Anda di halaman 1dari 22

Usaha – usaha Mempertahankan Kemerdekaan RI

Gambar :Pembakaran Kota Bandung bagian selatan oleh para pemuda

L agu“ Halo – Halo Bandung, ibukota Periangan …”, yang diciptakan oleh Ismail
Marzuki, didedikasikan untuk mengenang peristiwa pembumihangusan Kota Bandung
bagian selatan. Peristiwa ini terjadi dikarenakan pihak sekutu yang menuntut agar rakyat
Indonesia meninggalkan Kota Bandung. Sehingga pasukan pemuda Kota Bandung membakar
Kota Bandung dengan tujuan agar Belanda tidak dapat memanfaatkan fasilitas yang ada.
Pembumihangusan Kota Bandung bagian selatan, hanyalah salah satu dari bentuk usaha
rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pasca proklamasi
kemerdekaan bangsa dikumandangkan di Pegangsaan Timur, tidak menjadikan negara
Indonesia aman. Sesuai perjanjian yang dibuat oleh sekutu dan Jepang, maka sekutu datang ke
Indonesia dengan membonceng NICA ( pasukan Belanda ). Hal ini menjadi ancaman bagi
kemerdekaan bangsa.
Wujud usaha rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaan bangsanya dilakukan
dengan 2 cara, yakni diplomasi dan konfrontasi. Selain itu, diawal kemerdekaan bangsa,
rakyat Indonesia juga melakukan tindakan heroik sebagai wujud dukungan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Tindakan heroik tersebut terjadi dari Sabang hingga Merauke, diantaranya
adalah Pertempuran lima hari di Semarang, Peristiwa di Hotel Yamato, Pertemouran rakyat di
Kalimantan, Sulawesi, dan masih banyak lainnya. Hal ini akan kit abahas di pertemuan kali
ini. Dimana dalam pertemuan ini akan dibahas bagaimana tindakan heroik bangsa Indonesia
dalam mendukung kemerdekaan bangsa, keadaan Indonesia di awal kemerdekaan dan usaha –
usaha bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa dari tangan penjajahan,
baik itu secara diplomasi atau perundingan dan secara konfrontasi atau pertempuran.

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Peta Konsep

Tindakan Heroik di
berbagai daerah

Keadaan Politik
Indonesia awal
kemerdekaan
Pertempuran 10
November 1945

Bandung Lautan Api

Pertempuran
Usaha Indonesia Ambrawa
Usaha – usaha secara konfrontasi
Mempertahankan Pertempuran
Kemerdekaan RI Medan Area

Perang Puputan
Margarana

Perundingan
Linggar jati

Perundingan
Renville

Perundingan Roem
Royen
Usaha Indonesia
secara diplomasi
Konferensi Inter -
Indonesia

Konferensi Meja
Bundar

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Tindakan Heroik Mendukung Kemerdekaan

Berita kemerdekaan bangsa Indonesia telah diumumkan melalui berbagai media,


baik itu melalui radio, poster di dinding, di bus, di stasiun dan melalui perwakilan daerah.
Sehingga kemerdekaan bangsa Indonesia diketahui seluruh rakyat. Meskipun Indonesia telah
merdeka, namun pasukan tentara Jepang masih ada di wilayah Indonesia. Dan sewaktu –
waktu dapat mengancam kemerdekaan bangsa. Oleh karena itu, para pemuda dari berbagai
daerah melakukan tindakan heroik sebagai wujud dukungan terhadap kemerdekaan bangsa.

Peristiwa di Surabaya

Peristiwa heroik di Surabaya terjadi pada 19 September 1945. Penyebab dari


peristiwa ini dikarenakan tindakan orang – orang Belanda, yang sebelumnya merupakan
bekas tawanan perang Jepang menduduki Hotel Yamato dan mengibarkan bendera Belanda
(berwarna merah, putih dan biru) di puncak hotel. Tindakan mereka dibantu oleh pasukan
tentara sekutu. Melihat hal ini, rakyat Indonesia menjadi marah. Untuk menghindari amarah
rakyat, Sudirman meminta orang – orang Belanda untuk menurunkan berdera tersebut namun,
tidak diindahkan. Sehingga para pemuda melakukan penyerbuan ke hotel, menurunkan
bendera serta merobek bendera Belanda yang berwarna biru. Kemudian sisa Belanda yang
berwarna merah dan putih dikibarkan kembali.

Gambar. Peristiwa di Hotel Yamato

Peristiwa di Yogyakarta

Peristiwa diYogyakarta terjadi pada tanggal 26 September 1945 secera serentak.


Peristiwa ini diawali dengan pemogokan pegawai pemerintah dan perusahaan – perusahaan
yang dikuasai oleh Jepang. Para pegawai memaksa Jepang agar menyerahkan semua
perusahaan dan kantor kepada pemerintahan Republik Indonesia. Sementara para pemuda
yang tergabung dalam BKR (Badan Keamanan Rakyat) berusaha melakukan pelucutan
senjata dari tentara Jepang dengan menyerbu tangsi Otsuka Butai di Kota Baru. Meskipun
tangsi ini berhasil dikuasai, tetapi harus dibayar dengan gugurnya beberapa pemuda
Indonesia, diantaranya A.M Sangaji dan Faridan M.Noto.

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Peristiwa di Semarang
Peristiwa di Semarang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang. Hal ini
dikarenakan peristiwa ini terjadi selama lima hari, yakni pada 15 – 19 Oktober 1945. Latar
belakang terjadinya pertempuran, berawal ketika para pemuda membawa sekitar 400 orang
tawanan Jepang dari pabrik gula Cepiring menuju penjara Bulu di Semarang, tetapi sebagian
dari tahanan melarikan diri dan meminta perlindungan ke Batalion Kidobutai. Selain itu,
terdengar desas – desus bahwa Jepang meracuni cadangan air minum penduduk di Candi. Dr.
Kariadi ingin memeriksa kebenaran dari berita tersebut dan melakukan uji air di laboratorium.
Ketika melakukan pengujian air di lab, Dr. Kariadi ditembak mati oleh tentara Jepang.
Sehingga memicu kemarahan rakyat.

