240301_MATERI STUNTING_Kemendagri
240301_MATERI STUNTING_Kemendagri
Oleh:
Plt. Direktur Fasilitasi LKAD, PKK, dan Posyandu
2
POSYANDU SEBAGAI LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
FUNGSI:
a. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
TUGAS: b. Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan
• Melakukan pemberdayaan masyarakat kesatuan masyarakat;
Desa; c. Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan
• Ikut serta dalam perencanaan dan pemerintah desa kepada masyarakat desa;
d. Menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan,
pelaksanaan pembangunan; dan
melestarikan, dan mengembangkan hasil
• Meningkatkan pelayanan masyarakat Desa. pembangunan secara partisipatif;
e. Menumbuhkan, mengembangkan, dan
menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya, serta
gotong royong masyarakat;
f. Meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan
g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
3
TRANSFORMASI POSYANDU
SEBAGAI LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
TRANSFORMASI
Sebagai UKBM, Posyandu merupakan sasaran • Posyandu sebagai Mitra Pemerintahan Desa
dan “objek” program lintas sektor. Posyandu dalam melaksanakan fungsi: pemerintahan,
fokus pada pelayanan kesehatan ibu hamil, pembangunan, pemberdayaan dan pembinaan
balita, dan anak kemasyarakatan
• Posyandu sebagai bagian kewenangan lokal
Kegiatan Posyandu berbasis swadaya berskala desa merupakan bagian penting dalam
masyarakat dan minim keterlibatan dalam implementasi otonomi desa
penyelenggaraan pemerintah desa • Posyandu tidak hanya sebagai obyek,
(perencanaan dan pelaksanaan pembangunan melainkan subyek pembangunan di desa
desa)
4
POSYANDU TIDAK HANYA SEBAGAI OBYEK, Tujuan Bernegara
MELAINKAN SUBYEK PEMBANGUNAN DI DESA berdasarkan Pembukaan UUD 1945, antara lain:
Memajukan kesejahteraan umum: Negara bertujuan untuk
Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, dengan cakupan
semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan
untuk pada aspek ekonomi, sosial, dan budaya agar kehidupan masyarakat
bernegara (UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan mencapai semakin baik
Pembangunan Nasional, Pasal 1 angka (2))
Mencerdaskan kehidupan bangsa: Negara berkomitmen untuk
memajukan pendidikan dan pengetahuan di kalangan masyarakat.
Pendidikan menjadi landasan bagi kemajuan bangsa
5
KEMAJUAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING 2018-2022
DAN TARGET 2023-2024
Prevalensi Stunting Nasional turun sebesar
30,8
9,2% poin dalam 4 tahun dari 30,8% pada tahun
2018 menjadi 21,6% pada tahun 2022, yang
27,2 26,9
24,4
setara dengan 2,6 juta Balita yang terentaskan
21,6 dari stunting.
17,5 Penurunan prevalensi stunting pada periode
14 2018 – 2022 satu setengah kali lebih cepat jika
dibandingkan dengan periode tahun 2013 –
2018 yang hanya turun sebesar 6,2% poin
dalam 5 tahun.
Dengan waktu yang tersisa, prevalensi
2018 2019 2020 2021 2022 TARGET TARGET
stunting harus turun sebesar 7,6% agar target
2023 2024 14% pada tahun 2024 bisa dicapai.
Sumber Data: Riskesdas 2018, SSGBI tahun 2019, Pemodelan 2020, SSGI tahun 2021 dan SSGI tahun 2022
6
KEBIJAKAN TERKAIT PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Perpres Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Perpres Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Peraturan BKKBN Nomor 12 Tahun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Percepatan Penurunan Stunting
Nasional Tahun 2020-2024
2021 Tentang Rencana Aksi
▪ Pasal 10 Ayat (3) dijelaskan bahwa dalam
Nasional Percepatan Penurunan
Terpenuhinya layanan dasar: rangka pelaksanaan program dan kegiatan
Point 3.6. Prevalensi stunting (pendek dan Percepatan Penurunan Stunting, K/L, Pemda Angka Stunting Indonesia Tahun
sangat pendek) pada balita (%) Target 2024 = Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Pemerintah 2021-2024
14% (Hal IV.18): Desa melakukan:
1. Penguatan perencanaan dan
Percepatan perbaikan gizi Masyarakat: penganggaran;
Ruang lingkup Peraturan Badan ini,
Percepatan penurunan stunting dengan 2. Peningkatan kualitas pelaksanaan; meliputi:
peningkatan efektivitas intervensi spesifik,
perluasan dan penajaman intervensi sensitif
3. Peningkatan kualitas pemantauan, 1. Rencana aksi nasional percepatan
evaluasi, dan pelaporan;dan
secara terintegrasi (Hal IV.26.c) penurunan stunting
4. Peningkatan kapasitas sumber daya
Arah Kebijakan Dana Transfer ke Daerah dan manusia. 2. Mekanisme tata kerja pelaksanaan
Dana Desa: ▪ Lampiran A dan B menguraikan beberapa
percepatan penurunan stunting
Mendukung pemerintah daerah mencapai indikator, kegiatan dan target yang harus 3. Pemantauan, evaluasi dan
tujuan dan sasaran prioritas nasional seperti dipenuhi di tingkat pusat, daerah, hingga pelaporan
pengurangan angka stunting (Hal IX.20) desa/kelurahan. 7
MANDAT KEMENDAGRI DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NO 72 TAHUN 2021 TENTANG PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
Tercantum dalam Pilar 1, Pilar 3 dan Pilar 5, (Ditetapkan 5 Agustus 2021)
1. Mendorong Pemerintah Provinsi menetapkan dan memperkuat
Tim Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting tingkat Provinsi
melalui Surat Keputusan Gubernur, dengan melibatkan Perangkat
Daerah, para pemangku kepentingan termasuk TP-PKK;
2. Mendorong Pemerintah Provinsi menyusun program dan
kegiatan di 38 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota untuk
mengintegrasikan program dan kegiatan percepatan penurunan
stunting dalam dokumen perencanaan daerah (RPJPD, RPJMD,
RAD Pangan dan Gizi) ;
3. Mendorong Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota menyediakan dan meningkatkan alokasi APBD
untuk mendukung program/kegiatan intervesi gizi spesifik dan gizi
sensitif;
4. Memfasilitasi Pemerintah Provinsi untuk melakukan Penilaian
Kinerja (PK) kepada Pemerintah Kabupaten/Kota;
8
PERMENDAGRI 10 TAHUN 2023
TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RKPD TA 2024
Lampiran halaman permendagri 10 tahun 2023 Lampiran halaman permendagri 10 tahun 2023
Halaman 46 Halaman 58
9
PERMENDAGRI 15 TAHUN 2023
(Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Tahun 2024)
Lampiran halaman permendagri 15 tahun 2023 Lampiran halaman permendagri 15 tahun 2023
Halaman 142 Halaman 113
10
KERANGKA PIKIR IMPLEMENTASI 8 AKSI KONVERGENSI
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DI DAERAH
INTERMEDIATE
STRATEGI INTERVENSI OUTPUT DAMPAK
OUTCOME
11
KERANGKA KONSEPTUAL 8 (DELAPAN) AKSI KONVERGENSI
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
13
PENDANAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DI DAERAH
14
STRATEGI PENURUNAN STUNTING DI DAERAH
Sinergi dan sinkronisasi menjadi kunci dalam pencapaian target nasional. Untuk itu, pada penurunan stunting perlu
sinergi, koordiniasi, kolaborasi dan sinkronisasi antara tingkatan pemerintahan termasuk OPD/Instansi terkait pada
1
perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah sesuai dengan kewenangannya, agar
selaras dan berkesinambungan.
Perlu komitmen pemerintah daerah melalui peningkatkan alokasi APBD dan menginternalisasikan program/kegiatan
percepatan penurunan stunting ke dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (RPJMD, RKPD dan Renja)
2 sesuai Indikatar dan sasaran percepatan penurunan stunting sesuai amanat Perpres Nomor 72/2021. Momentum pilkada
serentak 2024 untuk menginternalisasikan dimaksud. Termasuk pemerintah desa melalui dukungan APBDes.
8 (Delapan) Aksi Konvergensi yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan instrument
3 untuk memperbaiki manajemen penyelenggaraan pelayanan dasar agar lebih terpadu dan tepat sasaran sesuai ketentuan
Perpres Nomor 72/2021.
Penguatan kapasitas dan peran Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) provinsi dan kabupaten/kota tahun 2024,
serta optimalisasi peran Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) disetiap tingkatan pemerintahan hingga desa.
4 Untuk tingkat desa perlu penguatan Tim Penggerak PKK Desa melalui Dasawisma, dan Posyandu yang merupakan
Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagai garda terdepan dan mitra pemerintah yang dapat membantu penurunan stunting
diwilayahnya sesuai ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa.
5 Melakukan evaluasi, monitoring dan pelaporan dalam upaya percepatan penurunan stunting sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
15
DUKUNGAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
1 Permendagri 90 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan dan Pembangunan dan
Keuangan Daerah;
Kepmendagri 900.1.15.5-1317 Tahun 2023 Tentang Perubahan atas Kemendagri 050-5889 Tahun 2021 Tentang Hasil
Verifikasi, Validasi dan Inventarisasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan Dan Keuangan Daerah;
2 Permendagri 59 Tahun 2021 Tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
3 Permendagri 10 Tahun 2023 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2024;
Permendagri 15 Tahun 2023 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun
4
2024;
Kesepakatan Bersama Antara Mendagri, Menkes, Kepala BKKBN dan Kepala BPKP Nomor 441.1/5234.A/SJ, Nomor
5 HK.02.01/Menkes/6434/2021, Nomor 31/KSM/G2/2021, Nomor MoU/D3/2021 tanggal 27 September 2021 Tentang
Percepatan Penurunan Stunting di Daerah;
6 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/4890/SJ 24 Agustus 2022 tentang Percepatan Penurunan Stunting di
Daerah.
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 400.5/8476/SJ 27 November 2022 tentang Hasil Pemetaan Program,
7 Kegiatan dan Sub Kegiatan yang Mendukung Percepatan Penurunan Stunting di Daerah Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 72 Tahun 2021 (Sedang Revisi)
8 Surat Edaran Dirjen Bina Bangda Kemendagri Nomor 440.5.7/4190/Bangda tanggal 1 Maret 2023 tentang Pelaksanaan 8
(Delapan) Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Daerah
16
TERIMA KASIH