Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

POST OPRATIF

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah KMB II

Dosen Pengampu :
Ns. Damayanti Polapa., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Fahla Alifya Az-Zahra 2200001012


HikmahPutri T 2200001017
Sindi Dirgantari 2200001044

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA PURWAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat anugerah dari-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah mengenai “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Post Opratif” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam
yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah (KMB) II. Disamping itu,
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ns. Serly., M. Kep selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah (KMB) II serta semua pihak
lain yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama pembuatan makalah
ini berlangsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya bisa diperbaiki.

Purwakarta, 5 Mei 2024

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Tujuan Umum ........................................................................ 1
1.3. Tujuan Khusus ....................................................................... 1
1.4. Manfaat Penulisan .................................................................. 2
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 3
2.1 Post Opratif ............................................................................ 3
1. Pengertian Post Operatif .................................................. 3
2. Ruang Perawatan Post Anasthesia................................... 5
3. Kriteria Pasien Yang di Perbolehkan Keluar Dari
Recovery Room .............................................................. 6
4. Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien dari
Recovery Room .............................................................. 6
5. Komplikasi Post Operatif ................................................ 8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................. 10
1. Pengkajian....................................................................... 10
2. Diagnois Keperawatan..................................................... 13
3. Intervensi Keperawatan ................................................... 13
4. Implementasi Keperawatan.............................................. 18
5. Evaluasi Keperawatan ..................................................... 18
BAB III PENUTUP ............................................................................ 20
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 20
3.2 Saran ...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya Keluhan yang sering timbul akibat dari tindakan operasi yaitu nyeri
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah
sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal inidimungkinkan
karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan
anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa
terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi.
Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar
teliti karena hal ini menyangkut berbagainorgan, terutama jantung, paru,
pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan
menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar
aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.Keperawatan pasca operasi
merupakan periode akhir dari keperawatan perioperative. Selama periode ini proses
keperawatan diarahkan pada upaya untuk menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
keseimbangan fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.
Pengkajian yang cermat dan intervensi cepat dan akurat dapat membantu pasien
kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman (Majid et al., 2010).
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami mengenai asuhan keperawatan
pada pasien post opratif serta calon perawat maupun perawat dapat
mempraktikkan asuhan keperawatan medikal bedah pada klien post opratif.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Pengertian Keperawatan Post Operatif
b. Untuk mengetahui Tahapan Ruangan Perawatan Pasca Anesthesi

1
2

c. Untuk mengetahui Kriteria Yang Diperbolehkan Keluar Dari Recovery


Room
d. Untuk mengetahui Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien
dari Recovery Room
e. Untuk mengetaui Komplikasi Post Operatif
f. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operatif
1.3 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis khususnya di
bidang keperawatan jiwa dengan masalah perilaku kekerasan
2. Bagi Industri
Sebagai acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini, disusun dengan urutan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka, mengemukakan teori-teori pembahasan yang
berdasarkan rumusan masalah yang diperoleh dari berbagai sumber.
BAB III Penutup, memuat kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Post Opratif


1. Pengertian Post Opratif
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan
perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasiem pada keadaan equilibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat
dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya
dengan cepat, aman, dan nyaman.
1. Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi ke Ruang Pemulihan ( Recovery
Room)
Pemindahan pasien dari ruang operasi ke ruang pemulihan atau unit
perawatan pasca anestesi memerlukan pertimbangan-pertimbangan
khusus. Diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler dan
pemajanan. Letak insisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali
pasien post operatif dipindahkan. Banyak luka ditutup dengan tegangan
yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan
sutura lebih lanjut. Memindahkan pasien yang telah dianastesi ke brankar
dapat menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien
harus dipindahkan secara perlahan dan cermat.
a. Perawatan Post Anastesi di Ruangan Pemulihan (Recovery Room)
Pasien harus dirawat sementara di ruang pulih sadar (Recovery
Room)sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi
operasi danmemenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang
perawatan (bangsalperawatan). Hal ini dimaksudkan mempermudah
akses untuk :
b. Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operasi (perawat
anastesi).
c. Ahli anastesi dan ahli bedah.
d. Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya

3
4

e. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk


dikeluarkan dari PACU (Post Anastesi Care Unit) adalah :
1) Fungsi pulmonal yang tidak terganggu.
2) Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah.
3) Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang.
4) Pengeluaran urin yang tidak kurang dari 30 mL/jam.
5) Mual dan muntah dalam control.
2. Transportasi Pasien ke Ruang Rawat
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat transportasi klien :
a. Perencanaan
Pemindahan klien merupakan prosedur yang disiapkan semuanya
dari sumber daya manusia sampai dengan peralatannnya.
b. Sumber daya manusia (ketenagaan)
Orang yang boleh melakukan proses transfer pasien adalah orang
yang bisa menangani keadaan kegawatdaruratan yang mungkin
terjadi selama transportasi. Perhatikan juga perbandingan ukuran
tubuh pasien dan perawat harus seimbang.
c. Equipment (peralatan)
Peralatan yang dipersiapkan untuk keadaan darurat, misalnya tabung
oksigen, sampai selimut tambahan untuk mencegah hipotermi, harus
dipersiapkan dengan lengkap dan dalam kondisi siap pakai.
d. Prosedur
Untuk bebrapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi
dahulu dan sebagainya. Sehingga hendaknya sekali jalan saja.
Prosedur-prosedur pemindahan pasien dan posisi pasien harus benar-
benar diperhatikan demi keamanan dan kenyamanan pasien.
e. Passage (jalur lintasan)
Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman, dan yang paling
singkat. Ekstra waspada terhadap kejadian lift yang macet dan
sebagainya.
5

2. Ruang Perawatan Post Anasthesia


Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar
bedah, dekat dengan perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri,
sehingga apabila timbul keadaan gawat pasca-bedah, pasien dapat segera
diberi pertolongan. Selama belum sadar betul, pasien dibiarkan tetap tinggal
di RR. Setelah operasi, pasien diberikan perawatan yang sebaik-baiknya
dan dirawat oleh perawat yang berkompeten dibidangnya (ahli dan
berpengalaman).
Ruang pemulihan hendaknya diatur agar selalu bersih, tenang, dan alat-
alat yang tidak berguna disingkirkan. Sebaliknya, semua alat yang
diperlukan harus berada di RR. Sirkulasi udara harus lancer dan suhu di
dalam kamar harus sejuk. Bila perlu dipasang AC. Bila pengaruh obat bius
sudah tidak berbahaya lagi, tekanan darah stabil-bagus, pernafasan lancer-
adekuat dan kesadaran sudah mencukupi (lihat Aldered Score), barulah
pasien dipindahkan ke kamarnya semula (bangsal perawatan).
a. Syarat ruangan.
b. Tenang, bersih, dan bebas dari peralatan yang tidak dibutuhkan.
c. Warna ruangan lembut dan menyenangkan.
d. Pencahayaan tidak langsung.
e. Plafon kedap suara.
f. Peralatan yang mengontrol atau menghilangkan suara (ex: karet
pelindung tempat tidur supaya tidak mengeluarkan suara saat terbentur).
g. Tersedia peralatan standart : alat bantu pernafasan, oksigen, laringoskop,
set trakeostomi, peralatan bronkial, kateter, ventilator mekanisme dan
peralatan suction.
h. Peralatan kebutuhan sirkulasi : apparatus tekanan darah, peralatan
parenteral, plasma ekspander, set intravena, defibrillator, kateter vena,
dan tourniquet.
6

i. Balutan bedah, narkotik dan medikasi kedaruratan.


