Anda di halaman 1dari 37

BIO DATA

• Nama : Salim Ahmad • Pioneer Hybrid Indonesia makassar


• Adress: Kalumata Ternate (1998-2000)
• PT. Dharma Niaga (Persero)
• Phone : 081340135394 Makassar (2001-2002)
• Email : • PPK Malut (2003-2007)
salim.ways4@gmail.com • PNPM Mandiri Malut (2008-2010)
• SPADA-Nias Aceh (2010-2012)
• Birdlife Indonesia, Bogor (2012-
2013)
• IFAD-Solid Malut (2015)
• DDR-BNPB (2015)
• P3MD Halsel (2016-SEKARANG)
SPB 2.2
UU Desa sebagai Cara Pandang dan Sarana
Menuju Keberdayaan Desa

Bahan Tayang Pelatihan Pra Tugas Pendamping Lokal Desa (PLD)


Tahun 2017
Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
TUJUAN MATERI
1. Menjelaskan perspektif yang mendasari UU Desa;
2. Menjelaskan pengertian azas rekognisi dan
subsidiaritas;
3. Menjelaskan keterkaitan azas dengan hak asal usul
dan kewenangan lokal berskala Desa;
4. Menjelaskan hakikat Desa sebagai organisasi warga
yang berpemerintahan;
5. Menjelaskan Desa memiliki keleluasaan untuk
mengatur dan mengurus dirinya sendiri;
6. Menjelaskan keharusan mengelola Desa secara
demokratis dan inklusif;
7. Menjelaskan penyerahan hak Desa oleh negara (DD,
ADD);
8. Menjelaskan Tri Matra Desa.
 
• Waktu
90Menit
 
• Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan
 
 
• Media
Bahan Bacaan dan Lembar Tayang
 
• Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
 
APA ITU HAK REKOGNISI ?
Apa itu Asas Subsidiaritas?
Kewenangan Desa
Kewenangan Desa
• Kewenangan yang dimilki Desa meliputi kewenangan dibidang
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemsayarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa (pasal 18 UU
Desa No. 6 tahun 2014)
KEWENANGAN DESA

a. kewenangan berdasarkan hak


asal usul;
Self Governing Community
b. kewenangan lokal berskala Desa;

c. kewenangan yang ditugaskan


oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota; dan
Local Self Government
d. kewenangan lain yang ditugaskan
oleh Pemerintah, Pemerintah
•.

Daerah Provinsi, atau Pemerintah


Daerah Kabupaten/Kota sesuai 9
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 2 Permendesa No. 1 Tahun 2015 tentang :

PEDOMAN KEWENANGAN BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL


BERSKALA DESA

Ruang lingkup kewenangan berdasarkan hak asal usul Desa


meliputi:

a. sistem organisasi perangkat Desa;


b. sistem organisasi masyarakat adat;
c. pembinaan kelembagaan masyarakat;
d. pembinaan lembaga dan hukum adat;
e. pengelolaan tanah kas Desa;
f. pengelolaan tanah Desa atau tanah hak milik Desa yang
menggunakan sebutan setempat;
g. pengelolaan tanah bengkok;
h. pengelolaan tanah pecatu;
i. pengelolaan tanah titisara; dan
j. pengembangan peran masyarakat Desa.
Pasal 5 Permendesa PDTT No. 1 Tahun 2015 tentang :

PEDOMAN KEWENANGAN BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL


BERSKALA DESA

• Kriteria kewenangan lokal berskala Desa meliputi:


a. Kewenangan yang mengutamakan kegiatan pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat;
b. Kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan kegiatan hanya didalam
wilayah dan masyarakat Desa yang mempunyai dampak internal Desa;
c. Kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan sehari-hari
masyarakat Desa;
d. Kegiatan yang telah dijalankan oleh Desa atas dasar prakarsa Desa;
e. Program kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dan pihak ketiga yang telah diserahkan dan dikelola oleh Desa;
dan
f. kewenangan lokal berskala Desa yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan tentang pembagian kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi,
dan pemerintah kabupaten/kota.
ASAS DESA
ASAS ●
Menghormati dan mengakui
kewenangan asal usul desa
Rekognisi
ASAS Kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat desa yang telah


dijalankan oleh Desa dan prakarsa masyarakat
Subsidiaritas Desa
Asas Rekognisi
Asas pengakuan dan penghormatan yang diamanatkan
oleh konstitusi dalam ilmu sosial disebut sebagai
rekognisi. Rekognisi mencakup pengakuan keragaman
budaya untuk membangun keadilan budaya (cultural
justice) serta pengakuan terhadap kemandirian desa.

Yang strategis adalah rekognisi terhadap:


Hak Asal-Usul, Inisiatif (prakarsa) dan produk hukum desa,
tradisi dan institusi lokal.
Asas Subsidiaritas
”masyarakat atau lembaga yang lebih tinggi kedudukannya
harus memberi bantuan kepada anggota-anggotanya atau
lembaga yang lebih terbatas sejauh mereka sendiri tidak
dapat menyelesaikan tugas mereka secara memuaskan.
Sedangkan apa yang dapat dikerjakan secara memuaskan
oleh satuan-satuan masyarakat yang lebih terbatas jangan
diambil alih oleh satuan masyarakat yang lebih tinggi”.

Franz Magnis-Suseno, 1987, Etika Politik : Prinsip-Prinsip Moral Dasar


Kenegaraan Modern, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, hal. 307
ASAS SUBSIDIARITAS DALAM PENGATURAN DESA

• Asas subsidiaritas ini menjamin kewenangan lokal berskala


Desa
• Pihak-pihak yang berkepentingan atas Desa berkewajiban
memfasilitasi dan membantu desa untuk berdaya
mengelola secara mandiri urusan-urusan lokal berskala
Desa
• Konsekuensinya, segala urusan lokal yang Desa dan yang
mampu dikelola sendiri oleh Desa, pelaksananya harus
diserahkan kepada desa. Segala urusan lokal berskala Desa
yang mampu dikelola sendiri oleh Desa tidak boleh diambil
alih dari Desa.

17
Paradigma Lama Paradigma Baru
• Perspektif yang • Menghargai, menghormati,
memandang desa sebagai mempercayai desa
kampung halaman • Asas rekognisi menegaskan,
• Desa sebagai wilayah bahwa negara maupun para
administrasi dan organisasi pihak harus mengakui dan
wilayah paling kecil menghormati existensi desa,
• Desa sebagai masyarakat asal usul desa, prakarsa
tanpa pemerintahan desa, karya desa dll
Wilayah Administratif
semata
PERLU PERUBAHAN MENTAL
• Kalau institusi pemerintah
mempunyai komitmen terhadap
perubahan desa, maka sikap
mempercayai desa adalah pilihan
yang harus dilaksanakan
• Keengganan, keraguan dan
kekhawatiran terhadap desa harus
diubah menjadi kerelaan,
ketulusan dan keyakinan yang
diteruskan dengan pembagian
kekuasaan, kewenangan,
keuangan, sumberdaya dan
tanggung jawab kepada desa
KEBIJAKAN BARU TENTANG DESA
(Catur Sakti)
• Desa harus Bertenaga Secara Sosial
• Desa Harus Berdaulat Secara Politik
• Desa Harus Berdaya Secara Ekonomi
• Desa Harus Bermartabat Secara Budaya
TYPOLOGI CARA PANDANG DESA
TRI MATRA
Kerja Mengabdi Desa

NAWA CITA JOKOWI-JK Poin Ketiga:


Membangun Indonesia dari Pinggiran Dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan
Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan

Nawa Kerja Prioritas Kementerian Desa:



Pembentukan dan Pengembangan BUM Desa

Pembangunan Infrastruktur pendukung pengembangan produk unggulan desa

Penyaluran Modal bagi UMKM desa

Program Unggulan:

Jaring Komunitas Wiradesa

Lumbung Ekonomi Desa

Lingkar Budaya Desa
Program Unggulan

INOVASI
(2)
MENUJU KEMANDIRIAN DESA

1 2 3
LUMBUNG EKONOMI
JARING KOMUNITAS DESA (LED) LINGKAR BUDAYA DESA
WIRADESA (JKWD) “BUMI DESA” (LBD)
“JAMU DESA”
Penguatan daya dan Optimalisasi sumber daya Partisipasi masyarakat
ekspansi kapabilitas Desa untuk mewujudkan desa sebagai kerja
masyarakat desa kemandirian ekonomi,
kedaulatan pangan dan
budaya
ketahanan energi
Kerangka Kerja
Program Unggulan
Jaring Komunitas Wiradesa (JKWD)

Program yang diajukan untuk mendorong ekspansi kapabilitas individu


dan kolektif masyarakat Desa. Dengan strategi sebagai Berikut:

(C)
Menjadikan setiap tindakan dan
(B)
(A) pengalaman masyarakat Desa
Mengembangkan manajemen
Pemenuhan kebutuhan dasar sebagai pengetahuan yang
pengetahuan lokal dan
(pendidikan dan kesehatan); berharga bagi upaya
pelembagaannya.
mendukung proses kemandirian
Desa.
Kegiatan Prioritas J.K.W.D

1. Fasilitasi Pembentukan Balai Rakyat


2. Peningkatan Kapasitas Pengelola Balai Rakyat
3. Penyelenggaraan Pendidikan Non Formal
4. Jambore Balai Rakyat
5. Promosi Kesehatan Berbasis Komunitas
6. Ruang Pameran Produk Produk Masyarakat Desa
7. Pembangunan Perpustakaan
8. Penyediaan Internet Desa
9. Pengembangan Sistem Informasi/Publikasi
10.Kewirausahaan (Pelatihan, Fasilitasi, dan Inkubasi)
11.Fasilitasi Desa Inklusif (Ramah terhadap kelompok
disabilitas, ramah anak, ramah perempuan)
Lumbung Ekonomi Desa (L.E.D)

