Anda di halaman 1dari 20

PROTOKOL TEKNOLOGI

MASUK DESA
Presented By
R. Widodo Triputro

Disampaikan Dalam FGD “Protokol Teknologi Masuk Desa”, Kementerian Desa, PDT &
Transmigrasi, Di Kota Bogor, Tanggal 2-6 Juni 2021
Desa Menurut UU No. 6 Tahun 2014
Desa Pada Posisi Baru
Negara • Negara melakukan rekognisi (pengakuan & penghormatan) terhadap
eksistensi desa
• Negara memberikan atau menetapkan mandat urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat kepada desa
• Negara melakukan redistribusi uang & sebagian aset negara
• Negara melakukan pembinaan, pemberdayaan & pengawasan
terhadap desa
Warga • Desa menjadi basis sosial bagi warga masyarakat, menjadi arena untuk Desa
merajut modal sosial Membangun
• Desa menjadi arena politik & pemerintahan bagi warga
• Desa menjadi arena perencanaan & penganggaran secara kolektif &
partisipatif
• Desa memberikan pelayanan dasar kepada warga
• Desa melakukan konsolidasi aset ekonomi local
Peta Jalan Ke Tujuan
Rekognisi & Mandat
Penataan Desa
Sub Kewenangan

Pembangunan Institusionalisasi
Redistribusi
Desa sistem desa

Pembinaan, Desa yang maju, Kesejahteraan


pemberdayaan kokoh, mandiri Masyarakat
dan pengawasan dan demokratis Desa
Kewenangan Desa
Adalah hak desa untuk mengatur, mengurus, & bertanggungjawab
atas urusan pemerintahan & kepentingan masyarakat setempat. UU & PP
Maknanya: D
a. mengeluarkan & menjalankan aturan main (peraturan) ttg apa yg i
i
boleh & tidak boleh dilakukan, sehingga mengikat semua pihak yg n
berkepentingan; t Permen
i
b. bertanggung jawab merencanakan, menganggarkan dana dan t
menjalankan pembangunan atau pelayanan publik, serta u
a
menyelasaikan masalah/memenuhi kebutuhan yg muncul; l
c. memutuskan & menjalankan alokasi sumber daya dalam kegiatan i Regulasi
pembangunan atau pelayanan publik, termasuk mendistribusikan s Kab/Kota
a
sumber daya kepada seluruh penerima manfaat; dan s
i
d. mengurus yg berarti menjalankan, melaksanakan, dan merawat
public good yg telah diatur. Regulasi
Desa
Pembangunan Desa
• Terlepas dari pengaturan sedemikian rupa atas kewenangan
desa, proses pembangunan desa dan pengelolaan desa, basis
pembangunan desa adalah prakarsa, kebutuhan dan gotong-
royong masyarakat, potensi desa, dan karakter serta kearifan
lokal.  kata kunci: pembangunan desa (desa membangun)
adalah prakarsa, kepentingan dan partisipasi masyarakat
setempat.
• Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi dalam konsep
pembangunan desa yang berpusat pada masyarakat sebagai
subyek pembangunan.
• Aksinya: perencanaan pembangunan desa berbasis pada potensi
dan kebutuhan/masalah desa setempat melalui pengkajian
keadaan desa dan penggalian gagasan masyarakat yang ditindak-
lanjuti dengan musyawarah (Musdes dan Musrenbangdes) yang
melibatkan unsur-unsur masyarakat.
Potensi Desa
u ran Angg
gat aran
Pen

T
i Potensi Fisik
d
a
Tanah, air, tenaga D
Sekedar k kerja, iklim/cuaca, dll i Menjadi
Potensi, s basis
d
bahkan bisa i a sumber daya
jadi s d Pembangun
penghambat a Potensi Non Fisik r an desa
d Swadaya masy, i
a
r
LKD, Pemerintah
i Desa dan BPD, dll

