Pedoman Program Pengendalian Penyakit Kusta
Pedoman Program Pengendalian Penyakit Kusta
PROGRAM PENGENDALIAN
PENYAKIT KUSTA
LEMBAR PENGESAHAN
PEDOMAN
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA
UPTD PUSKESMAS MEUKEK
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Meukek Penanggungjawab Penyakit Kusta
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan hidayahNya, sehingga penyusunan Pedoman Program Pengendalian Penyakit
Kusta dapat diselesaikan dengan baik.
Upaya pengendalian penyakit kusta perlu terus ditingkatkan untuk mencapai
tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat
memutuskan rantai penularan penyakit kusta. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tehnologi, upaya pengendalian penyakit kusta dapat semakin efektif dan efisien dengan
harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan keluarga serta
masyarakat lainnya.
Pedoman Program Pengendalian Penyakit Kusta ini merupakan acuan bagi
petugas kesehatan di UPTD Puskesmas Meukek dalam melaksanakan pengendalian
penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas.
Kami menyadari bahwa pedoman pelayanan Unit Pengobatan Umum ini belum
sempurna dan masih banyak kekurangan, untuk itu masukan dan saran sangat kami
harapkan untuk kesempurnaannya di masa yang akan datang.
Harapan kami semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi para petugas
kesehatan dalam melaksanakan pelayanan pengendalian penyakit kusta di UPTD
Puskesmas Meukek.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian internal dan terpenting dari
pembangunan nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan
pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya
saing sumberdaya manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional di selenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas
sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program
dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan
pembangunan kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.
Puskesmas yang merupakan garda terdepan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya di
wilayah kerjanya.
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan . UKM mencakup upaya promosi kesehatan
perorangan, mencegah penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap,
pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam
UKM juga dilengkapi dengan upaya kesehatan yang menunjang. Dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan primer
perlu disusun Pedoman Pengendalian Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Meukek.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman program pengendalian penyakit kusta ini disusun dengan maksud
digunakan sebagai acuan bagi pengelola program pengendalian penyakit kusta di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Meukek, sehingga dapat meningkatkan cakupan
pengendalian penyakit kusta secara optimal serta dapat meningkatkan jangkauan
serta mutu pelayanan penyakit kusta di UPTD Puskesmas Meukek secara efektif
dan efisien sehingga dapat menurunkan angka kesakitan,, kecacatan dan kematian
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan penemuan dini dan diberikan
pengobatan Penyakit Kusta (MDT).
C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman program pengendalian penyakit kusta adalah lintas sektor dan
lintas program yang ada di UPTD Puskesmas Meukek sesuai dengan
kewenangannya.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Program Pengendalian Penyakit Kusta yang dimaksud
meliputi pelayanan pengendalian penyakit kusta yaitu :
1. Penemuan penderita secara aktip dan pasif.
2. Pengawasan pengobatan,POD dan perawatan diri.
3. Melacak kasus mangkir.
4. Supervisi dan bimbingan tehnis.
5. Pertemuan tehnis progam kusta.
6. Pembinaan mantan dan penderita kusta.
7. Pengelolaan obat dan logistik.
8. Pencatatan dan pelaporan.
E. Definisi Operasional
1. Definisi Kusta
Kusta adalah penyakit menular, menahun disebabkan oleh Mycobacterium
Kustae yang bersifat intraseluler obligat. Penularan kemungkinan terjadi melalui
saluran pernapasan atas dan kontak kulit pasien lebih dari 1 bulan terus
menerus. Masa inkubasi rata-rata 2,5 tahun, namun dapat juga bertahun-tahun.
2. Anamnesa
Hasil Anamnesis (Subjective) : Keluhan Bercak kulit berwarna merah atau putih
berbentuk plakat, terutama di wajah dan telinga. Bercak kurang/mati rasa, tidak
gatal. Lepuh pada kulit tidak dirasakan nyeri. Kelainan kulit tidak sembuh dengan
pengobatan rutin, terutama bila terdapat keterlibatan saraf tepi. Faktor Risiko :
a. Sosial ekonomi rendah.
b. Kontak lama dengan pasien, seperti anggota keluarga yang didiagnosis
dengan kusta.
c. Imunokompromais
d. Tinggal di daerah endemik kusta
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective).
Diagnosis Banding
a. Bercak eritema
1. Psoriasis
2. Tinea circinata
3. Dermatitis seboroik
b. Bercak putih
1. Vitiligo
2. Pitiriasis versikolor
3. Pitiriasis alba
c. Nodul
1. Neurofibromatosis
2. Sarkoma Kaposi
3. Veruka vulgaris
Faktor pencetus reaksi tipe 1 dan tipe 2
Reaksi Tipe 1 Reaksi Tipe 2
Pasien dengan bercak multiple dan Obat MDT, kecuali lampren
diseminata, mengenai area tubuh yang
luas sertaketerlibatan saraf multipel
Bercak luas pada wajah dan lesi dekat BI >4+
mata, berisiko terjadinya lagoftalmos
karena reaksi
Saat puerpurium (karena peningkatan Kehamilan awal (karena stress mental),
CMI). Paling tinggi 6 bulan pertama trisemester ke-3, dan puerpurium
setelah melahirkan/ masa menyusui (karena stress fisik), setiap masa
kehamilan (karena infeksi penyerta
Infeksi penyerta: Hepatitis B dan C Infeksi penyerta: streptokokus, virus,
cacing, filarial, malaria
Neuritis atau riwayat nyeri saraf Stress fisik dan mental
Lain-lain seperti trauma, operasi, imunisasi protektif, tes Mantoux positif kuat, minum
kalium hidroksida.
