Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah lembaga keuangan syariah
Dosen pengampu: AFRIK YUNARI, M.H., S. Sy

Disusun oleh kelompok 02


Nur hasanah valentina (222102020051)
Humairotul hasanah (222102020017)
Ahmad zulfan arifin (221102020031)
Maulana muhammad (221102020018)
Ilmiyatul hasanah (221102020003)

FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
Maret, 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayahnya, serta tak lupa sholawat serta salam semoga tetap mengalir pada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Atas petunjuk dan risalahnya yang telah
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Pada makalah lembaga keuangan syariah yang membahas tentang baitul maal
wat tamwil. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami sangat menghargai kritik dan saran dari para pembaca untuk
perbaikan makalah kami, agar dapat memberi banyak manfaat bagi para pembaca dan
khususnya bagi kami sendiri. Dalam penyusunan tugas makalah ini kami ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu
dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Jember, 02 Maret 2024

Kelompok 02

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian BMT.......................................................................................................2
B. Sejarah beridirinya BMT..........................................................................................2
C. Payung hukum BMT................................................................................................3
D. Prosedur pendirian BMT..........................................................................................6
E. Struktur organisasi BMT..........................................................................................7
F. Kegiatan usaha BMT................................................................................................9
G. Kebijakan pengembangan BMT.............................................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu lembaga ekonomi mikro yang
cukup berperan memperlancar gerak roda perekonomian. Hal ini karena BMT
mendukung ekonomi sektor riil terutama usaha kecil menengah dan mikro yang
jumlahnya cukup banyak di Indonesia. Dukungan yang bisa diberikan oleh BMT antara
lain berupa permodalan.
Selain itu juga BMT juga merupakan lembaga ekonomi mikro yang menjalankan
sistem ekonomi syariah yang bisa menjadi alternatif bagi rakyat Indonesia yang
berpenduduk mayoritas umat islam untuk menyimpan dananya. BMT juga berperan
mengelola sumber dana berupa Zakat, Infaq dan Shodaqoh, serta mengelola dana yang
dihimpun dengan tujuan komersil. Dua fungsi sosial dan komersil menjadi satu dengan
tujuan memajukan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan umat islam khususnya.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud BMT?
2. Bagaimana sejarah berdirinya BMT?
3. Apa itu payung hukum BMT?
4. Bagaimana prosedur pendirian BMT?
5. Lalu bagaimana juga sruktur organisasi BMT?
6. Apa saja kegiatan usaha BMT?
7. Dan bagaimanakah kebijakan pengembangan BMT?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu BMT
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya BMT
3. Untuk mengetahui payung hukum BMT
4. Untuk mengetahui prosedur pendirian BMT
5. Untuk mengetahui sruktur organisasi BMT
6. Untuk mengetahui kegiatan usaha BMT
7. Untuk mengetahui kebijakan pengembangan BMT

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian baitul maal wat tamwil (BMT)
Baitul Maal wa Tamwil terdiri dari dua istilah yaitu baitul maal dan baitul tamwil.
Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang
non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai
pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Baitul maal Wat at Tamwil (BMT) atau
Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah Lembaga keuangan mikro yang beroperasikan
dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha makro dalam rangka
mengangkat derajat Masyarakat setempat dengan modal awal dari Masyarakat yang
berlandaskan dengan sistem ekonomi yang salam keselamatan (berintikan keadilan),
kedamaian, dan kesejahteraan. Oleh karena itu keberadaannya setingkat dengan koperasi
yang dalam mengoperasikannya berprinsip pada syariah. 1
BMT memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dengan falsafat yang sama yaitu dari
anggota, dan untuk anggota. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 25 tahun 1992,
BMT berhak menggunakan badan hukum koperasi simpan pinjam atau unit simpan
pinjam konvensional. Perbedaannya hanya terletak pada kegiatan operasionalnya yang
menggunakan prinsip syariah dan etika moral dengan melihat kaidah halal dan haramnya
dalam melakukan usahanya.2
B. Sejarah berdirinya baitul maal wat tamwil (BMT)
Latar belakang berdirinya BMT bersamaan dengan usaha pendirian Bank Syariah di
Indonesia, yakni pada tahun 1990 an. BMT semakin berkembang tatkala pemerintah
mengeluarkan kebijakan hukum ekonomi UU No.7/1992 tentang Perbankan dan PP
No.72/1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan bagi hasil. Istilah BMT ini
muncul pada tahun 1992 dari prakarsa sekelompok aktivis yang kemudian mendirikan
BMT bina insan kamil dijalan pramuka sari II Jakarta. Setelah itu muncul pelatihan-
pelatihan BMT yang dilakukan oleh pusat pengkajian dan pengembangan usaha kecil
(P3UK), dimana tokoh-tokoh P3UK adalah pendiri BMT Bina Insan Kamil.
Istilah BMT semakin populer ketika pada september 1994 Dompet Dhuafa (DD)
Republika bersama dengan Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) mengadakan
diklat manajemen zakat, infak dan sedekah (ZIS) dan ekonomi Syariah di Bogor.diklat-

1
Nurul Huda Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, Cetakan ke-1, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Grup, 2010) hal 363
2
Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2012) hal 5

2
diklat selanjutnya oleh DD dilakukan disemarang dan yogyakarta. Pada tahun 1995,
itilah BMT bukan hanya populer dikalangan aktivis islam sja, akan tetapi mulai populer
dikalangan birokrat. Hal ini tidak lepas dari peran pusat inkubasi usaha kecil (PINBUK),
suatu badan otonom dibawah ikatan cendikiawan muslim indonesia (ICMI) Boleh
dikatakan istillah BMT hanya ada di Indonesia. Namun menilik istilah yang ada pada
padanan tersebut, BMT merupakan paduan lembaga baitulmal dan lembaga baitul
tamwil.
Dari kedua kata itu, istilah yang lebih akrab di telinga kaum muslimin tentunya adalah
baitulmal, sebab kata ini sudah ada sejak zaman rasulullah.Banyak hal yang mendorong
lahirnya BMT ini, ada yang berpendapat bahwa di tengah-tengah kehidupan masyarakat
yang hidup serta berkecukupan muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah.
Pengikisan akidah ini bukan hanya di pengaruhi dari aspek syariah Islam, melainkan juga
dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Sebagaimana diriwayatkan dari
rasulullah SAW, “kekafiran itu mendekati kekufuran” maka keberadaan BMT diharapkan
mampu mengatasi masalah ini lewat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
ekonomi masyarakat.3
C. payung hukum BMT
Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistem operasionalnya tidak jauh
berbeda dengan Bank Syari'ah sehingga produk-produk yang berkembang dalam RMT
seperti apa yang ada di Bank Syari'ah. Sedangkan bank syariah mempunyai landasan
yuridis berupa undang- undang tentang perbankan syariah yakni UU No. 21 tahun 2008
tentang perbankan syarialı, sehingga lahirlah disitu legitimasi hukum yang kuat sebagai
naungannya. Oleh karena berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada
Undang- undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun
1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh Koperasi. Juga dipertegas oleh
KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi lasa kenangan syari'ah. Undang-
undang tersebut sebagai payung berdirinya BMT.
BMT yang berstatus badan hukum koperasi, tunduk pada peraturan perundang-
undangan:
1. Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi yang telah diubah menjadi
Undang-Undang No. 17 Tahun Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

3
Nonie Afrianty, Desi Isnaini, Amimah Oktarina, LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH, (Bengkulu: CV Zigie
Utama, 2019) hal 58-59

