Spesifikasi Teknis
Spesifikasi Teknis
A. Pekerjaan Persiapan
A.1. Papan Pengenal Proyek
a. Papan pengenal proyek adalah salah satu bagian dari pekerjaan persiapan yang harus
dibuat/disiapkan oleh Kontraktor pada saat akan dilaksanakan pekerjaan di lapangan;
b. Papan pengenal proyek memuat keterangan tentang pelaksanaan pekerjaan yang meliputi
nama proyek, jenis pekerjaan yang dilaksanakan, volume pekerjaan yang dilaksanakan,
nilai proyek, sumber dana, waktu pelaksanaan, pelaksana pekerjaan/Kontraktor, dan
Direksi Proyek;
c. Papan pengenal proyek diletakkan pada bagian Awal di lokasi proyek.
B. Pekerjaan Beton
B.1. Umum
a. Pemberian pekerjaan meliputi : Pengadaan, pengelolaan, mendatangkan, pengangkutan
semua bahan, pengerahan tenaga kerja, mengadakan, mobilisasi alat pembantu dan
sebagainya yang pada waktu umumnya langsung atau tidak langsung termasuk di dalam
usaha menyelesaikan degan baiak dan menyerahkan pekerjaan yang sempurna dan
lengkap, disini juga dimaksudkan pekerjaan-pekerjaan ataupun bagian pekerjaan yang
walaupun tidak jelas disebutkan di dalam RKS dan gambar-gambar tetapi masih berada
dalam bidang pembangunan haruslah dilaksanakan selanjutnya sesuai dengan petunjuk-
petunjuk Konsultan Pengawas.
b. Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada waktu penawaran, termasuk segala segala
sesuatu yang berada didalamnya direshkan tanggung jawabnya kepada Kontraktor
dengan Berita Acara penyerahan Lapangan.
c. Oleh Kontraktor pekerjaan haruslah diserahkan dengan sempurna dalam keadaan
selesai dan berfungsi baik sesuai dengan yang disyaratkan.
d. Kontraktor wajib mentaati dan melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
berdasarkan syarat-syarat dn uraian-uraian di dalam RKS, Risalah Rapat Pemberian
Penjelasan, Gambar-gambar yang ada maupun gambar-gambar susulan selama
pelaksanaan, petunjuk-petunjuk teknis maupun administrasi serta instruksi-instruksi
yang dikeluarkan oleh Pemberi Tugas.
B.2. Pekerjaan Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang bertugas menyangga beban aksial tekan
vertikal dengan bagian tinggi yang ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral kecil. Kolom
merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Kolom beton adalah beton bertulang yang
diletakkan dengan posisi vertikal. Kolom berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata
dan penerus beban dari atas menuju sloof yang kemudian diterima oleh pondasi.
Kolom adalah bagian dari struktur atas dalam posisi vertikal yang berfungsi sebagai pengikat
pasangan dinding bata dan meneruskan beban diatasnya.
Concrete yang digunakan untuk beton kolom pada pekerjaan ini sesuai dengan bestek yaitu
K – 225 dengan ukuran 20 x 20 cm, 30 x 30 cm dan 15x 20 cm.
Perlunya pemahan para pelaksana proyek dalam struktur diperlukan sekali.
B.5.2. Agregat
a. Semua pemakaian koral (kerikil) batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton harus
memenuhi syarat-syarat:
1) Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (SNI 3-1958);
2) Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971);
3) Tidak mudah hancur (tetap keras), tidak porous; dan
4) Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah liat atau
kotoran-kotoran lainnya).
b. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dan harus memenuhi syarat:
1) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24%;
2) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22%.
c. Koral (kerikil) dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar
dari 38 mm, untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
d. Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik
dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
e. Konsultan pengawas dapat meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan uji
kualitas dari agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk
Konsultan Pengawas, setiap saat dalam laboratorium yang diakui atas biaya
Kontraktor.
f. Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut disupply, maka
kontraktor diwajibkan unatuk memberitahukan kepada Pengawas.
g. Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori.
B.5.3. Air
a. Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan di lapangan
adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam
alkali), tidak mengandung organism yang dapat memberikan efek merusak beton,
minyak atau lemak. Memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia (PBI-
1971) dan diuji oleh Laboratorium yang diakui sah oleh yang berwajib dengan
biaya ditanggung oleh Kontraktor.
b. Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.
b. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan di atas,
harus mendapat persetujuan Perencana/Pengawas.
c. Besi beton harus disuplai dari satu sumber (manufaktur) dan tidak dibenarkan
untuk mencampur adukan bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk
pekerjaan konstruksi.
d. Kontraktor wajib mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai,
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Pengawas, serta menyertakan data teknis
dari pabrik pembuat baja tulangan. Batang percobaan diambil dibawah kesaksian
Pengawas. Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh Konsultan Pengawas. Semua biaya percobaan tersebut
epenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
e. Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar atau mendapat
persetujuan Pengawas. Untuk hal itu sebelumnya kontraktor harus membuat
gambar pembengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan kepada
Pengawas untuk mendapat persetujuannya.
Hubungan antara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan kawat
beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan bebas
dari lantai kerja atau papan acuan.
Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet
lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton harus
dipasang pada posisi yang tepat
f. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau sejenisnya,
harus mendapat persetujuan dari Konsultan Perencana dan/atau Konsultan
Pengawas.
g. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak sesuai
dengan syarat-syarat ini, harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan setelah
menerima instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas dalam waktu 2x24 jam.
B.5.5. Admixture
Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan maupun untuk maksud-maksud lain dapat dipakai bahan admixture. Jenis
dan jumlah bahan admixture yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan/ Konsultan Pengawas.
b. Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton dan dapat dihasilkan suatu
mutu sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan
faktor air semen maksimum 0,55 harus memakai plasticizer sebaga bahan
additive. Pemakaian merek dari bahan additive tersebut harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
f. Dimana permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bias rusak terkena bahan
pelepas acuan, bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai. Untk itu, dalam hal
pelepas acuan tidak boleh dipakai, sisi dalam bekisting harus dibasahi dengan air
bersih. Dan permukaan ini harus dijaga selalu basah sebelum pengecoran beton.
Sisipan (insert), rekatan (embedded), dan bukaan (opening).
g. Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk pipa, conduits, sleeves,
dan pekerjaan lain yang akan merekat pada atau melalui/merembes beton.
h. Koordinasi bagian dari pekerjaan lain yang terlibat ketika
membentuk/menyediakan bukaan, slots, recessed, sleeves, nolts, angkur dan
sisipan-sisipan lainnya. Jangan laksanakan pekerjaan diatas jika tidak secara
jelas/khusus ditunjukkan pada gambar yang berhubungan.
i. Sediakan bukaan sementara pada cetakan beton dimana diperlukan guna
pembersihan dan inspeksi. Tempatkan bukaan di bagian bawah bekisting guna
memungkinkan air pembersih keluar dari bekisting. Penutup bukaan sementara
ini harus dengan bahan yang memungkinkan merekat rapat, rata dengan
permukaaan dalam bekisiting, sehingga sembungannya tidak akan tampak pada
permukaan beton ekspose.
j. Kualitas
1) Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan bentuk
beton yang diinginkan, dan perkuatan-perkuatannya guna memastikan
bahwa pekerjaan telah sesuai dengan rancangan bekisting, wedgeeties, dan
bagian-bagian lainnya aman;
2) Informasikan pada Direksi Lapangan jika bekisting telah dilaksanakan, dan
telah dibersihakan, guna pelaksanaan pemeriksaa. Mintakan persetujuan
Direksi terhadap bekisting yang telah dilaksanakan sebelum dilaksanakan
pengecoran beton.
3) Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu lebih dari 2
(dua) kali tidak diperkenankan;
Penambahan pada bekisting, juga tidak diperkenankan kecuali pada
bukaan-bukaan sementara yang diperlukan; dan
4) Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Konsultan Pengawas.
k. Pembersihan
1) Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda yang
tidak perlu. Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari bagian
dalam bekisting.
Siram dengan air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna membuang
benda-benda asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan puing-puing
tersebut telah mengalir;
2) Buka bekisting secara kontiniu dan sesuai dengan standard yang berlaku
sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load) atau kedidak seimbangan
beban yang terjadi pada struktur;
3) Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan-
peralatan yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton;
4) Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka
harus disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan terdahap
permukaan yang akan kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan;
5) Dimana Dimana diperlukan perkuatan-perkuatan pada komponen-
komponen struktur yang telah dilaksanakan guna memenuhi syarat
pembebanan dan konstruksi sehingga pekerjaan-pekerjaan konstruksi di
lantai-lantai diatasnya bisa dilanjutkan.
Pembukaan penunjang bekisting hanya bisa dilakukan sejak umur beton 15
(lima belas hari) danscafolding dapat dilakukan ketika umur beton
mencapai 21 (dua puluh satu hari) atau setelah beton mempunyai 75% dari
kuat tekan 28 hari (28 day compressive strength) yang diperlukan; dan
6) Bekisting-bekisting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton, tidak
boleh dibongkar sebelum dinyatakan matang oleh Konsultan Pengawas.
Kemajuan pelaksanaan pekerjaan ini dihitung dalam satuan Meter Bujur Sangkar (m2).
Kemajuan pelaksanaan pekerjaan ini dihitung dalam satuan Meter Kubik (m3).
B.11.4. Pemasangan
a. Pembersihan
Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam, karatan, dan lapisan
yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat. Bila pengecoran beton ditunda,
besi beton harus diperiksa kembali dan dibersihkan.
b. Pemasangan
Pembesian harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat dengan
kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus ditunjang oleh
penumpu beton atau logam, dan penggantung logam.
Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada bekisting.
Kawat beton harus dibengkokkan ke arah dalam bekisting, sehingga diperoleh
beton decking yang telah ditentukan.
Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa dipakai untuk
memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai ketentuan
berikut:
1) dalam pelat, batang tegak berdiameter 12 mm dengan jarak 80-100 cm,
untuk menunjang penulangan bagian atas;
2) dalam dinding dengan 2 lapisan penulangan, pembagi jarak (spacer)
berbentuk U atau Z dengan diameter 8 mm, berjarak 180-200 cm.
c. Beton Decking
Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus
dipasangkan dengan celah untuk beton decking sebagai berikut:
1) beton yang dicor pada tanah 8 cm;
2) semua bidang yang kena air atau tanah 5 cm;
3) bagian atas pelat bawah saluran yang tertutup, balok dan kolom yang tidak
kena tenah atau air 4 cm; dan
4) bidang yang kena udara dan semua bidang interior 2,5 cm.
d. Toleransi
Toleransi pada pemasangan penulangan adalah:
1) untuk bagian konstruksi berukuran 60 cm atau kurang ± 0,6 cm; dan
2) untuk bagian konstruksi berukuran 60 cm atau lebih : ± 1,2 cm.
e. Sambungan
Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan
overlap minimum 40 kali diameter penulangan.
Panjang overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda harus didasarkan
pada diameter yang besar (panjang penyambungan sesuai pedoman yang
berlaku).
f. Persetujuan dari Direksi Pekerjaan
Pemasangan penulangan harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas dan/atau
Direksi Pekerjaan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran, untuk itu perlu
pemberitahuan bila penulangan sudah siap untuk diperiksa.
C. Pekerjaan Pasangan
C.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
Pekerjaan pasangan bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan tebal ½ (setengah) batu pada
seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas
dan/atau Direksi Pekerjaan.
b. Pelaksanaan
Sebelum pemasangan dimulai bata merah yang akan digunakan/dipasang harus terlebih
dahulu direndam dalam air sehingga permukaannya akan jenuh air.
Semua permukaan yang akan dipasang bata merah harus dibersihkan dan dikasarkan agar
mendapatkan daya rekat yang baik.
Baja tulangan untuk kolom praktis harus sudah terpasang dan berdiri tegak dengan alat
penopang sebelum dilakukan pemasangan bata merah.
Pemasangan bata merah harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal adukan pada tiap
lapis 1 cm, dan tinggi pasangan maksimum 1 m dalam satu harinya. Dan setelah pasangan
bata itu kuat/keras baru dilakukan pengecoran terhadap kolom praktis tersebut dan
semua permukaan harus dibersihkan dan disirami air terlebih dahulu.
Pekerjaan tersebut diulangi terus sampai mencapai ketinggian atau elevasi yang
dikehendaki sesuai dengan Gambar Rencana dan atas petunjuk Pengawas.
Setelah pasangan bata memenuhi ketinggian yang diharapkan dan sesuai dengan Gambar
Rencana, selanjutnya pasangan ring balok praktis dilakukan menurut ketentuan yang
berlaku dan sesuai petunjuk Pengawas.
Semua sambungan atau siar-siar pada lapisan harus dikorek sedalam paling sedikit 0.5 cm
untuk memudahkan melekatnya plesteran.
Untuk pasangan bata pada kamar mandi digunakan campuran 1:2 dan pada pasangan bata
bekas bongkaran kusen digunakan campuran 1:4.
Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dihitung dalam satuan Meter Bujur Sangkar (m2).
Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dihitung dalam satuan Meter Bujur Sangkar (m2).
C.6. Plesteran
a. Material
1) Semen
Semen seperti untuk pekerjaan menembok harus sama kualitasnya seperti semen
yang ditentukan untuk pekerjaan struktur beton.
2) Pasir
Pasir untuk pekerjaan menembok harus berkualitas baik dan sesuai untuk pekerjaan
tersebut.
3) Air
Air yang dipakai untuk pekerjaan menembok harus memenuhi syarat-syarat dalam
pekerjaan struktur beton. Lihat pasal C.8.3.
Adukan yang digunakan untuk pekerjaan pasangan terdiri dari :
- Adukan 1 PC : 2 Pasir, dipergunakan untuk pekerjaan pasangan, plesteran
trasraam setinggi 30 cm dari muka lantai sekeliling bangunan, pasangan yang
berada dalam tanah, pasangan keramik tile dan khusus untuk pasangan dinding
trasraam KM/WC agar disesuaikan dengan Gambar Rencana.
- Adukan 1 PC : 4 Pasir dipergunakan untuk pasangan dinding bata, plesteran
setebal 15 mm. Plesteran dan pekerjaan pasangan lainnya sesuai Gambar
Rencana.
- Adukan 1 PC : 4 Pasir dipergunakan untuk pasangan pondasi batu kali, saluran
keliling bangunan, bak bunga dan pekerjaan lainnya yang disebutkan dalam
Gambar Rencana dan petunjuk Pengawas.
b. Pelaksanaan
Untuk dapat menghasilkan plesteran yang kuat, maka setelah pasangan dinding selesai
dan sebelum dilakukan pekerjaan plesteran, terlebih dahulu seluruh permukaan dinding
tersebut agar di kamprot dengan air semen + pasir.
Plesteran dilakukan pada seluruh permukaan dinding atau permukaan lainnya sesuai
dengan Gambar Rencana.
Pekerjaan plesteran boleh dilakukan pada pasangan dinding yang sudah keras/kuat,
dengan terlebih dahulu harus membuat plesteran kepala yang mana dan ketebalan dari
plesteran sesuai dengan ketentuan dari Pengawas.
Yang selanjutnya plesteran kepala akan digunakan untuk pedoman agar di dapat
permukaan plesteran yang rata. Oleh sebab itu dalam membuat plesteran kepala harus
diatur sedemikian rupa sehingga didapat plesteran kepala yang rata dan jarak antara
plesteran kepala tidak boleh terlalu jauh.
Plesteran yang telah selesai dikerjakan agar terus menerus dibasahi selama paling sedikit
7 hari sehingga tidak mengalami retak-retak yang berarti sebelum dilakukan pengacian
dengan pasta semen.
Untuk bagian dinding yang akhirnya akan dicat maka permukaan dinding harus
diperhalus/diaci dengan pasta semen yang disapukan tipis-tipis lalu digosok hingga licin
dan mengkilap.
Syarat-syarat pekerjaan tersebut berlaku juga untuk pekerjaan Acian Halus maupun Acian
Kasar, sesuai gambar rencana.
Pekerjaan tersebut harus dilakukan oleh tukang yang ahli dan terbiasa melakukan
pekerjaan plesteran dan disetujui oleh Pengawas.
Untuk plesteran trasram digunakan campuran 1:2 dan pada plesteran permukaan dinding
bata merah digunakan campuran 1:4.
Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dihitung dalam satuan Meter Bujur Sangkar (M2).
C.7. Acian
Pekerjaan acian yang dilaksanakan pada pekerjaan ini adalah pada seluruh permukaan
plesteran, kolom dan balok.
Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dihitung dalam satuan Meter Bujur Sangkar (M2).
D. Pekerjaan Lantai
D.1. Umum
Semua pekerjaan penggalian tanah harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas terutama tentang ukuran tanah yang akan digali. Bahan-bahan galian yang akan
dipakai untuk penimbunan harus diperiksa lebih dahulu oleh Konsultan Pengawas. Jika
ditemukan halangan dalam proses penggalian harus segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas. Jika terjadi kesalahan penggalian maka bekas lubang harus segera diperbaiki dengan
bahan penimbunan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Lubang-lubang yang sudah digali
tidak boleh terlalu lama dibiarkan terbuka.
b. Pelaksanaan
1) Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus menyerahkan shop
drawing mengenai pola pemasangan kepada Direksi Teknik untuk disetujui.
2) Sebelum pemasangan dilaksanakan harus diperhatikan lubang-lubang instalasi,
drainase, bak kontrol dan hal-hal yang berhubungan dengan pasangan.
3) Adukan pasangan/pengikat harus ditambah bahan perekat yang diisyaratkan atau
dapat pula digunakan acian PC murni.
4) Pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang yang benar-benar rata, tidak
bergelombang dengan memperhatikan kemiringan didaerah basah dan teras.
5) Jarak antara unit-unit pemasangan satu sama lain/siar-siar/naat harus sama lebarnya
dan maksimum 3 mm, yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama
lebarnya, untuk siar-siar/naat yang berpotongan harus membentuk sudut siku yang
saling berpotongan tegak lurus antara satu dengan yang lainnya.
6) Pengisian siar-siar/naat dilakukan paling cepat 3 x 24 jam setelah pemasangan selesai
dan telah benar-benar kuat melekat, sebelum pengisian siar-siar/naat dilakukan
lubang siar-siar/naat harus dibersihkan dari debu dan kotoran-kotoran lainnya.
7) Selama masa pengeringan yaitu 3 x 24 jam setelah pemasangan, bidang-bidang yang
terpasang tidak boleh diinjak/diberi beban apapun.
8) Pemotongan bahan-bahan harus menggunakan alat pemotongan khusus sesuai
persyaratan dari pabrik.
9) Seluruh pemasangan yang sudah selesai dikerjakan harus dibersihkan dari segala
macam noda permukaan pasangan hingga betul-betul bersih.
10) Plint-plint lantai harus terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan siar-
siar/ naatnya harus bertemu dengan siar-siar/naat pasangan lantai. Pertemuan
antara plint lantai dengan bidang dinding harus diberi naat/tali air selebar 7 mm dan
dalam 5 mm.
Kemajuan pekerjaan ini dihitung dalam satuan Meter Bujur Sangkar (m2).
Kemajuan pekerjaan ini dihitung dalam satuan Meter Bujur Sangkar (m2).
b. Pemasangan
Tata cara pemasangan mengacu kepada katalog dengan syarat dan ketentuan pemasangan
yaitu:
- Pemasangan dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari pabrikan.
- Pemasangan dilakukan oleh tenaga terlatih disertai supervisi dari distributor secara
berkala.
- Syarat dan ketentuan lain terdapat pada surat garansi.
1) Pemasangan Atap Spandek
1. Pastikan kemiringan kuda-kuda atap adalah minimal 15 derajat.
2. Selama pemasangan atap agar tidak menginjak atap yang telah terpasang kecuali
menggunakan tangga konstruksi, papan bidang kerja atau menginjak pada bagian
lembaran atap yang bersentuhan dengan reng. Dilarang menginjak pada bidang
lembaran diantara reng.
3. Pemasangan lembaran dimulai dari sisi paling bawah dari bidang atap, dengan
jarak overhang maksimal adalah 5 cm dari listplank.
4. Penyekrupan menggunakan sekrup Spandek dengan warna yang sesuai dengan
lembar atap. Penyekrupan dilakukan pada setiap gelombang diantara dua
gelombang interlock pada lembaran atap.
5. Urutan penyekrupan dimulai dari gelombang sisi bawah pertama dan kelima,
dilanjutkan dengan gelombang kedua sampai dengan keempat. Gelombang
keenam digunakan untuk overlap dengan lembaran atap selanjutnya. Gelombang
sisi atas digunakan untuk overlap dengan lembaran atap diatasnya.
6. Pemasangan lembaran atap dengan pola pasangan bata. Baris pertama
pemasangan menggunakan lembaran atap utuh. Baris kedua dari bawah dimulai
dengan menggunakan lembaran atap yang dipotong menjadi dua. Baris ketiga,
kelima dan seterusnya seperti pemasangan pada baris pertama. Baris keempat,
keenam dan seterusnya seperti pemasangan pada baris kedua.
2) Pemasangan Penutup Listplank Samping
1. Pemasangan penutup listplank samping dengan menggunakan aksesoris Verge
Piece dari Spandek.
2. Penyekrupan pada verge piece pada setiap gelombang reng dan pada listplank
dengan jumlah yang sama. 1. Nok menggunakan aksesoris nok standar dari
Spandek. 2. Penyekrupan pada nok pada setiap gelombang yang bersentuhan
dengan gelombang Onduvilla.
3) Pemasangan Nok.
1. Nok menggunakan aksesoris nok standar dari Spandek.
2. Penyekrupan pada nok pada setiap gelombang yang bersentuhan dengan
gelombang Onduvilla.
Kemajuan pekerjaan ini dihitung dalam satuan Meter Bujur Sangkar (m2).
b. Pelaksanaan
1) Rangka Utama (runner) dipasang setiap jarak 120 cm, sebisanya hindari
penyambungan rangka utama. Gantungan rangka utama dengan besi penggantung
setiap jarak maksimal 600 mm.
2) Rangka Pengikat (carrier) dipasang setiap jarak 40 cm atau setiap yang
direkomendasikan pembuat bahan.
Kemajuan pekerjaan ini dihitung dalam satuan Meter Bujur Sangkar (m2).
b. Persyaratan Bahan
1) Digunakan gypsum board yang bermutu baik.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1) Bahan penutup langit-langit yang digunakan adalah gypsum board dengan ukuran
sesuai dengan gambar.
2) Gypsum board yang dipasang adalah gypsum board yang telah dipilih dengan baik,
bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak, gompal
atau cacat-cacat lain dan telah mendapat persetujuan dari Pengawas.
3) Gypsum board dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan gambar untuk itu
dan setelah gypsum board terpasang, bidang permukaan langit-langit harus rata,
lurus, waterpas dan tidak bergelombang dan sambungan antara unit-unit gypsum
board harus tidak kelihatan.
4) Finishing gypsum adalah cat emulsi, warna akan ditentukan kemudian.
5) Semua sambungan antar gypsum board didempul dengan bahan tertentu sesuai
tatacara dan teknis dari pabrik. Sambungan gyspum harus didempul dan compound
sehingga rata menutupi sambungan tanpa ada retakan.
6) Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole/acces panel ukuran diameter
50 cm di langit-langit yang bisa dibuka, diberi engsel tanpa merusak Plafond Gypsum
di sekelilingnya, untuk keperluan pemeriksaan/pemeliharaan M/E.
7) Pelaksanaan pekerjaan semua komponen level plafond ceilling harus dilakukan
secara hati-hati terhadap semua komponen yang terdapat di bagian dalam atau di
balik plafond, yaitu semua komponen instalasi Mekanikal & Elektrikal eksisting dan
yang baru.
Kemajuan pekerjaan ini dihitung dalam satuan Meter Bujur Sangkar (m2).
F. Pekerjaan Pengecatan
F.1. Pengecatan Untuk Tembok
a. Lingkup Pekerjaan
1) Semua bahan cat harus dari penyalur yang disetujui. Pengerjaan pengecatan harus
mengikuti petunjuk-petunjuk dari pabrik yang bersangkutan. Plamur serta cat dasar
dipakai sesuai dengan rekomendasi dari pabrik catnya. Sebelum pengecatan, maka
cat dalam kaleng harus diaduk secara baik sebelum dituangkan dalam tempat cat
yang disediakan.
2) Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan. Khusus untuk
dinding luar, pemakaian plamur tidak dianjurkan, pemakaian plamur pada dinding
luar seluruh bangunan yang ditunjuk dalam gambar pelaksanaan hanya untuk
meratakan permukaan pengecatan setelah dinding telah dilakukan pengecatan-
pengecatan. Tanpa petunjuk dari pabrik, maka penggunaan zat-zat pengering dan
lain-lain tidak dibenarkan.
3) Pengecatan semua permukaan dan area yang ada gambar tidak disebutkan secara
khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Direksi/Konsultan
Pengawas.
d. Persyaratan Bahan
1) Bahan Cat :
Untuk Cat Weathershield JOTUN atau yang lebih baik.
Untuk Cat Interior adalah Vinilex atau yang lebih baik.
2) Jenis Bahan :
Water base, digunakan sebagai cat finishing dinding/beton, dinding partisi, dan
plafond gypsum pada ruang dalam dan pada ruang luar dari jenis tahan cuaca dan
anti jamur (weather shield).
3) Bahan Plamur :
Wall Filler A 931 49001 atau yang setara disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
4) Bahan Dasar :
Cat Dasar digunakan Alkali Resisiting Primer A-931/1050 atau yang setara disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas.
5) Kapasitas/Daya Sebar :
Maksimum 8m2/kg.
6) Pengencer :
Air bersih maksimum 20%.
7) Pengeringan :
Minimum setelah 2 jam lapis sampai berikutnya dapat dilakukan.
8) Sistem Pengecatan :
Minimal dilakukan 2 lapis sampai diperoleh warna merata dan tidak membayang.
e. Pelaksanaan
1) Sebelum pengecatan dimulai, permukaan bidang pengecatan harus rata, kering dan
bersih dari segala kotoran, minyak dan debu.
2) Persiapan/Dasar Plesteran
Plesteran harus diberi kesempatan yang maksimum untuk mongering sebelum
pengecatan dimulai. Semua plesteran atau dasar semen yang dicat harus dibuang
dan diperbaiki dahulu dengan plesteran yang sejenis. Retak-retak kecil harus ditutup
sedang retak-retak besar harus dibongkar dan diisi kembali, rata dengan permukaan
sekitarnya. Sebelum permukaan diberi satu lapisan cat dasar (tahan alkali), semua
lumut/kerak pada permukaan tersebut harus dibersihkan dengan kain yang kasar
dan kering, setelah itu disusul dengan kain kasar yang dibasahi dengan air bersih,
akhirnya permukaan dibiarkan mengering.
3) Persiapan
- Sebelum pengecatan dimulai, lantai-lantai harus dicuci serta debu sedapat
mungkin dicegah. Semua permukaan yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai
dengan persyaratan tertulis dari pabrik. Harus disediakan kain pembersih debu
yang secukupnya untuk mencapai tujuan di atas.
- Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh dinding
bagian dalam dan luar bangunan, plafond dan list profil yang ditentukan
gambar.
- Bidang pengecatan siap dicat setelah diplamur terlebih dahulu. Sebelum
diplamur, plesteran harus betul-betul kering, tidak ada retak-retak.
- Lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
- Sesudah selama 3 (tiga) hari plamur dilakukan dan percobaan warna telah
disetujui Direksi/Konsultan Pengawas, bidang plamur diamplas dengan amplas
besi yang halus No. 00, kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai bersih.
- Sebelum pengecatan dilakukan, kontraktor diwajibkan membuat contoh-
contoh warna, untuk disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
- Pengecatan disyaratkan menggunakan roller, untuk permukaan dimana
pemakaian roller tidak memungkinkan, dipakai kuas yang baik/halus.
- Setiap kali lapisan cat dilaksanakan harus dihindarkan terjadinya sentuhan
benda-benda dan pengaruh pekerjaan-pekerjaan sekelilingnya selama 2 jam.
G.3. Bahan/Material
Syarat-syarat, spesifikasi dan tata cara pengujian untuk setiap bahan/material dari setiap jenis
pekerjaan di atas mengikuti dan tidak terbatas hanya pada ketentuan-ketentuan berikut di
bawah ini.
a. Profil Kayu
Profil kayu yang dimaksud disini untuk pekerjaan rangka kusen pintu dan jendela, serta
daun jendela sesuai dengan gambar rencana.
b. Profil Aluminium
Profil kayu yang dimaksud disini untuk pekerjaan rangka kusen pintu dan jendela, serta
daun jendela sesuai dengan gambar rencana.
c. Aluminium Door
Bahan Aluminium digunakan untuk pintu kamar mandi.
d. Pintu kayu
Bahan Kayu digunakan untuk pintu kamar mandi sliding door, pintu depan, kamar dan
pintu lainnya sesuai dengan gambar rencana.
e. Angkur
Angkur yang digunakan baik untuk neut dan untuk angker tembok agar digunakan baja
tulangan dengan diameter 12 mm dan panjang bersih 20 cm, dan untuk ujungnya agar
dibengkokkan dengan panjang kurang lebih 7,5 cm.
Adapun jumlah, dan kedudukan dari angker setiap kusen disesuaikan dilapangan menurut
petunjuk dari Pengawas.
f. Kaca
Kaca yang dipakai adalah kaca yang terbuat dari bahan gelas yang pipih, mempunyai
ketebalan yang sama, dan harus mempunyai persyaratan seperti :
- Ukuran tidak boleh melampaui toleransi seperti tertera pada PUBI pasal 63-1.
- Ukuran panjang dan lebar juga tidak boleh melampaui toleransi seperti PUBI pasal
63-1.
- Sudut kesikuan tidak boleh melebihi 1,5 mm permeter.
- Tidak mempunyai cacat-cacat yang lain seperti persyaratan pada PUBI pasal 63-3,
pasal 63-4 dan pasal 63-5.
- Kaca yang digunakan mempunyai ketebalan 5 mm, polos.
G.4. Pelaksanaan
a. Pembuatan
- Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan semua pekerjaan-pekerjaan seperti :
mengetam/ menyerut, memahat, membuat lidah-lidah (pen dan lobang), membuat
lobang-lobang pasak, membuat sponing dan pekerjaan lainnya seperti Gambar
Rencana.
- Pintu-pintu tersebut harus dibuat dengan ukuran dan detail-detail yang ditentukan
dalam Gambar Rencana.
- Pemasangan kaca harus dilakukan dengan hati-hati sehingga terhindar dari keretakan-
keretakan atau pecah pada waktu pemasangan, kaca harus didudukan sempurna pada
tempatnya.
- Kaca harus dipotong sesuai kebutuhannya, kecuali ukuran panjangnya dikurangi 1 mm
sebagai spelling.
b. Penyempurnaan
- Pintu-pintu, jendela-jendela dan kusen-kusen harus betul-betul persegi dan datar.
Permukaan-permukaan yang kelihatan harus lurus, tidak ada bekas-bekas mesin dan
siap untuk di cat (untuk bahan kayu) atau penyelesaian lainnya.
b. Pelaksanaan
Pemasangan kunci dan alat gantungan agar dipisahkan menurut jenis kebutuhan, fungsi
dan kedudukan sesuai dengan Gambar Rencana dan spesifikasi ini dan mendapat
persetujuan dari Pengawas. Sebelum dilakukan pemasangan, Kontraktor harus
mengajukan terlebih dahulu contoh dari bahan yang akan dipasang tersebut untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengawas. Pemasangan harus rapih sehingga pintu-pintu,
jendela-jendela dan lain-lainnya dapat ditutup dan di buka dengan mudah/lancar tanpa
menimbulkan suara. Sekrup-sekrup yang dipakai dalam pemasangan harus cocok dengan
barang besi yang dipasang. Tidak diperbolehkan memukul sekrup pada barang-barang besi,
pengokohan/pemasangan sekrup harus dengan cara memutar.
Sekrup yang rusak pada waktu dipasang harus diganti dengan sekrup yang baru. Semua
kunci-kunci, pegangan-pegangan, engsel-engsel dan lainnya harus terpasang dengan baik,
persis dan tidak ada cacat. Semua bagian-bagian yang rusak akibat pemasangan harus
segera diganti.
H. Pekerjaan Elektrikal
H.1. Umum
a. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh
Dokumen Kontrak dengan teliti untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada
pekerjaan ini.
b. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan
peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
c. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor
untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan pada
RKS ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
b. Pengecekan ulang atas design, baik yang telah disebutkan dalam gambar/Rencana Kerja
dan Syarat-syarat maupun yang tidak disebutkan namun secara umum/teknis diperlukan
untuk memperoleh suatu sistem yang sempurna, aman, siap pakai dan handal.
c. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengujian, dan pengesahan seluruh instalasi listrik yang
terpasang.
d. Menyerahkan gambar instalasi yang terpasang (As-built drawings).
2) Lighting Fixtures
a. Lampu Tabung (Down Light)
- Lighting fixtures harus dilengkapi dengan reflector alluminium tebal minimal 1.2
mm.
- Braket penggantung terbuat dari plat baja tebal 0.8 mm finishing
- Lamp holder menggunakan standard E-27
- Diameter dari kap lampu minimal 150 mm
- Lampu yang dipakai dari jenis lampu LED 12 watt atau sesuai gambar. Contoh
harus disetujui oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Manajemen Konstruksi
4) Konduit
a. Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High Impact.
b. Factor pengisian konduit harus mengikuti ketentuan pada PUIL.
5) Perlengkapan Instalasi
a. Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk melengkapi
instalasi agar diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan, handal dan mudah
perawatan.
b. Seluruh klem kabel yang digunakan harus buatan pabrik.
c. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam junction box/doos, warna kabel
harus sama.
d. Juction box/doos yang digunakan harus cukup besar dan dilengkapi tutup
pengaman.
3) Armatur Lampu
a. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond dari
Arsitek dan disetujui oleh MK.
b. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond, dimana
lampu yang terpasang harus mempunyai gantungan sendiri.
c. Instalasi kabel penerangan yang berhubungan langsung dengan lampu yang
bersangkutan harus dilengkapi dengan flexible conduit.
d. Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus.
4) Kotak-Kontak Saklar
a. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipakai adalah tipe pemasangan masuk dan
dipasang pada ketinggian 300 mm dari level lantai untuk kontak-kontak dan 1.500
mm untuk saklar atau sesuai gambar detail.
b. Kotak-kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab/basah harus dari
tipe water dicht (bila ada).
c. Kotak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih dahulu
dipersiapkan sparing untuk pengkabelannya disamping metal doos tang harus
terpasang pada saat pengecoran kolom tersebut.
d. Kontak-kontak Lantai jaraknya 1,5m dan 1 m dari dinding,pemasangannya dibuat
zig zag.
5) Pentanahan (Grounding)
a. Sistem pentanahan harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan yang
ditunjukan dalam gambar/RKS.
b. Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pentanahan pada
panel-panel menggunakan BCC dengan ukuran minimal 6 mm² dan maksimal 95
mm², penyambungan ke panel harus menggunakan sepatu kabel (cable lug).
c. Dalamnya pentanahan dibuat sedemikian sehingga ujung elektroda pentanahan
harus mencapai permukaan air tanah, agar dicapai harga tahanan tanah (ground
resistance) dibawah 2 (dua) ohm, yang diukur setelah tidak hujan selama 3 (tiga)
hari berturut-turut.
d. Pengukuran Pentanahan tanah dilaksanakan oleh Kontraktor setelah mendapat
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Pengukuran ini harus disaksikan
Konsultan Manajemen Konstruksi.
H.5. Pengujian
Sebelum semua peralatan utama dari system dipasang, harus diadakan pengujian secara
individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat
pengujian yang baik dari pabrik pembuat dan LMK/PLN serta instansi lainnya yang berwenang
untuk itu. Setelah peralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh
dari system untuk menjamin bahwa system berfungsi dengan baik. Semua biaya yang timbul
dari pelaksanakan pengujian menjadi tanggung jawab Kontraktor
Test Meliputi:
- Test Beban Kosong (No Load Test)
- Test Beban Penuh (Full Load Test)
1) No Load Test
a. Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan ditest satu per satu seperti misal
pengujian Instalasi 0,6/1 KV (Kabel Tegangan Rendah):
- Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1,000 Volt
- Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1,000 Volt
- Pengukuran tahanan pentanahan
b. Dan harus diberikan hasil test berupa Laporan Pengetesan/hasil pengujian
pemeriksaan. Apabila hasil pengujian dinyatakan baik, maka test berikutnya harus
dilaksanakan secara keseluruhan (Full Load Test).
I. Pekerjaan Pembersihan
I.1. Pembersihan Akhir
Sebelum diadakan Serah Terima-1 (Pertama) Pekerjaan, Kontraktor pelaksana wajib
membersihkan semua bagian Pekerjaan, Terutama Pembongkaran Stagger yang
masihterpasang, pembesihan semua Bekas tumpahan cat areal pengecatan, lantai dinding,
pintu/jendela, dan lain-lain. Kontraktor Pelaksana juga harus membersihkan barang bekas dan
peralatan kerja. Semua sisa material yang tidak digunakan lagi harus dibawa ke luar dari
lingkungan pekerjaan, sehingga halaman benar-benar bersih dan rapih.
a. Pelaksanaan
1) Pada saat penyelesaian Pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan
bersih dan siap untuk dipakai Pemilik. mengembalikan bagian-bagian dari tempat
kerja yang tidak diperuntukkan dalam Dokumen Kontrak ke kondisi semula.
2) Pada saat pembersihan akhir, semua pekerjaan struktur saluran harus diperiksa
ulang untuk mengetahui kerusakan fisik yang mungkin ditemukan sebelum
pembersihan akhir. Lokasi yang diperkeras di tempat kerja dan semua lokasi
diperkeras untuk umum yang bersebelahan langsung dengan tempat kerja harus
disikat sampai bersih.
3) Permukaan lainnya harus digaru sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul
kemudian dibuang.
4) Barang bongkaran atau material yang masih digunakan seperti bekas kayu kuda-
kuda harus disimpan dengan rapih dan ditempatkan sesuai persetujuan owner.
Hal-hal yang diuraikan dalam syarat-syarat teknis di atas disesuaikan dengan hasil perencanaan yang
dituangkan dalam gambar-gambar rencana. Penyebutan merek/produk dari setiap bahan yang
digunakan dimaksudkan sebagai pendekatan standar mutu/kualitas dan/atau dimensi. Syarat-syarat
teknis ini bukan merupakan suatu standar baku, semua hasil pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat
dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
Disusun Oleh:
Konsultan Perencana