negara harus memfasilitasi reunifikasi keluarga pekerja migran sebelum
dan selama penempatan di luar negeri.
6. Pengabaian terhadap reunifikasi dapat mengganggu hak kesehatan dan
menyebabkan kerugian sosial.
7. Negara harus bekerja sama untuk menyediakan pelayanan migrasi yang
tepat bagi pekerja migran dan keluarganya.
18 | R e v i e w S N P N o m o r 4
7. Negara harus memastikan akses universal ke layanan kesehatan seksual
dan reproduksi bagi SOGI.
8. Upaya mengubah orientasi seksual adalah pelanggaran terhadap hak
privasi dan kesehatan individu.
9. Pemerintah harus menyediakan layanan kesehatan untuk kelompok
SOGI dan berkolaborasi dengan mereka.
10. Negara harus mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan
diskriminasi berbasis orientasi seksual dan identitas gender di bidang
kesehatan.
11. Negara harus melindungi individu dari praktik medis yang merugikan
berdasarkan orientasi seksual atau identitas gender.
12. Sterilisasi medis untuk transgender melanggar hak mereka atas
integritas fisik dan perlindungan kesehatan.
13. Hak-hak minoritas seksual tidak boleh dikalahkan oleh budaya dan
moralitas relatif.
14. Rumah sakit tidak boleh menghalangi akses kesehatan berdasarkan
identitas gender.
15. Rehabilitasi sosial harus memperhatikan kapasitas dan minat masing-
masing individu dari kelompok rentan berbasis SOGI.
Tahanan:
• Hak asasi tahanan, termasuk hak atas kesehatan, dijamin oleh hukum,
dengan penekanan pada prinsip-prinsip seperti persamaan kedudukan di
hadapan hukum dan asas praduga tidak bersalah.
• Proses penahanan harus sesuai dengan aturan hukum dan tidak boleh
mengurangi harkat dan martabat tahanan.
19 | R e v i e w S N P N o m o r 4
• WBP memiliki hak yang sama dengan orang-orang yang tidak ditahan,
termasuk hak atas pelayanan kesehatan yang memadai.
Pengungsi Internal:
• Pengungsi internal memiliki hak yang sama atas pelayanan kesehatan yang
maksimal, tanpa dipisahkan dari anggota keluarga mereka.
Justisiabilitas:
Negara juga harus berusaha untuk meningkatkan kapasitas produksi lokal obat-
obatan dan vaksin, sehingga mereka tidak terlalu bergantung pada impor dari negara
20 | R e v i e w S N P N o m o r 4
lain, dan juga meminimalkan dampak fluktuasi harga dan ketersediaan di pasar
global.
Selain itu, negara juga harus memiliki sistem yang efektif untuk mengawasi
peredaran obat-obatan, termasuk mengendalikan obat-obatan yang dipalsukan atau
kadaluwarsa yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
Secara keseluruhan, pendekatan yang holistik dan berorientasi pada hak asasi
manusia diperlukan dalam mengelola peredaran obat-obatan, dengan memastikan
bahwa hak atas kesehatan masyarakat menjadi prioritas utama di tengah dinamika
perdagangan global dan inovasi farmasi.
I. PEMBATASAN
Pembatasan yang diuraikan di bagian ini memberikan kerangka kerja yang jelas
dan rinci mengenai bagaimana negara dapat membatasi hak atas kesehatan dalam
situasi tertentu, terutama dalam konteks kesehatan publik. Berikut adalah beberapa
poin penting yang bisa diulas:
1. Legitimitas dan Batasan Pembatasan: Pembatasan harus didasarkan pada
hukum nasional dan instrumen HAM, serta hanya dapat diterapkan dalam
konteks pemenuhan progresif hak atas kesehatan. Ini memastikan bahwa
pembatasan dilakukan secara sah dan transparan.
21 | R e v i e w S N P N o m o r 4
2. Kriteria Pembatasan: Pembatasan harus didasarkan pada keterbatasan
sumber daya yang dimiliki oleh negara, namun tidak boleh sewenang-
wenang. Ketetapan hukum yang jelas, tegas, dan terukur harus menjadi
dasar dari setiap pembatasan, dengan alasan yang jelas dan mekanisme
pemulihan yang disediakan.
3. Prioritas dan Keadilan: Negara diwajibkan untuk menyusun skala prioritas
berdasarkan faktor kerentanan, termasuk orang/kelompok, wilayah, dan
tingkat kegentingan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pembatasan
dilakukan secara adil dan berbasis pada kebutuhan yang paling mendesak.
4. Transparansi dan Akuntabilitas: Setiap peraturan yang membatasi hak atas
kesehatan harus dibuat secara jelas dan dapat dimengerti oleh setiap orang.
Hal ini penting untuk memastikan bahwa hak setiap individu atas informasi
dan akuntabilitas terpenuhi.
5. Pentingnya Demokrasi: Pembatasan harus tidak merusak demokrasi yang
berfungsi di dalam masyarakat. Adanya mekanisme check and balances
harus dijamin untuk memastikan bahwa pembatasan tidak disalahgunakan.
6. Proporsionalitas: Pembatasan harus bersifat proporsional, hanya dilakukan
jika sangat diperlukan, bersifat sementara, dan memiliki subjek untuk
ditelaah. Hal ini menjamin bahwa pembatasan tidak berlebihan atau tidak
sesuai dengan tujuannya.
Dalam bagian ini, dijelaskan bahwa pelanggaran hak atas kesehatan dapat
terjadi baik melalui tindakan langsung (commission) maupun kelalaian (omission)
dari pihak berwenang. Berikut adalah beberapa poin untuk ditinjau:
1. Pelanggaran karena Tindakan (by Commission):
• Terjadi ketika negara secara aktif melakukan tindakan yang
mengganggu hak atas kesehatan.
• Contohnya termasuk campur tangan dalam mengatur hak atas
kesehatan atau melakukan tindakan yang menghalangi akses pasien
22 | R e v i e w S N P N o m o r 4
terhadap perawatan kesehatan, seperti menahan pasien karena
ketidakmampuan membayar biaya perawatan.
2. Pelanggaran karena Pembiaran (by Omission):
• Terjadi ketika negara gagal melindungi warga negara dari tindakan
atau kondisi yang dapat membahayakan kesehatan mereka.
• Contohnya termasuk kegagalan negara dalam menyediakan obat-
obatan dasar, imunisasi dasar, atau melindungi warga negara dari
bahaya lingkungan seperti asap kebakaran hutan.
3. Kesadaran Negara:
• Penting untuk dicatat bahwa dalam beberapa kasus, pelanggaran hak
atas kesehatan terjadi karena kesadaran negara yang tidak memadai,
seperti kegagalan dalam mengambil tindakan yang diperlukan
meskipun mengetahui adanya bahaya penyakit menular.
4. Pentingnya Aksi Negara:
• Negara memiliki kewajiban untuk mengambil tindakan yang
diperlukan untuk melindungi hak atas kesehatan masyarakatnya,
termasuk mengatasi kondisi yang dapat mengancam kesehatan
masyarakat secara umum.
Pelanggaran hak atas kesehatan dapat terjadi baik melalui tindakan aktif
maupun kelalaian dari pihak berwenang. Negara memiliki tanggung jawab untuk
menghormati, melindungi, dan memenuhi hak atas kesehatan masyarakatnya, serta
untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah dan mengatasi
masalah yang dapat membahayakan kesehatan mereka. Bab ini memberikan
pemahaman yang jelas tentang berbagai jenis pelanggaran hak atas kesehatan yang
dapat terjadi, serta kewajiban negara dalam mengatasi dan mencegah pelanggaran
tersebut.
23 | R e v i e w S N P N o m o r 4
maupun internasional. Berikut adalah beberapa poin penting yang bisa menjadi
tinjauan terhadap mekanisme tersebut:
24 | R e v i e w S N P N o m o r 4
6. Keterlibatan Profesi Kesehatan: Poin yang menyoroti kebebasan
organisasi dan asosiasi profesi kesehatan dari intervensi eksternal penting
untuk memastikan bahwa standar etika dan kualitas pelayanan kesehatan
tetap terjaga.