Bertujuan mewujudkan desa-desa berkembang dan mandiri dengan mengoptimalkan


sumber ekonomi desa, dukungan sumber daya manusia yang handal dan kreatif serta
penerapan teknologi yang tepat dan inklusif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

(2) (3) (5)


Menempatkan Pengelolaan SDA Mengkonsolidasika
(4)
desa sebagai suatu beroreintasi pada n kekuatan
(1) Mengkonsolidasika
wilayah ekonomi produksi barang pendukung dari
Menata pemilikan n SDM yang
teringtegrasi antara jadi yang dapat dalam dan luar
dan penguasaan produkif sesuai
hulu dan di hilir, dikonsumsi dan desa untuk
sumber daya alam dengan potensi
serta satu kesatuan dipasarkan menopang proses
SDA yang tersedia
terpadu antara langsung di produksi ekonomi
SDM dan SDA pedesaan desa.
Kegiatan Prioritas L.E.D
Lingkar Budaya Desa (L.B.D)

LBD merupakan suatu proses pembangunan desa sebagai bagian dari


kerja budaya (kolektivisme) yang memiliki semangat kebersamaan,
persaudaraan dan kesadaran melakukan perubahan bersama dengan
pondasi nilai, norma dan spirit yang tertanam di desa.

Gerakan pembangunan Desa tidaklah tergantung pada inisiatif orang


perorang, tidak juga tergantung pada insentif material (ekonomi),
tetapi lebih dari itu semua adalah soal panggilan kultural.

Berdasar Lingkar Budaya Desa, gerakan pembangunan Desa haruslah


dilakukan karena kolektivisme, yang di dalamnya terdapat
kebersamaan, persaudaraan, solidaritas, dan kesadaran untuk
melakukan perubahan secara bersama.
Kegiatan Prioritas L.E.D

1. Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat

2. Pemetaan Budaya Desa Partisipatif

3. Penyusunan Almanak Desa

4. Festival Budaya Desa

5. Pembentukan Lembaga Mediasi Desa


Strategi Implementasi Program

Implementasi

Masing-masing direktorat mengidentifikasi, merencanakan dan melaksanakan kegiatan
yang relevan dengan program unggulan.

Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan ditentukan secara objektif berdasarkan kriteria Indeks Desa Membangun
(IDM)

Instrumen Pelaksana di Desa



Melalui Lembaga Kemasyarakatan Desa

“Pelaksanaan program dan kegiatan yang bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan lembaga
non-Pemerintah wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada di Desa” [pasal 94 (4) UU No. 6/2014]
Tahapan Pelaksanaan
Pembuatanskema
Merancang sistem
Menentukan
monitoring dan
kerjasama/koordinasi
antar Direktorat,
evaluasi secara
lokasi
Ditjen,
kegiatan
dan K/L
berkala

P
el
a
ks
a
n
a
a
n
k
e
gi
at
a
n
Integrasi dan Sinergi
Integrasi dan Sinergi

Peningkatan
Kemendes partisipasi dan
Ditjen PPMD keberdayaan
Direktorat masyarakat Desa
Sarpras dalam
pembangunan
infrastruktur
Pembangunan
Sarpras Desa

•Pembangunan
fisik
K/L lain •Bantuan
keahlian teknis
Pengendalian dan Evaluasi Program

- Dilakukan sebelum ditetapkannya rencana Input


Tahap
pembangunan
Perencanaan - Untuk melihat rasionalitas pilihan, target dan
(ex‑ante)
kesuaian antar dokumen perencanaan

- Dilakukan saat pelaksanaan Kegiatan per TriwulanProses dan


Tahap Outpu
t
oleh Sekretariat Program Unggulan
Pelaksanaan
- Untuk menjamin kegiatan dilakukan sesuai
(on‑going)
dengan rencana yang telah ditetapkan

- Menilai pencapaian (keluaran/hasil/dampak)


me
Tahap Pasca Outco fit
program mampu mengatasi masalah dan B
ene
Pelaksanaan pembangunan yang ingin dipecahkan
(ex‑post) - Menilai efisiensi, efektivitas dan dampak
terhadap sasaran), ataupun manfaat dari
suatu program.
AKHIR KATA
• TANPA BUNGA TIDAK MUNGKIN ADA TAMAN
• TANPA TAMAN, BUMI TIDAK AKAN INDAH
• TANPA POHON, TIDAK MUNGKIN ADA HUTAN
• TANPA HUTAN KITA TIDAK BISA BERNAPAS
• TANPA DESA TIDAK MUNGKIN ADA NEGERI INI

“MARI KITA HORMATI DAN MENGHARGAI


DESA”
TERIMA KASIH

Copy Write Salim Ahmad

Anda mungkin juga menyukai