Tanggal 14 Oktober, rakyat Semarang menyerang kantor – kantor pemerintah,


menangkap dan menawan setiap orang Jepang yang ditemui. Tindakan ini mendapat balasan
dari pasukan Jepang pada keesokan harinya, dengan menyerang pos – pos para pemuda.
Pertempuran ini berlangsung selama 5 hari, yakni 15 – 19 Oktober 1945. Pertempuran
berakhir setelah diadakannya perundingan antara pemimpin TKR (Tentara Keamanan Rakyat)
dengan pasukan Jepang. Upaya perdamaian ini mencapai hasil ketika tentara Inggris mendarat
di Semarang pada 20 Oktober 1945. Untuk memperingati pertempuran ini, pemerintah
mendirikan Monumen Tugu Muda di Semarang.

Gambar.Monumen Tugu Muda Gambar Dr. Kariadi

Info
Sejarah Tindakan heroik mendukung kemerdekaan RI, tidak hanya di Kota
Semarang, Surabaya dan Yogyakarta, tetapi juga diberbagai daerah di nusantara,
misalnya Banda Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi, Biak dan
Sumbawa. Para pemuda mengambil alih kantor – kantor pemerintah Jepang,
melucuti senjata tentara Jepang dan menyerang pos – pos Jepang.

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Keadaan Indonesia awal Kemerdekaan

Setelah rapat PPKI dilaksanakan, maka Indonesia telah dinyatakan sebagai sebuah
negara secara de facto. Tetapi, merdeka saja tidaklah cukup. Banyak hal yang harus
dipersiapkan demi tercapainya tujuan dan cita – cita bangsa, yakni adil, makmur dan
sejahtera. Mengapa demikian ? Bagaimana keadaan sistem pemerintahan bangsa Indonesia
diawal kemerdekaan diperoleh ? Untuk lebih lanjut, akan kita bahas pada pertemuan ini.

Sistem Pemerintahan Indonesia pada Awal Kemerdekaan


Setelah rapat PPKI II terlaksana, maka kabinet presindensil Indonesia telah terbentuk
namun, usia dari kabinet ini hanya sekitar setahun. Hal ini dikarenakan pada tanggal 16 – 17
Oktober 1945, KNIP mengadakan sidang pertamanya. Sidang ini dilaksanakan
dilatarbelakangi adanya petisi yang diajukan oleh Sutan Syahrir dan kawan – kawan. Isi dari
petisinya adalah desakan perubahan sistem pemerintahan. Syahrir lebih memilih sistem
parlementer. Mengapa demikian ? Karena kekuasaan presiden terlalu besar dan banyaknya
perbedaan paham serta ideologi. Kebijakan Presiden Soekarno yang hanya membentuk partai
tunggal dianggap tidak tepat. Sistem ini dianggap sebagai alat kontrol penguasa terhadap
suara – suara kritis dalam masyarakat dan dianggap bertentangan dengan UUD 1945 pasal 28
yang menjamin kebebasan berpendapat, berserikat, dan berkumpul. Disamping itu dianggap
mengkhianati nilai – nilai demokrasi.

Gambar. Sidang KNIP


Langkah pertama yang dilakukan Syahrir adalah membentuk dan memperkuat
lembaga legislatif atau parlemen. Usaha Syahrir membuahkan hasil pasca dikeluarkannya
Maklumat Wakil Presiden No.X pada tanggal 16 Oktober 1945. Isi dari Maklumat Wapres
tersebut adalah KNIP sebelum terbentuknya MPR dan DPR beroleh kekuasaan legislatif dan
ikut serta dalam menentukan GBHN. Kemudian, langkah kedua dari Syahrir adalah
mendorong pembentukan partai – partai sebanyak – banyaknya sebagai saluran penyampaian
aspirasi dan paham yang berkembang dimasyarakat. Usulan ini mendapat sambutan
positifdari KNIP dan disetujui pemerintah, yakni dengan dikeluarkannya Maklumat
Pemerintah No.3 pada tanggal 3 November 1945. Maklumat ini berisikan tentang anjuran
pembentukan partai – partai politik. Di tengah – tengah pendirian partai – partai politik, BP-
KNIP mengusulkan agara para meneteri bertanggung jawab kepada Badan Perwakilan Rakyat
yaitu KNIP. Usulan ini disetujui pemerintah pada 14 November 1945. Maklumat ini
menandai terbentuknya sistem parlementer dan berakhirnya sistem presidensil.
“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “
Gambat. Partai – partai awal kemerdekaan

Info
Sejarah Pelaksanaan Pemilu di Indonesia, direncanakan pada Januari 1946
namun dibatalkan. Faktor penyebab gagal terlaksana adalah :
Ketidaksiapan Pemerintah dalam melaksanakan
Keamanan negara yang belum stabil dikarenakan pasukan NICA dan sekutu masih
ada di Indonesia.

Usaha – Usaha Mempertahankan Kemerdekaan RI

Gambar. Kedatangan pasukan AFNEI (sekutu) dengan membonceng pasukan NICA

Berdasarkan perjanjian antara sekutu dengan Jepang, maka seluruh wilayah yang
menjaid bekas jajahan sekutu dikembalikan kepada Jepang, termasuk Indonesia. Seperti kita
ketahui, kemerdekaan Indonesia hanya diakui secara de facto saja. Belanda masih mengklaim
bahwa Indonesia merupakan wilayah Belanda. Pada 29 september 1945, pasukan Inggris,
yakni pasukan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies/ Pasukan Sekutu Hindia –
Belanda) tiba di Jakarta, dibawah pimpinan Jend. Sir Philip Christison, dengan membonceng
pasukan NICA. Tugas dari AFNEI ke Indonesia, antara lain :

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


1. Menerima penyerahan Jepang
2. Membebaskan para tawanan perang Jepang yang berasal dari Eropa
3. Melucuti tentara Jepang, mengumpulkan dan memulangkannya,
4. Menegakkan serta memelihara kondisi damai untuk diserahkan kepada pemerintahan sipil,
5. Mencari informasi tentang para penjahat perang Jepang untuk selanjutnya diserahkan ke
pengadilan sekutu
6. Melakukan perundingan dengan pihak RI
Kedatangan pasukan sekutu disambut baik oleh rakyat Indonesia, dikarenakan
pengakuan Jend.Sir Philip C terhadap kekuasaan pemerintahan RI terhadap daerah – daerah
secara de facto. Sehingga, pemerintahan RI menyerukan kepada pemerintahan daerah –
daerah untuk membantu tugas dari AFNEI tanpa menyadari bahwa sebagian dari pasukan
AFNEI disusupi oleh NICA. Disamping itu, pemerintah RI dan pihak Inggris, yang
diwakilkan oleh Brigjen A.W.S Mallaby mengadakan perundingan yang isinya, sebagai
berikut :
1. Tentara Inggris tidak akan memasukkan serdadu Belanda
2. Menjaga keamanan dan ketentraman bersama
3. Kerjasama pemerintah RI dengan sekutu
4. Inggris akan melucuti tentara Jepang
Namun dalam pelaksanaanya, Inggris mengingkari isi perundingannya. Selain itu,
pasukan Inggris juga melakukan provokasi dan teror untuk memuluskan rencana Belanda
untuk menduduki kembali Indonesia. Hal ini kemudian memicu ketegangan – ketegangan
sehingga menimbulkan permasalahan antara pasukan sekutu dengan rakyat Indonesia di
berbagai daerah.Perlawanan dari bangsa Indonesia melalui dua cara, yakni konfrontasi/
perlawanan fisik/ pertempuran dan diplomasi/ perlawanan nonfisik/ perundingan.

Konfrontasi
Perlawanan rakyat Indonesia terhadap pasukan AFNEI dan Belanda secara
konfrontasi atau fisik terjadi di berbagai daerah, antara lain pertempuran Arek – arek
Surabaya atau 10 November, Bandung Lautan Api, pertempuran Ambrawa, pertempuran
Medan Area, Pertempuran Margarana atau yang dikenal dengan perang Puputan Margarana
dan Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta. Pertempuran ini terjadi dikarenakan sekutu
bertindak di luar kesepakatan dengan pemerintahan Indonesia.

Pertempuran Surabaya

Gambar. Pertempuran 10 November 1945

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Pertempuran di Surabaya dikenal juga dengan Pertempuran 10 November.
Pertempuran ini merupakan salah satu dari pertempuran terbesar yang terjadi di wilayah
Indonesia dalam usaha mempertahankan kemerdekaan bangsa. Pada tanggal 25 Oktober 1945,
tentara sekutu mendarat di Surabaya, di bawah pimpinan Brigjend. A.W.S Mallaby.
Kedatangan sekutu disambut baik oleh Gubernur Jawa Timur, yakni R.M.T.A. Soeryo. Antara
Gubernur Jatim dan sekutu terdapat kesepakatan bahwa pasukan Inggris hanya boleh
memasuki Kota dan melepaskan para tawanan Jepang. Tetapi kesepakatan ini dilanggar oleh
sekutu. Pasukan sekutu menduduki kantor posa besar, pangkalan angkatan laut di Tanjung
Perak, gedung Bank Inferio serta lokasi – lokais penting lainnya. Bahkan pada tanggal 27
Oktober 1945, pasukan sekutu menyebarkan pamphlet menggunakan pesawat tempur.
Adapun isi pamflet tersebut adalah perintah agar rakyat Surabaya dan jawa Timur
menyerahkan senjata yang telah dirampas dari tentara Jepang. Sehingga terjadi kontak senjata
pertama antara pihak sekutu dengan rakyat Indonesia pada tanggal 27 Oktober 1945.
Pertempuran dengan cepat menyebar dan meluas menjadi perlawanan merebut kembali lokasi
– lokasi penting yang telah diduduki tentara sekutu. Dan pada tanggal 28 Oktober 1945, parra
pemuda berhasil merebut kembali lokasi – lokasi penting.

Gambar.Brigjend. A.W.S. Mallaby


Terdesak dengan serangan pemuda, Brigjend A.W.S mallaby meminta bantuan
dari pasukan sekutu yang berada di Jawa dan menghubungi Ir. Soekarno untuk menyelesaikan
masalah pergolakan. Tanggal 29 Oktober, Ir.Soekarno, Moh.Hatta dan Amir Syarifuddin tiba
di Surabaya. Presiden Soekarno menyerukan diadakannya gencatan senjata hingga hasil
perudingan antara pasukan sekutu dan Indonesia diperoleh. Meskipun aksi gencatan senjata
disepakati, aksi tembak menembak secara sporadis masih terus terjadi. Hingga pada tanggal
30 Oktober, mobil Buick yang ditumpangi oleh Brigjend A.W.S Mallaby diserang dan
menewaskannya ketika hendak melintasi jembatan merah. Hal ini memicu kemarahan pihak
sekutu, sehingga pada tanggal 7 November 1945, pemimpin tentara Inggris yang baru, yakni
Mayjend. E.C Marsergh menulis surat kepada Gubernur Soeryo. Isi suratnya adalah kecaman
atas kematian Mallaby dan menuding Gubernur tidak mampu mengendalikan rakyatnya.
Namun dibantah oleh Gubernur dalam surat balasannya.
Kemudian pada tanggal 9 November, Marsergh menulis surat kembali kepada
Gubernur Soeryo yang berisi agar seluruh pemimpin Indonesia, kepala pemuda, kepala polisi,
dan kepala pemerintah agar melapor pada waktu dan tempat yang telah ditentukan dengan