3
2. Peraturan Pemerintah RI No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam oleh koperasi18.
3. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
91/Kep/M. KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi
Jasa Keuangan Syari‟ah.
a. Secara teknis mengenai penerapan akad mudharabah dalam bentuk pembiayaan
diatur dalam Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh)
b. Secara teknis mengenai penerapan akad musyarakah dalam produk pembiayaan
diatur dalam Fatwa DSN MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Musyarakah.
c. Secara teknis mengenai implementasi akad murabahah diatur dalam Fatwa DSN
MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah.
d. Secara teknis mengenai implementasi akad salam, tunduk pada Fatwa DSN MUI
No. 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam.
e. Secara teknis mengenai implementasi akad istishna, tunduk pada Fatwa DSN MUI
No. 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Istishna.
f. Secara teknis mengenai penerapan akad ijarah tunduk pada Fatwa DSN MUI No.
09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.
g. Secara teknis mengenai implementasi Ijarah Muntahia Bit Tamlik(IMBT) ini
tunduk pada ketentuan Fatwa DSN MUI No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al-
Ijarah Al-Mutahiyah bi Al-Tamlik.
h. Secara teknis mengenai pembiayaan qardh ini tunduk pada Fatwa DSN MUI No.
19/DSN-MUI/IX/2000 tentang al Qardh.
4. peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
35.2/Per/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen
Koperasi Jasa Keuangan Syari‟ah,
5. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
39/Per/M.KUKM/XII/2007 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Jasa Keuangan
Syari‟ah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi.

Apabila dianalisis lebih mendalam, eksistensi kelembagaan atas status badan hukum
BMT sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang tunduk kepada UU No. 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan telah diubah menjadi Undang-Undang No. 17

4
Tahun 2012 tentang Perkoperasian yang selanjutnya telah dibatalkan oleh Mahkamah
Konstitusi dan kembali pada undang-undang yang lama yaitu Undang-Undang No. 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian, masih belum mampu mengakomodir keberadaan
BMT sebagai salah satu lembaga keuangan yang melayani kebutuhan masyarakat. Hal
ini disebabkan, BMT berbeda dengan koperasi jenis koperasi pada umumnya19, karena
BMT dilaksanakan dengan prinsip syariah yang berbeda dengan koperasi konvensional
dan dalam BMT terdapat misi sosial sebagai Baitul Maal yang tidak bisa dipaksakan
tunduk sepenuhnya pada undang-undang koperasi.

BMT dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, bila dilihat dari status badan
hukumnya, yaitu:

1. BMT yang berbadan hukum koperasi dalam bentuk Koperasi Jasa Keuangan Syariah
dan tunduk pada Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang
selanjutnya dalam kegiatan usahanya tunduk pada :
a. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
91/Kep/M. KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syari‟ah.
b. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
35.2/Per/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen
Koperasi Jasa Keuangan Syari‟ah.
c. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
39/Per/M.KUKM/XII/2007 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Jasa
Keuangan Syari‟ah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi.
2. BMT sebagai badan usaha milik yayasan dan tunduk pada Undang-Undang No. 25
Tahun 1992 tentang Koperasi sekaligus pada Undang-Undang No. 28 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
3. BMT yang masih berbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan tunduk
pada Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Masyarakat.

Apabila dilihat dari ketiga kelompok karakteristik BMT berdasarkan status badan
hukumnya tersebut, maka dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro, BMT dapat dikatakan sebagai salah satu lembaga
keuangan mikro bila memiliki status badan hukum koperasi, sebagaimana dinyatakan

5
dalam UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, bahwa pendirian LKM
paling sedikit harus memiliki persyaratan:

