Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/366581934

Evaluasi Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Berdasarkan Pendekatan Balance


Scorecard

Article · December 2022

CITATIONS READS

0 840

1 author:

Bunga Nurfitria
University of Indonesia
6 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Bunga Nurfitria on 25 December 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Evaluasi Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Berdasarkan Pendekatan
Balance Scorecard

Bunga Nurfitria1

1
Program Studi S1 Reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang: Sebagai salah satu bentuk BLUD, rumah sakit umum daerah memiliki
fleksibilitas dalam pengelolaannya. Fleksibilitas ini harus dibersamai dengan akuntabilitas,
di mana dibuktikan melalui kinerjanya. Sayangnya, beberapa kualitas pelayanan rumah sakit
umum daerah di Indonesia masih tergolong rendah. Evaluasi kinerja secara menyeluruh
dengan pendekatan balance scorecard dilakukan sebagai upaya untuk memaksimalkan
pelayanan di rumah sakit umum daerah. Metode: Penelitian ini menggunakan metode
literature review dengan menggunakan database Google Scholar. Hasil: Hasil penelitian
terhadap evaluasi kinerja rumah sakit umum daerah berdasarkan pendekatan balance
scorecard tersebut dibagi berdasarkan perspektif biaya, pelanggan, bisnis internal, serta
pertumbuhan dan pembelajaran. Masih terdapat kelebihan dan kekurangan pada setiap
perspektif. Kesimpulan: Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
memaksimalkan pelayanan di rumah sakit umum daerah dengan peningkatan kinerja secara
menyeluruh dan komprehensif melalui pemenuhan indikator-indikator dalam keempat
perspektif balance scorecard. Kata Kunci: Evaluasi kinerja, Rumah sakit umum daerah,
Balance scorecard

PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang melayani
kesehatan perorangan secara paripurna melalui pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Berdasarkan UU No. 44 Tahun 2009, pemerintah daerah dapat mendirikan rumah
sakit bagi publik yang ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan
kemudian disebut sebagai rumah sakit umum daerah. Sebagai salah satu bentuk BLUD,
rumah sakit umum daerah diberikan fleksibilitas dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
keuangannya (Permendagri No. 61 Tahun 2007). Fleksibilitas ini dibersamai dengan prinsip
akuntabilitas, di mana rumah sakit umum daerah harus bisa membuktikan kinerjanya.
Sayangnya, beberapa kualitas pelayanan rumah sakit umum daerah di Indonesia masih
tergolong rendah.
Untuk memaksimalkan kinerja rumah sakit umum daerah di Indonesia, perlu
diadakan evaluasi dalam pelayanannya. Agar penilaian dilakukan secara menyeluruh,
evaluasi haruslah dilihat dari berbagai sisi atau sudut pandang. Salah satu pendekatan yang
dapat digunakan untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh adalah pendekatan balance
scorecard. Diciptakan oleh Kaplan dan Norton (1993), balance scorecard merupakan
kerangka kerja yang komprehensif di mana tujuan strategis perusahaan diterjemahkan ke
dalam seperangkat ukuran kinerja yang koheren (Jamaluddin et al, 2022). Balance scorecard
terdiri atas perspektif biaya, pelanggan, bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Dengan mengevaluasi kinerja rumah sakit umum daerah melalui keempat perspektif balance
scorecard, kelebihan dan kekurangan akan diketahui sehingga muncul cara untuk menyikapi
masalah dan mengoptimalkan keunggulan tersebut. Pelayanan di rumah sakit umum daerah
Indonesia pun menjadi lebih maksimal

METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature review dengan
menggunakan database Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian
jurnal-jurnal adalah "analisis balance scorecard rumah sakit umum daerah" kemudian
dispesifikasi dari tahun 2017 sampai 2022. Selanjutnya, terpilih 10 jurnal sebagai berikut :

Tabel 1 Daftar Jurnal


NO PENULIS JURNAL

1. Bharata et al Penerapan Balance Scorecard dalam Mengukur Kinerja Rumah


(2019) Sakit Umum Daerah Wonosari

2. Citradika dan Implementasi Balanced Scorecard di Rumah Sakit Umum


Satrio (2021) Daerah Kab. Batang

3. Khairurrozi et al Analisis Kinerja Rumah Sakit Berdasarkan Balanced Scorecard


(2022) di RSUD dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur

4. Munayang et al Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit dengan Pendekatan


(2017) Balanced Scorecard pada Rumah Sakit Daerah Madani Palu
Tahun 2015

5. Pradibta dan Analisis Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sleman


Yaya (2018) Berdasarkan Balanced Scorecard Setelah Penerapan Asuransi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

6. Rahayu et al Analisis Kinerja Finansial dan Nonfinansial Menggunakan


(2019) Konsep Balanced Scorecard (BSC) pada Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Manokwari

7. Ratnasari dan Penerapan Balance Scorecard sebagai Tolak Ukur Penilaian


Supratman pada RSUD Dr. Abdul Rivai Kabupaten Berau
(2021)

8. Rizki et al Balanced Scorecard sebagai Pengukur Kinerja pada RSUD Prof.


(2019) Dr. MA. Hanafiah MS Batusangkar

9. Sulawati (2022) Penerapan Balanced Scorecard sebagai Tolak Ukur Kinerja


Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Andi
Makkasau Parepare

10. Syagran et al Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur


(2020) Penilaian Kinerja Organisasi Nirlaba (Studi Kasus pada Rumah
Sakit Umum Umbu Rara Meha Waingapu)

Sepuluh jurnal ini dipilih sebagai gambaran kinerja rumah sakit umum daerah di
Indonesia untuk mengevaluasi kinerja tersebut berdasarkan empat perspektif balance
scorecard yaitu perspektif biaya, pelanggan, bisnis internal, serta pertumbuhan dan
pembelajaran.

HASIL
Pendekatan yang dipakai dalam berbagai penelitian mengenai evaluasi kinerja di
rumah sakit umum daerah adalah pendekatan balance scorecard. Pendekatan ini
menggunakan empat perspektif dalam melakukan evaluasi kinerja, yaitu :
1. Perspektif Biaya
Secara umum, kinerja rumah sakit daerah dalam perspektif biaya dinilai
kurang baik. Penelitian Citradika dan Satrio di RSUD Kab. Batang menyatakan
bahwa proyeksi pendapatan dengan renstra yang disusun tidak sama. Dalam
renstranya, rencana pendapatan RSUD Kab. Batang naik 0,6% per tahun tetapi pada
kenyataannya hanya mencapai Rp82,5 miliar (Citradika dan Satrio, 2021). Penelitian
lain dari Pradibta dan Yaya di RSUD Sleman menunjukkan bahwa performa rumah
sakit dalam hal biaya masih sangat kurang. RSUD Sleman memiliki rasio likuiditas,
profitabilitas, Return on Equity (RoE), solvabilitas, dan perputaran aset yang kurang
baik (Pradibta dan Yaya, 2018). Penelitian Munayang et al di RSUD Madani
menunjukkan aspek keuangan rumah sakit yang belum optimal, baik dari aspek rasio
keuangan maupun aspek kepatuhan pengelolaan keuangan. Hal ini disebabkan oleh
pendapatan yang masih bersumber dari satu pintu yaitu APBD, besarnya biaya
operasional, tidak adanya subsidi untuk pasien kurang mampu, dan berbagai hal
lainnya (Munayang et al, 2017). Tak hanya itu, penelitian oleh Rahayu et al di RSUD
Manokwari menilai rumah sakit daerah tersebut tidak efisien maupun efektif (Rahayu
et al, 2019).
2. Perspektif Pelanggan
Secara umum, kinerja rumah sakit daerah berdasarkan perspektif pelanggan
dinilai sudah baik. Penelitian oleh Khairurrozi et al di RSUD dr. Zubir Mahmud
menyatakan bahwa pasien sangat puas dengan rumah sakit yang responsif
(Khairurrozi et al, 2022). Pada penelitian dari Sulawati di RSUD Andi Makkasau
Kota Parepare, kepuasan pasien dibuktikan oleh kemampuan rumah sakit untuk
mempertahankan jumlah pasien sebelumnya sekaligus meningkatkan jumlah pasien
setiap tahunnya. Hal ini memungkinkan karena kualitas pelayanan RSUD Andi
Makkasau Kota Parepare sangat baik sehingga pasien merasakan kenyamanan dalam
proses berobat (Sulawati, 2022). Sama halnya dengan RSUD Andi Makkasau Kota
Parepare, 65% pasien RSUD URM Waingapu merasa puas dengan kinerja rumah
sakit, sehingga terjadi fluktuasi retensi dan akuisisi pasien (Syagran et al, 2020). Tak
hanya itu, penelitian oleh Rizki et al di RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah MS
Batusangkar menunjukkan peningkatan dalam indikator retensi pasien. Hal ini
ditentukan dari jasa dan fasilitas yang diberikan, ketepatan waktu pelayanan, serta
keterampilan tenaga kesehatan (Rizki et al, 2019).
3. Perspektif Bisnis Internal
Secara umum, kinerja rumah sakit daerah dalam perspektif bisnis internal
sudah cukup baik. Penelitian Ratnasari dan Supratman di RSUD Dr. Abdul Rivai
Kabupaten Berau menunjukkan hasil dengan kriteria “baik” pada penilaian indikator
BOR (Bed Occupancy Ratio), TOI (Turn Over Interval), NDR (Net Death Rate), dan
CDR (Gross Death Rate) (Ratnasari dan Supratman, 2021). Penelitian lain dari Rizki
et al di RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah MS Batusangkar juga menunjukkan
peningkatan dalam penjualan jasa. Hal ini dicapai dengan menambah dan
mengembangkan layanan jasa yang diberikan (Rizki et al, 2019). Tak jauh berbeda
dengan RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah MS Batusangkar, RSUD Andi Makkasau Kota
Parepare meningkatkan penjualan jasanya dengan mempercepat respon terhadap
keluhan pasien, sehingga kualitas pelayanan pun akan meningkat. Untuk menunjang
kelancaran pelayanan kesehatan, RSUD Andi Makkasau Kota Parepare menambah
jumlah peralatan-peralatan yang dibutuhkan (Sulawati, 2022).
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Secara umum, kinerja rumah sakit daerah dalam perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran dinilai cukup. Dalam penelitian Citradika dan Satrio di RSUD Kab.
Batang, pihak rumah sakit telah melakukan rekrutmen PNS dan pegawai non-PNS,
melakukan kerja sama dengan RSUP Provinsi, serta menyediakan program
peningkatan pendidikan kepada tenaga medis dan paramedis untuk memenuhi
kebutuhan sumber daya manusianya (Citradika dan Satrio, 2021). Sama halnya
dengan RSUD Kab. Batang, penelitian oleh Pradibta dan Yaya di RSUD Sleman juga
menunjukkan angka sebesar 126% untuk tingkat pelatihan karyawan, di mana dinilai
baik. Hal ini menjadi pengaruh positif bagi produktivitas karyawan RSUD Sleman
(Pradibta dan Yaya, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Bharata et al di RSUD
Wonosari membuktikan hubungan yang kuat antara kepuasan pegawai dengan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (Bharata et al, 2019). Pernyataan tersebut
didukung oleh penelitian Munayang et al di RSUD Madani, di mana tunjangan yang
diberikan kepada dokter, perawat, dan petugas medis menaikkan tingkat kepuasan
karyawan (Munayang et al, 2017). Faktor lain yang memengaruhi indikator
pertumbuhan dan pembelajaran adalah hubungan karyawan dengan atasan yang baik
(Khairurrozi et al, 2022).

PEMBAHASAN
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan perspektif biaya, pelanggan, bisnis internal,
serta pertumbuhan dan pembelajaran dalam balance scorecard. Perspektif pertama adalah
perspektif biaya atau finansial. Perspektif ini melihat segala keputusan dan tindakan yang
diambil dari sisi konsekuensi ekonomi. Dengan mengukur kinerja rumah sakit dari perspektif
biaya, maka akan diketahui perencanaan, implementasi, serta pelaksanaan strategi yang dapat
mendatangkan keuntungan (Kurniati, 2021). Kinerja rumah sakit umum daerah dari
perspektif biaya diukur menggunakan berbagai indikator atau prinsip value for money.
Berbagai indikator yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja dari perspektif biaya
adalah cash ratio atau rasio kas, current ratio atau rasio lancar, rasio efisiensi, Return on
Asset (ROA), Return on Equity (ROE), rasio perputaran aset, rasio perputaran aset tetap,
inventory turnover atau perputaran persediaan, collection period atau periode penagihan
piutang, rata-rata umur piutang, rasio belanja terhadap pendapatan, rasio ekuitas terhadap
aset, dan rasio kewajiban terhadap aset, rasio subsidi biaya pasien, dan lain sebagainya
(Bharata et al, 2019; Citradika dan Satrio, 2021; Munayang et al, 2017; Pradibta dan Yaya,
2018). Di lain sisi, konsep value for money mengukur rasio ekonomis, rasio efisiensi, dan
rasio efektivitas dari rumah sakit. Rasio ekonomis melihat kemampuan rumah sakit dalam
mengelola pendapatan berdasarkan anggaran pengeluaran dan realisasi pengeluaran. Rasio
efisiensi membandingkan realisasi pendapatan dengan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh
rumah sakit. Rasio efektivitas mengukur anggaran pendapatan dengan realisasi pendapatan
rumah sakit (Ratnasari dan Supratman, 2021).
Perspektif kedua adalah perspektif pelanggan. Evaluasi dengan perspektif ini
dilakukan agar mengetahui kemauan pelanggan—dalam hal ini, pasien—sehingga mereka
puas dan penjualan pun akan meningkat (Jamaluddin et al, 2022). Agar menarik perhatian
pelanggan, rumah sakit harus melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan
dimasuki (Citradika dan Satrio, 2021). Evaluasi kinerja dari perspektif pelanggan dapat
diukur melalui indikator retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, dan kepuasan pelanggan
(Citradika dan Satrio, 2021; Pradibta dan Yaya, 2018; Rahayu et al, 2019; Ratnasari dan
Supratman, 2021). Beberapa rumah sakit bahkan menggunakan indikator profitabilitas
pelanggan dan market share (Bharata et al, 2019). Tak hanya itu, indikator mutu pelayanan,
mutu klinik, kepedulian kepada masyarakat, serta kepedulian terhadap lingkungan juga dapat
menjadi alat pengukuran perspektif pelanggan (Munayang et al, 2017).
Retensi pelanggan merupakan kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan pasien
lama (Bharata et al, 2019). Retensi yang tinggi menunjukkan kemampuan rumah sakit dalam
menjaga hubungan dengan pasien (Pradibta dan Yaya, 2018). Pelayanan jasa yang diberikan
rumah sakit, kecepatan dan tepat waktu pelayanan, fasilitas yang memadai, serta
keterampilan dari tenaga kesehatan memengaruhi tingkat retensi pelanggan (Rizki et al,
2019). Akuisisi pelanggan mengukur keberhasilan rumah sakit dalam menarik pasien baru
(Bharata et al, 2019). Akuisisi pelanggan dipengaruhi oleh daya tarik rumah sakit terhadap
calon pasien. Kepuasan pelanggan menunjukkan sikap emosional yang dirasakan pasien
terhadap rumah sakit (Bharata et al, 2019). Hal ini berhubungan dengan ekspektasi pasien
terhadap realita pelayanan yang diberikan rumah sakit (Bharata et al, 2019; Ratnasari dan
Supratman, 2021).
Perspektif ketiga adalah perspektif bisnis internal. Perspektif ini mengidentifikasi
proses internal yang terjadi di perusahaan (Kurniati, 2021). Proses ini terdiri atas proses
inovasi dan proses operasi (Pradibta dan Yaya, 2018; Rahayu et al, 2019; Ratnasari dan
Supratman, 2021). Proses inovasi merupakan penelitian mengenai kebutuhan pelanggan yang
sedang berkembang atau belum terlihat kemudian kebutuhan tersebut diciptakan oleh rumah
sakit sebagai produk atau jasa yang akan ditawarkan (Pradibta dan Yaya, 2018). Proses
operasi merupakan upaya rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien yang
diukur menggunakan tingkat kunjungan rawat jalan dan tingkat kunjungan rawat inap
(Citradika dan Satrio, 2021; Pradibta dan Yaya, 2018; Rahayu et al. 2019). Tingkat
kunjungan rawat inap dihitung berdasarkan enam indikator standar pelayanan minimal oleh
Departemen Kesehatan RI (2011) yaitu Bed Occupancy Rate (BOR), Bed Turn Over (BTO),
Turn Over Interval (TOI), Average Length of Stay (AvLOS), Gross Death Rate (GDR), dan
Net Death Rate (NDR) (Bharata et al, 2019; Pradibta dan Yaya, 2018; Rahayu et al, 2019;
Ratnasari dan Supratman, 2021).
Perspektif terakhir adalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Perspektif ini
berhubungan dengan kemampuan dan keahlian internal perusahaan. Perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran terdiri atas tiga prinsip yaitu people (modal manusia), system (modal
informasi), serta climate (modal organisasi) (Jamaluddin et al, 2022). Kesenjangan antara
ketiga prinsip tersebut dengan target pencapaian kinerja diungkapkan melalui perspektif
biaya, pelanggan, dan bisnis internal (Kurniati, 2021). Perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran diukur menggunakan tingkat kepuasan karyawan, retensi karyawan,
produktivitas karyawan, serta training atau pelatihan dan pengembangan karyawan (Citradika
dan Satrio, 2021; Pradibta dan Yaya, 2018; Rahayu et al, 2019; Ratnasari dan Supratman,
2021; Rizki et al, 2019; Sulawati, 2022). Beberapa rumah sakit juga menyertakan komitmen,
motivasi, serta tingkat disiplin karyawan sebagai indikator (Bharata et al, 2019).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja menggunakan pendekatan balance scorecard,
pelayanan beberapa rumah sakit umum daerah di Indonesia masih belum maksimal. Dasar
dari evaluasi adalah perspektif biaya, pelanggan, bisnis internal, serta pertumbuhan dan
pembelajaran. Evaluasi dari perspektif biaya menunjukkan hasil yang kurang baik. Performa
finansial rumah sakit umum daerah seperti pendapatan maupun pengelolaan keuangan masih
tidak sesuai ekspektasi. Di lain sisi, evaluasi dari perspektif pelanggan menunjukkan hasil
yang sangat baik. Terlihat peningkatan pada indikator retensi maupun akuisisi pasien. Hal ini
menandakan bahwa pasien puas dengan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit umum
daerah. Tak jauh berbeda, evaluasi dari perspektif bisnis internal menunjukkan hasil yang
cukup baik. Beberapa rumah sakit umum daerah menambahkan jumlah layanan jasa dan
peralatan yang dibutuhkan. Selanjutnya terdapat evaluasi dari perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran dengan hasil yang cukup. Rumah sakit umum daerah mengadakan rekrutmen
karyawan baru, program pelatihan, serta pemberian tunjangan. Evaluasi ini berguna sebagai
acuan untuk memaksimalkan pelayanan di rumah sakit umum daerah dengan peningkatan
kinerja secara menyeluruh dan komprehensif melalui pemenuhan indikator-indikator dalam
keempat perspektif balance scorecard.

REFERENSI
Citradika, D.P. dan Satrio, D. (2021) “Implementasi Balanced Scorecard di Rumah Sakit
Umum Daerah Kab. Batang,” RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi, dan Teknologi Kabupaten
Batang, 6(1): pp. 38–46.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011) Juknis Sistem Informasi Rumah Sakit
2011: Buku Petunjuk Pengisian dan Pengolahan Data Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Bharata, R.W., Setyorini, D. dan Isroah (2019) “Penerapan Balance Scorecard dalam
Mengukur Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari,” Jurnal REP (Riset Ekonomi
Pembangunan), 4(2): pp. 174–189.

Jamaluddin, J., Haliah, H. dan Kusumawati, A. (2022) “Efektivitas Dan Efisiensi


Implementasi Balance Scorecard pada Rumah Sakit Umum Daerah (Studi Literatur),”
JAKOB: Jurnal Penelitian Akuntansi Sektor Publik, 1(2).

Khairurrozi, M., Syahida, A. dan Mirani, N. (2022) “Analisis Kinerja Rumah Sakit
Berdasarkan Balanced Scorecard di RSUD dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur,”
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 5(3): pp. 317–321.

Kurniati, F. (2021) “Penerapan Balance Scorecard dalam Analisis Kinerja Rumah Sakit di
Indonesia,” Buletin Bisnis & Manajemen, 7(1): pp. 11–24.

Munayang, O.H., Parmita, R. dan Nurhajra, A. (2017) “Analisis Pengukuran Kinerja Rumah
Sakit dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada Rumah Sakit Daerah Madani Palu Tahun
2015,” Jurnal Riset Akuntansi Mercu Buana (JRAMB), 3(1): pp. 1–27.

Pradibta, A.A. dan Yaya, R. (2018) “Analisis Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sleman
Berdasarkan Balanced Scorecard Setelah Penerapan Asuransi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan,” Reviu Akuntansi dan Bisnis Indonesia, 2(1): pp. 11–25.

Rahayu, M., Usman, S. dan Nurwidianto (2019) “Analisis Kinerja Finansial dan Non
Finansial Menggunakan Konsep Balance Scorecard (BSC) pada Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Manokwari,” Jurnal MEBIS (Manajemen dan Bisnis), 4(2): pp. 31–45.

Ratnasari, W. dan Supratman, A. (2021) “Penerapan Balanced Scorecard sebagai Tolak Ukur
Penilaian pada RSUD Dr. Abdul Rivai Kabupaten Berau,” Accountia Journal (Accounting
Trusted, Inspiring, Authentic Journal), 5(1): pp. 22–32.

Rizki, S.A., Yenti, E. dan Maulana, R. (2019) “Balance Scorecard sebagai Pengukur Kinerja
pada RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah MS Batusangkar,” Jurnal Ilmiah Raflesia Akuntansi,
5(1): pp. 7–12.

Sulawati (2022) “Penerapan Balanced Scorecard sebagai Tolak Ukur Kinerja Organisasi
Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Andi Makkasau Parepare,” Jurnal
Kewirausahaan, 8(3): pp. 289–296.
View publication stats

Syagran, V.S., Sunarya, H. dan Amalo, F. (2020) “Penerapan Metode Balanced Scorecard
sebagai Tolak Ukur Penilaian Kinerja Organisasi Nirlaba (Studi Kasus pada Rumah Sakit
Umum Umbu Rara Meha Waingapu),” Jurnal Akuntansi (JA), 7(3): pp. 39–54.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Rumah Sakit. 28 Oktober 2009.
Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153.

Anda mungkin juga menyukai