4. Penatalaksanaan
a. Pasien diberikan informasi mengenai kondisi pasien saat ini, serta
mengenai pengobatan serta pentingnya kepatuhan untuk eliminasi
penyakit.
b. Hygiene diri dan pola makan yang baik perlu dilakukan.
c. Pasien dimotivasi untuk memulai terapi hingga selesai terapi dilaksanakan.
d. Terapi menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) pada:
e. Pasien yang baru didiagnosis kusta dan belum pernah mendapat MDT.
f. Pasien ulangan, yaitu pasien yang mengalami hal-hal di bawah ini:
1) Relaps
2) Masuk kembali setelah default (dapat PB maupun MB)
3) Pindahan (pindah masuk)
4) Ganti klasifikasi/tipe
g. Terapi pada pasien PB:
1) Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di
depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul rifampisin @ 300mg (600mg) dan
1 tablet dapson/DDS 100 mg.
2) Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet dapson/DDS
100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
3) Pasien minum obat selama 6-9 bulan (± 6 blister).
4) Pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450 mg, dan DDS 50 mg.
h. Terapi pada Pasien MB:
1) Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di
depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul rifampisin @ 300mg (600mg), 3
tablet lampren (klofazimin) @ 100mg (300mg) dan 1 tablet
dapson/DDS 100 mg.
2) Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet lampren 50
mg dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
3) Pasien minum obat selama 12-18 bulan (± 12 blister).
4) Pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450 mg, lampren 150 mg dan
DDS 50 mg untuk dosis bulanannya, sedangkan dosis harian untuk
lampren 50 mg diselang 1 hari.
i. Dosis MDT pada anak <10 tahun dapat disesuaikan dengan berat badan:
1) Rifampisin: 10-15 mg/kgBB
2) Dapson: 1-2 mg/kgBB
3) Lampren: 1 mg/kgBB
4) Obat penunjang (vitamin/roboransia) dapat diberikan vitamin B1, B6,
dan B12.
5) Tablet MDT dapat diberikan pada pasien hamil dan menyusui. Bila
pasien juga mengalami tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikan
dengan tuberkulosis.
6) Untuk pasien yang alergi dapson, dapat diganti dengan lampren, untuk
MB dengan alergi, terapinya hanya 2 macam obat (dikurangi DDS).
5. Pencatatan dan Pelaporan
a. Petugas mengisi Kartu Penderita ( lampiran 1 )
b. Petugas mengisi register/ monitoring penderita PB/ MB (lampiran 2)
c. Petugas mengisi formulir pencatatan pencegahan cacat (lampiran 3)
d. Petugas mengisi formulir evaluasi pengobatan reaksi ( lampiran 4 ) jika ada
penderita reaksi
e. Petugas membuat surat/ bon untuk meminta obat/ MDT ke DKK
f. Petugas membuat laporan kusta setiap bulan ke DKK
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan tenaga Kusta di poli unit pelayanan di kooordinir
oleh penanggung jawab UKM sesuai dengan kesepakatan. Tenaga pengelola
program pengendalian penyakit kusta terdiri dari 1 orang Perawat sebagai
penanggung jawab program imunisasi dan sebagai penangung jawab logistic
Pengendalian Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Meukek. Sedangkan tenaga
pelaksana pelayanan imunisasi di sebagai berikut :
1. Dokter umum : 3 orang (1 Kepala Puskesmas)
2. Perawat : 16 orang
3. Bidan : 15 orang
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Meukek
dilaksanakan pada saat jam kerja yang telah disepakati.
Tahun 2024
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Intensifikasi √ √ √ √
penemuan kasus
Kusta Frambusia
serta tatalaksana
kontak kasus
Kusta Frambusia
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. LingkupKegiatan
Lingkup kegiatan program pengendalian penyakit kusta meliputi pelayanan
penemuan kasus dini, pemeriksaan POD, pengobatan MDT.
B. Metode
Peningkatan mutu dari program pengendalian penyakit kusta dapat dilakukan
dengan cara melihat status Desa/Kelurahan UCI yang ada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Meukek serta dengan melihat cakupan dari kegiatan pengendalian
penyakit kusta yang dilaksanakan. Dengan diketahuinya Desa/Kelurahan yang tidak
UCI maka wilayah kerja tersebut dapat lebih diperhatikan dan dicarikan pemecahan
masalahnya.
C. Langkah Kegiatan
Kegiatan disesuaikan dengan matriks UPTD Puskesmas Meukek mengenai
rehabilitasi berbasis masyarakat dimana kegiatan merupakan kebutuhan yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
1. Kesehatan Rehabilitasi Medis
a. Memperbaiki sistem rujukan dan mengembangkan jejaring dengan layanan
rehabilitasi medis.
b. Meningkatkan kemampuan petugas.
c. Memfasilitasi akses kepada penyediaan alat bantu (alat bantu kaki)
d. Membentuk dan memfasilitasi kelompok perawatan diri (KPD)
2. Pendidikan
a. Melakukan sosialiasi di sekolah tentang kusta dan kecacatannya.
b. Melakukan penyuluhan tentang hak anak untuk mendapatkan pendidikan
dan perlakuan yang sama disekolah.
3. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan
a. Membentuk kelompok mandiri (self help group)
b. Memfasilitasi klien untuk konseling dan mendapatkan bantuan dari program
pemberdayaan sosial ekonomi yang ada di masyarakat.
BAB V
LOGISTIK
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU