Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Anak-anak adalah usia yang paling rentang karena dengan mudah dapat
terjangkit suatu penyakit, karena itu perlu diberikan perlingdungan sejak dini.
Salah satunya adalah dengan diberikan imunisasi agar anak tersebut dapat
terhindar dari suatu penyakit seperti Polio, Hepatitis, Campak, TBC dan lain-
lain.
Lebih dari 1,5 juta anak meninggal setiap tahun karena penyakit yang
sebenarnya sudah ada vaksinnya. Penyebabnya antara lain karena orang tua
lalai terhadap kewajibannya membawa anak ke dokter atau petygas kesehatan
untuk memberi imunisasi pada anaknya.
Dengan di buat asuhan kebidanan pada Bayi dengan imunisasi DPTII
PolioIII ini merupakan salah satu upaya dalam pemberian imunisasi pada bayi,
karena dengan adanya asuhan kebidanan ini diharapkan mandapatkan
imunisasi yang tepat dan sesuai waktunya.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Pada An.N
Umur 1 Bulan Dengan Imunisasi BCG dan Polio 1diharapkan mahasiswa
mampu memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan secara
komprehensif dan menyeluruh.

2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data pada anak dengan
imunisasi
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa kebidanan dan
mengidentifikasi masalah pada anak dengan imunisasi.

1
c. Mahasiswa mampu mengantisipasi masalah potensial pada anak
dengan imunisasi
d. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kebutuhan segera pada
anak dengan imunisasi.
e. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana asuhan kebidanan pada
masalah yang muncul.
f. Mahasiswa mampu mengarahkan atau melaksanakan rencana tersebut
secara efisien dan aman pada anak dengan imunisasi.
g. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi rencana tindakan pada anak
dengan imunisasi.

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami tentang imunisasi.
2. Memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien imunisasi.
3. Mengevaluasi institusi dalam pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standart pelayanan operasional yang telah ditetapkan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen-
antigen serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi dasar adalah suatu cara atau
usaha memberikan kekebalan pada bayi dan akan kebal terhadap penyakit
tertentu.

B. Manfaat Imunisasi
1. Manfaat dari imunisasi diantaranya:
a. Untuk anak mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga menghilangkan kecemasan dan psikologis pengobatan
bila anak sakit.
c. Untuk Negara memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.
2. Manfaat 5 Imunisasi dasar :
a. Menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel
b. Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen
ini dapat berbiak
c. Pertahanan imun non spesifik
d. Menguatkan atau meningkatkan system imun alami yang dihasilkan
tubuh
e. Mencegah penyakit infeksi

C. Macam-Macam Imunisasi
Imunisasi dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Imunisasi Aktif
Adalah dimana tubuh akan membuat sendiri kekebalan terhadap penyakit
setelah suntikan antigen (bahan yang dapat menimbulkan kekebalan) dan
dapat bertahan selama bertahun-tahun.

3
2. Imunisasi Pasif
Adalah dimana tubuh tidak membuat sendiri kekebalan terhadap penyakit
tetapi mendapatkannya dari orang lain. Misalnya kolostrum (ASI yang
pertama keluar berwarna kekuning-kuningan) yang diberikan oleh ibu
pada bayi yang dapatmelindungi bayi dari diare dan penyakit infeksi
lainnya.

D. Kerugian Bila Tidak Melakukan 5 Imunisasi Dasar :


Bayi atau balita yang tidak diberikan imunisasi akan mudah terserang
penyakit infeksi.Apalagi pada bayi yang system kekebalan tubuhnya belum
matang (masih berkembang),kemampuan fagositosis memang sudah matur
tetapi proses inflamasi tidak adekuat dan tidak mampu melokalisasi infeksi.
Sehingga jika bayi atau balita tidak diimunisasi, bila terkena mikroorganisme
maka tubuh tidak dapat mengenali dan menghancurkan mikroorganisme yang
masuk dan akan berkembang biak.

