Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA NY.

L DENGAN
PEMBERIAN TERAPI KOMPLEMENTER PIJAT OKSITOSIN DI DESA
BEJATEN KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG
Purnama Mujalipah1, Ervi Indriyaswari,2
1
Prodi Diploma Tiga Kebidanan STIKES Panti Wilasa
2
Email: evenjeje24@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Tujuan penulisan artikel ini untuk melaksanakan asuhan kebidanan
secara tepat pada ibu nifas normal serta menerapkan asuhan komplementer bagi ibu
nifas normal berupa pijat oksitosin, agar masalah ibu tentang volume produksi ASI
dapat meningkat, sehingga keberhasilan ASI ekskulsif dapat tercapai.
Metode: Desain penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dan jenis penelitian ini yaitu
studi kasus dengan proses pengambilan datanya menggunakan cara: anamnesa, studi
dokumentasi, observasi dan pemberian asuhan langsung kepada pasien. metode
pemberian asuhan kepada pasien menggunakan pendekatan teori manajemen Hellen
Varvey dan didokumentasikan menggunakan SOAP.
Hasil: Asuhan kebidanan komplementer berupa pijat oksitosin telah dilakukan pada
Ny.L sebanyak 5 kali selama pengkajian, sesuai dengan prosedur yang tepat.
Pemijatan oksitosin efektif memproduksi ASI lebih banyak, membantu memberikan ibu
rasa nyaman, bayi cukup ASI, dan meningkatkan berat badan bayi
Diskusi: Berdasarkan data yang diperoleh pada pengkajian I, didapatkan diagnosa
didapatkan data Ny.L P3A0 usia 33 tahun, 7 hari postpartum, pemberian asuhan
kebidanan esensial dan dikombinasikan dengan terapi komplementer pijat oksitosin,
sanagt diperlukan bagi ibu nifas yang mengalami masalah dan kesulitan dalam volume
ASI. Pemberian asuhan awal pada terpai ini perlu didampingi oleh bidan dan
pemberian support mental dari keluarga. Tidak ditemukan kendala atau kesulitan yang
berarti selama pemnberian asuhan ini dan jumlah ASI ibu setelah dilakukan asuhan ini
meningkat signifikan serta ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif.

Kata Kunci: Asuhan Kebidanan, Ibu Nifas, Pijat Oksitosin

JHCE STIKES Panti Wilasa | 35


MIDWIFERY CARE FOR NORMAL POSTOARTUM MOTHERS IN NY. L
GIVING COMPLEMENTARY THERAPY OF OXYTOCIN MASSAGE IN
BEJATEN VILLAGE, PABELAN DISTRICT, SEMARANG DISTRICT

ABSTRACT

Background: The purpose of writing this article is tocarry out proper midwifery care for
normal postpartum mothers and to apply complementary care for normal postpartum
mothers in the form of oxytocin massage, so that the mothers problems regarding the
volume of milk production can be increased, so that the success of exclusive
breastfeeding can be achieved.
Method: The deign of this research and the type of this research is a case study with
the data collection proses using: history taking, documentation study, observation and
providing direct care to patients. The method of providing care to petientes uses the
Hellen Varney management theory approach and is documented using SOAP.
Results: Complementary midwifery care in the form of oxytocin massage was carried
out on Mrs.L according to the proper procedure. Oxytocin massage is effective in
producing more breast milk, helping to give mothers a sense of comfort, babies getting
enough milk, and increasing baby weight
Discussion: Based on the data obtained in study I, the diagnosis was obtained from
Mrs.L P3A0 aged 33 years, 7 days postpartum, providing essential midwifery care and
combined with complementary therapyof oxytocin massage, very necessary for
postpartum mothers who experience problems and difficulties in volume ASI. Early
care for these Therapy needs to be accompanied by a midwife and mental support
from the family. There were no significant obstacles or difficulties during the provision
of this care and the amount of mother’s milk after this care increased significantly and
the mother could exclusively breastfeed.

Keywords: Midwifery Care, Puerperium, Oxytocin Massage

PENDAHULUAN dengan melihat jumlah kematian ibu


Angka kematian ibu (AKI) dan dalam 100.000 kelahiran hidup.(1,2)
angka kematian bayi (AKB) merupakan Menurut data Survey Penduduk
indikator penting yang digunakan untuk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015
mengukur status kesehatan masyarat di menyatakan AKI di Indonesia yaitu 305
suatu wilayah. Kematian ibu atau per 100.000 kelahiran hidup, sementara
kematian maternal adalah kematian itu AKB sebesar 22,23 per 1.000
seorang ibu sewaktu hamil atau dalam kelahiran hidup, namun traget Millenium
waktu 42 hari sesudah berakhirnya Development Goals (MDGS). Tahun 2015
kehamilan (masa nifas) tanpa yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran
memperhitungkan tempat atau usia hidup dan AKB 23 per 1.000 kelahiran
kehamilan ibu. AKI menjadi indikator hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKI
kesehatan suatu bangsa karena ibu dan AKB di Indonesia pada tahun 2015
mampu melahirkan bayi yang akan belum mencapai target yang
menjadi penerus generasi bangsa diharapkan.(2,3)
dimana peran ibu sebagai asih, asah dan Berdasarkan data dari Profil
asuh. Indikator untuk melihat Kesehatan Jawa Tengah, pada tahun
keberhasilan upaya kesehatan ibu, yaitu 2020 AKI di Provinsi Jawa Tengah
sebesar 98,60 (530 kasus) per 100.000

36 | JHCE. Volume 2 Nomor 1, Februari 2023


kelahiran hidup. Namun kasus AKI pada komplementer pada ibu nifas salah satu
tahun 2021 triwulan I menjadi 122 kasus contohnya adalah pijat oksitosin yang
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan berguna untuk merangsang hormon
AKB Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun oksitosin dan meningkatkan rasa nyaman
2020 sebanyak 7,79 (4.189 kasus) per pada ibu nifas dan memperbanyak
1.000 kelahiran hidup dan pada tahun ASI(13). Pijat oksitosin ini juga dapat
2021 triwulan 1 AKB sebesar 962 kasus merileksasi ketegangan dan
per 1.000 kelahiran hidup. (4,5) menghilangkan stres pada masa nifas.
Upaya penanganan yang telah DIdukung juga berdasakan hasil
dilakukan pemerintah untuk menekan penelitian yang dilakukan oleh Elis
AKI dalam menurunkan insiden Nurainunn dan Endang Susilowati terkait
kematian ibu pada masa nifas antara lain dengan pengaruh pijat oksitosin terhadap
dengan membentuk Program Indonesia produksi ASI pada ibu nifas, didapatkan
Sehat, GEMAS, dan SDG`s serta data sebesar 80-90% pijat oksitosin
meningkatan capaian pelayanan dapat meningkatkan produksi ASI pada
kesehatan dengan dibangunnnya ibu nifas normal dan membantu ibu untuk
sinergisme dan sistem rujukan yang kuat lebih rileks.(13,14,34)
antara FKTP (puskesmas) dan FKRTL
(rumah sakit). Termasuk peningkatan METODE
kompetensi SDM pelayanan maternal Proses pelaksanaan asuhan
dan neonatal. Penguatan puskesmas kebidanan pada Ny L menggunakan pola
PONED dan RS PONEK 24 jam selama pikir manajemen kebidanan Hellen
7 hari perlu dilakukan termasuk Varney dan didokumentasikan
kemampuan SDM untuk memberikan menggunakan SOAP dengan benar dan
pelayanan PONED dan PONEK.(9) tepat. Pemberian asuhan dan terapi
Kebijakan pemerintah yang sedang komplementer berjalan dengan lancar,
berjalan di wilayah Jawa Tengah dan ibu dan keluarga dapat bekerja sama
Kabupaten Semarang yaitu Program 5Ng dengan baik dan tetap menerapkan
(JateNG GayeNG NginceNG woNG protokol kesehatan.
meteNG) merupakan kegiatan sistematis
dan terpadu untuk mengurangi Angka HASIL
Kematian Ibu dan Angka Kematian Asuhan yang sudah diberikan
Bayi. Perlu diciptakan suatu kondisi di kepada pasein mengacu pada standar
mana semua ibu hamil terpantau agar kunjungan masa nifas yang telah
mendapatkan pelayanan kesehatan yang ditetapkan dan juga dengan melihat
optimal sehingga ibu selamat dan bayi kebutuhan pasien tersebut, beberapa
sehat. 5NG merupakan program inovasi asuhan yang sudah diberikan yaitu:
dari Pemerintah Provinsi Jateng, 1. Memberikan dukungan support mental
bersama menekan AKI dan kepada ibu agar perasaan ibu lebih
AKB. Program ini dilaksanakan dalam 4 baik. Hasil tindakan ibu sudah merasa
Fase, yaitu: Fase sebelum Hamil, Fase lebih baik. Pada kasus pasien nifas ini,
kehamilan, Fase Persalinan, dan Fase pasein mengalami perasaan dukacita,
Nifas. (10) karena kepergian orang tua (ibu),
Ibu pasca melahirkan, dengan sehingga penulis memberikan asuhan
mengkombinasikan terapi komplementer support mental agar kondisi psikis ibu
dalam asuhan kebidanan. Terapi kembali stabil. Dan pada akhir