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


meletakkan tangan di atas kepala, kemudian menandatangani penyerahan tanpa syarat dan
penyerahan senjata sambil mengibarkan bendera putih. Jika ultimatum ini tidak diindahkan,
maka Inggris akan menegrahkan seluruh kekuatan angkatan perangnya untuk menghancurkan
Surabaya.Oleh Gubernur Soeryo dan seluruh rakyat Jawa Timur, menolak ultimatum ini dan
pertempuran pun tidak bisa dielakkan. Kontak senjata pertama terjadi di Tanjung Perak.
Banyak korban jiwa yang berjatuhan teapi rakyat bersama dengan TKR terus melakukan
perlawanan. Inggris menggempur Surabya lewat udara, darat, dan laut. Untuk membakar
semangat rakyat, Bung Tomo dengan gigih dan berapi – api menyerukan kata “Merdeka “
atau “Mati “ melalui radio – radio. Utuk mengenang perjuangan rakyat Surabaya, pemerintah
mendirikan Tugu Pahlawan dan menjadikannya sebagai Hari Pahlawan yang selalu
diperingati oleh bangsa Indonesia.

Gambar. Bung Tomo dan Mayjend.Sungkono yang berjasa dalam pertempuran 10 November 1945

Info
Sejarah Sutomo atau yang dikenal dengan Bung Tomo, yang dikenal rakyat
karena perannya dalam membakar semangat rakyat untuk melawan NICA. Beliau
beroleh gelar Pahlawan Nasional bertepatan dengan peringatan 10 November pada
tahun 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika
Kabinet Indonesia Bersatu, Moh.Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.

Bandung Lautan Api

Gambar. Pembumihangusan Kota Bandung bagian Selatan

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Usaha mempertahankan kemerdekaan bangsa di Kota Bandung lebih dikenal dengan
istilah Bandung Lautan Api. Hal ini dikarenakan pada tanggal 23 maret 1946, para pemuda
membumihanguskan Kota Bandung bagian selatan untuk mencegah tentara sekutu dan NICA
menggunakan semua fasilitas sebagai markas strategis militernya. Pasukan Inggris tiba di
Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Hubungan rakyat Bandung dengan pasukan sekutu
tidak berjalan dengan baik. Selain membonceng pasukan NICA, Inggris menuntut agar semua
senjata api yang telah direbut dari tangan Jepang dan berada di tangan masyarakat, kecuali
TKR dan polisi diserahkan kepada sekutu. Rakyat Indonesia diberikan batasan waktu untuk
menyerahkan senjata paling lambar tanggal 21 November 1945. Ultimatum ini tidak
diindahkan. Akibatnya pertempuran tidak dapat dihindarkan.
Malam harinya, TKR dan badan – badan perjuangan melancarkan serangan terhadap
wilayah kedudukan Inggris di bagan utara. Tanggal 24 November 1945, sekutu mengeluarkan
ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat, agar Bandung bagian utara segera dikosongkan dari
penduduk termasuk pasukan bersenjatanya. Selanjutnya, pada tanggal 23 Maret 1945, sekutu
kembali memberikan ultimatum, yang isinya agara TRI mengosongkan seluruh Kota
Bandung. Ultimatum ini mendorong tindakan Pembumihangusan. Keputusan untuk
membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean
Perdjoeangan Priangan (MP3). Sehingga pada tanggal 23 November 1946, Kolonel A.H
Nasution selaku Komandan Divisi III TRI memerintahkan evakuasi pada penduduk Kota
Bandung lalu membakar Kota Bandung bagian selatan. Selain di Kota Bandung, terjadi
perlawanan di daerah lain di Jawa Barat, seperti Sukabumi atau yang dikenal dengan
Bojongkokosan dan Gunung Masigit atau yang dikenal dengan Pertempuran Cimamere.

Gambar. Monumen Bandung Lautan Api

Info
Sejarah Lagu “Halo – halo Bandung “diciptkan oleh Ismail Marzuki dan para
pejuang lainnya. Tujuannya adalah membangkitkan semangat patriotisme dan
perjuangan rakyat. Lagu ini menjadi lambing perjuangan kemerdekaan Indonesia
melawan penjajahan.

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Pertempuran Ambrawa

Gambar. Pertempuran Ambarawa


Pertempuran di Ambarawa dikenal dengan Pertempuran Palagan Ambrawa. Koa
Ambarawa terletak diantara Kota Semarang dan Magelang atau antara Semarang dan Solo.
Pasukan sekutu tiba di Ambrawa, pada tanggal 20 Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigadir
Bethell. Tujuannya adalah untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di
penjara Ambrawa dan Magelang. Kedatangan sekutu disambut baik oleh Gubernur Jawa
Tengah Mr.Wongsonegoro bahkan beliau menyediakan bahan makanan serta memberikan
bantuan lain yang diperlukan sekutu demi kelancaran tugas sekutu. Dengan catatan, sekutu
tidak akan mengganggu kedaulatan RI. Tetapi, pasukan NICA yang dibonceng sekutu,
memberikan senjata kepada bekas tawanan. Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat dan
konflik bersenjata pun tidak dapat dihindari.
Pertempuran bermula di Magelang pada 26 Oktober, berlanjut antara tentara sekutu
dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pertempuran dapat berhenti setelah Soekarno tiba
di Magelang pada tanggal 2 November 1945 dan mengadakan pertemuan dengan Bethell.
Hasil pertemuannya, antara lain :
1. Sekutu akan menempatkan pasukannya di magelang untuk menyelesaikan tugas dengan
jumlah pasukan terbatas,
2. Jalan raya Magelang – Semarang tetap terbuka bagi lalu lintas tentara sekutu dan rakyat
Indonesia,
3. Sekutu tidak akan mendukung aktivitas NICA
Tetapi kenyataannya, sekutu melanggar isi dari kesepakatan ini. Sekutu justru
menambah jumlah pasukan. Sehingga menimbulkan perlawanan dari rakyat. Pasukan sekutu
menjatuhkan bom di desa – desa sekitar Ambrawa. Letnan Kolonel Isdiman gugur dalam
permpuran ini. Kemudian perjuang Isdiman dilanjutkan oleh Kolonel Sudirman. Sudirman
menerapkan siasat ‘Perang Gerilya’ di semua sektor. Selama pertempuran berlangsung
pasukan TKR Ambarawa mendapat bantuan dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto,
Magelang, Semarang dan lain – lain. Pada 12 Desember 1945, Sudirman memerintahkan
untuk mengepung Ambarawa dari berbagai penjuru. Pertempuran ini berlangsung sengit.
Setelah bertempur selama 4 hari, pada 15 Desember 1945, pertempuran berakhir dan
Indonesia berhasil merebut Ambarawa serta memaksa sekutu untuk menarik kembali

