Jurnal Bisnis
Jurnal Bisnis
Abstract: Waru Barat Village is a Madura cattle center located in Waru District,
Pamekasan Regency. Many people have Madura cattle farming businesses, but the
situation on the ground shows that Madura cattle farms are still not supported. This study
aims to analyze the characteristics of farmers and the amount of income of farmers, analyze
the effect of breeder characteristics on income, and analyze the feasibility level of the
Madura cattle business. Sampling using purposive sampling method with a sample size of
43 respondents. The analytical method used is descriptive quantitative with multiple linear
regression and R/C ratio. The results of this study are that farmers in Waru District are
classified as productive age, low education level, the number of livestock ownership is two
tails with around 26 years of experience and has a family of two people and a small
proportion are members of farmer groups. The average income earned by farmers is
Rp1,166,390 per year. The characteristic factor that has a significant effect on the income
of the Madura cattle business is the number of livestock ownership. The R/C ratio is 1.04,
which means that the Madura cattle business is profitable, so it can be cultivated. Efforts
that can be made to increase the income of farmers are developing the Madura cattle
business by increasing the number of livestock ownership through the empowerment of
communal cages to reduce farming costs incurred by farmers.
Abstrak: Desa Waru Barat merupakan sentra sapi Madura yang berada di Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan. Banyak masyarakat yang memiliki usaha peternakan sapi
Madura, tetapi keadaan di lapangan menunjukkan peternakan sapi Madura masih belum
mendukung. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik peternak dan besarnya
pendapatan peternak, menganalisis pengaruh karakteristik peternak terhadap pendapatan
dan menganalisis tingkat kelayakan usaha ternak sapi Madura. Pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan besaran sampel 43 responden. Metode
analisis yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dengan regresi linear berganda dan R/C
ratio. Hasil penelitian ini yaitu peternak di Kecamatan Waru tergolong usia produktif,
tingkat pendidikan rendah, jumlah kepemilikan ternak dua ekor dengan pengalaman sekitar
26 tahun serta memiliki tanggungan keluarga dua orang dan sebagian kecil tergabung
dalam kelompok tani. Pendapatan yang diperoleh peternak rata-rata Rp1.166.390 per
tahun. Faktor karakteristik yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha ternak
sapi Madura yaitu jumlah kepemilikan ternak. Angka R/C ratio diperoleh senilai 1,04 yang
artinya usaha ternak sapi Madura menguntungkan, sehingga dapat diusahakan. Upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan peternak yaitu mengembangkan usaha
ternak sapi Madura dengan cara meningkatkan jumlah kepemilikan ternak melalui
pemberdayaan kandang komunal untuk menekan biaya usahatani yang dikeluarkan
peternak.
257
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
258
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
259
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
digunakan peneliti (15%). Penentuan batas dan variabel X6 = 0, bila peternak tidak
kesalahan (e) merujuk pada penelitian tergabung dalam kelompok tani. Oleh karena
Sunyigono et al., (2020) terkait industri sapi itu, model persamaan regresi dapat ditulis
potong Madura dimana tingkat presisi yang menjadi:
digunakan sebesar 15% atau 0,15. Hasil
perhitungan metode Lemeshow diperoleh 𝑌 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3 + 𝛽4 𝑋4 +
jumlah sampel sebesar 43. 𝛽5 𝑋5 + 𝛽6 𝑋6 + 𝜀 (4)
Parameter yang diperlukan meliputi data
peternak, pendapatan peternak dan biaya Dimana Y merupakan pendapatan
produksi baik biaya tetap maupun biaya variabel (rupiah/tahun), β0-6 adalah parameter populasi
usaha ternak sapi Madura. Metode pendekatan yang nilainya tidak diketahui, X1 adalah usia
data yang digunakan yaitu deskriptif dan (tahun), X2 adalah tingkat pendidikan (tahun),
kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk X3 adalah jumlah kepemilikan ternak (ekor), X4
mengetahui karakteristik peternak di lokasi adalah pengalaman (tahun), X5 adalah jumlah
penelitian. Deskripsi karakteristik peternak tanggungan keluarga (orang), X6 adalah
meliputi usia, tingkat pendidikan, jumlah hubungan dengan pihak lain (dummy) dan ε
kepemilikan ternak, pengalaman, jumlah adalah error term.
tanggungan keluarga dan hubungan dengan
pihak lain. Analisis kuantitatif terdiri dari Hipotesis yang diajukan yaitu:
analisis biaya, analisis regresi berganda dan Hipotesis uji simultan, H0 = tidak terdapat
kelayakan usaha ternak. Analisis biaya pengaruh yang nyata variabel independen (usia,
dilakukan guna mengetahui nilai pendapatan tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan ternak,
peternak sapi potong di Kecamatan Waru. pengalaman, jumlah tanggungan keluarga dan
Menurut Ibrahim (2020) persamaan matematis hubungan dengan pihak lain) secara simultan
analisis pendapatan dapat ditulis: terhadap pendapatan peternak, H1 = terdapat
pengaruh yang nyata variabel independen (usia,
𝑃𝑑 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 (2) tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan ternak,
pengalaman, jumlah tanggungan keluarga dan
Dimana Pd merupakan nilai total pendapatan hubungan dengan pihak lain) secara simultan
yang diperoleh peternak sapi Madura terhadap pendapatan peternak.
(rupiah/tahun), TR yaitu total penerimaan hasil
usaha ternak (rupiah/tahun) dan TC yaitu total Hipotesis yang diajukan yaitu:
biaya usaha ternak dihitung dari biaya tetap dan Hipotesis uji parsial, H0 = tidak terdapat
biaya variabel (rupiah/tahun). pengaruh yang nyata variabel independen (usia,
Secara umum, bentuk matematis fungsi tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan ternak,
penerimaan dari aktivitas penjualan yaitu: pengalaman, jumlah tanggungan keluarga dan
hubungan dengan pihak lain) secara parsial
𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄 (3) terhadap pendapatan peternak, H1 = terdapat
pengaruh yang nyata variabel independen (usia,
Dimana TR merupakan total penerimaan tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan ternak,
peternak dalam menjalankan usaha ternak sapi pengalaman, jumlah tanggungan keluarga dan
Madura kurun waktu satu tahun, P adalah harga hubungan dengan pihak lain) secara parsial
jual ternak sapi Madura per ekor dan Q adalah terhadap pendapatan peternak.
banyaknya penjualan ternak sapi Madura. Uji asumsi klasik digunakan dalam
Faktor determinan pendapatan usaha penelitian ini guna mendapatkan hasil regresi
ternak dapat diketahui dengan menggunakan yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
regresi linear. Model regresi yang digunakan Uji normalitas, heteroskedastisitas,
yaitu regresi dummy dengan enam variabel multikolinearitas, linearitas dan autokorelasi
independen. Kemudian dari variabel yang merupakan uji asumsi klasik yang digunakan.
digunakan dapat dibentuk model persamaan Menurut Duli, (2019) uji asumsi klasik yaitu
regresi dengan variabel independen X6 yaitu suatu pengujian yang harus dipenuhi pada
hubungan dengan pihak lain. Variabel X6 = 1, analisis regresi berganda dengan pendekatan
bila peternak tergabung dalam kelompok tani, ordinary least square (OLS).
260
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
Tujuan ketiga dalam penelitian ini yaitu Tabel 2. Sebaran peternak berdasarkan tingkat
menganalisis tingkat kelayakan usaha ternak pendidikan
sapi Madura dengan menggunakan persamaan Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase (%)
sebagai berikut: Tidak sekolah 15 34.88
𝑇𝑅 SD 21 48.84
𝑅⁄𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝐶
(5)
SMP 4 9.30
Dimana, R/C ratio yaitu Revenue Cost SMA 2 4.65
Ratio, TR yaitu total penerimaan peternak Sarjana 1 2.33
selama berusaha ternak (rupiah/tahun) dan TC
Jumlah 43 100.00
yaitu total biaya yang dikeluarkan oleh peternak
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
seperti biaya tetap maupun biaya variabel
(rupiah/tahun). Saeri, (2018) menjelaskan
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas
pengukuran R/C ratio yaitu sebagai berikut: 1)
peternak di lokasi penelitian hanya menempuh
usahatani menguntungkan (R/C > 1); 2)
pendidikan sekolah dasar (48,84%) dan tidak
usahatani BEP (R/C = 1); dan 3) usahatani rugi
bersekolah (34,88%). Peternak tidak
(R/C < 1).
meneruskan ke lembaga pendidikan selanjutnya
karena keterbatasan ekonomi. Meskipun
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan peternak tergolong rendah, kegiatan
usaha ternak tetap dijalankan. Beternak sapi
Responden penelitian ini terdiri dari 43 orang
potong tidak membutuhkan keterampilan
peternak yang memelihara sapi potong Madura.
khusus dan keahlian yang spesifik. Namun,
Karakteristik peternak ditinjau dari aspek usia,
beternak sapi potong dapat dilakukan oleh siapa
tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan ternak,
saja karena teknik budidaya yang mudah dan
pengalaman, jumlah tanggungan keluarga dan
sederhana. Menurut Halim (2017), tingkat
hubungan dengan pihak lain.
pendidikan tinggi, produktivitas kerja juga akan
Tabel 1. Sebaran peternak berdasarkan usia tinggi karena mampu berpikir rasional
dibandingkan tingkat pendidikan rendah yang
Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)
sulit mengaplikasikan inovasi baru dan relatif
< 15 0 0.00 ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
15 - 64 33 76.74
Tabel 3. Sebaran peternak berdasarkan jumlah
≥ 65 10 23.26 kepemilikan ternak
Jumlah 43 100.00 Jumlah Sapi (ekor) Jumlah Persentase (%)
Sumber: Data Primer Diolah, 2022 1-4 40 93.02
261
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
menerapkan sistem sangat intensif dalam budidaya sapi Madura. Peternak yang memiliki
pemeliharaannya. Selain itu, populasi sapi yang pengalaman lebih lama cenderung lebih
dipelihara mencapai puluhan hingga ratusan mengetahui teknik budidaya sapi Madura
ekor (Fikar & Ruhyadi, 2010). Jumlah dibandingkan peternak yang baru memulai
kepemilikan ternak berhubungan dengan usaha ternak. Wahyuningsih et al., (2021)
besarnya pendapatan peternak. Apabila jumlah mengatakan bahwa pengalaman seseorang
sapi yang dimiliki peternak banyak dan dalam menjalankan usahatani sebelumnya akan
penjualan per tahunnya juga banyak, maka akan dijadikan pedoman saat mengambil keputusan
meningkatkan penerimaan peternak. Peternak setiap kegiatan.
sapi Madura dalam aspek sosial budaya juga
mendukung peternakan sapi Madura Tabel 5. Sebaran peternak berdasarkan jumlah
kedepannya. Menurut Huda et al., (2021) tanggungan keluarga
peternak menjalankan usaha ternak sapi Madura Jumlah Tanggungan Persentase
Jumlah
dengan dasar sebagai tabungan, pendapatan, (orang) (%)
pemanfaatan hasil samping pertanian, acara 1-4 40 93.02
budaya dan faktor hobi. Namun, faktor tabungan ≥5 3 6.98
merupakan faktor utama yang menjadi motivasi
peternak dalam beternak sapi Madura. Faktor Jumlah 43 100
tabungan tersebut berupa menyekolahkan anak, Sumber: Data Primer Diolah, 2022
membangun rumah, membiayai pesta
pernikahan, biaya umrah dan haji serta Merujuk pada Tabel 5 diperoleh 93,02%
membayar tagihan rumah sakit. Kepemilikan jumlah tanggungan keluarga peternak berkisar
ternak sapi Madura bukan hanya milik pribadi satu hingga empat orang. Rata-rata tanggungan
peternak, namun milik orang lain yang keluarga peternak di lokasi penelitian yaitu dua
dipelihara oleh peternak. Sistem kepemilikan orang. Banyaknya tanggungan dalam keluarga
ternak milik orang lain yang dirawat dan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi
dipelihara oleh peternak dikenal dengan sistem peternak untuk beternak sapi potong. Menurut
gaduhan. Menurut Prasetyono & Rakhmawati, Hasan et al. (2014), jumlah tanggungan secara
(2019) gaduhan yaitu sistem yang memiliki langsung memberikan pengaruh terhadap
peran penting dalam pemberdayaan ekonomi peternak seperti pendapatan hasil beternak yang
peternak. Tujuan sistem gaduhan ini yaitu hanya mencukupi kebutuhan konsumtif. Faktor
menyokong kemitraan antara pemilik dan pendukung usaha ternak sapi Madura juga
pemelihara sapi melalui investasi. Kegiatan berasal dari banyaknya tanggungan keluarga.
investasi berupa sistem bagi hasil atau Artinya, apabila banyak tanggungan dalam
pembagian ternak yang nilainya sama antara keluarga peternak, maka banyak juga tenaga
pemilik dan pemelihara sapi Madura. kerja yang tersedia seperti membantu
membersihkan kotoran, mencari pakan hingga
Tabel 4. Sebaran peternak berdasarkan pengalaman memberi pakan dan minum.
Pengalaman (tahun) Jumlah Persentase (%)
Tabel 6. Sebaran peternak berdasarkan hubungan
1 - 33 30 69.77 dengan pihak lain
≥ 34 13 30.23 Hubungan Jumlah Persentase (%)
Jumlah 43 100.00 Kelompok Tani 16 37.21
Sumber: Data Primer Diolah, 2022 Non-Kelompok Tani 27 62.79
Jumlah 43 100.00
Hasil Tabel 4 diperoleh 69,77% dari 43
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
peternak memiliki pengalaman kisaran 1 tahun
hingga 33 tahun. Sementara, rata-rata
Faktor hubungan dengan pihak lain
pengalaman peternak di lokasi penelitian yaitu
dilihat dari responden yang bergabung dengan
26 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh peternak yang
kelompok tani di lokasi penelitian. Hasil Tabel
menjalankan usaha ternak mulai dari kecil.
6 diperoleh bahwa sebesar 37,21% atau 16
Peternak diajarkan oleh orang tuanya terkait
peternak dari 43 responden bergabung dengan
262
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
kelompok tani. Artinya, sebagian kecil saja pengolahan dan pemanfaatan kotoran ternak
peternak yang mengikuti kelompok tani dalam serta bantuan hewan ternak.
menjalankan usaha ternaknya. Peternak yang Komponen biaya usaha ternak ditinjau
tergabung dalam kelompok tani tentunya dari biaya yang dikeluarkan peternak selama
memiliki perbedaan dengan peternak yang tidak satu tahun baik biaya tetap maupun biaya
tergabung dengan kelompok tani baik segi variabel. Setiap peternak dalam menjalankan
adopsi teknologi maupun manajemen usahanya. usaha ternaknya tentu berbeda biaya
Rata-rata lama peternak tergabung dengan pengeluarannya. Hal ini dikarenakan perbedaan
kelompok tani yaitu empat tahun. Firmansyah & skala usaha ternaknya. Jika usaha ternaknya
Sunyigono, (2020) menerangkan bahwa berskala besar, maka biaya yang dikeluarkan
kedudukan kelompok ternak merupakan sebagai juga tergolong besar, begitu juga sebaliknya.
tempat wadah belajar bersama antar anggota Sementara, pendapatan diperoleh dari besarnya
untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, penerimaan dikurangi jumlah biaya usaha ternak
perilaku serta menguatkan kerja sama antar sapi Madura. Hasil analisis usaha ternak sapi
peternak. Ikatan kelompok peternak dengan Madura selama satu tahun pemeliharaan dari
usaha peternakan sapi yaitu untuk menaikkan total responden disajikan pada Tabel 7.
produktivitas dan besarnya pendapatan Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa
peternak. Berdasarkan informasi yang biaya tetap yang dikeluarkan peternak antara
diperoleh, peternak yang tergabung dalam lain biaya penyusutan kandang, cangkul, arit,
kelompok tani memperoleh pengetahuan baru tali ternak, timba serta biaya perbaikan dan
seperti pembuatan pakan fermentasi, perawatan.
263
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
Biaya tetap rata-rata peternak di Kecamatan peternak. Hal ini menunjukkan bahwa
Waru senilai Rp2.674.075. Sementara, biaya pendapatan usaha ternak sapi Madura tergolong
variabel yang dikeluarkan meliputi biaya sapi rendah. Sebab, pendapatan tersebut berada di
bakalan, pakan sapi, jamu, garam, tenaga kerja, bawah nilai UMK (Upah Minimum
transportasi dan pedagang perantara. Biaya yang Kabupaten/Kota) Kabupaten Pamekasan
tergolong besar pengeluarannya yaitu biaya sebesar Rp1.939.686,39 (Disnakertrans, 2021).
tenaga kerja dan pembelian sapi bakalan. Hasan et al., (2014) menjelaskan bahwa faktor
Tenaga kerja yang digunakan dalam berusaha yang memengaruhi rendahnya pendapatan
ternak sapi Madura yaitu tenaga kerja dalam peternak sapi potong Madura yaitu harga jual
keluarga. Sementara dalam membeli sapi sapi yang tergolong rendah dan kecilnya skala
bakalan, peternak menyesuaikan dengan kepemilikan ternak. Berbeda dengan
besarnya dana yang dimiliki. Apabila dana yang pendapatan peternak di lahan kering Kabupaten
dimiliki tergolong besar, maka peternak Kupang, dimana pendapatan kegiatan usaha
membeli sapi bakalan dengan kualitas tinggi ternak sapi potong sebesar Rp5.400.000/tahun
bahkan langsung membeli sapi indukan. Hasil (tanpa biaya tenaga kerja) dan
analisis diperoleh rata-rata total biaya usaha Rp3.250.000/tahun (dengan biaya tenaga kerja).
ternak sapi Madura selama satu tahun Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan
pemeliharaan sebesar Rp27.524.308 per tahun pendapatan usaha ternak sapi Madura di lokasi
atau sebesar Rp2.293.692 setiap bulan dari penelitian lebih rendah dibandingkan hasil
jumlah responden. Total biaya yang dikeluarkan penelitian Kapa et al., (2018) terkait kontribusi
peternak sapi Madura di Kecamatan Waru lebih usaha ternak sapi lokal di Kabupaten Kupang.
kecil dibandingkan rataan total biaya peternak Analisis regresi linear berganda
sapi Madura di Desa Kapedi Kabupaten dilakukan untuk mengetahui faktor determinan
Sumenep. Tidak jauh berbeda dengan temuan karakteristik peternak terhadap pendapatan
Paramiswari & Hayati, (2017) yang peternak. Analisis regresi dilakukan
menerangkan bahwa peternak di Desa Kapedi menggunakan software Eviews V.10. Hasil
mengeluarkan biaya total sebesar analisis regresi pengaruh karakteristik peternak
Rp36.234.992. Besarnya biaya total yang terhadap tingkat pendapatan disajikan pada
dikeluarkan oleh peternak di Kecamatan Waru Tabel 8.
ditimbulkan karena besarnya biaya variabel Faktor karakteristik peternak yang
yaitu biaya pembelian sapi bakalan. memengaruhi pendapatan usaha ternak sapi
Penerimaan usaha ternak sapi Madura di Madura di Desa Waru Barat diperoleh
Kecamatan Waru diperoleh dari banyaknya persamaan regresi sebagai berikut:
penjualan sapi kurun waktu satu tahun. Besar
kecilnya penerimaan didapat dari banyaknya Y = -18957963 + 74871,62X1 + 3004,810X2 +
jumlah sapi yang dijual dan harga jual sapi. 7250948X3 + (-40160,88)X4 +
Harga jual yang digunakan dalam penelitian ini 647816,1X5 + 1134526X6 (6)
yaitu harga prediksi atau harga taksiran.
Peternak sapi Madura biasanya melakukan Angka koefisien determinasi diperoleh
transaksi penjualan kepada pedagang ternak sebesar 0,832 mendekati nilai 1,00 artinya
tingkat desa atau membawa sapinya langsung ke model regresi yang terbentuk dikatakan baik.
pasar hewan. Menurut Nugroho et al., (2020) Angka koefisien determinasi tersebut
harga jual sapi Madura ditentukan oleh menunjukkan bahwa variabel independen (usia,
pedagang sapi, dimana pedagang sapi hanya tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan ternak,
melihat bentuk tubuh sapi. Artinya, pedagang pengalaman, jumlah tanggungan keluarga dan
sapi dalam menentukan harga sapi tergolong hubungan dengan pihak lain) mampu
subjektif. Besarnya rataan biaya penerimaan menjelaskan variabel dependen (pendapatan)
peternak dalam menjalankan usaha ternak sapi sebesar 83,2%. Sementara 16,8% dijelaskan
Madura di lokasi penelitian yaitu Rp28.690.698. oleh faktor-faktor lain di luar penelitian.
Besarnya rata-rata pendapatan peternak di Menurut Harahap et al. (2021), variabel lain
lokasi penelitian sebesar Rp1.166.390 setiap yang memengaruhi tingkat pendapatan peternak
tahunnya. Namun, jika dilihat dari pendapatan sapi potong yaitu biaya pembelian sapi bakalan,
setiap bulan, diperoleh sebesar Rp97.199 per biaya pakan dan penyusutan kandang.
264
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
Tabel 8. Hasil analisis regresi pengaruh karakteristik pendapatan yang diterima. Sejalan dengan
peternak terhadap pendapatan penelitian Ibrahim et al., (2020) yang
Koefisien t t Proba- menyatakan faktor usia tidak berpengaruh
Variabel
Regresi statistic tabel bilitas terhadap pendapatan peternak sapi potong
Konstanta dengan nilai sig sebesar 0,827 > 0,05.
-18957963 -3,687 0,0007
(C)
Tingkat pendidikan (X2) memiliki nilai
Usia (X1) 74871,62 0.792 0,4334 signifikansi sebesar 0,9894 > 0,05 (α = 5%) dan
Tingkat nilai t hitung sebesar 0,013 < 2,028 (t-tabel)
pendidikan 3004,810 0,013 0,9894 sehingga tolak H1 terima H0. Hal ini
(X2)
mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan
Jumlah
kepemilikan 7250949* 11,819 0,0000
tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan
ternak (X3) peternak secara parsial. Pendidikan cenderung
2,028
Pengalaman memengaruhi tingkat adopsi hal-hal baru seperti
-40160,88 -0,570 0,5722 kebaruan teknologi pertanian. Faktor
(X4)
Jumlah pendidikan memiliki korelasi positif terhadap
tanggungan
647816,1 1,002 0,3231
pendapatan peternak, artinya bila tingkat
keluarga pendidikan peternak ditingkatkan maka
(X5) pendapatan yang diterima juga akan meningkat.
Hubungan Pendidikan yang tinggi seharusnya dapat
dengan pihak 1134526 0.729 0,4710
meningkatkan pendapatan peternak tetapi
lain (X6)
Adjusted R-
berbeda dengan peternak di Kecamatan Waru.
0.832 Tidak jauh berbeda dengan temuan Aiba et al.,
squared
Prob(F- (2018) yang menyatakan bahwa faktor
0.000 pendidikan tidak berpengaruh terhadap
statistic)
Catatan: * mengacu pada tingkat pendapatan peternak di Kecamatan Weda
signifikansi (5%) = 0,05 Selatan karena rendahnya tingkat pendidikan
Sumber: Data Primer Diolah, 2022 peternak dan kurangnya pemanfaatan teknologi.
Jumlah kepemilikan ternak (X3) memiliki
Hasil uji simultan atau uji F-statistik nilai signifikansi sebesar 0,0000 < 0,05 (α = 5%)
diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = dan nilai t hitung sebesar 11,819 > 2,028 (t-
5%) yang artinya menerima H1 dan tolak H0. tabel) sehingga tolak H0 terima H1. Artinya,
Secara simultan terdapat pengaruh yang nyata variabel jumlah kepemilikan ternak berpengaruh
variabel independen (usia, tingkat pendidikan, nyata terhadap pendapatan peternak. Setiap
jumlah kepemilikan ternak, pengalaman, jumlah bertambahnya satu ekor sapi yang dimiliki maka
tanggungan keluarga dan hubungan dengan pendapatan peternak bertambah sebesar
pihak lain) terhadap pendapatan peternak di Rp7.250.949. Oleh karena itu, dapat
Kecamatan Waru. Sejalan dengan temuan disimpulkan bahwa semakin bertambah jumlah
Bancin et al., (2014) yang menerangkan bahwa kepemilikan ternak, maka semakin bertambah
variabel independen (skala usaha, umur, jenjang pendapatan yang diterima. Namun, keadaan di
pendidikan, lama usaha ternak, banyaknya lokasi penelitian terdapat kendala yang dihadapi
tanggungan keluarga) secara serempak peternak yaitu kandang ternak dan rumah
berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi peternak yang menjadi satu bagian, sehingga
potong. bila menambah hewan ternak maka menambah
Hasil uji parsial atau uji t-statistik pula biaya usahataninya. Hasil ini selaras
menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel dengan penelitian Indrawirawan et al., (2021)
usia (X1) sebesar 0,4334 > 0,05 (α = 5%) dan yang menerangkan bahwa variabel kepemilikan
nilai t hitung sebesar 0,792 < 2,028 (t-tabel) sapi Bali berpengaruh signifikan terhadap
sehingga tolak H1 terima H0. Artinya, tidak pendapatan peternak. Peternak di usaha
terdapat pengaruh yang nyata variabel usia pembibitan bertambahnya jumlah ternak yang
secara parsial terhadap pendapatan peternak. dimiliki maka bertambah pula pendapatannya.
Faktor usia memiliki hubungan yang positif Sementara, usaha penggemukan dapat
terhadap pendapatan peternak, semakin tinggi meningkatkan kepemilikan sapi melalui
usia peternak maka semakin tinggi juga penambahan sapi bakalan. Penambahan jumlah
265
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
sapi memerlukan tambahan modal usaha dan pendapatan yang diterima. Motivasi peternak
luas lahan hijauan. Penelitian Indrayani & menjalankan usaha ternak sapi Madura karena
Andri, (2018) juga menyatakan bahwa variabel adanya dorongan dari keluarga. Peternak
jumlah ternak yang dipelihara secara parsial berusaha ternak dengan tujuan untuk mencukupi
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan kebutuhan keluarga dan sebagai tabungan. Hasil
peternak sapi potong dengan nilai sig 0,000 < ini sejalan dengan Hasnudi et al., (2018) dimana
0,01. banyaknya tanggungan keluarga tidak
Pengalaman (X4) memiliki nilai berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
signifikansi sebesar 0,5722 > 0,05 (α = 5%) dan peternak, karena tanggungan anak dalam
nilai t hitung sebesar 0,570 < 2,028 (t-tabel) keluarga petani tidak memberikan pengaruh
sehingga tolak H1 terima H0. Hal ini berarti positif terhadap peningkatan pendapatan
variabel pengalaman tidak berpengaruh nyata peternak. Bancin et al., (2014) juga menjelaskan
terhadap pendapatan peternak secara parsial. bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak
Peternak di lokasi penelitian rata-rata memiliki berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengalaman yang tinggi tetapi tidak pendapatan peternak dengan nilai t hitung (-
mengaplikasikan sistem pemeliharaan ternak 1,146) kurang dari t-tabel (2,00).
sesuai Good Farming Practice (GFP). Hubungan dengan pihak lain (X6)
Penerapan GFP perlu dilakukan guna memiliki nilai signifikansi sebesar 0,4710 > 0,05
meningkatkan produktivitas ternak. Menurut (α = 5%) dan nilai t hitung sebesar 0,7285 <
Ditjennak (1983) dalam Hairulah (2019) aspek 2,028 (t-tabel) sehingga tolak H1 terima H0. Hal
pemberian pakan hijauan pada sapi yaitu ini menunjukkan bahwa secara parsial hubungan
minimal 10% setiap hari dari berat badan sapi dengan pihak lain tidak berpengaruh nyata
atau sekitar 25-30 kg hijauan setiap hari per terhadap pendapatan peternak. Hubungan
ekor. Aspek pemberian air minum sesuai teknis dengan pihak lain ditinjau dari peternak yang
GFP yaitu satu timba setiap hari atau kisaran 15 tergabung dalam kelompok tani dan peternak
liter per hari. Aspek lainnya yaitu tata laksana yang tidak bergabung dengan kelompok tani.
dimana kebersihan ternak dikatakan baik bila Terdapat perbedaan dari keduanya, dimana
tidak terdapat kotoran yang menempel pada peternak yang tergabung dengan kelompok tani
badan sapi. Peternak cenderung menerapkan memperoleh tambahan pendapatan sebesar
sistem pemeliharaan secara tradisional dan Rp1.134.526 Sementara, peternak yang tidak
turun-temurun. Sejalan dengan temuan Permana tergabung dalam kelompok tani tidak
et al., (2014) bahwa secara parsial pengalaman memperoleh tambahan pendapatan. Tambahan
beternak tidak berpengaruh terhadap pendapatan pendapatan tersebut diperoleh jika tidak terdapat
peternak sapi potong dengan signifikansi 0,129 penambahan usia, tingkat pendidikan, jumlah
> 0,05. Rahayu et al., (2014) juga berpendapat kepemilikan ternak, pengalaman dan jumlah
bahwa faktor pengalaman berpengaruh tanggungan keluarga. Peternak yang tergabung
signifikan terhadap besarnya pendapatan dalam kelompok tani memperoleh bantuan dari
peternak sapi perah. Petenak yang memiliki pemerintah berupa hewan ternak sapi. Bantuan
pengalaman lebih lama lebih terampil dalam tersebut dapat menambah skala usaha ternak
memanajemen pemeliharaan ternak seperti sapi yang akhirnya menambah pendapatan
aspek reproduksi, produksi, dan penyakit ternak peternak. Tidak jauh berbeda dengan hasil
sehingga dapat menambah pendapatan peternak. penelitian Siswoyo et al., (2013) yang
Jumlah tanggungan keluarga (X5) menerangkan bahwa peternak yang bergabung
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,3231 > 0,05 dengan kelompok tani pendapatannya
(α = 5%) dan nilai t hitung sebesar 1,002 < 2,028 meningkat dan mudah memperoleh informasi
(t-tabel) sehingga tolak H1 terima H0. Artinya, serta bantuan pemerintah.
variabel jumlah tanggungan keluarga secara Analisis kelayakan usaha ternak sapi
parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Madura di lokasi penelitian diperoleh rata-rata
pendapatan peternak. Hal ini menunjukkan R/C Ratio sebesar 1,04 (Tabel 7). Hal ini
banyak atau sedikit tanggungan dalam keluarga menunjukkan bahwa usaha ternak sapi potong di
peternak tidak memengaruhi pendapatan. Kecamatan Waru menguntungkan karena nilai
Namun, jumlah tanggungan keluarga memiliki R/C ratio lebih dari satu (RC ratio > 1). Setiap
nilai korelasi positif terhadap besarnya Rp1.000 biaya yang dikeluarkan oleh peternak
266
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
maka tambahan pendapatan yang diperoleh Pendapatan Usaha Peternak Sapi Potong
sebesar Rp1.040. Nilai R/C ratio antara peternak Di Kecamatan Weda Selatan Kabupaten
yang bergabung dengan kelompok tani dan Halmahera Tengah. Jurnal Zootek, 38(1),
peternak yang tidak bergabung memiliki nilai 149-159.
yang berbeda. Peternak yang bergabung dengan
kelompok tani memiliki nilai R/C ratio sebesar Bancin, S., Hasnudi, & Budi, U. (2014). Analisis
1,20. Sedangkan peternak yang tidak bergabung Pendapatan Peternak Sapi Potong di
dengan kelompok tani mempunyai nilai R/C Kecamatan Siempat Nempu Hulu
ratio sebesar 1,00. Oleh karena itu, dapat Kabupaten Dairi. Jurnal Peternakan
disimpulkan bahwa peternak yang bergabung Integratif, 2(1), 75–90.
dengan kelompok tani memperoleh tambahan
pendapatan lebih tinggi dibandingkan peternak Badan Pusat Statistika. (2019). Kecamatan
yang tidak bergabung. Dilihat dari nilai rata-rata Waru Dalam Angka 2019.