Fasilit rd ayaan
as e
i Pemb
Kebijakan Pembangunan Desa
• Permendagri 114 Tahun 2014: prioritas,
SDGs Desa pada dua aspek:
program dan kegiatan pemb dalam perenc • Pertama, aspek kewargaan yang
tahunan pemb meliputi: (1) pegembangan terdiri dari enam tujuan yakni Desa
ekonomi pertanian berskala produktif; (2) Tanpa Kemiskinan, Tanpa
pemanfaatan TGT untuk kemajuan ekonomi; (3) Kelaparan, Sehat dan Sejahtera,
pendayagunaan SDA; (4) peningkatan kualitas Pendidikan Desa Berkualitas,
Kamtibmasdan lain-lain. Keterlibatan Perempuan, dan Desa
• Terkait dgn sumberdana pemb desa (khususnya Layak Air Bersih & Sanitasi;
• Kedua, aspek kewilayahan dgn
DD) selalu diarahkan pemerintah untuk beberapa tujuan seperti Desa yg
prioritas pada program atau kegiatan tertentu. berenergi bersih dan terbarukan,
 dgn Perpres Nomor 59 Thn 2017 ttg Pekerjaan & pertumbuhan ekonomi
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pemb Nasional desa, Inovasi dan infrastruktur
Berkelanjutan  Pemerintah memiliki desa, dll
komitmen melaksanakan SDGs-Desa.
Teknologi Pedesaan
• Faktor SDM, dana, dan kurangnya fasilitasi dari
pemerintah, seringjadi kambing hitam.  Kurangnya tidak men-chalenge
wawasan masy terhadap best practice di wil/desa lain
(out world looking) patut dijadikan hipotesis thd
sensivitas masy desa lain
lemahnya sensivitas masy mengenai potensi desanya. agar bangkit dan
• Banyak fakta menujukkan tidak sedikit masy bergegas mengejar
(personal/kelompok) berhasil memanfaatkan potensi ketertinggalan dengan
desanya, bahkan mengembangkannya dgn teknologi memanfaatkan dan
sederhana/tradisional, menengah, maupun modern. mengembangkan
• Permasalahannya: the best practice dan kisah sukses potensi di desa masing-
tsb kurang terdokumentasi, terlembagakan, dan ter- masing.
sounding dengan baik.
SDGs & Teknologi
• Relevan dengan upaya pencapaian SDGs Desa, desa dan
masyarakatnya tentu memerlukan berbagai dukungan, salah satunya
adalah teknologi dalam berbagai bentuk dan fungsi.
• Kontribusi teknologi: Perubahan prilaku, gaya hidup, memperpendek
jarak, mengurangi batas wilayah dan efisiensi temasuk pencapaian
SDGs Desa.
• Dengan teknologi antara lain akan meningkatkan kuantitas dan
kualitas berbagai sektor usaha, memberi nilai tambah berbagai
produksi barang dan jasa, dll  tentu berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Contoh 1: Best Practice Desa Sumbermulyo
• Secara faktual, pemanfaatan dan Kampung Anggur di Desa Sumbermulyo
Bantul, yang bermula dari 3 ibu rumah
pengembangan teknologi sudah cukup tanggal, sekarang dberkembang di tiap RT,
banyak dilakukan di pedesaaan, baik bahkan menjadi desa tujuan wisata
indvidual maupun
kelompok/komunitas.  sudah
bermunculan best practice
pemanfaatan dan pengembangan
teknologi pedesaan yang memberi
kontribusi bagi pembangunan desa
secara umum dan pendapatan
masyarakat pada khususnya.
• Jenis anggur yang dikembangkan spt Ninel, Julian,
Anggelica, dan Evres.
• Para pengunjung wisata bisa mencicipi dulu dan
memetik langsung dari pohonnya.  harga rata2
Rp. 100.000,-/Kg
• Pengunjung juga dapat membeli bibit pohon
Anggur yang dibandrol Rp 125.000 – Rp 200.000;
• Daun muda pun diolah menjadi kripik daun, buntil,
Pengunjung Wisata agro-edukatif dan sayur asem;
kampung anggur sedang berkeliling
di lahan anggur sambil menerima • Kampung Anggur telah menjadi wisata agro
penjelasan dari pemandu wisata edukatif dan telah menorehkan prestasi di bidang
setempat. hortikultura, karena berhasil membuat varian baru
yang diberi nama Anggur Satria Taman Sari I
Contoh 2:Best Practice Desa Bleberan
Mobil tanki swasta
• Semula desa-desa di kab. Gunung Kidul (termasuk pemasok air
Bleberan) mengalami kekurangan air bersih, shg bersih. Rata2/
tergatung pasokan air dari daerah lain dgn rumah tangga
butuh 1 tanki
membeli dari swasta. untuk kebutuhan
• Keadaan itu mendorong warga untuk mencari cara air/bulan.
mengelola air. Dengan memanfaatkan teknologi
pengolahan air bersih, desa tersebut tak pernah
kekurangan air lagi.
• Desa juga Bleberan berkembang menjadi desa
wisata dgn dua obyek wisata unggulan (air terjun
Sri Getuk dan Goa Rancang Kencono).  thn 2017
memperoleh penghargaan dgn predikat sbg Desa Gethek bermesin untuk mengantar
wisatawan menuju air terjun Sri
Wisata IPTEK dari Kemendes PDT & Transmigrasi. Getuk
• teknologi pengolahan air bersih dengan menggunakan
tenaga solar cell dan dikelola secara profesional spt
PDAM.
• Dgn bantuan bbrp lembaga, warga dan pemerintah
desa,  berhasil menyalurkan menyalurkan air ke rumah2
warga dgn harga Rp 3.000/kubik (jauh lebih murah
dibanding harga air swata.
• potensi desa dikelola Bumdes, dengan menggerakkan
kurang lebih 200 orang naker. Selain itu banyak warga
bekerja sbg penyedia jasa transportasi, kuliner,
kerajinan, pakaian, dll.
• Pendapatan rata2 Bumdes saat ini mencapai lebih dari
Rp. 2,5M/tahun utk peningkatan PADesa, gaji pekerja,
pengembangan kapasitas, dana sosial, pembangunan
rumah layak huni, dll
Contoh 3: Best Practice Desa Sidomulyo
• Adalah Mujimin 43 Tahun, warga Kalurahan Sidomulyo sebagai
pengrajin anyaman bambu yg berhasil mengembangkan lebih dari 165
motif untuk menghasilkan gedhek (dinding anyaman bambu).
• Berawal sbg penjual bambu gelondongan Rp.500,-/batang, sebagai
pekerjaan sambilan. Thn 2003 berinovasi sbg pengrajin gedhek dan
menjualnya dengan harga Rp.12.000,-/m2 untuk anyaman sederhana.
• Saat ini telah berkembang dalam rentang harga Rp. 60.000 - 80.000/
m2, bahkan bisa mencapai 250.000 tergantung kerumitan motif dan
kualitas bilah kulit bambu.
• Dengan memanfaatkan media social, Mujimin berhasil
menjadi relasi para pebisnis bambu dan industri
bambu, praktisi dan desainer arsitektur. Hasil karya
anyamanya bisa dijual/dikirim ke berbagai daerah di
Indonesia hingga ke Eropa seperti Denmark, Swedia,
dan Spanyol.
• Usahanya merambah sector konstruksi dengan bahan
baku bambu seperti gapura, gazebo hingga homestay.
Sehingga memerlukan banyak tenaga kerja dar warga
desa.
Mujimin sedang menyiapkan bahan
• Atas keberhasilannya, kini Mujimin kerap jadi mentor karya gedhek di rumahnya di Kalurahan
kerajinan bambu pada beberapa pelatihan, menjadi Sidomulyo, Pengasih, Kulon Progo.
mentor/narasumber bertemakan seputar bisnis Saat ini ia menekuni penuh sbg
kerajinan bambu, dan menjadi "dosen tamu" tentang pengajin, sedangkan usaha
usaha mandiri” di di beberapa kampus di Yogyakarta. pertaniannya hanya sambilan
Kontribusi Terhadap Pembangunan