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


pasukannya. Kemenangan ini diabadikan dengan mendirikan Monumen Palagan Ambarawa
dan tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang
Kartika.

Gambar. Monumen Palagan Ambarawa

Pertempuran Medan Area

Salah satu perlawanan fisik terbesar sebagai usaha mempertahankan kemerdekaan


bangsa adalah Pertempuran Medan Area. Hal ini dikarenakan cakupan wilayahnya yang luas.
Pertempuran Medan Area bermula dari kedatangan sekutu di Sumatera Utara pada tanggal 9
Oktober 1945. Kedatangan mereka disambut baik oleh Gubernnur Sumatera Utara, Teuku
M.Hasan. Moh.Hasan mempersilahkan tim RAPWI membantu pembebasan para tawanan
perang, mendatangi tempat – tempat para tahanan dan mengizinkan sekutu untuk menempati
beberapa hotel di Kota Medan. Hanya saja kenyataannya, pasukan sekutu dan NICA
mempersenjatai para bekas tawanan dan membentukMedan Batalion KNIL. Tugas utamanya
malih kekuasaan di Kota Medan. Mengakibatkan timbulnya konflik dengan TKR dan Barisan
Pemuda Indonesia (BPI) pimpinan Achmad Tahir. Insiden pertama terjadi pada 13 Oktober
1945. Pemicunya adalah tindakan seorang penghuni hotel merampas dan menginjak – injak
lencana merah putih yang dipakai rakyat. Setelah kejadian ini, sekutu mengultimatum para
pemuda dan rakyat di Kota Medan agar menyerahkan senjatanya kepada sekutu.
Ultimatum ini tidak dihiraukan bahkan semakin mengobarkan semangat rakyat
untuk melakukan perlawanan. Dalam rangka membatasi gerak maju serta penghadangan para
pemuda, pada anggal 1 Desember 1945, sekutu memasang papan yang bertuliskan Fixed
Boundaries Medan Area (batas resmi wilayah Medan) di berbagai pinggiran Kota Medan. Hal
ini menjadi markas sekutu di Kota Medan disebut sebagai Medan Area. Tanggal 10 Desember
1945, pasukan Inggris bersama – sama NICA berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di
Trepes. Namun berhasil digagalkan. Sekutu dan NICA juga melancarkan serangan besar –
besaran terhadap Kota Medan. Serangan ini banyak menimbulkan korban jiwa di kedua belah
pihak. Pada April 1946, tentara Inggris mendesak agara pemerintahan RI keluar dari Kota
Medan. Gubernur, walikota dan markas TKR pun terpaksa dipindahkan ke Pematang Siantar.
Untuk melanjutkan perjuangan di Medan, pada Agustus 1946, dibentuk Komando Resimen
Laskar Rakyat Medan Area. Hampir seluruh wilayah Sumatera berperang dalam usaha

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


mempertahankan kemerdekaan bangsa terhadap pasukan Jepang, sekutu dan Belanda.
Contohnya Padang, Bukit tinggi dan Aceh.

Pertempuran Margarana

Gambar.Perang Puputan Margarana di Bali


Pertempuran yang terjadi di Margarana yang terletak di sebelah utara Kota Tabanan,
Bali yang dipicu oleh hasil Perundingan Lingarjati, yakni wilayah Indonesia hanya meliputi
Sumatera, Jawa dan Madura. Dengan demikian wilayah Bali tidak menjadi bagian dari NKRI.
Hal ini melukai hati rakyat Bali sehingga memicu perlawanan. Pada tanggal 2 dan 3 Maret
1949, Belanda mendaratkan kurang lebih 2000 pasukannya di Bali dengan tujuan
menggabungkan wilayah Bali dengan Negara Indonesia Timur (NIT). Untuk mencapai
tujuannya, Belanda membujuk Kepala Divisi Sunda Kecil Letkol I Gusti Ngurah Rai, agar
bersedia bekerjasama membentuk Negara Indonesia Timur (NIT). Namun, oleh I Gusti
NGurah Rai usulan Belanda tersebut ditolak tegas. I Gusti Ngurah Rai bersama pasukan
Ciung Wanaranya melucuti persenjataan, menguasai Datasemen dan merebut puluhan senjata
lengkap dengan artelerinya yang dimiliki polisi NICA yang menduduki kota Tabanan.
Sehingga memicu kemarahan Belanda.

Gambar. Letkol I Gusti Ngurah Raid an Pasukan Ciung Wanara


Dua hari setelah peristiwa itu, Belanda mengarahkan seluruh pasukannya dari seluruh
Bali dan Lombok untuk mengisolasi desa Adeng Marga (titik kumpul pasukan Ciung
Wanara). Menyadari bahwa mereka telah dikepung oleh Belanda, pasukan Ciung Wanara dan

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


I Gusti Ngirah Rai memilih untuk bertahan. Aksi tembak menembak pun tak terelakkan.
Perang di Margarana dikenal dengan istilah Perang Puputan, yaitu perang yang dilakukan
hingga titik darah pengahabisan. Setelah bertempur dengan semangat pantang menyerah
sampai titik darah penghabisan, I Gusti Ngurah Raid an 96 pasukannya gugur. Sedangkan dari
pihak sekutu sekitar 400 orang tewas. Untuk mengenang peristiwa tersebut, lokais terjadinya
pertempuran didirikan Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa dan setiap tanggal 20 November
diperingati sebagai Hari Puputan Margarana.

Gambar. Taman Pujaan Bangsa

Diplomasi
Disamping perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan konfrontasi, pemimpin
bangsa juga melakukan perjuangan lewat perundingan. Perundingan atau diplomasi ini
dilakukan dengan 3 cara, yakni mencari dukungan negara – negara anggota PBB, membawa
masalah Indonesia – Belanda ke hadapan Dewan Keamanan PBB dan berunding secara
langsung dengan Belanda. Hasil dari proses perudingan tersebut adalah Indonesia mendapat
dukungan terhadap kemerdekaan dan kedaulatan dari negara – negara sahabat, contohnya
Australia, India dan negara – negara yang bergabung dalam Liga Arab. Benutk dukungan
Australia terhadap kemerdekaan Indonesia adalah Australia mendesak Belanda agara segera
menghentikan operasi militernya di Indonesia dan bersedia menjadi anggota Komisi Tiga
Negara (KTN) serta aktif membentuk opini dunia Internasional agara mendukung
kemerdekaan Indonesia.
Wujud dukungan negara India atas kemerdekaan RI adalah mengakui kedaulatan
Indonesia dalam forum Internasional sekaligus menjadi pelopor terlaksananya Konferensi
Inter-Asia pada tahun 1949. Sedangkan dari masyarakat Belanda yang berada di negara
Belanda sendiri bersimpati dengan perjuangan bangsa Indonesia. Mereka melakukan aksi
demonstrasi menuntut pemeritah menghentikan perang, menarik diri dari Indonesia,
menciptakan perdamaian dan menyelesaikan masalah Indonesia. Perundingan – perundingan
yang dilakukan oleh tokoh pemimpin bangsa dengan Belanda dan negara – negara lain, antara
lain : Perundingan Linggarjati, perundingan Renville, Perundingan Roem Royen dan yang
terakhir adalah Konferensi Meja Bundar sebagai titik pengakuan Belanda atas kemerdekaan
RI.
“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “
Perjanjian Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilaksankan setelah perundingan Hooge Veluwe tidak
terlaksana sebagaimana mestinya. Perundingan Hooge Veluwe adalah perundingan antara
Belanda dengan pemerintah RI di sebuah kota kecil di Belanda. Namun perundingan ini tidak
mencapai kesepakatan karena Belanda tidak ingin mengakui kemerdekaan dan kedaulatan RI.
Selain itu, usulan Belanda menjadikan Indonesia sebagai negara persemakmuran berbentuk
federal yang memiliki pemerintahan sendiri, namun bagian dari Belanda ditolak oleh
Indonesia. Sebab Indonesia menginginkan kemerdekaan dan kedaulatan penuh. Perundingan
Linggarjati dilaksanakan di kota Linggarjati, Cirebon, Jawa Barat, pada tanggal 10 November
1946. Delegasi Indonesia terdiri dari Sutan Syahrir, Moh.Roem, Mr. Susanto Tirtoprojo, dan
Dr.A.K Gani. Adapun perwakilan dari Belanda antara lain : Prof. Willem Schermerhorn, F.de
Boer, H.J. Van Mook dan Max van Poll dan yang menjadi mediator atau penengah adalah
Lord Killearn dari Inggris.
Isi dari perjanjian Linggarjati, antara lain :
a. Belanda mengakui wilayah RI secara de facto atas Sumatea, Jawa dan Madura. Untuk itu,
Belanda harus meninggalkan wilayah tersebut paling lambat 1 Januari 1949,
b. RI dan Belanda bekerjasama membentuk negara serikat, yakni RIS (Republik Indonesia
Serikat),
c. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia – Belanda yang diketuai oleh Ratu
Belanda.

Gambar. Peta wilayah RI berdasarkan hasil perundingan Linggarjati


Perjanjian Linggarjati ditandatangani pada 25 maret 1947 dalam sebuah upacara kenegaraan
di Istana negara. Perudingan ini memiliki dua sisi bagi bangsa Indonesia, yakni positif dan
negative. Sisi positifnya adalah pengakuan atas wilayah Indonesia secara de facto oleh
Belanda. Sedangkan sisi negatifnya adalah wilayah RI tidak sesuai dengan luas wilayah
Hindia – Belanda, yakni dari Sabang sampai Merauke. Hal ini menimbulkan kekecewaan bagi
masyarakat Indonesia sehingga Kabinet Syahrir jatuh.
Alasan pemerintah Indonesia menerima isi perjanjian Linggarjati meskipun tidak
sesuai keinginan adalah
a. Masih lemahnya kekuatan militer RI
b. RI memiliki kesempatan meningkatkan kemampuan militernya
c. Beroleh simpati dunia Internasional

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Agresi Militer Belanda I

Adanya perbedaan penafsiran dari isi perjanjian Linggarjati menimbulkan


ketegangan baru antara Indonesia dengan Belanda. Belanda melakukan serangan terhadap
wilayah – wilayah yang dikuasai Indonesia. Aksi ini dikenal dengan istilah Agresi Militer
yang dimulai pada tanggal 21 Juli 1947. Tujuan utama dari serangan ini adalah merebut
daerah – daerah perkebunan yang kaya dan daerah penghasil minyak. Untuk mengelabui
dunia Internasional, Belanda menamakan aksinya sebagai aksi polisional. Aksi polisional
adalah aksi yang berfungsi untuk mengatasi kekacauan akibat teror dan huru hara serta
memulihkan ketertiban dan stabilitas di Indonesia. Tindakan Belanda mendapat perlawanan
dari rakyat Indonesia. Sehingga menjadi sorotan dunia Internasional. Kemudian Dewan
Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) untuk membantu penyelesaian
permasalahan antara Indonesia – Belanda pada tanggal 25 agustus 1947. Disebut demikian
dikarenakan beranggotakan tiga negara, yakni Australia, Belgia dan Amerika Serikat.
Peran dari masing – masing negara adalah Negara Australia sebagai wakil negara
Indonesia yang diwakili oleh Richard C.Kirby, negara Belgia sebagai wakil dari Belanda yang
diwakilkan oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat sebagai negara penengah yang
diwakili oleh Dr.Frank Graham. Tugas dari KTN adalah menyelesaikan sengketa antara
Indonesia dan Belanda secara damai. KTN berhak untuk masalah militer sedangkan untuk
masalah politik hanya bisa memberikan saran.

Gambar. Komisi Tiga Negara

Info
Sejarah Australia mewakili Indonesia dalam Komisi Tiga Negara
dikarenakan partai Buruh yang ada di Australia sangat bersimpati atas kemerdekaan
RI. Dan Indonesia memilih Australia sebagai wakil negaranya dikarenakan
Ausrtalia merupakan negara tetangga dan berdasarkan sejarah asal usul nenek
moyang, yaitu nenek moyang penduduk asli Australia, suku Aborigin sama dengan
Suku weddoid Papua.

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Perjanjian Renville
Setelah anggota KTN terbentuk maka, diadakanlah perundingan antara Indonesia
dan Belanda di atas sebuah kapal milik Amerika serikat yang bernama Renville pada tanggal
8 Desember 1947. Delegasi Indonesia bernama Amir Syarifuddin dan delegasi Belanda
bernama R.Abdulkadir Wijiyoatmojo. Perjanjian ini berjalan sangat alot karena kedua negara
menuntut kepentingannya masing – masing. Akhirnya, pada tanggal 17 Januari 1948,
tercapailah kesepakatan antara kedua negara. Adapun kesepakatan tersebut antara lain :
a. Indonesia setuju dibentuknya Negara Indonesia Serikat
b. Belanda bebas membentuk negara – negara Federal di daerah – daerah yang didudukinya
c. Pemerintah Indonesia menarik semua pasukannya serta mengosongkan daerah – daerah di
belakang Garis Van Mook.

Gambar. Peta wilayah Indonesia pasca perjanjian Renville


Perjanjian ini mendapat reaksi keras dari rakyat Indonesia, politikus maupun TNI.
Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia semakin sempit dari sebelumnya sehingga
mempersulit posisi Indonesia baik dari segi ekonomi, politik dan militer. Sebagai konsekuensi
dari perjanjian ini, pasukan – pasukan Siliwangi di Jawa Barat harus hijrah ke Yogyakarta,
ibukota negara dipindahkan ke Yogyakarta. Sebab wilayah Indonesia setelah perjanjian ini
hanya meliputi, Yogyakarta, Surakarta, Kediri, Kedu, Madiun, sebagian Keresidenan
Semarang, Pekalongan, Tegal bagian selatan, dan Banyumas. Dan sebagai bentuk
kekecewaan dan protes terhadap pemerintah, partai – partai besar menyatakan mosi tidak
percaya terhadap Kabinet Amir Syarifuddin. Kabinet ini pun jatuh.

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Gambar. Kapal renville milik Amerika Serikat

Info
Sejarah Alasan Perjanjian renville dilaksanakan di kapal Renville milik
tentara Amerika Serikat adalah lokasi perundingan tidak berada di salah satu
wilayah yang dikuasai Indonesia ataupun Belanda.

Agresi Militer Belanda II

Perjanjian renville memberi dampak yang sangat besar bagi bangsa Indonesia.
Rakyat, pemerintah dan TNI, bersatu dan aktif melancarkan serangan gerilya terhadap
wilayah – wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Meskipun melanggar gencatan senjata,
serangan dilakukan karena faktor kekhawatiran akan niat Belanda ingin menguasai Indonesia
kembali. Melihat situasi Jawa yang kian memanas dan memburuk, Belanda melaksanakan
aksi polisionalnya. Belanda mengepung kota Yogyakarta pada 19 Desember 1948, dengan
alasan bahwa Indonesia melanggar gencatan senjata. Kota Yogyakarta berhasil dikuasai dan
para pemimpin Indonesia ditawan Belanda. Sukarno dan Hatta diasingkan ke Bangka.
Sebelum ditangkap oleh Belanda, Hatta mengirimkan telegram kepada Menteri Kemakmuran,
Mr. Syarifuddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.
Berdasarkan instruksi pemerintah, Syarifuddin Prawiranegara, membentuk PDRI di
Bukittinggi, Sumatera Barat, dengan Presidennya adalah Syarifuddin Prawiranegara
merangkap sebagai Menteri Pertahanan dan Penerangan. Dampak dari adanya PDRI di
Bukittinggi, antara lain :
a. Menunjukkan ke mata Belanda dan dunia Internasional bahwa Indonesia masih eksis
b. Mengangkat wibawa pemerintah Indonesia sebagai pemimpin ynag tepat janji
c. Menarik simpati dunia Internasional.

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Melihat tindakan dari Belanda dan reaksi dari pemerintah Indonesia, maka PBB memaksa
Belanda untuk mengadakan perundingan dengan pemerintah Indonesia. Disamping itu, pada
tanggal 1 Maret 1949, pasukan TNI ynag dipimpin oleh Letkol Soeharto melakukan serangan
balasan keapda pasukan Belanda dari mulai pukul 06.00 hingga 12.00. Serangan ini dikenal
dengan istilah Serangan Umum 1 Maret. Serangan ini berhasil memporak porandakan
pasukan Belanda dan memaksanya untuk keluar dari Yogyakarta. Pasukan TNI berhasil
menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Sebelum akhirnya pasukan Belanda mendapatkan
bala bantuan. Serangan Umum 1 maret memberi dampak positif mengenai TNI di mata dunia
dan rakyat Indonesia sendiri, yakni :
a. Tentara Indonesia masih ada dan eksis
b. Tentara Indonesia memiliki kekuatan
c. Tentara Indonesia mampu melindungi seluruh rakyat Indonesia

Gambar. Kantor Pemerintahan PDRI di Bukittinggi dan Mr. Syarifuddin Prawiranegara.

Gambar.Tugu Serangan Umum 1 Maret

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


Gambar.Tokoh – tokoh yang berjasa dalam kemenangan Serangan Umum 1 Maret
Dari Kiri ke Kanan : Sultan Hamengkubuwono IX, Letkol.Soeharto dan Jenderal Sudirman

Info
Sejarah Serangan Umum 1 Maret hingga detik ini menjadi pembicaraan
hangat sejarawan Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya pendapat yang
berbeda mengenai tokoh yang paling berjasa dalam keberhasilan Serangan
Umum 1 Maret 1949. Ada yang mengatakan bahwa peran Sri Sultan
Hamengkubuwono IX lebih besar dibandingkan Letkol Soeharto dan Jenderal
Soedirman. Hal ini dikarenakan peran beliau sebagai orang yang nomor satu di
Yogyakarta sehingga beliau yang paling memahami seluk beluk kota Yogyakarta.
Ada yang mengatakan bahwa Letkol Soeharto yang paling berperan besar
dikarenakan beliau yang memimpin penyerangan. Sementara pendapat yang lain
berkata bahwa Jendereal Sudirman berpera aktif mengingat beliau adalah
pemimpin yang mengatur seluruh anggotanya.

Perjanjian Roem Royen

Agresi Militer II yang dilancarkan oleh Belanda, mendapatkan reaksi dari dunia
Internasional termasuk PBB. PBB menyerukan untuk dilaksanakannya perundingan antara
Indonesia dengan Belanda dan PBB memfasilitasi perjanjian ini. Delegasi Indonesia bernama
Mr. Roem dan Belanda oleh van Royen. Untuk memfasilitasi perjanjian ini, PBB membentuk
UNCI (United Nation Commision for Indonesia) yang dipimpin oleh Merle Cohran dari
Amerika Serikat. Perjanjian Roem Royen, berlangsung pada tanggal 17 April 1949 di Hotel
Des Indes, Jakarta. Setelah melewati mediasi yang alot, akhirnya dicapailah kesepakatan pada
tanggal 7 Mei 1949, yang dikenal dengan Perjanjian Roem – Royen.
Adapun ketentuan – ketentuan dari Perjanjian Roem –Royen dari masing – masing
pihak sebagai berikut :
a. Pemerintah RI harus memerintahkan penghentian aksi perlawanan

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


b. Pimpinan dan pemerintah RI dikembalikan ke Yogya
c. Kerjasama dalam memulihkan keamanan dan perdamaian
d. Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag
e. Menghentikan aksi polisional dan membebaskan tahanan politik (Tapol)
f. Menyetujui kembalinya Pemerintahan RI ke Yogya
g. Menyetujui RI sebagai bagian dari RIS
h. Berusaha menyelenggarakan KMB di Den haag
Pada 6 Juli 1949, Sukarno – Hatta dikembalikan ke Yogyakarta. Pengembalian Soekarno –
Hatta, menandai ditariknya pasukan Belanda dari Yogyakarta.

Gambar. Tokoh delegasi Perjanjian Roem – Royen, yakni Mr. Roem dari Indonesia dan van Royen dari Belanda

Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar merupakan kelanjutan dari perundingan Roem Royen.


Konferensi Meja Bundar dilaksanakan di kota Den Haag, Belanda, yang berlangsung pada
tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949. Dalam konferensi ini terdapat tiga pihak, yakni
RI yang dipimpin oleh Hatta, BFO yang dpimpin oleh Sutan Hamid II dan Belanda oleh Van
Maarseveen serta UNCI (sebuah komisi PBB untuk Indonesia sebagai mediator). Perundingan
berjalan sangat alot, dan akhirnya pada tanggal 2 November 1949, diperolehlah kesepakatan.
Adapun hasil pokok dari KMB antara lain :
a. Dibentuknya negara NIS
b. Dibentuknya Uni Indonesia – Belanda
c. Penyerahan kedaulatan Belanda kepada RIS tanpa syarat paling lambat akhir Desember
1949
d. Indonesia akan membayar utang – utang Belanda
e. Masalah Irian Barat akan dibahas setelah satu tahun
Setelah kesepakatan ini, maka pada tanggal 23 Desember 1949, wakil Presiden Moh.
Hatta berangkat ke Belanda sebagai delegasi dari RIS. Tujuan utamanya adalah
menandatangani naskah pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda. Upacara
penandatanganan ini akan dilangsungkan secara bersamaan baik di Indonesia maupun di
Belanda yang dijadwalkan pada tanggal 27 Desember 1949. Di Belanda, yang
menandatangani pengakuan kedaulatan adalah Ratu Juliana dan Moh.Hatta, sedangkan di
Indonesia adalah Sultan Hamengkubuwonno IX dan A.H.J Lovink dari Belanda. Pengakuan

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “


kedaulatan ini merupakan titik akhir perjuangan ini menjadi sebuah negara yang merdeka dan
berdaulat di mata dunia Internasional. Namun ini bukanlah akhir dari perjuangan bangsa
Indonesia. Sebab setelah ini, Indonesia harus berjuang melawan bangsanya sendiri, melawan
kemiskinan dan kebodohan. Setelah ini, akan banyak tindakan – tindakan yang mencoba
untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Gambar. Suasana dalam ruangan pelaksanaan KMB

Info
Sejarah
Posisi dan bentuk meja dalam perundingan KMB didesain berbentuk
bundar dengan tujuan bahwa semua negara – negara yang ada memiliki kedudukan
yang sama. Tidak ada tinggi, tidak ada yang rendah.

“ HIduplah dengan Merdeka dan beradab ! “

Anda mungkin juga menyukai