j. Set kateterisasi dan peralatab drainage.
k. Tempat tidur pasien yang dapat diakses dengan mudah, amanm dan
dapat digerakkan dengan mudah.
l. Suhu ruangan berkisar antara 20-22 derajat Celcius dengan ventilasi
ruangan yang baik.
3. Kriteria Pasien Yang di Perbolehkan Keluar Dari Recovery Room
Pasien dipindahkan dari ruang pemulihan bila kriteria berikut sudah
bisa dipenuhi :
a. Tanda-tanda vital stabil dan fungsi respiratori serta sirkulatori
sempurna.
b. Pasien sudah bangun atau mudah bangun dan bisa memanggil bila ada
keperluan.
c. Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi dengan cermat dan terkendali.
d. Setelah anastesi regional fungsi dan sebagian sensori telah pulih kembali
pada daerah yang terkena anastesi.
e. Klien telah mempunyai control suhu tubuh yang baik, fungsi ventilasi
yang baik, nyeri dan mual minimal, pengeluaran urin yang adekuat, dan
cairan elektrolitnya seimbang.
Pasien-pasien yang sakit akut yang memerlukan supervise ketat
dipindahkan ke unit intensif. Banyak pasien dipindahkan ke unit klinis. Unit
diberi tahu bahwa akan dating pasien dengan semua informasi yang tepat
mengenai status pasien dikomunikasikan pada perawat yang akan
meneruskan asuhan keperawatan pasca bedah. Perawat dari ruang
pemulihan membuat ringkasan tentang catatan sebelum pasien
meninggalkan ruang pemulihan.
4. Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien dari Recovery
Room
Pada saat pasien siap dipindahkan dari Recovery Room, petugas
memberitahu pada divisi keperawatan tentang kedatangan pasien. Hal ini
akan memudahkan petugas keperawatan untuk member informasi kepada
anggota keluarga pasien tentang tindakan pembedahan yang telah dijalani
7

pasien. Perawat biasanya menganjurkan anggota tetap berada diruang


tunggu sehingga mereka dapat ditemukan jika dokter bedah dating untuk
menjelaskan kondisi asien. Dokter bedah akan memberikan gambaran
tentang status pasien, hasil pembedahan dan adanya komplikasi.
Rasa cemas akan meningkat jika dokter bedah menginformasikan
keluarga tentang lamanya pembedahan dan jika pasien masih berada dalam
ruang operasi melebihi waktu yang diperkirakan. Perawat dapat membantu
keluarga menghilangkan rasa khawatir dengan menjelaskan alas an
penundaan yang normal, seperti perlunya persiapan ruang operasi atau
adanya keterlambatan pembedahan sebelumnya. Apabila lama pasien
berada di RR bertambah, perawat dapat menjelaskan pada keluarga bahwa
klien lebih lama disana untuk diobservasi. Apabila pasien mengalami
komplikasi, dokter bedah bertanggung jawab untuk menjelaskan tentang
apa yang terjadi selama pembedahan berlangsung.
a. Persiapan di unit klinis
Ruang pasien dipersiapkan sehingga member fasilitas kepada
kepindahan pasien serta dilaksanakan pemantauan. Keluarga diberitahu
bahwa pasien akan kembali.Banyak ahli bedah suka menceritakan hasil
bedah dengankeluarganya segera setelah operasi usai dan mengunjungi
pasien danmenceritakan apa yang ditemukan secara singkat dan member
jaminan. Keluarga pasien kebanyakan suka cemas tentang kondisi
pasien dansuka tidak bisa menanggapi apa yang ahli bedah terangkan
kepadamereka. Pasien sering menderita amnesia pada jam-jam pertama
mulai sadar dan tidak dapat mengingat apa yang sudah dikatakan
kepadanya.
Perawat harus mengetahui apa yang sudah dikatakan kepada pasien
dan keluarganya sehingga bisa member jawaban jika mereka ditanya.
Keluarga juga harus mengetahui apa yang diharapkan bila pasien
kembali ke unit.
b. Persiapan bangsal untuk pasien yang kembali dari kamar bedah
1) Menyiapkan tempat tidur terbuka untuk pasien bedah agar
perpindahan berjalan lancar.
8

2) Disiapkan cukup selimut (pasien masih suka kedinginan).


3) Perintang-perintang lalu lintas dipindahkan.
4) Persiapan perlengkapan :
a) Tiang infuse
b) Sphygmomanometer
c) Alat khusus yang dipesan oleh perawat ruang pemulihan
c. Perawatan di Ruang Rawat
a) Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien drainage,
tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung
monitor kondisinya.
b) Manajemen luka
Amati luka operasi dan jahitan, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Manajemen luka meliputi perawatan luka
sampai dengan pengangkatan jahitan.
c) Mobilitas Dini
Yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk
efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuscular dan mengeluarkan secret dan lender.
d) Rehabilitasi
Diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
e) Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada
klien dan keluargannya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya post operasi.
5. Komplikasi Post Operatif
1. Syok
Syok adalah komplikasi pasca operatif yang paling serius.
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi seluler yang
disertai dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk
sampah metabolisme.
9

Tekanan darah rendah dan urine pekat. Meskipun terdapat banyak


jenis syok, definisi dasar tentang syok secara umum berpusat pada
suatu ketidakadakuatan aliran darah ke organ-organ vital dan
ketidakmampuan jaringan dari organ-organ ini untuk menggunakan
oksigen dan nutrient lain. Syok yang terjadi pada pasien bedah
biasanya berupa syok hipovelemik, syok nerogenik jarang terjadi.

2. Hemorrhagi (Perdarahan)
Hemorrhagi dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Hemorrhagi Primer : terjadi pada waktu pembedahan.
b. Hemorrhagi Intermediari : beberapa jam setelah pembedahan
ketika kenaikan tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan
bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah
yang tidak terikat.
c. Hemorrhagi Sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila
ligature slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau
menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.
Penyebab perdarahan harus dikaji dan diatasi. Luka bedah harus
selalu diinspeksi terhadap perdarahan. Jika perdarahan terjadi,
kassa steril dan balutan yang kuat dipasangkan dan tempat
perdarahan ditinggikan pada posisi ketinggian jantung
3. Thrombosis vena profunda (TVP)
Trombosit vena profunda (TVP) adalah thrombosis yang terjadi
pada pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa
ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan syndrome pasca fiebitis.
4. Retensi urine
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan
rectum, anus dan vagina. Atau juga setelah hernirofi dan pembedahan
pada daerah abdomen bawah. Penyebab adalah adanya spasme spinker
kandung kemih. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
pemasangan kateter untuk membantu mengeluarkan urin dari kandung
kemih.
10

5. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman
berkembang baik. Sepsis dapat menyebabkan kematian bagi pasien
karena dapat menyebabkan kegagalan multi organ.
6. Embolisme pulmonal
Embolisme dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara
dan lemak), yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang
aliran darah. Ketika embolus menjalar ke sebelah kanan jantung dan
dengan sempurna embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal, gejala
yang ditimbulkan mendadak dan sangat tiba-tiba. Pasien yang
mengalami penyembuhan normal mendadak menangis dengan nyaring,
nyeri seperti ditusuk – tusuk pada dada dan menjadi sesak
nafas,diaforetik,cemas, dan sianosis. Pupil dilatasi, nadi menjadi cepat
dan tidak teratur, kematian mendadak dapat terjadi.
7. Komplikasi gastrointestinal
Komplikasi yang timbul akibat gangguan ini dapat terjadi dalam
beberapa bentuk, tergantung pada letak dan keluasan pembedahan.
Pada gastrointestinal paling sering terjadi pada pasien yang mengalami
pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasi nya meliputi obstruksi
intestinal, nyeri dan juga distensi abdomen.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data demografi
Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
11

Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang


menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam
tinggi.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang
sama
c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
1) Keadaanmum: Kesadaran composmentis, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis.
2) Sistem kardiovaskuler: Ada distensi vena jugularis, pucat, edema. TD
>110/70mmHg; hipertermi.
3) Sistem respirasi: Frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada
simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping
hidung.terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
4) Sistem hematologi: Terjadi peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi dan pendarahan.
5) Sistem urogenital: Ada ketegangan dan keluhan kandung dan kemih
sakit pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar.
6) Sistem muskuloskeletal: Ada kesulitan dalam pergerakkan karena
proses perjalanan penyakit.
7) Sistem Integumen : Terdapat edema, penurunan turgor kulit, sianosis,
pucat.
8) Abdomen: Terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan
distensi abdomen.
d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkoholdan
kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi
lamanya penyembuhan luka.
2) Pola nutrisi dan metabolism
12

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat


pembatasan intake makanan atau minuman sampai peristaltik usus
kembali normal..
3) Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung
kemih, rasa nyeri atau karena tidak bisa BAK ditempat tidur akan
mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan
mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh
anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
4) Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu
lamanya waktu setelah operasi.
5) Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pndengaran,
kemampuam berfikir, mengingat masalalu, orientasi terhadap orang
tua, aktu dan tempat.
6) Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
7) Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak
segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang
keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak
stabil.
8) Pola hubungan
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak
bisamelakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
9) Pemeriksaan diagnostic
a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.
13

b) Foto polos abdomen dapat memperlihatkan distensi sekum, Kelainan


non spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau
untuk mengetahui adanya komplikasi pascapembedahan.
c) Pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
d) Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah: Ditemukan leukosit 10.000 - 18.0000 µ/ml.
2) Urine: Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai
responklien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yangdialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI,
2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama
yang dapat muncul pada appendicitis, antara lain:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur oprasi).
b. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif (muntah).
c. Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur infasive.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatanpada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah
kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., danamp;
Kusuma, 2016).
14

Intervensi Keperawatan Post Operatif

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Kperawatan Hasil (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238) 1. Untuk mengetahui lokasi,
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi : karakteristik, durasi frekuensi,
agen pencedera fisik tingkat nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi, kuwalitas nyeri, intensitas nyeri,
(Prosedur oprasi). menurun dengan kriteria karakteristik, durasi skala nyeri.
(D.0077) hasil: frekuensi, kuwalitas 2. Agar kita mengetahui tingkatan
1. Keluhan nyeri nyeri,intensitas nyeri, skala nyeri yang sebenarnya.
menurun nyeri. 3. Agar mengetahui factor yang
2. Meringis menurun 2. Identifikasi respon nyeri non- memperberat dan memperingan
3. Sikapprotetif verbal. nyeri
menurun 3. Identivikasi factor yang Terapeutik :
4. Gelisah menurun memper berat dan 1. Agar pasien dapat mengetahui terapi
5. Frekuensi nadi memperingan nyeri. teknik nonfarmakologi
membaik Terapeutik:
15

1. Berikan teknik non 2. Agar lingkungan memperberat rasa


farmakologis untuk nyeri dapat terkontrol dengan baik
mengurangi rasa nyeri. 3. Agar dapat mempertimbangkan
2. Kontrol lingkungan yang dalam pemilihan strategi dalam
memperberat rasa nyeri. meredakan nyeri
3. Pertimbangkan jenis dan Edukasi :
sumber nyeri dalam 1. Agar pasien mengetahui penyebab,
pemilihan strategi meredakan priode, dan pemicu dari nyeri
nyeri. 2. Agar dapat mengetahui strategi
Edukasi: dalam meredakan nyeri
1. Jelaskan penyebab, periode, 3. Agar pasien melakukan teknik
dan pemicunyeri. nonfarmakologi untuk mengurangi
2. Jelaskan strategi meredakan rasa nyeri
nyeri. 4. Agar pemberian analgetik dapat
3. Ajarkan teknik non diberikan dengan baik
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
4. Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu.
16

4. Risiko hypovolemia Setelah dilakukan Manajemen 1. Mengetahui kadar naik turunnya


ditandai dengan efek tindakan keperawatan hypovolemia(1.03116) frekuensi tanda dan gejala pada
agen farmakologis. status cairan (L.0328) hivopolemia.
(D.0034) membaik dengan kriteria Observasi: 2. Agar dapat mengetahu intake dan
hasil: 1. Periksa tanda dan gejala output cairan pasien.
1. Kekuatan nadi hipovolemia. Terapeutik :
meningkat 2. Monitor intake dan output 1. Agar terpenuhi cairan dalam tubuh
2. Membrane mukosa cairan. Edukasi :
lembab Terpeutik : 1. Supaya supan cairan terpenuhi
3. Frekuensi nadi 1. Berikan asupan cairan 2. Agar tidak terjadi perubahan
membaik Edukasi : mendadak
4. Tekanan darah 1. Anjurkan memperbanyak Kolaborasi :
membaik asupan cairan oral 1. Menaikan tingkat cairan yang
5. Tergor kulit membaik 2. Anjurkan menghindari menurun
perubahan posisi mendadak
Edukasi :
Kolaborasi pemberian cairan IV.
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi (I.14539) 2.1.4 Mengurangi dini terhadap
dibuktikan dengan tindakan keperawatan Obsevasi : perkembangan kesehatan pasien
17