• Dari contoh kisah sukses tsb dapat dipetik bbrp manfaat: Pertama, dapat
menginspirasi banyak warga desa di seluruh pelosok negeri agar bangkit, berkreasi &
berinovasi guna mengangkat kehidupannya. Diharapkan tidak berhenti pada
keberhasilan kelompok atau perorangan, melainkan turut berkontribusi dalam pemb
desa dan nasional, terlebih dalam rangka percepatan pemulihan social-ekonomi
akibat pandemi covid-19.
• Mengambarkan adanya kreatifitas dan inovasi oleh sebagian anak bangsa di pedesaan
yg mampu memanfaatkan berbagai potensi desanya. Kreativitas dan inovasi tersebut
ternyata telah ditunjang kemampuan memanfaatkan dan mengembangkan teknologi
baik teknologi tradisional, madya, maupun modern.
• Maka diperlukan komitmen dan aksi nyata dari berbagai pihak, khususnya pemerintah
dan pemda untuk mendokumentasikan, melembagakan, dan mempromosikannya
baik di lingkup lokal, nasional, maupun internasional.
Protokol
Tentu tidak semua karya warga desa dapat di dokumentasikan, dilembagakan &
diekspose karena bbg keterbatasan sumber daya pemerintah. Maka diperlukan
semacam protokol (persyaratan & prosedur) agar bbg bentuk kreatifitas & inovasi
tersebut dapat dieksplorasi, dipromosikan, diterapkan, & dibudayakan di seluruh
Indonesia. Protokol yg dimaksud antara lain sbb:
Persyaratan:
• digunakan oleh warga desa baik perseorangan atau kelompok untuk memanfaatkan
dan mengembangkan potensi desa;
• mengandung unsur kreatifitas dan inovasi untuk kegiatan/usaha di bidang/sektor
seperti pertanian, peternakan, perkebunan, pengolahan pangan, seni budaya, sosial-
ekonomi, pelestarian ling hidup, dll;
• rasio unsur prakarsa, kreativitas, inovasi, dan kontribusi dari warga desa atau
pemerintah desa setempat > prakarsa dan kontribusi dari pihak luar desa.
Persyaratan:
• relatif mudah diaplikasikan di desa-desa lain sesuai dengan kondisi
alam dan SDA, kemampuan SDM, karakter social-budaya, dll yg relatif
sama;
• memberikan kontribusi baik bagi pemberdayaan masyarakat sekitarnya
dan kemajuan pembangunan desanya; dan
• memperoleh persetujuan tertulis dari perseorangan atau kelompok
masyarakat pemilik usaha/kegiatan atau penggagas teknologi.
Prosedur:
• Pemerintah pusat (melalui kementerian yg berwenang) beserta pemda
membentuk tim/gugus tugas untuk mengidentifikasi berbagai teknologi
pedesaan yang ada di tiap kabupaten/kota;
Prosedur:
• Gugus tugas tiap kab/kota bekerja sama dengan pemdes melakukan
identifikasi seluruh teknologi pedesaan dan melakukan analisis sesuai
persyaratan yg telah ditentukan (dimungkinkan melibatkan Lembaga lain
(perguruan tinggi, lembaga pegiat desa, dll).
• Gugus tugas menyepakati bersama dengan para pihak tekait sebelum teknologi
pedesaan terpilih didokumentasikan dan diekspose melalui berbagai media;
• Gugus tugas mendokumentasikan deskripsi teknologi pedesaan secara lengkap
dan hasilnya disampaikan kepada gugus tugas pusat untuk dikompilasi dan
kemudian diekspose, misalnya dalam bentuk kataloge atau e-cataloge.
• Gugus tugas dapat mendorong dan memprakarsai terbantuknya kerja sama
antara desa (dalam satu kab/kota atau antar kab/kota) dalam rangka aplikasi
teknologi dari satu desa ke desa lainnya.
Penutup

Anda mungkin juga menyukai