R/C ratio tambahan pendapatan peternak
tergolong rendah. Faktor yang memengaruhi Dinas Peternakan Jawa Timur. (2019).
rendahnya tambahan pendapatan tersebut karena Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor
sistem usahanya masih kecil dan hanya sebagai 52 Tahun 2019 Tentang Rencana
saving (tabungan). Data sekunder penelitian Strategis Perangkat Daerah Provinsi
sebelumnya menurut Paramiswari & Hayati, Jawa Timur Tahun 2019 - 2024.
(2017) nilai R/C ratio usaha ternak di Desa
Kapedi sebesar 1,2 dengan rata-rata pendapatan Dinas Peternakan Jawa Timur. (2019). Statistik
per tahun sebesar Rp8.276.019. Populasi Ternak Kabupaten Pamekasan.
267
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
Hasan, F. (2020). Metode Riset Bisnis. Kapa, M. M. J., Henuk, Y. L., Hasnudi, &
Bangkalan. UTM Press. Suyadi. (2018). Contribution of Local
Beef Cattle Production on Farmer’s
Hasan, F., Sunyigono, A. K., & M.A., A. H. Income in the Dryland Farming of
(2014). Model Penguatan Rantai Kupang Regency, Indonesia. IOP
Komoditas Industri Sapi Madura. Conference Series: Earth and
Bangkalan. UTM Press. Environmental Science, 122(1), 1–7.
https://doi.org/10.1088/1755-
Hasnudi, Berutu, I. S., Daulay, A. H., Ginting, 1315/122/1/012118.
N., & Sembiring, I. (2018). Analysis of
Cattle Breeder’s Income in South Kualuh Kementerian Ketenagakerjaan. (2021).
Sub- District of Labuhan Batu Utara Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Regency. International Conference on Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
Agriculture, Environment, and Food 2021 Tentang Rencana Strategis
Security, 122, 1–7. Kementerian Ketenagakerjaan Tahun
2020-2024.
Huda, A. N., Yekti, A. P. A., Ndaru, P. H.,
Putritamara, J. A., Adli, D. N., & Shamad, Nugroho, T. R. D. A., Koestiono, D., Setiawan,
Z. (2021). Potential of Small-Scale B., & Nugroho, B. A. (2020). Upgrading
Business Development and Sociocultural Value Chain Strategy for Beef Cattle In
of Beef Cattle Farm at Pamekasan Madura Island, East Java. Jurnal PJAEE
Regency: Case Study at Madura Island. (PalArch’s Journal of Archaeology of
Jurnal Ternak (Animal Science Journal), Egypt), 17(6), 9495–9504.
12(1), 1.
https://doi.org/10.30736/jt.v12i1.93 Nurgiartiningsih, V. M. A. (2011). Peta Potensi
Genetik Sapi Madura Murni di Empat
Ibrahim, J. T. (2020). Metode Penelitian Sosial Kabupaten di Madura. J. Ternak Tropika,
Ekonomi Pertanian. Malang. UMM 12(2), 23–32.
Press.
Paramiswari, R. D., & Hayati, M. (2017).
Ibrahim, Supamri, & Zainal. (2020). Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Madura
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi (Studi Khasus Desa Kapedi Kecamatan
Pendapatan Peternak Rakyat Sapi Potong Bluto Kabupaten Sumenep). Jurnal
Di Kecamatan Lampasio Kabupaten Pamator (Jurnal Ilmiah Universitas
Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah. JEP: Trunojoyo), 10(2), 107–111.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 13(3),
307–315. Permana, A., Daulay, A. H., & Sembiring, I.
(2014). Analisis Profil Peternak Terhadap
Indrawirawan, Suwignyo, B., & Kusumastuti, T. Pendapatan Peternak Sapi Potong di
A. (2021). Analysis of Factors Affecting Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
to the Income of Bali Cattle Farmers in Serdang. Jurnal Peternakan Integratif,
Barru Regency, South Sulawesi Province, 2(1), 1–12.
268
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
269
Samsukdin, Tamami, N. D. B., Hasan, F. : Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap ….
270