36 | JHCE. Volume 2 Nomor 1, Februari 2023


asuhan, pasien sudah bias mengelola c. Memberikan pijat oksitosin. teknik
emosinya dengan baik. pijat oksitosin dilakukan tulang
2. Memberikan KIE pada ibu tentang belakang leher yaitu tulang yang
tanda bahaya pada ibu masa nifas paling menonjol, kemudian turun
seperti pendarahan postpartum, sedikit ke bawahnya (yaitu
infeksi, kenaikan suhu lebih dari 38 jaraknya sekitar lebih 1-2 jari). Lalu
derajat celsius, subinvolusi uteri, geser kembali ke kanan dan kiri
pusing atau lemas yang berlebihan, kurang lebih 1-2 jari Pemijatan
sakit kepala dan penglihatan kabur. dilakukan dengan menggunakan
Hasil dari asuhan ini, pasien mengerti ibu jari Memijat dengan gerakan
dan memahami KIE yang diberikan yang memutar sampai mencapai
oleh peneliti. garis bra secara perlahan dan
3. Memberikan KIE pada ibu tentang bisa dilanjutkan sampai ke
ketidaknyamanan pada ibu masa nifas pinggang. Menekan agak kuat
seperti nyeri perineum, puting susu namun tetap memperhatikan
lecet atau luka, payudara bengkak, kenyamanan ibu, dengan gerakan
puting susu datar atau terbenam dan melingkar kecil menggunakan ibu
peradangan pada payudara. jari. Pemijatan daerah leher lalu
Pemberian KIE ini diharapkan ibu turun ke bawah sampai di tulang
dapat mengetahui ketidakyamanan belikat atau garis bra ibu.
masa nifas dan mengantisipasi serta Pemijatan ini dilakukan kurang
melakukan langkah yang benar jika lebih 15 menit Akhiri pemijatan
mengalami salah satu atau lebih dari dengan mengusap lembut daerah
tanda bahaya pada msa nifas. punggung ibu. Setelah selesai
4. Mengingatkan kembali pada ibu tetap dilakukan pemijatan bersihkan
memberikan ASI ekslusif. Hasil punggung ibu dengan
peneltian pada kasus ini,pasien tetap menggunakan handuk.
memberikan ASI eksklusif sekalipun 6. Menganjurkan ibu untuk minum sisa
ada kendala yang dihadapi seperti obat ferrous sulfat 60 mg (sisa 13
volume ASI yang menurun, dan tablet), 1x1 diminum 1x1 sehari. Hasil
kondisi emosi ibu yang kurang stabil. tindakan ibu bersedia minum sisa
5. Memberikan asuhan kebidanan terapi obat.
komplementer yaitu pijat oksitosin, 7. Melakukan evaluasi efektivitas
dengan tahapan-tahapan sebagai pemijatan oksitosin. Evaluasi
berikut: dilakukan pada dua hari setelah
a. Menyiapkan alat dan perlengkapan pemijatan. Hal-hal yang dievaluasi
yang akan digunakan untuk terapi meliputi peningkatan volume ASI,
pijat oksitosin seperti minyak, jarik frekuensi pemberian ASI, tanda
atau selimut dan handuk kecil. kecukupan ASI pada bayi dan
b. Mengatur posisi pasien dengan keadaan emosional ibu, Pada kasus
nyaman dan aman. pasien dalam didapatkan hasil evalusi yaitu:
posisi duduk dan kedua tangan a. Peningkatan Volume ASI. Setelah
dan kepala di tidurkan di atas dilakukan pemijatan oksitosin,
lipatan tangan yang bertumpu terdapat peningkatan volume ASI
pada meja. kurang lebih 200 cc setiap hari.

JHCE STIKES Panti Wilasa | 37


b. Frekuensi ibu menyusui. Setelah Pelaksanaan pemberian asuhan
dilakukan pemijatan oksitosin, pada kasus ini berjalan lancar, dan
pasien dapat menyusui bayinya menunjukan hasil yang lebih baik:
setiap 2 jam sekali, dan durasi 1. Masalah yang ditemukan pada asuhan
terisi penuhnya payudara yaitu pasien nifas Ny. L yaitu, pasien
setiap 2 jam sekali setelah mengalami masa nifas diserta dengan
disusukan, durasi meyusui antara masa dukacita karena kehilangan ibu
20-30 menit pada setiap payudara. kandungnya, dari masalah ini secara
c. Tanda kecukupan ASI pada bayi, tidak langsung mempengaruhi volume
keberhasilan pijat oksitosin dilihat ASI pasien, sehingga pemberian ASI
dari tanda kecukupan ASI pada tidak optimal dan kecukupan ASI pada
bayi seperti, eliminasi bayi dalam bayi berkurang. Beberapa asuhan
sehari, bayi bisa BAK kurang lebih yang diberikan pada pasien nifas ini
6x/hari dan BAB 1-2x/hari, Bayi yaitu: pemberian support mental pada
dapat tertidur dengan tenang dan pasien dan hasilnya, pasien dapat
nyenyak setelah menyusui. Bayi megelola kondis emosinalnya menjadi
terlihat tenang saat menetek. lebih baik. Asuhan ini diberikan karena
d. Kondisi emosional ibu cukup baik. pada masa nifas kondisi psikologis
Memberikan pendidikan kesehatan pasien labil hal ini dipengaruhi oleh
tentang perawatan payudara. Hasil kadar hormon estrogen dan
asuhan ini berjalan baik dan progesteron yang mengalami
pasien tidak mengalami masalah penurunan di dalam tubuh. Penurunan
menyusui pada payudaranya, dan kedua hormon ini menyebabkan
pasien dapat merawat pasien lebih mudah sensitif, mudah
payudaranya sendiri dengan baik. mengalami perubahan suasanan hati
8. Memberikan pendidikan kesehatan dan kondisi emosional menjadi tidak
tentang macam macam KB seperti stabil, sehingga pasien perlu
IUD, implant, suntik kb 3 bulan serta mendapatkan dukungan support
minipil. Hasilnya ibu memutuskan mental dari suami, keluarga, tenaga
akan menggunakan KB IUD. kesehatan dan kelompok pendukung
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan lainnya. Jika pasien tidak
kunjungan ulang sesui jadwal atau mendapatkan dukungan support
sewaktu-waktu jika ada keluhan. sistem yang baik dapat menimbulkan
Hasilnya, pasien bersedia melakukan tekanan, stress dan bisa
kunjungan ulang. menyebabkan pasien mengalami
ganguan psikologis pada masa nifas
DISKUSI seperti baby blues, depresi
Pemberian Asuhan kebidanan postpartum, psikiosis postpartum dan
esensial dan terapi komplementer pada duka cita.(8,12)
pasien nifas dengan keluhan 2. Asuhan yang juga diberikan penulis
pengeluaran ASI tidak lancar dan volume pada pasien nifas ini yaitu pemberian
ASI menurun, telah dilakukan dengan komunikasi, Informasi dan Edukasi
mengaju standar kunjungan antenatal (KIE) berupa (KIE tanda bahaya ibu
serta memperhatikan satandar nifas, ketidaknyamanan pada ibu
pemberian terapi komplementer sesuai nifas, ASI Ekskluisf, Kontrasepsi ibu
teori. menyusui, dan kunjungan ulang)

38 | JHCE. Volume 2 Nomor 1, Februari 2023


Pemberian KIE ini diberikan untuk stress, serta meningkatkan rasa
memenuhi standar kunjungan masa percaya diri dan berfikir positif akan
nifas, dan disesuaikan dengan kemampuan dirinya dalam
kebutuhan dan atau keluhan yang memberikan ASI (10,11,12)
dirasakan pasien. Kunungan masa 4. Evaluasi pemberian Asuhan Pijat
nifas terdiri dari KF 1 (6 jam-2 hari Oksitosin. Pada kasus didapatkan
postoartum) berisi tentang: konseling hasil, setelah melakukan pemijatan 2
pencegahan perdarahan,pemberian hari berturut turut dibantu oleh suami
ASI awal, edukasi bounding dan ibu mertua setiap pagi dan sore,
attachment, KF 2 (3 – 7 hari payudara pasien terasa kencang dan
postpartum) memastkan involusi uteri penuh setiap sebelum menyusui,
berjalan baik, pemenuhan nutrisi, volume ASI meningkat sebanyak
cairan dan istirahat ibu berjalan baik, kurang lebih 200 cc setiap harinya,
ibu dapat meysuui bayinya dengan Frekuensi waktu ketika payudara
baik, konseling perawatan bayi baru kosong hingga terisi penuh kurang
lahir, KF 3 (8 hari – 28 hari lebih setiap 2 jam, Ibu memberikan
postpartum, asuhan yang diberikan ASI hingga saat ini sudah menyusui
sama dengan asuhan pada kunjungan kurang lebih 4-5x biasanya bisa lebih
kedua, KF 4 (29 hari-42 hari dari 8x/hari dan tanpa terjadwal
postpasrtum) berisi pemberian dengan durasi waktu 20-30 menit,
konseling KB dan penyulit masa nifas Kecukupan ASI bisa dilihat dari
(3,12, 8)
eliminasi bayi dalam sehari bayi bisa
3. Memberikan asuhan kebidanan terapi BAK kurang lebih 6x/hari dan BAB 1-
komplementer yaitu pijat oksitosin. Hal 2x/hari. Namun, hri ini belum BAB
ini sesuai dengan teori yang namun sudah BAK 3-4x, bayi dapat
menyatakan bahwa Salah satu tertidur dengan tenang dan nyenyak
tindakan yang perlu dilakukan untuk setelah menyusui, bayi terlihat tenang
memaksimalkan kualitas dan kuantitas saat menetek. Hal ini sesuai dengan
ASI sehingga hasil lebih optimal, yaitu teori bahwa kecukupan ASI pada bayi
dengan pemijatan oksitosin. Pijat yaitu frekuensi BAK bayi paling tidak
Oksitosin adalah pemijatan pada 6-8 kali sehari dan BAB paling tidak 2-
sepanjang tulang belakang (vertebrae) 5 kali sehari, ketenangan bayi saat
sampai tulang costae kelima-keenam menetek, bayi menyusu dengan kuat
dan merupakan usaha untuk kemudian melemah dan tertidur puas,
merangsang hormon prolaktin dan bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau
oksitosin setelah melahirkan. Pijat dalam 24 jam minimal mendapatkan
oksitosin dapat digunakan sebagai ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama
intervensi alternative dalam dan pertumbuhan BB dan TB bayi
memberikan asuhan pada ibu nifas sesuai dengan grafik.(10,12) Sehingga
terutama untuk mencegah tidak terdapat kesenjangan antara
permasalahan menyusui. Terapi ini teori dan kasus.
mudah diterapkan dan praktis untuk
peningkatan jumlah produksi ASI. KESIMPULAN
Manfaat lain dari pijat oksitosin dapat Asuhan kebidanan ibu nifas normal
membantu ibu secara psikologis pada Ny. L dengan pemberian pijat
seperti menenangkan, tidak membuat oksitosin di PMB Shinta H., Amd.Keb.