efek prosedur tingkat infeksi (L.14137) 1. Monitor tanda dan gejala Terapeutik :
infasive (D.0142) dengan kriteria hasi: infeksi local dan sistemik. 1. Mengurangi resiko terpajan
1. Kebersihan tangan Terapeutik : 2. Mengurangi penyebaran bakteri
meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung 3. Mengurangi penyebaran bakteri
2. Kebersihan badan 2. Cuci tangan sebelum dan Edukasi :
meningkat sesudah kontak dengan klien 1. Mengurangi resiko infeksi
3. Demam, kemerahan, dan lingkungan klien. 2. Mengurangi penyebaran bakteri
nyeri, bengkak 3. Pertahankan teknik aseptic 3. Pemberian terapi yang benar
menurun. pada klien berisiko tinggi dapat mengurangi resiko infeksi
4. Kadar sel darah putih Edukasi :
meningkat. 1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara cuci tangan
dengan benar
3. Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
18

4. Implementasi Keperawatan.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Potter. P., dan Perry. 2014).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam. rencana
perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau
dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan.
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
(Wilkinson.M.J, 2012).
Komponen tahap implementasi:
a. Tindakan keperawatan mandiri.
b. Tindakan keperawatan edukatif.
c. Tindakan keperawatan kolaboratif.
d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan
asuhankeperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan
yang.sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yangtelah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan
denganmelibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa
dua jenis evaluasi:
19

a. Evaluasi Formatif (Proses)


Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai keefektifan tindakan keperawatan yangtelah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP:
1) S (subjektif): Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada
klien yang afasia.
2) O (objektif): Data objektif dari hasil observasi yang dilakukanoleh
perawat.
3) A (analisis): Masalah dan diagnosis keperawatan klien
yangdianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan): Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang
akandatang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semuaaktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif
inibertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatanyang
telah diberikan. Adakemungkinan evaluasi yang terkaitdengan
pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi, 2012), yaitu:
1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan
perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atauklien
masih dalam proses pencapaian tujuan jika klienmenunjukkan
perubahan pada sebagian kriteria yang telahditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika khanya
menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuansama
sekali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan


perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasiem pada keadaan equilibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan
intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan
cepat, aman, dan nyaman.
Komplikasi dari post operatif, yaitu : syok, hemorrhagi, thrombosis vena
profunda (TVP), embolisme pulmonal, sepsis, retensi urine, komplikasi
gastrointestinal. Jadi, upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk
mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan muncul pada tahap
ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk
mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau
membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post
operatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
(recovery room) dan berakhir dengan dengan evaluasi tindak lanjut pada
tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang
aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini focus pengkajian meliputi
efek agen anastesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan
pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjutdan rujukan yang
penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi sertapemulangan
3.2 Saran
Dalam hal ini penulis mengharapkan:
a. Bagi pendidikan

20
21

Diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan


cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah.
b. Bagi Institusi pelayanan kesehatan (pkm) Seorang perawat perlu
memperhatikan kondisi pasien secara komperhensif, tidak hanya fisik
tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi
bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.
c. Bagi klien dan keluarga klien Diharapkan tetap memperhatikan
pengobatan yang dijalaninya agar tidak mengalami hal yang tidak
diinginkan. Dan tetap mencari informasi yang mendukung
kesembuhannya.
d. Bagi penulis
Diharapkan dapat memperluas ilmu dan pengetahuannya tentang asuhan
keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Edisi 8
Vol 1. EGC. Jakarta.
Barbara C. Long (1996). Perawatan Medikal Bedah 2. Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan. Bandung.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Edisi 4 Vol 2.
EGC. Jakarta.
http://okditiar.wordpress.com/2010/07/02/asuhan-keperawatan-post-operatif/
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai