KMB 1 Ulala
KMB 1 Ulala
POST OPRATIF
Dosen Pengampu :
Ns. Damayanti Polapa., M. Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat anugerah dari-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah mengenai “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Post Opratif” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam
yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah (KMB) II. Disamping itu,
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ns. Serly., M. Kep selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah (KMB) II serta semua pihak
lain yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama pembuatan makalah
ini berlangsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya bisa diperbaiki.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
2. Hemorrhagi (Perdarahan)
Hemorrhagi dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Hemorrhagi Primer : terjadi pada waktu pembedahan.
b. Hemorrhagi Intermediari : beberapa jam setelah pembedahan
ketika kenaikan tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan
bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah
yang tidak terikat.
c. Hemorrhagi Sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila
ligature slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau
menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.
Penyebab perdarahan harus dikaji dan diatasi. Luka bedah harus
selalu diinspeksi terhadap perdarahan. Jika perdarahan terjadi,
kassa steril dan balutan yang kuat dipasangkan dan tempat
perdarahan ditinggikan pada posisi ketinggian jantung
3. Thrombosis vena profunda (TVP)
Trombosit vena profunda (TVP) adalah thrombosis yang terjadi
pada pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa
ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan syndrome pasca fiebitis.
4. Retensi urine
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan
rectum, anus dan vagina. Atau juga setelah hernirofi dan pembedahan
pada daerah abdomen bawah. Penyebab adalah adanya spasme spinker
kandung kemih. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
pemasangan kateter untuk membantu mengeluarkan urin dari kandung
kemih.
10
5. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman
berkembang baik. Sepsis dapat menyebabkan kematian bagi pasien
karena dapat menyebabkan kegagalan multi organ.
6. Embolisme pulmonal
Embolisme dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara
dan lemak), yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang
aliran darah. Ketika embolus menjalar ke sebelah kanan jantung dan
dengan sempurna embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal, gejala
yang ditimbulkan mendadak dan sangat tiba-tiba. Pasien yang
mengalami penyembuhan normal mendadak menangis dengan nyaring,
nyeri seperti ditusuk – tusuk pada dada dan menjadi sesak
nafas,diaforetik,cemas, dan sianosis. Pupil dilatasi, nadi menjadi cepat
dan tidak teratur, kematian mendadak dapat terjadi.
7. Komplikasi gastrointestinal
Komplikasi yang timbul akibat gangguan ini dapat terjadi dalam
beberapa bentuk, tergantung pada letak dan keluasan pembedahan.
Pada gastrointestinal paling sering terjadi pada pasien yang mengalami
pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasi nya meliputi obstruksi
intestinal, nyeri dan juga distensi abdomen.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data demografi
Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
11
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai
responklien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yangdialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI,
2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama
yang dapat muncul pada appendicitis, antara lain:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur oprasi).
b. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif (muntah).
c. Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur infasive.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatanpada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah
kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., danamp;
Kusuma, 2016).
14
efek prosedur tingkat infeksi (L.14137) 1. Monitor tanda dan gejala Terapeutik :
infasive (D.0142) dengan kriteria hasi: infeksi local dan sistemik. 1. Mengurangi resiko terpajan
1. Kebersihan tangan Terapeutik : 2. Mengurangi penyebaran bakteri
meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung 3. Mengurangi penyebaran bakteri
2. Kebersihan badan 2. Cuci tangan sebelum dan Edukasi :
meningkat sesudah kontak dengan klien 1. Mengurangi resiko infeksi
3. Demam, kemerahan, dan lingkungan klien. 2. Mengurangi penyebaran bakteri
nyeri, bengkak 3. Pertahankan teknik aseptic 3. Pemberian terapi yang benar
menurun. pada klien berisiko tinggi dapat mengurangi resiko infeksi
4. Kadar sel darah putih Edukasi :
meningkat. 1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara cuci tangan
dengan benar
3. Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
18
4. Implementasi Keperawatan.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Potter. P., dan Perry. 2014).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam. rencana
perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau
dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan.
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
(Wilkinson.M.J, 2012).
Komponen tahap implementasi:
a. Tindakan keperawatan mandiri.
b. Tindakan keperawatan edukatif.
c. Tindakan keperawatan kolaboratif.
d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan
asuhankeperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan
yang.sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yangtelah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan
denganmelibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa
dua jenis evaluasi:
19
20
21
Brunner & Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Edisi 8
Vol 1. EGC. Jakarta.
Barbara C. Long (1996). Perawatan Medikal Bedah 2. Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan. Bandung.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Edisi 4 Vol 2.
EGC. Jakarta.
http://okditiar.wordpress.com/2010/07/02/asuhan-keperawatan-post-operatif/
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.