a. Bentuk badan hukum


b. Permodalan dan mendapatkan izin usaha yang tata caranya diatur dalam undang-
undang ini.4
D. prosedur pendirian BMT
Pendirian BMT memiliki proses yang terdiri dari tahapan. Tahapan tersebut antara lain:
1. Pemrakarsa mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat (Ulama, Tokoh
Pemuda dan pejabat setempat) yang juga bisa menjadi menjadi pemrakarsa dan
pendamping
2. Membentuk Kepengurusan Panitia Persiapan Pendirian BMT (P3B). Pengurus P3B
terdiri dari Penasehat dan Panitia. Penasehat sebaiknya adalah orang yang memiliki
pengaruh atau penyandang nama (populer), penyandang ilmu (memiliki
pengetahuan) penyandang waktu (mempunyai waktu yang luang).. Sementara untuk
Panitia dipilih terutama yang memiliki waktu luang (penyandangwaktu), namun
sebaiknya ia juga penyandang ilmu akal, dan nama serta dana. Di dalam panitia itu
sendiri ada bendahara. Bendahara adalah orang yang memiliki integritas dan tidak
pernah bermasalah.
3. P3B mengadakan rapat pendirian, rapat. dihadiri juga para pendiri pemraakarsa.
Rapat tersebut membahas tentang visi, misi, tujuan, cara kerja, dan manfaat BMT
serta pemilihan Pengurus BMT
4. P3B membuat rekening bersama yang ditandatangani ketua dan bendahara yang
hanya bisa diambil jika ditandatangani keduanya.
5. Mencari pemodal BMT seperi orang kaya 5 (aghniya) dan kelompok usaha
muamalah (POKUSMA) untuk modal awal pendirian. BMT dan membuatkan
komitmen tertulis. dengan angsuran modal awalnya. Modal yang dibutuhkan untuk
BMT di perkotaan. minimal 20 30 juta sedangkan untuk wilayah pedesaaan minimal
10-20 juta.
6. Mengadakan Rapat pembentukan BMT yang juga membahas tentang Visi dan misi
BMT, tujuan, usaha serta cara kerja dan manfaat BMT sehingga calon pendiri
menjadi lebih jelas.
4
Novita dwi masyithoh, ANALISIS NORMATIF UNDANG-UNDANG No. 1 TAHUN 2013 TENTANG
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) ATAS STATUS BADAN HUKUM DAN PENGAWASAN
BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT), Jurnal pemikiran dan penelitian ekonomi islam, vol.V edisi (2), 2014,
hal 25-29

6
7. Mencari calon pengelola yang memiliki pengetahuan yang memadai, lulusan.
minimal D3, mempunyai landasan iman, jujur, berakhlak, ikhlas, istiqomah, sabar,
dan memiliki motivasi yang baik dan bisa bekerjasama, diutamakan berdomisili
dekat dengan lokasi BMT.
8. Melakukan pelatihan untuk calon pengelola kemampuan sehingga mempunyai yang
mumpuni. Calon pengelola tersebut dilatih dan dimagangkan oleh PINBUK
(Pelatihan Pusat Inkubasi Usaha Kecil)
9. Pengurus dan Pengelola melakukan persiapan saran dan prasarana untuk kantor BMT
berdasarkan standar PINBUK
10. Setelah seluruh tahapan berjalan dengan baik maka BMT siap untuk beroperasi.5
E. sruktur organisasi BMT
struktur organisasi BMT terdiri rapat anggota tahunan, pengurus, dan pengelolaan.
Definisi dan Fungsi dari masing unit dalam struktur diatas antara lain:
a. Rapat Anggota
Rapat anggota adalah rapat tanan yang diikuti oleh para pendiridan anggota penuh
BMT (anggota yang telah menyetor uang simpanan pokok dan wajib) yang berfungsi
untuk:
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan kebijakan yang sifatnya umum dalam
rangka pengembangan BMT sesuai dengan AD dan RT
2. Mengangkat pengurus BMT dan memberhentikan
3. Menerima atau menolak perkembangan BMT dari pengurus laporan Untuk
ketentuan yang belum ditetapkan dalam rapat anggota, akan diatur dalam
ketentuan tambahan
b. Pengurus
Secara umum fungsi dan tugas pengurus adalah
1. Menyusun kebijakan umum BMT yang telah. dirumuskan dalam Rapat Anggota
2. Melakukan pengawasan operasional BMT dalam bentuk persetujuan pembiayaan
3. untuk suatu jumlah tertentu, pengawsan tugas manajer (pengelola), memberikan
rekomendasi produk produk yang akan ditawarkan kepada anggota POKUSMA
4. Secara bersama-sama menetapkan komite pembiayaan
5. Melaporkan perkembangan BMT kepada para anggota dalam rapat anggota

5
Muslim Tanjung, Arina Novizas, EKSISTENSI BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM
PEREKONOMIAN ISLAM, jurnal perekonomian dan islam, vol. III No (1), 2018, hal 30