E. Jenis – Jenis Imunisasi Dasar


1. BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin yang hidup dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiakkan selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulen yang tidak dapat menimbulkan virus penyakit
tetapi masih mempunyai imunogenitas.Vaksinasi BCG menimbulkan
sensitivitas terhada tuberculin.Vaksin BCG ini berisi suspensi
Mycobacterium Bovis hidup yang sudah dilemahkan.Vaksin BCG tidak
mencegah infeksi tuberkolosis tetapi mengurangiresiko tuberkolosis berat
seperti meningitis tuberkolosis dan tuberkulosis millier.Efek proteksi
timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan.Efek proteksi bervariasi antara 0-
80%.
a. Cara Pemberian Imunisasi BCG
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan ketika bayi baru
lahir sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0-2
bulan.Hasil yang memuaskan terlihat apabila diberikan menjelang
umur 2 bulan.Imunisasi BCG cukup diberikan hanya satu kali
saja.Pada anak yang berumur lebih dari 2 bulan, dianjurkan untuk
melakukan uji mantoux sebelum imunisasi BCG. Gunanya untuk

4
mengetahui apabila ia telah terjangkit penyakit TBC. Seandainya hasil
uji mantoux positif, maka anak tidak mendapatkan imunisasi BCG.
Dosis BCG yang diberikan untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05
ml. imunisasi diberikan intrakutan di daerah inserti muskulus
deltoideus kanan.
BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan, mengingat:
1) Efektivitas perlindungan rata-rata hanya sekitar 40%.
2) 70% kasus tuberculosisi berat (meningitis) ternyata mempunyai
parut BCG.
3) Kasus dewasa dengan BTA dahak (Basil Tahan Asam) positif di
Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun telah mendapatkan
BCG pada masa kanak-kanak.
b. Kekebalan
Jaminan imunisasi tidaklah mutlak 100% bahwa anak anda akan
terhindar sama sekali dari penyakit TBC. Seandainya bayi yang telah
mendapatkan imunisasi terjangkit juga penyakit TBC, maka ia akan
menderita penyakit TBC dalam bentuk yang ringan, dan akan terhindar
dari kemungkinan mendapat TBC yang berat, seperti TBC paru yang
parah, TBC tulang atau TBC selaput otak yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup dan membahayakan jiwa anak anda (Markum,
2007).
c. Reaksi Imunisasi BCG
Penyuntikan BCG secara intraderma yang benar akan
menimbulkan luka local yang superficial 3 minggu setelah
penyuntikan. Luka yang biasanya tertutup krusta akan sembuh dalam
2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat dalam diameter 4-8 mm.
Biasanya setelah suntikan BCG bayi akan menderita demam. Bila ia
demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh keadaan
lain. Untuk hal ini dianjurkan agar segera berkonsultasi dengan dokter
(Nakita, 2009).
d. Efek Samping Pemberian BCG
Umumnya pada imunisasi BCG jarang dijumpai efek
samping.Mungkin terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
setempat yang terbatas dan biasanya menyembuhkan sendiri walau
lambat.Bila suntikan BCG dilakukan dilengan atas, pembengkakan

5
kelenjar terdapat di ketiak (Limfadenitis supuratif di aksila) atau di
Leher bagian bawah itupun kadang-kadang dijumpai.Apabila
limfadenitis melekat pada kulit atau timbul luka/nanah maka dapat
dibersihkan (dilakukan drainage) dan diberikan obat anti tuberkulosisi
oral.Pemberian obat anti tuberculosis sistemik tidak efektif.Suntukan
dipaha dapat menimbulkan kelenjar ini biasanya disebabkan karena
teknik penyuntikan yang kurang tepat, yaitu penyuntikan terlalu dalam
(Markum, 2007).
e. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
f. Kontra Indikasi BCG
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada
anak yang berpenyakit TBC akan menunjukkan uji Mantoux positif,
atau dengan ada reaksi seperti:
1) Reaksi uji tuberculosis > 5 mm
2) Menderita infeksi HIV atau dengan resiko tinggi infeksi HIV
3) Anak menderita gizi buruk
4) Sedang menderita demam tinggi
5) Menderita infeksi kulit yang luas
6) Pernah sakit tuberkulosis
7) Kehamilan

2. Hepatitis B
Penyakit hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis B pada anak sering menimbulkan gejala minimal bahkan sering
terjadi sub-klinik, namun sering menyebabkan hepatitis yang kronik, yang
dalam kurun waktu 10-20 tahun dapat sering menjadi hepatitis akut.
Hepatitis B juga dapat berkembang menjadi bentuk fulminan, dengan
angka kematian tinggi
Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah
lahir.Pemberian imunisasi berdasarkan status HBsAg ibu pada saat
melahirkan sebagai berikut :
1) HBsAg ibu (+) :HBIG 0,5 ml + HB 0,5 ml secara i.m 12 jam pertama.
2) HBsAg ibu (tidak diketahui) :HB 0,5 ml secara i.m 12 jam pertama.
3) HBsAg ibu (-) : HB 0,5 ml secara i.m, saat lahir sampai 2 bulan

6
a. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan mencegah kontak virus, baik
terhadap pengidap, donor darah (skrining), organ tubuh bahan
transplantasi, maupun alat-alatkedokteran.Dapat pula dengan
pemberian kekebalan melalui imunisasi pasif maupun aktif.
b. Dosis
Dosis maksimal 0,5 ml, intramuscular, harus diberikan dalam jangka
waktu 24 jam, diulang 1 bulan kemudian
c. Cara Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Pemberian imunisasi hepatitis B yaitu imunisasi dasar 4 kali dengan
masa antara suntikan satu ke suntikan ke dua 1 bulan, suntikan ke dua
ke suntikan ketiga dan ke empat 5 bulan.
d. Kekebalan
Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, berkisar antara 94-96%
(Markum, 2007).
e. Reaksi Imunisasi Hepatitis B
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat
suntikan, yaitu mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau
pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.
Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan (Markum,
2007).
f. Efek Samping
Efek samping yang terjadi pada umumnya ringan, berupa nyeri,
bengkak, panas mual nyeri sendi maupun otot.
g. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan virus hepatitis B.
h. Kontra Indikasi Hepatitis B
Sampai saat ini masih belum dipastikan adanya kontra indikasi
absolute terhadap pemberian imunisasi hepatitis B. imunisasi tidak
dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit keras (Nakita,
2009).

7
3. DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)
Difteri
Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin mediated
diseases dan disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphateriae. Nama
kuman ini berasal dari Yunani Dipthera yang berarti Leather hide.
Penyakit ini disebutkan pertama kali oleh Hypocrates pada abad ke 5 SM
dan epidemic pertama dikenal pada abad ke 6 oleh Aetius.Bakteri ini
ditemukan pertama kali pada membrane penderita difterioleh
klebs.Antitoksin ditemukan pertama kali pada akhir abad ke 19 sedang
toksin dibuat sekitar .Difteri adalah suatu hasil gram positif.Produksi
toksin terjadi hanya bila kuman tersebut mengalami lisogenisasi oleh
bakteriofag yang mengandung informase genetic toksin.
Pertusis
Partusis atau batuk rejan/ batuk seratus hari adalah suatu penyakit
akut yang disebabakan oleh bakteri Borditella Pertussis. Ledakan kasus
pertusis pertama kali terjadi sekitar abad 16, menurut laporan Guillaume
De Bailluo di Paris dan kuman itu sendiri baru dapat diisolasi oleh Jules
Bordet dan Octave Gengoy. Sebelum ditemukannya vaksin pertusis,
penyakit ini merupakan penyakit tersering yang menyerang anak-anak dan
merupakan penyebab utama kematian.
Tetanus
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang sering bersifat fatal yang
disebabkan oleh eksotoksin produksi kuman Clostridium tetani.

a. Cara Pemberian Imunisasi DPT


Pemberian imunisasi DPT yaitu imunisasi dasar 2-11 bulan, dosis 0,5
cc imunisasi dimulai pada usia 2 bulan, imunisasi dasar harus
diberikan sebanyak 3 kali pemberian dengan interval 8 minggu,
minimal 4 minggu. Cara penyuntikan intramuskuler atau subkutan
dalam dibagian luar paha.
b. Kekebalan
Daya proteksi vaksin difteri cukup baik, yaitu sebesar 80-95%, dan
daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90-
95%.Sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah, yaitu 50-
60% (Markum, 2007).

8
c. Reaksi Imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan
dan rasa nyeri ditempat suntikan selama satu sampai dua hari
(Markum, 2007).
d. Efek Samping
Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti
demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh unsur
pertusis.Bila hanya diberikan DT (Difteri dan Tetanus) tidak
menimbulkan akibat efek samping demikan.
e. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis,
dan tetanus.
f. Kontra Indikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan
anak yang menderita kejang, demam komplek.Juga tidak boleh
diberikan kepada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang
menderita batuk rejan dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan
kekebalan.Bila ada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat
maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan lagi melainkan DT
saja (tanpa P).Sakit batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya
ringan, bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak, sedangkan anak
anda sedang menderita sakit ringan (Nakita, 2009).

4. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)


Kata Polio (abu-abu) dan Myelon (sumsum), berasal dari bahasa
latin yang berarti Medulla Spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus
poliomyelitis pada medulla spinalis yang secara klasik menimbulkan
kelumpuhan.Poliomyelitis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh virus polio .
Polio adalah penyakit menular yang sifatnya mendadak / cepat
disebabkan oleh virus polio yang menyebabkan kerusakan saraf otak yang
mengakibatkan kelumpuhan ( lumpuh layu) dan mengecilkan otot.

9
a. Kriteria diagnostik yang memperlihatkan gejala Polio diantaranya
1) Silent : tidak ada gejala ( 90 – 95 % )
2) Abortif : Bila ada epidema atau kontak dengan penderita Polio ( 4
–8%.
3) Non Paralitik ( 4 – 8 % )
Adanya tanda – tanda diatas, nyeri dan kaku pada otot – otot leher
bagian belakang, badan dan anggota badan.
4) Paralitik ( 1 – 2 % )
a) Kelemahan / paralisys otot leher, abdomen, tubuh, dada dan
anggota badan bagian bawah.
b) Refleks menurun /menghilang
c) Bila disertai delirium, kesadaran menurun, tremor dan kejang.
b. Etiologi
Virus polio termasuk dalam kelompok (sub-grup) enteri virus, famili
Picomaviridae. Dikenal 3 macam serotype virus polio yaitu P1, P2 dan
P3. virus ini menjadi tidak aktif apabila terkena panas, formal dehid,
klorin dan sinar ultraviolet.
c. Cara Pemberian Vaksin Polio
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa
hari, dan selanjutnya setiap4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat
dilakukan bersama dengan BCG. Vaksin Hepatitis B, dan DPT. Bagi
bayi yang sedang menetek maka ASI dapat diberikan seperti biasa
karena ASI tidak berpengaruh terhadap vaksin polio.Imunisasi ulangan
diberikan bersamaan dengan DPT. Dosis 1 diberikan saat anak
berusia 0-2 bulan.
d. Kekebalan
Daya proteksi vaksin polio sangat baik, yaitu sebesar 96-100%.
e. Reaksi Imunisasi Polio
Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan terdapat bercak-bercak
ringan.
f. Efek Samping
Pada kasus polio hampir tidak ada efek samping.Bila ada, mungkin
berupa kelumpuhan anggota gerak seperti pada penyakit polio
sebenarnya (Markum, 2007).

10
g. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
h. Kontra Indikasi Polio
1) Penyakit akut atau demam (Temp >38 C), imunisasi harus ditunda.
2) Muntah atau diare berat, imunisasi ditunda.
3) Sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau suntikan, juga
pengobatan radiasi umum (termasuk kontak pasien).
4) Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan
system retikuloendotelial (seperti limfoma, leukeumia dan penyakit
Hodgkin) dan anak dengan mekanisme imunologik yang
terganggu, misalnya pada hipo-gamaglobulinemia.
5) Menderita infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak.

5. Vaksin Campak
Istilah asing untuk penyakit campak ialah morbilli (latin) measles
(Inggris). Penyakit ini sangat mudah menular, kuman penyebabnya adalah
sejenis virus yang termasuk kedalam golonggan paramiksovirus. Gejala
yang khas pada campak adalah timbulnya bercak-bercak merah di kulit
(eksantem) 3-5 hari setelah anak menderita demam, batuk atau
pilek.Komplikasi campak yang berbahaya adalah radang otak, (esenfalitis
atau ensefalopati), radang paru-paru radang saluran kemih dan
menurunnya keadaan gizi anak (Markum, 2007).
a. Vaksin
Vaksin campak dibagi 2 bagian yaitu:
1. Vaksin yang berasal dari virus campak, yang hidup dan
dilemahkan (tipe Endomonston B).
2. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (Virus
campak yang berbeda dalam larutan formalin yang dicampur
dengan garam aluminium).
b. Cara Pemberian Imunisasi Campak
Bayi baru lahir biasanya telah mendapatkan kekebalan pasif terhadap
penyakit campak dari ibunya ketika ia dalam kandungan. Makin
berlanjut umur bayi, maka makin berkurang kekebalan pasif.Dengan
adanya kekebalan pasif inilah jarang seorang bayi menderita campak
pada umur 6 bulan (Markum, 2007).

11
Menurut WHO imunisasi campak cukup dilakukan hanya 1 kali
suntikan setelah bayi berumur 9 bulan, lebih baik lagi setelah ia
berumur lebih dari1 tahun. Karena kekebalan yang diperoleh
berlangsung seumur hidup, maka tidak diperlukan revaksinasi
(imunisasi ulang).
Dosis dan cara pemberiannya adalah :
1) Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang
dilemahkan adalah 1000 TCID 50 atau sebanyak 0,5 ml.
2) Untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID 50 saja mungkin
sudah dapat memberikan hasil yang baik.
3) Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian
dapat diberikan secara intra muscular.
Perhatian untuk suntikan subkutan :
1) Arah jarum 45 º terhadap kulit
2) Cubit tebal untuk suntikan subkutan
3) Aspirasi spuit sebelum vaksin disuntikan
4) Untuk suntikan multiple diberikan pada bagian ekstremitas yang
berbeda.
c. Kekebalan
Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%. Menurut
penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur hidup,
sama langgengnya dengan kekebalan yang diperoleh bila anak
terjangkit campak secara alamiah.
d. Reaksi Imunisasi Campak
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi
demam lebih dari 39 º C selama + 2 hari dan tampak sedikit bercak
merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke-7–8 setelah
penyuntikan. Mungkin pula terdapat pembengkakan pada tempat
suntikan.
e. Efek Samping
Sangat jarang, mungkin terjadi kejang yang ringan dan tidak berbahaya
pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang
otak berupa ensefalopati dalam waktu 30 hari setelah imunisasi
(Markum, 2007).

12
f. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
g. Kontra Indikasi Campak
Kontra indikasi hanya berlaku terhadap anak yang sakit parah, yang
menderita TBC tanpa pengobatan, atau yang menderita kurang gizi
dalam derajat berat pada anak yang pernah menderita kejang, anak
dengan alergi berat, anak dengan demam akut dan anak yang mendapat
vaksin hidup lain.

2) Kondisi anak yang tidak boleh diberi Imunisasi :


a) Sakit berat dan akut : demam tinggi
b) Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik
c) Alergi terhadap telur, hindari imunisasi influenza.
d) Bila anak menderita gangguan system imun berat ( sedang menjalani
terapi steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup ( Polio
oral, MMR, BCG, Cacar Air )

3) Manfaat imunisasi
1) Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2) Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3) Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
(Atikah,2010,pp.5-6).

4) Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari
dunia seperti pada imunisasi cacar variola. (Ranuh,2008,p.10).

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi


agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan
oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara
lain:

13
a) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
b) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita.

5) Jadwal Imunisasi
i. Imunisasi Dasar

Umur Jenis

0 bulan Hepatitis B0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan DPT-Hb-Hib 3, Polio 4

9 bulan Campak

ii. Imunisasi lanjutan pada anak <3 tahun (imunisasi booster)


Umur Jenis

18 bulan DPT-HB-Hib

24 bulan Campak

iii. Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar


Waktu
Sasaran Imunisasi
Pelaksanaan

Campak Agustus
Kelas 1 SD
DT November

Kelas 2 SD Td November

Kelas 3 SD Td November

14
6) KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
a. Pengertian
Menurut Komite Nasional Pengajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP
KIPI), KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ) dalah semua kejadian sakit
dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
Umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin merupakan reaksi simpang
(adverse events), merupakan kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek
langsung vaksin. Reaksi samping vaksin antara lain dapat berupa efek
farmakologi, efek samping, interaksi obat dan reaksi alergi.
b. Penyebab
Komite Nasional Pengajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI)
membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok fakor etiolog menurut
klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:
1) Kesalahan program atau teknik pelaksanaan.
Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkat prosedur
imunisasi, misalnya:
a) Dosisi antigen (terlalu banyak)
b) Lokasi dan cara penyuntikan
c) Sterilisasi semprit dan jarum suntik
d) Jarum bekas pakai
e) Tindakan aseptik dan antiseptik
f) Kontaminasi vaksin dengan peralatan suntik
g) Penyimpanan vaksin
h) Pemakaian sisa vaksin
i) Jenis dan jumlah pelarut vaksin
j) Tidak memperhatikan petunjuk prosedur.
2) Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan
apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas
yang sama
3) Reaksi suntikan
4) Induksi vaksin (reaksi vaksin)
5) Faktor kebetulan
6) Penyebab tidak diketahui.
c. Angka kejadian KIPI
KIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka
kejadian reaks anafilaksis dipekirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi
yang benar-banar reaksi anafilksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis
(Atikah,2010.pp.82-87).

15
7) Manajemen Kebidanan
Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu:
1. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Ambarwati,
2010), meliputi:
a. Data Subyektif
1. Biodata / Identitas
a) Biodata Bayi
Nama Bayi :
Tempat / tanggal lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
b) Bidata Orang tua
Nama Ayah/Ibu :
Umur Ibu :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Alamat :
2. Alasan Datang
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
7. Riwayat Imunisasi

8. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola nutrisi
b. Pola aktivitas
c. Pola eliminasi

16
d. pola istirahat
e. Personal hygiene
9. Riwayat Psikologi dan Budaya
a. Psikologi
b. Sosial
c. Budaya
10. Data Perkembangan

b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
Kesadaran :
Tanda-tanda Vital :
Pernafasan :
Suhu :
Nadi :
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala :
b) Wajah :
c) Mata :
d) Hidung :
e) Mulut :
f) Telinga :
g) Leher :
h) Dada :
i) Perut :
j) Ekstremitas
Atas :
Bawah :
Reflek :
k) Integumen :
l) Genetalia :
m) Anus :

17
2. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan.
a. Diagnose kebidanan
b. Masalah
c. Kebutuhan

3. Langkah III : Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi memungkinkan dilakukan pencegahan dan
kolaborasi dengan dokter dapat dilakukan, menunggu sambil menunggu
pasien, bidan bersiap-siap bila masalah potensial ini benar-benar terjadi
(Varney, 2007).

4. Langkah IV : Identifikasi Tindakan Segera


Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan atau
ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi. (Sudarti, 2013)

5. Langkah V : Rencana Tindakan


Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah teridentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi
bagi pasien tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati,
2010).

6. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).

18
7. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang
dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan
secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara
komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
klien. (Hidayat, 2008).

BAB III

19
TINJAUAN KHASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI / BALITA SEHAT

DENGAN IMUNISASI CAMPAK

PADA By.X UMUR 9 BULAN

DI PUSKESMAS WONOSARI 1

No/Kode Keterampilan : No Dokumen :

Tempat praktek : Puskesmas Wonosari 1

No. Reg :-

Tanggal/Jam : 10 November , Jam 10.00 WIB

I. PENGKAJIAN DATA

A. Data Subjektif

1. Identitas

Bayi

Nama : By.Ny.A

Tanggal/jam lahir : 10 November 2016

Jenis Kelamin : Perempuan

Orang Tua
Nama Ayah : Tn.T
Nama Ibu : Ny.A
Umur : 31 Tahun
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pekerjaan : Penjahit
Alamat : Boto
Alamat : Boto

2. Alasan Datang

20
Ingin mengimunisasikan bayinya

3. Riwayat Kelahiran

a. Tanggal lahir : 10 November 2016

b. Jenis persalinan : Normsl/Spontan

c. Penolong : Bidan

d. BBL : 3000 gram

PB : 48 cm

LK : 33 cm

LD : 34 cm

e. Komplikasi :-

f. Laktasi : ASI Eksklusif

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan Sekarang

Bayi tidak menderita penyakit apapun

b. Riwayat kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak menderita penyakit menurun

( asma, diabetes melitus), menular (TBC), Menahun (Jantung).

5. Riwayat Imunisasi

21
Jenis Pemberian ke / Tanggal Pemberian Keterangan

Imunisasi 1 2 3 4

Hepatitis B 17/2 –

2016

Polio 12/3 – 12/4 – 12/5 – 12/6 –

2016 2016 2016 2016

BCG 12/3 –

2016

DPT 12/4 – 12/3 – 12/6 –

2016 2016 2016

Camak 10/11 –

2016

6. Pola kebutuhan sehari-hari

Nutrisi : makan dan minum : Asi Eksklusif dan makanan

pendamping ASI

Eliminasi : BAK : 4 kali/hari. BAB 1 kali/hari

Istirahat : Tidur Siang : 2 Jam

Tidur malam : 11 Jam

Aktifitas : Aktifitas bayi baik/aktif, reflek baik

7. Data Sosial Budaya

a. Pandangan Keluarga terhadap Kesehatan

Keluarga menginginkan bayinya terlindung dari penyakit yang bisa

dicegah dengan pemberian imunisasi

b. Keadaan Lingkungan : Baik

c. Pengasuhan anak oleh : Orang Tua

8. Data Perkembangan

22
Ibu mengatakan An. F sudah bisa merangkak dan mulai merambat untuk

berdiri dan berjalan walau jatuh duduk kembali dan suka menyoleh

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Vital Sign : S: 36,70C, R: 60x/Menit, HR : 130x/Menit

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Normal, Mesochepal, tidak ada Caput, tida ada Molase

b. Muka

Normal, tidak ada memar, tidak ikterus, simetris, tidak ada

pembengkakan

c. Ubun-Ubun

Normal, datar

d. Mata

Simetris, tidak ada Konjungtivitis, Sklera tidak ikterus, tidak ada

secret pada mata

e. Telinga

Tulang rawan pada daun telinga lunak, tidak ada sekret, simetris,

berlubang

f. Mulut

Tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada labiopalatokisis, gerak

bibir simetris. Gusi merah muda

g. Hidung

Tidak ada sekret. Terdapat 2 lubang hidung. Bersih. Tidak ada polip

h. Leher

23
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis, dikelilingi

lipatan kulit. Bergerak bebas.

i. Abdomen

Bulat menonjol, tidak ada massa. Tidak distensi.

j. Punggung

Tulang punggung lurus, tidak ada kelainan

k. Anus

Berlubang

l. Genetalia

Normal, tida ada kelainan

m. Ekstremitas

Atas dan bawah : simetris, lengkap, jumlah 5/5 kuku dan jari tidak

pucat, tidak ada kelainan

II. INTERPRETASI DATA

A. Diagnosa Kebidanan

By.Ny.A. Umur 9 bulan, dengan imunisasi campak

Data subjektif

Ibu ingin mengimunisasikan anaknya

Data Objektif

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Compos Mentis

- Vital Sign : S: 36,70C, R: 60x/Menit, HR : 130x/Menit

B. Masalah

Tidak Ada

C. Kebutuhan

Tidak Ada

III. DIAGNOSA POTENSIAL

24
Tidak Ada

IV. RENCANA TINDAKAN

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Berikan suntikan imunisasi Campak di lengan kiri bagian luar

3. Jelaskan pada ibu pentingnya imunisasi campak karna untuk mencegah

penularan campak yang dapat mengakibatkan radang paru, radang otak

dan kebutaan

4. Anjurkan ibu untuk menyusui dan berikan makanan pendamping Asi.

Hanya diberikan ASI saja minimal 6 bulan, untuk pertumbuhan dan daya

tahan tubuh bayinya.

5. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang atau apabila ada keluhan

V. IMPLEMENTASI

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pada bayinya bahwa semuanya dalam

keadaan normal.

2. Menjelaskan pada ibu pentingnya imunisasi campak karna untuk

mencegah penularan campak yang dapat mengakibatkan radang paru,

radang otak dan kebutaan

3. Memberikan suntikan imunisasi canpak pada lengan kiri bagian luar secara

sc

4. Menganjurkan ibu untuk menyusui dan memberikan makanan pendamping

asi yang sehat

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang atau apabila ada

keluhan

VI. EVALUASI

25
1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan bayinya

2. Sudah dilakukan pemberian imunisasi campak dan berjalan dengan lancar

3. Ibu sudah mengetahui dan paham akan pentingnya imunisasi campak

4. Ibu bersedia untuk menyusui dan memberikan makanan pendamping asi

5. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang atau apabila ada keluhan

BAB IV

26
PEMBAHASAN

Dalam asuhan kebidanan pada An “AF” usia 9 bulan dengan imunisasi


Campak dalam pengkajian baik dari data subyektif dan data obyektif ditemukan
bahwa anak dalam keadaan sehat.

Menurut teori dalam pemberian imunisasi anak harus dalam keadaan


sehat. Disusun tidak ada kesenjangan dengan waktu pemberian imunisasi.Dari
data obyektif ditemukan keadaan anak yang sehat dan pada KMS sudah dilakukan
pemberian imunisasi lengkap.

Menurut penulis pada pengkajian dan data subyektif maupun data obyektif
hal-hal yang ditemukan merupakan hal yang umum ditemukan pada anak.
Diagnosa yang diambil juga sudah tepat karena waktu pemberian imunisasi sudah
sesuai dengan usia anak. Masalah potensial tidak ada sehingga kebutuhan segera
tidak ada.Intervensi sudah dilakukan sesuai dengan tinjauan pustaka dan standar
yang berlaku.Implementasi telah dilakukan sesuai dengan intervensi.Evaluasi di
dapatkan ibu sudah mengerti dengan penjelasan petugas kesehatan sehingga
berdasarkan uraian dan teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek lapangan.

BAB V

27
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik pada asuhan kebidanan pada An “AF” usia
9 bulan dengan imunisasi Campak, yaitu pada tahap pengkajian didapatkan
data subyektif yang berasal dari keterangan ibu dari An AF dan data obyektif
yang didapatkan berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Pada
tahap ini penulis tidak mengalami kesulitan karena ibu dari An AF dapat
bekerja sama dengan baik dengan penulis dalam memberikan asuhan
kebidanan.
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data-data yang di dapatkan pada
saat pengkajian yaitu An “AF” usia 9 bulan dengan imunisasi Campak.
Masalah potensial yang mungkin terjadi dalam pemberian imunisasi tidak ada,
sehingga kebutuhan segera tidak ada karena anak dalam keadaan sehat.
Intervensi telah dilakukan sesuai dengan penatalaksanaan anak dengan
imunisasi Campak, implementasi telah dilakukan sesuai dengan
intervensi.Pada evaluasi telah dilakukan pemberian imunisasi Campak, ibu
sudah mengerti jadwal imunisasi anaknya sudah selesai.

B. Saran
1. Bagi ibu yang memiliki anak
a) Ibu diharapkan untuk selalu membawa anaknya ke petugas kesehatan
untuk mendapatkan imunisasi secara lengkap
b) Ibu diharapkan untuk menjaga kondisi anaknya sebelum dilakukan
imunisasi

2. Bagi petugas kesehatan


a) Diharapkan memiliki kemampuan yang kompeten dan komprehensif
dalam pemberian imunisasi
b) Diharapkan mampu memberikan motivasi pada ibu-ibu yang memiliki
anak untuk mengimunisasikan anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

28
Depkes. 2009. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Direktorat Jendral
PP dan PL Departemen kesehatan RS.Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan Edisi 2 Jilid 4. Jakarta: YBP-SP.

2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: YBP-SP

Schwartz, William. 2008. Pedoman klinis Pediatri. Jakarta : EGC

Suryana. 2010. Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Sudarti. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika

Uliyah, Musrifatul. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta :

Salemba Medika

Varney, H. Et, all. 2007. Buku Ajar Kebidanan. Edisi 2. Jakarta: EGC

29

Anda mungkin juga menyukai