Makalah Kelompok 4 (2) Metode Pembelajaran Fiks

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODE PEMBELAJARAN BSI


“Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam BSI”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Akmal Hamsa, M.Pd.
Dedi Gunawan Saputra, S.Pd., M.Pd., M.M.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4

1. NUR FADILAH (220501500001)


2. SILVIKA REZKYANA (220501501008)
3. DWI PUTRI SUCI MEILANI (220501500005)
4. MELISA SAFITRI (220501500006)
5. SHAHRUL NISAM (200501500039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam BSI” ini dengan baik dan tepat
waktu. Penulis dan seluruh anggota kelompok berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
Bapak dosen dan teman-teman sekalian.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pembelajaran BSI
yang diberikan oleh Bapak dosen Prof. Dr. H. Akmal Hamsa, M.Pd. dan bapak dosen Dedi
Gunawan Saputra, S.Pd., M.Pd., M.M. selaku penanggung jawab pada mata kuliah metode
pembelajaran BSI. Tidak lupa juga Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
termasuk anggota kelompok ini yang ikut berkontribusi dalam penyusunan makalah,
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh Karena itu,
penulis dan seluruh anggota kelompok membutuhkan saran dan kritik yang membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh orang
yang membacanya.

Terima kasih

Makassar, 27 April 2024

Penulis (Kelompok 4)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1

A. Latar belakang ..........................................................................................................1

B. Rumusan masalah ....................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................3

A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah .................................................3

B. Tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ....................................................5

C. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah BSI .................................................6

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ..............................8

BAB III PENUTUP .....................................................................................................10

A. Kesimpulan ............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di setiap instansi baik SD sampai dengan Perguruan Tinggi, salah satu mata
pelajaran wajib ialah mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia terdapat 4 aspek keterampilan berbahasa yang penting dikuasai peserta
didik pada proses pembelajaran. Keempat aspek tersebut diantaranya menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek ini sangat dibutuhkan dan saling
berkaitan erat (Dhari, 2022). Empat aspek keterampilan berbahasa sangat bermanfaat
dalam menjalin interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Untuk mencapai tujuan
pemerintah yang diinginkan tentu dibutuhkan keterampilan berbahasa dan berbagai
model pembelajaran dalam proses belajar di kelas.
Ketika melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, guru tentu
menggunakan banyak sekali model pembelajaran. Hasriadi (2022) berpendapat bahwa
model pembelajaran merupakan rancangan sebuah proses dalam menciptakan kondisi
lingkungan bagi peserta didik sehingga peserta didik dapat berinteraksi, berubah, dan
berkembang. Penggunaan model pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar
peserta didik dan peserta didik juga akan lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran ini bermanfaat sebagai pedoman bagi guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran kepada peserta didik. Terdapat beberapa model pembelajaran
yang dapat digunakan oleh guru yaitu model pembelajaran kooperatif, model
pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran inkuiri, dan model pembelajaran
berbasis proyek.
Berbagai jenis model pembelajaran dapat membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan
memberikan dampak positif bagi peserta didik maupun guru, karena jika model
pembelajaran yang dipilih tepat, proses pembelajaran akan menjadi lebih
menyenangkan. Model pembelajaran berbasis masalah adalah proses belajar dimana
guru memunculkan sebuah masalah diawal pembelajaran. Ketika belajar melalui
model pembelajaran berbasis masalah, peserta didik akan menghadapi masalah diawal
pembelajarannya sehingga mereka akan berusaha memecahkan masalah tersebut.
Melalui model pembelajaran ini, peserta didik dilatih kemampuan menalarnya

1
(Rohmatullah, 2022). Memunculkan masalah di awal pembelajaran membantu peserta
didik untuk menambah rasa ingin tahunya terkait masalah tersebut sehingga mereka
tertarik untuk memecahkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran berbasis masalah?
2. Bagaimana tahapan model pembelajaran berbasis masalah?
3. Bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam BSI?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berbasis masalah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran berbasis masalah.
2. Untuk mengetahui tahapan model pembelajaran berbasis masalah.
3. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis masalah.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berbasis
masalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL) adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada masalah. Istilah bepusat berarti
menjadi tema, unit, atau isi sebagai fokus utama dalam belajar. Pembelajara berbasis
masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Widiasworo (2018:149) berpendapat bahwa model pembelajaran berbasis
masalah merupakan proses belajar mengajar yang menyuguhkan masalah kontekstual
sehingga peserta didik terangsang untuk belajar. Masalah dihadapkan sebelum proses
pembelajaran berlangsung sehingga dapat memicu peserta didik untuk meneliti,
menguraikan dan mencari penyelesaian dari masalah tersebut.
Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain,
seperti pembelajaran berdasarkan proyek (projeck-basec instruction), pembelajaran
berdasarkan pengalaman (experience-basec instruction), belajar autentik (authentic
learning), dan pembelajaran bermakna (anchored instruction). Pada penerapan model
pembelajaran berbasis masalah, guru berperan mengajukan permasalahan atau
pertanyaan, memberikan dorongan, motivasi, meenyediakan bahan ajar dan fasilitas
yang diperlukan. Selain itu, guru memberikan scaffolding berupa dukungan dalam
upaya meningkatkan kemampuan inkuiti dan perkembangan intelektual peserta didik.
Min Liu (2005:2) menjelaskan karakteristik dari model pembelajaran berbasis
masalah, yaitu:
a. Learning is student-contered
Proses pembelajaran dalam PBM lebih menitikberatkan peserta didik sebagai
orang belajar. Oleh karena itu, PBM didukung juga oleh teori konstruktivisme
dimana peserta didik didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya
sendiri.
b. Authentic problems from the organizing focus for lerning

3
Masalah yang disajikan kepada peserta didik adalah masalah yang otentik
sehingga peserta didik mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta
dapat menerapkannya dalam pengetahuan profesionalnya sendiri.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja peserta didik belum mengetahui
dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga peserta didik berusaha
untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
d. Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun
pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil.
Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan
tujuan yang jelas.
e. Teachers act as facilitators.
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun,
walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas peserta
didik dan mendorong peserta didik agar mencapai target yang hendak dicapai.
Menurut Mohammad Syarif Sumantri (2015: 44) dalam model pembelajaran
masalah, mempunyai ciri-ciri yang terdapat dalam model ini, diantaranya sebagai
berikut:
a. Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan
peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian
menghapal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran
berbasis masalah, peserta didik aktif berfikir, berkomunikasi, mencari
dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak
mungkin ada proses pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berfikir secara ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berfikir
ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris
4
artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta
yang jelas.

B. Tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Pada pembelajaran berbasis masalah, guru sebagai fasilitator pembelajaran
sebaiknya menghubungkan masalah yang dibahas dengan kurikulum yang ada.
Namun, dalam hal ini, siswa juga diberi kesempatan memperluas permasalahan
tentang apa yan ingin dipelajari dan ingin diketahui (Sumarmi, 2012). Lazimnya
sebuah model pembelajaran, pembelajaran berbasis masalah memiliki langkah-
langkah atau tahapan pembelajaran yang dikenal juga dengan istilah sintak. Berikut
sintak pembelajaran berbasis masalah.

Tabel 1. Sintak Model PBL

No Fase Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik


1 Orientasi peserta didik Guru menjelaskan tujuan Peserta didik memahami
kepada masalah pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran,
persyaratan penting yang menyediakan persyaratan
harus disediakan dan penting dalam
memotivasi peserta didik menyiapkan diri untuk
untuk terlibat dalam terlibat dalam aktivitas
aktivitas pemecahan pembelajaran.
masalah.
2 Mengorganisasikan Guru membantu peserta Peserta didik
peserta didik untuk didik mendefinisikan mendefinisikan masalah
belajar masalah dan dan bersiap menerima
mengorganisasikan tugas tugas belajar terkait
belajar terkait dengan dengan masalah.
masalah.
3 Membimbing Guru memberikan dorongan Peserta didik
penyelidikan individu kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi,
maupun kelompok mengumpulkan informasi, berperilaku yang sesuai
perilaku yang sesuai dengan percobaan,
percobaan, mencari mencari penjelasan, dan
penjelasan dan solusi. solusi untuk masalah yang
diselidiki.
4 Mengembangkan dan Guru membantu peserta Peserta didik
menyajikan hasil karya didik dalam merencanakan merencanakan dan
dan mempersiapkan karya mempersiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, dalam bentuk laporan,

5
video, dan membantu video, dan membagi
mereka berbagi pekerjaan pekerjaan dengan peserta
mereka dengan peserta didik didik lain.
yang lain.
5 Analisis dan evaluasi Guru membantu peserta Peserta didik
proses penyelesaian didik untuk merefleksikan merefleksikan kembali
atau mengevaluasi penyelidikan yang telah
penyelidikan mereka dalam mereka lakukan dengan
proses-proses yang mereka proses yang telah mereka
gunakan. gunakan.

C. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam BSI


Penerapan proses pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah
dalam BSI dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Pemberian stimulus dan tujuan pembelajaran
Sebelum memulai pembelajaran, terlebih dahulu guru menjelaskan
tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik agar bisa lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Strategi yang dapat dilakukan guru yaitu dengan
memberikan pertanyaan seperti topik pembelajaran. Strategi pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Agar siswa dapat terlibat
aktif secara efektif dan efisien dalam proses pembelajaran, dibutuhkan
beberapa faktor pendukung seperti lingkungan belajar, sarana belajar, dan
sebagainya (Syaparuddin, 2020). Masalah dimunculkan di awal pembelajaran.
Pada awal pembelajaran, guru menstimulus peserta didik untuk menemukan
masalah di lingkungan sekitar mereka. Pemberian stimulus ini digunakan agar
muncul rasa ingin tahu peserta didik. Pemberian contoh masalah di lingkungan
sekitar akan membuat peserta didik lebih memahami arah proses
pembelajaran.
2. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Pembagian
kelompoknya sendiri bisa secara random atau melalui hitungan nomor absen
tergantung situasi dan kondisi dalam kelas. Melalui sistem ini, pola pikir
peserta didik akan lebih terbentuk dan dapat secara strategis menyelesaikan
masalah. Dengan strategi pembelajaran secara berkelompok, suasana belajar
yang tercipta dapat lebih aktif, peserta didik lebih kreatif, dan materi akan

6
lebih mudah dikuasai. Guru akan memberikan peserta didik sebuah masalah
untuk dikembangkan, masalah ini juga relevan dengan lingkungan peserta
didik sehingga peserta didik akan lebih mudah untuk menemukan informasi
dan fakta yang akurat. Dalam proses pembelajaran, guru harus ikut terlibat
dalam proses penyelidikan siswa terhadap masalah karena pemantauan guru
diperlukan agar peserta didik tetap terbimbing pola pikirnya dan arah
pembelajaran lebih jelas.
3. Pemberian bimbingan oleh guru
Guru memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam penyelidikan
kelompok dan mendorong mereka untuk menemukan informasi. Penyelidikan
ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda tergantung masalah yang
diberikan. Guru mengarahkan peserta didik untuk menemukan informasi
melalui wawancara dengan narasumber yang paham akan isu yang diberikan,
bisa juga dengan membaca referensi yang akurat dengan isu terkait serta
mengamati langsung fenomenanya. Menurut Trinaldi (2022) pendidikan
adalah sarana untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan. Guru
melakukan pengawasan secara intens untuk mengetahui hambatan apa saja
yang dialami oleh peserta didik.
4. Penyajian hasil
Guru membimbing peserta didik untuk menyajikan hasil kerja mereka.
Penyajian hasil ini adalah proses pengemasan dari proses penyelidikan
masalah yang telah dilakukan. Ketika peserta menyajikan hasil kerja mereka,
guru memberikan saran agar peserta didik mempresentasikannya didepan
kelas. Hal ini dilakukan untuk melatih mental peserta didik agar percaya diri
berbicara didepan para audiens.
5. Evaluasi dari guru
Peserta didik akan menyampaikan hambatan apa saja yang mereka
alami kemudian guru memberikan catatan penting yang perlu dilakukan oleh
setiap individu maupun kelompok. Evaluasi ini dilakukan agar peserta didik
dapat memperbaiki apa yang kurang dari hasil kerja mereka. Evaluasi menjadi
tahap akhir dalam proses pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana target tujuan pembelajaran yang dicapai oleh peserta
didik. Tujuan utama dari evaluasi pembelajaran adalah untuk memperoleh
informasi yang akurat mengenai pencapaian kemampuan peserta didik sesuai
7
dengan indikator yang telah dirumuskan, sehingga dapat diupayakan tindak
lanjut seperti apa yang akan diambil selanjutnya.

D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Setiap model ataupun strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penerapan
model itu sendiri harus menyesuaikan dengan konsep atau materi yang akan
disampaikan dan tujuan pembelajaran. Seperti layaknya model pembelajaran lain,
Problem Based Learning (PBL) pun memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan dari pembelajaran berbasis masalah, antara lain:

1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih


memahami isi pembelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan.
6. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara
terus menerus belajar.

Kekurangan dari pembelajaran berbasis masalah, diantaranya:

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan


bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.

8
2. Keberhasilan model pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari. (Wina Sanjaya, 2013).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah pendekatan
pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah oleh peserta didik melalui
tahapan-tahapan metode ilmiah. Ini melibatkan siswa dalam mengatasi masalah
otentik dengan fokus pada pembelajaran yang mandiri, pembelajaran dalam kelompok
kecil, dan peran guru sebagai fasilitator. Tahapan PBL meliputi orientasi kepada
masalah, organisasi peserta didik, bimbingan penyelidikan, pengembangan solusi, dan
analisis hasil.
Dalam PBL, guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing peserta didik,
memberikan motivasi, bahan ajar, dan dukungan. Peserta didik bekerja dalam
kelompok untuk menyelidiki masalah, mengembangkan solusi, dan menyajikan
hasilnya. Kelebihan PBL meliputi peningkatan pemahaman, tantangan kemampuan,
meningkatkan aktivitas belajar, mentransfer pengetahuan, mengembangkan
keterampilan berpikir kritis, dan meningkatkan minat belajar. Kekurangan termasuk
kurangnya minat atau keyakinan siswa, persiapan yang memakan waktu, dan
pemahaman yang dalam mengenai tujuan pembelajaran.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang terdapat pada makalah ini karena terbatasnya pengetahuan. Penulis
banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembacanya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ardianti, Resti, Eko Sujarwanto, dan Endang Surahman. 2021. Problem-based Learning: Apa
dan bagaimana. DIFFRACTION: journal for Physics Education and Applied Physics,
3(1), 34. https://doi.org/10.37058/diffraction.v3i1.4416

Dhari, Putri Wulan, Heni Anggraini, dan Mustafa Kamal Nasution. (2022). Peran Guru Kelas
dalam Mengembangkan Keterampilan Berbahasa Siswa Kelas Rendah. Ta’dib: Jurnal
Pemikiran Pendidikan. 12(1), 44. https://doi.org/10.54604/tdb.v12i1.121

Hasriadi. (2022). Strategi Pembelajaran. Bantul: Mata Kata Inspirasi. Rohmatulloh,


Syamsuri, Hepsi Nindiasari, Abdul Fatah. Analisis Meta: Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa. Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika. 6(2), 1559.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v6i2.1395

Indra, M., Kartono, dan K.Y Margiati. 2019. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Hasil belajar IPA Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 7(6), 3.

https://dx.doi.org/10.26418/jppk.v7i6.25919

Liu, Min. 2005. Motivating Students Through Problem-based Learning. University of Texas –
Austin.

http://eprints.unm.ac.id/4321/2/BAB%20TINJAUAN%PUSTAKA.pdf

Sumarmi. 2012. Model Pembelajaran Geografi. Malang. Aditya Media Publishing

Sumantri, Mohammad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran Teori & Praktik di Tingkat
Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

http://eprints.unm.ac.id/4321/2/BAB%20TINJAUAN%PUSTAKA.pdf

Syaparuddin, S., Meldianus, M., & Elihami, E. (2020). STRATEGI PEMBELAJARAN


AKTIF DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn PESERTA
DIDIK. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar , 1(1), 30-41.
https://doi.org/10.33487/mgr.v1i1.326

11
Trinaldi, A., Afriani, M., Budiyono, H., Rustam, R., & Priyanto, P. (2022). Persepsi Guru
terhadap Model PjBL pada Kurikulum Prototipe. Jurnal Basicedu, 6(4), 7408-7417.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3526

Widiasworo, E. (2018). Strategi pembelajaran edu tainment berbasis karakter (1st ed.).
Yogyakarta, Indonesia: Ar-Ruzz Media.

https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/Diffraction/article/download/4416/2049

Wina Sanjaya. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media.

12

Anda mungkin juga menyukai