7
6. Kepengurusan BMT terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara, fungsi dan tugas
masing-masing jabatan adalah sebagai berikut:
a. Ketua
Bertugas memipin rdan raapat anggota dan rapat pengurus, memimpin rapat
pengrus dengan manajemen, menilai kinerja bulanan dan kesehatan BMT.
melakukan pembinaan kepada pengelola. Ikut menandatangani surat. surat
berharga serta surat surat lainnya yang bertalian dengan penyelenggaraan.
keuangan BMT. Selain itu ketua juga. menjalankan tugas tugas yang
diamanahkan oleh anggota BMT sebagaimana tertuang dalam AD/ART BMT,
khususnya mengenai pencapaian tujuan.
b. Sekretaris
Bertugas membuat serta memelihara. Berita Acara yang asli dan lengkap dari
rapat anggota dan rapat pengurus. Bertanggungjawab atas pemberitahuan.
kepada anggota sebelum rapat diadakan sesuai dengan ketentuan AD/ART.
Memberikan catatan catatan keuangan. BMT hasil laporan dari pengelola
serta memverikasi dan memberikan saran pada ketua tentang berbagai situasi
dan. perkembangan.
c. Bendahara
Bertugas bersama manajer operasional memegang rekening bersama (counter
sign) di Bank syariah terdekat. Selain itu juga bertanggung jawab
mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi pengelolaan dana oleh pengelola.

c. Pengelola
Pengelola adalah pelaksana operasional harian BMT. Pengelola terdiri dari manajer,
pembiayaan, administrasi pembukuan, teller dan penggalangan dana.
1. Manajer
Bertugas memimpin operasional BMT sesuai dengan tujuan dan kebijakan.
umum yang digariskan oleh pengurus dan. membuat rencana kerja tahuanan,
bulanan dan mingguan, yang meliputi Rencanan pemasaran Rencana pembiayan,
rencanan biaya operasi, rencana keuangan. laporan penilaian kesehatan BMT
2. Bagian Pembiayaan mempunyai tugas:
a. Melakukan pelayanan dan pembinaan kepada peminjam
b. Menyusun rencanan pembiayaan Menerima berkas pengajuan pembiayaan
c. Melakukan Analisis pembiayaan

8
d. Mengajukan berkas pembiayaan. hasil analisis kepada komisi pembiyaan
e. Melakukan administrasi pembiayaanMelakukan pembinaan anggota
pembiayaan agar tidak macet
f. Membuat laporan perkembangan pembiayaan
3. Bagian Administasi dan Pembukuan mempunyai tugas:
a. Menangani administrasi keuangan
b. Mengerjakan jurnal dan buku besar
c. Menyusun neraca percobaan
d. Melakukan perhitungan bagi asil/bunga simpanan
e. Menyusun laporan keuangan secara periodik
4. Bagian Teller/ Kasir mempunyai tugas:
a. Bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar (kasir)
b. Menerima/menghitung uang dan membuat bukti penerimaan
c. Melakukan pembayaran sesuai dengan perintah manajer
d. Melayani dan pengembalian tabungan
e. Membuat buku kas harian
f. Setiap awal dan akhir jam kerja. menghitung uang yang ada
5. Bagian penggalangan dana mempunyai tugas:
a. Melakukan kegiatan penggalangan tabungan anggota/ masyarakat
b. Menyusun rencana penggalangan tabungan
c. Merencanakan pengembangan produk tabungan
d. Melakukan analisis data tabungan
e. Melakukan pembinaan anggota penabung
f. Membuat laporan perkembangan tabungi tugas an
g. Mendiskusikan strategi penggalangan dana bersama manajer dan pengurus
6. Bagian Pembinaan Anggota mempunyai tugas:
a. Memberikan Pembinaan kepada anggota mengenai administrasi dan kualitas
usaha anggota serta pengembangan skala usaha anggota
b. Sebagai motivator usaha anggota dan membina SDM anggota6
F. kegiatan usaha BMT
Baitul Mal wat Tamwil adalah lembaga keuangan mikrosyariah yang menjalankan
fungsinya untuk menghimpun dana dan menyalurkannya. Pada awalnya, dana BMT

6
Muslim Tanjung, Arina Novizas, EKSISTENSI BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM
PEREKONOMIAN ISLAM, jurnal perekonomian dan islam, vol. III No (1), 2018, hal 33

9
diharapkan diperoleh dari para pendiri yang berbentuk simpanan pokok khusus. Sebagai
anggota biasa, para pendiri juga membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan jika
ada simpanan sukarela. Dari modal para pendiri ini dilakukanlah investasi untuk
membiayai pelatihan pengelola, mempersiapkan kantor dengan peralatannya, dan
perangkat administrasi. Selama belum memiliki penghasilan yang memadai, tentu modal
tersebut untuk menalangi pengeluaran biaya harian yang diperhitungkan secara bulanan,
biasa disebut dengan biaya operasional BMT. Selain modal dari para pendiri, modal
dapat juga berasal dari lembaga-lembaga kemasyarakatan, seperti yayasan, kas masjid,
BAZ, LAZ, dan lainnya.Untuk menambah dana BMT tersebut, para anggota biasa
menyimpan simpanan pokok, simpanan wajib, dan jika ada simpanan sukarela yang
semuanya akan mendapatkan bagi hasil dari keuntungan BMT.BMT dapat juga
menjalankan berbagai jenis kegiatan usaha, baik yang berhubungan dengan keuangan
maupun non keuangan. Jenis-jenis usaha BMT yang berhubungan dengan keuangan,
yaitu sebagai berikut.
1. Setelah mendapatkan modal awal berupa simpanan pokok khusus, simpanan pokok,
dan simpanan wajib sebagai modal dasar BMT, selanjutnya BMT memobilisasi dana
dengan mengembangkannya dalam berbagai jenis simpanan sukarela (semacam
tabungan umum) dengan berasaskan akad mudharabah dari anggota berbentuk:
a. Simpanan biasa, Simpanan pendidikan, Simpanan haji, Simpanan umrah,
Simpanan qurban, Simpanan idul fitri, Simpanan walimah, Simpanan aqiqah,
Simpanan perumahan, Simpanan kunjungan wisata, Simpanan mudharabah
berjangka (semacam deposito 1,3,6,12 bulan)
Selain kegiatan yang berhubungan dengan keuangan, BMT juga mengembangkan usaha
di bidang sektor real, seperti kios telepon, kios benda pos, memperkenalkan teknologi
maju untuk peningkatan produktivitas hasil para anggotanya, mendorong tumbuhnya
indistri rumah tangga atau pengolahan hasil, mempersiapkan jaringan perdagangan atau
pemasaran masukan dan hasil produksi, serta usaha lain yang layak, menguntungkan, dan
tidak mengganggu program jangka pendek, dengan syarat dikelola dengan sistem
manajemen yang terpisah dan profesional. Usaha sektor real BMT tidak boleh menyangi
usaha anggota tetapi mendukung dan memperlancar pengorganisasian secara bersama-
sama keberhasilan usaha anggota dan kelompok anggota berdasarkan jenis usaha yang
sama. Untuk mendukung kegiatan sektor real anggota, BMT terdapat dua jenis kegiatan
yang sangat mendasar yang perlu untuk dikembangkan oleh BMT, yaitu sebagai berikut.

10
a. Mengumpulkan informasi dan sumber informasi tentang berbagai jenis kegiatan
produktif unggulan untuk mendukung usaha kecil dan kelompok usaha anggota di
daerah itu.
b. Kegiatan mendapatkan informasi harga dan melembagakan kegiatan pemasaran yang
efektif sehingga produk-produk hasil usaha anggota dan kelompok usaha dapat dijual
dengan harga yang layak dan memenuhi jerih payah seluruh anggota keluarga yang
bekerja untuk kegiatan tersebut.7
G. kebijakan pengembangan BMT
Kebijakan Pengembangan BMT Sebagai salah satu lembaga keuangan syariah, BMT
dipercaya lebih mempunyai peluang untuk berkembang dibandingkan dengan lembaga
lainnya yang beroperasi secara konvensional, yaitu sebagai berikut:
1. Lembaga keuangan syariah dijalankan dengan prinsip keadilan, wajar, dan
rasional, dimana keuntungan yang diberikan kepada nasabah penyimpan yaitu
benar-benar berasal dari keuntungan penggunaan dana oleh para pengusaha
lembaga keuangan syariah. Dengan bentuk lain maka lembaga keuangan syariah
harus terhindar dari negative spread, sebagaimana lembaga keuangan
konvensional.
2. Lembaga keuangan syariah mempunyai misi yang sejalan dengan program kerja
pemerintah, yaitu pemberdayaan ekonomi rakyat, sehingga berpeluang menjalin
kerja sama yang saling bermanfaat dalam upaya pencapaian masing-masing
tujuan.
3. Sepanjang nasabah peminjam dan nasabah pengguna dana taat pada asas terhadap
sistem bagi hasil, maka selaku sistem syariah sebenarnya tahan uji atas
gelombang ekonomi. Lembaga keuangan syariah tidak mengenal pola eksploitasi
oleh pemilik dana kepada pengguna dana dalam bentuk beban bunga tinggi
sebagaimana berlaku pada sistem konvensional.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa BMT memiliki peluang yang cukup besar
dalam yang mengikutsertakan mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi
kerakyatan. Dalam hal ini disebabkan karena BMT ditegakkan atas prinsip syariah yang
lebih memberikan kesejukan dalam memberikan ketenangan baik bagi para pemilik dana
maupun kepada para pengguna dana. Berdasarkan data yang ada, jumlah BMT pada
akhir 1998 telah berjumlah 1.957 buah, pada tahun 2001 berjumlah 2.938 buah, kini

7
Sutrisno, Dwipratono Agus Harjito, MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH, (Yogyakarta: K-
Media, 2018) hal 85-88

11
angkanya jauh lebih besar. Dengan anggapan tingkat pertumbuhan serupa dengan apa
yang terjadi
pada masa lalu, kini jumlah BMT terdaftar bisa saja berada di sekitar angka 4.000 an.8

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dari dua frase Baitul Mal dan Baitul
Tamwil, secara harfiah/lughowi Baitul Maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti
rumah usaha. Baitul Mal adalah rumah atau tempat yang mengelola harta yang dihimpun
dari zakat, infaq dan shodaqoh dengan tujuan sosial sesuai aturan syariah. Sedangkan
Baitul Tamwil adalah rumah atau tempat mengelola dana berupa tabungan masyarakat
atau umat dan disalurkan dengan tujuan komersil.
BMT sangat berperan penting dalam pengembangan Dalam era otonomi daerah,
Sebab bagaimanapun juga, untuk memfasilitasi pengembangan keuangan mikro syariah
tersebut, diperlukan suasana yang kondusif, misalnya dukungan peraturan-peraturan
yang memfasilitasi pengembangannya maupun melindungi keuangan mikro itu sendiri,
bukan malahan menghambat atau mematikannya. Tentu aturan merupakan satu faktor
untuk pengembangan keuangan mikro, faktor lain adalah para pelaku maupun
stakeholders yang terlibat di daerah.

8
Sutrisno, Dwipratono Agus Harjito, MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH, (Yogyakarta: K-
Media, 2018) hal 88-89

12
DAFTAR PUSTAKA

Afrianty Nonie, Isnaini Desi, Oktarina Amimah, LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH,


(Bengkulu : CV Zigie Utama, 2019)

Dwi Masyithoh Novita, 2014, ANALISIS NORMATIF UNDANG-UNDANG No. 1 TAHUN


2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) ATAS STATUS
BADAN HUKUM DAN PENGAWASAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT),
Jurnal pemikiran dan penelitian ekonomi islam, vol.V edisi (2)

Mohammad Heykal Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam, Cetakan ke-1, (Jakarta :
Kencana Prenada Media Grup, 2010)

Sutrisno, Agus Harjito Dwipratono, MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH,


(Yogyakarta: K-Media, 2018)

Tanjung Muslim, Novizas Arina, 2018, EKSISTENSI BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT)
DALAM PEREKONOMIAN ISLAM, jurnal perekonomian dan islam, vol. III No (1)

Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

13

Anda mungkin juga menyukai