25 | R e v i e w S N P N o m o r 4
4. Pengawasan Terhadap Diskriminasi: Komnas HAM memiliki
kewenangan untuk mengawasi segala bentuk upaya penghapusan
diskriminasi ras dan etnis, termasuk dalam hak atas kesehatan, untuk
memastikan kesetaraan dan keadilan.
5. Rekomendasi dan Penindakan: Komnas HAM memberikan rekomendasi
kepada individu, kelompok, atau lembaga terkait pelanggaran hak atas
kesehatan. Jika rekomendasi tidak ditindaklanjuti, maka dapat dilanjutkan
kepada pemerintah atau pemerintah daerah. Pemerintah wajib menjawab
rekomendasi dalam waktu tertentu, dan jika diabaikan, dapat diteruskan
kepada lembaga legislatif.
6. Pengumuman Hasil Penilaian: Komnas HAM memiliki kewenangan
untuk mengumumkan hasil penilaian terhadap rekomendasi yang tidak
ditindaklanjuti kepada publik.
7. Pelaporan Kepada Kepolisian: Komnas HAM berwenang untuk
melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia jika terdapat
indikasi perbuatan pidana dalam laporan yang ditangani.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Komnas HAM RI)
adalah lembaga mandiri yang memiliki kewenangan sejajar dengan lembaga negara
lain dalam melakukan pengkajian, penelitian, pemantauan, dan mediasi terkait hak
asasi manusia. Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan kondisi yang
kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan prinsip Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia. Selain itu, tujuannya juga mencakup peningkatan
perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna memungkinkan
perkembangan pribadi manusia Indonesia secara penuh dan partisipasi dalam
berbagai bidang kehidupan.
Kewenangan Komnas HAM RI mencakup pemajuan dan penegakan hak asasi
manusia. Dalam hal pemajuan, lembaga ini melakukan pengkajian, penelitian, dan
penyuluhan kepada masyarakat tentang hak asasi manusia. Sedangkan dalam
penegakan, Komnas HAM RI memiliki kewenangan untuk memantau, menyelidiki,
26 | R e v i e w S N P N o m o r 4
dan melakukan mediasi atas kasus-kasus atau pengaduan yang dilaporkan terkait
pelanggaran hak asasi manusia. Sesuai yang tertera pada Pasal 76 ayat (1) jo. Pasal
89 ayat (1), (2), (3), dan (4).
Komnas HAM RI juga memiliki peran penting dalam memastikan
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak atas kesehatan. Mekanisme
penanganan kasus atau laporan mengenai pelarangan atau pembatasan hak atas
kesehatan diatur melalui pemantauan dan mediasi sebagaimana diatur dalam Pasal
89 ayat (3) UU HAM dan melalui mekanisme mediasi sebagaimana diatur dalam
Pasal 89 ayat (4) UU HAM.
Selain itu, Komnas HAM RI juga diberi kewenangan untuk melakukan
pengawasan terhadap upaya penghapusan diskriminasi ras dan etnis, termasuk
dalam pelaksanaan hak atas Kesehatan sesuai dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis (“UU PDRE”).
Rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM RI kepada individu, kelompok,
atau lembaga terkait dugaan pelanggaran hak atas kesehatan harus ditindaklanjuti
dalam waktu 90 hari oleh pihak yang bersangkutan. Jika tidak, rekomendasi
tersebut akan diteruskan kepada pemerintah atau pemerintah daerah untuk tindakan
lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Secara keseluruhan, pengaturan ini memberikan gambaran yang komprehensif
tentang kompleksitas dan urgensi isu penyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang,
serta pentingnya upaya bersama baik di tingkat nasional maupun internasional
untuk melindungi dan menegakkan hak asasi manusia.
27 | R e v i e w S N P N o m o r 4
DAFTAR SINGKATAN
ASI: Air Susu Ibu Komnas HAM RI: Komisi Nasional
Syndrome Indonesia
28 | R e v i e w S N P N o m o r 4
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Tahun 1945
Manusia
UU Kesehatan: Undang-Undang
Kesehatan
Penyandang Disabilitas
Testing
29 | R e v i e w S N P N o m o r 4