JHCE STIKES Panti Wilasa | 39


Desa Bejaten, Kecamatan Pabelan, asuhan pada pasien, dan dicatat
Kabupaten Semarang dan penulis pada catatan evaluasi tersendiri.
menyimpulkan sebagai berikut: Implikasi dari asuhan kebidanan ini
1. Proses pelaksanaan asuhan Bagi penulis, dapat meningkatkan
kebidanan pada Ny L menggunakan pengetahuan tentang pelayanan
pola pikir manajemen kebidanan kebidanan esensial pada ibu nifas dan
Hellen Varney dan didokumentasikan terapi komplementer dengan banyak
menggunakan SOAP dengan benar membaca buku dan referensi terbaru,
dan tepat. Pemberian asuhan dan mengikuti pembelajaran pijat pada ibu
terapi komplementer berjalan dengan nifas serta mengembangkan pengalaman
lancar, ibu dan keluarga dapat bekerja nyata dalam melaksanakan kebidanan
sama dengan baik dan tetap sesuai dengan standar dan
menerapkan protokol kesehatan. kewenangannya secara lengkap.
2. Asuhan kebidanan komplementer Penulis selanjutnya dapat
berupa pijat oksitosin telah dilakukan membuat instrument evaluasi efektifitas
pada Ny.L sesuai dengan prosedur pemijatan oksitosin, sebelum melakukan
yang tepat. Pemijatan oksitosin efektif penelitian pemijatan oksitosin,sehingga
memproduksi ASI lebih banyak, hasil penelitian dapat terukur dengan
membantu memberikan ibu rasa baik.
nyaman, bayi cukup ASI, dan
meningkatkan berat badan bayi DAFTAR PUSTAKA
3. Asuhan kebidanan ibu nifas yang 1. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Mother`s day.
diberikan pada Ny. L sudah sesuai
Jakarta; Pusat Data dan
standar pelayanan kebidanan pada Informasi: 2014. h. 1-3
masa nifas. Namun terdapat beberapa 2. Nuraini, Wahyuni S, Widiarto T,
kesenjangan antara kasus dengan Oktavia E, Karyono Y. Profil
teori. Kesenjangan pada asuhan penduduk indonesia hasil Supas
kebidanan pada ibu nifas, sebagai 2015. Jakarta: Badan Pusat
berikut: Statistik; 2015. h. 49–53
3. Ermalena. Indikator Kesehatan SDGs
a. Penulis tidak memberikan asuhan di Indonesia. 2017. h.1–5.
duka cita secara rinci untuk Ny.L Diakses [tanggal 28 November
namun penulis hanya memberikan 2021] didapatkan dari
dukungan support mental http://ictohtcscindonesia.com/wp-
b. Evaluasi pemijatan oksitosin untuk content/uploads/2017/05/Dra.-
mengetahui apakah ASI meningkat Ermalenaindikator-kesehatan-
sdgs-di-indonesia.pdf
apa tidak,tidak secara detail dinilai
4. Kementrian Kesehatan Rebublik
oleh penulis, penulis hanya Indonesia. Profil kesehatan
menayakan secara lisan kepada Indonesia tahun 2020. Diakses
pasien dan mengvaluasi jumlah [tanggal 10 Oktober 2021]
perahan ASI hanya satu kali saja Jakarta: Kementrian Kesehatan
yaitu pada evaluasi pemijatan hari Republik Indonesia; 2020. h.99–
kedua, akan lebih baik dan 104. didapatkan dari
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
signifikan apabila penulis
Tengah. Buku saku kesehatan
melakukan perah ASI baik manual triwulan 2 tahun 2021. Diakses
maupun bantuan pompa ASI dan [tanggal 28 November 2021]
dinilai berkala selama melakukan didapatkan dari

40 | JHCE. Volume 2 Nomor 1, Februari 2023


https://dinkesjatengprov.go.id/v2 9. Nugroho T, Nurrezki, warnalisa D,
018/storage/2021/02/1_Buku_Sa Wilis. Buku ajar asuhan
ku_K es_2020_Final.pdf kebidanan 3 nifas. Yogyakarta:
6. Asih Y, Risneni. Buku ajar asuhan Nuha medika: 2014. h 115-14
kebidanan nifas dan menyusui. 10. Astuti RY. Buku ajar asuhan
Jakarta: CV; Trans info media; kebidanan pada ibu masa nifas.
2016. h. 5 Jakarta: Trans Info Media; 2019.
7. Rukiyah AY, Yulianti L. Buku Saku h. 9-20, 75-98, 105-122
asuhan kebidanan pada masa 11. Marmi. Asuhan kebidanan pada
ibu nifas. Jakarta: CV. Trans info masa nifas “peuperium care”.
media; 2018. h. 10-15, 72-75 Yogyakarta: Pustaka Pelajar;
8. Wahyuningsih PH. Asuhan kebidanan 2015. h. 161-172
ibu nifas dan menyusui. Jakarta: 12. Zubaidah, Rusdiana, Raihana N.
Kemenkes RI; 2019. h. 49-55 Asuhan keperawatan nifas.
Jakarta: CV Budi Utama; 2014

JHCE STIKES Panti Wilasa | 41

Anda mungkin juga menyukai