Anda di halaman 1dari 5

Resume

“GIZI DAN SOSIAL BUDAYA”

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi

Dosen Pengampu:

Rahmi Nurmadinisia, MKM

Penyusun :

Yuliana Putri (1320122010)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAFLESIA

DEPOK

2024
Sosial budaya memainkan peran penting dalam membentuk kebiasaan dan respon
terhadap kesehatan, khususnya dalam status gizi. Hal ini terjadi melalui berbagai aspek seperti
pola asuh gizi, pendidikan, ekonomi, nilai kepercayaan, dan kebijakan. Misalnya, pola asuh gizi
yang berbeda-beda pada setiap budaya dapat memengaruhi status gizi balita. Selain itu,
pendidikan tentang gizi dan kesehatan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap
makanan, sehingga memengaruhi status gizi secara positif.

Faktor risiko sosio-budaya seperti sistem nilai dan norma budaya, peran gender, serta
kepercayaan tradisional juga memiliki relevansi dengan status gizi. Contohnya, norma-norma
budaya seputar makanan dan pola makan dapat mempengaruhi status gizi, begitu juga dengan
kebiasaan masyarakat dalam mengelompokkan dan mengistimewakan suatu gender. Untuk
mengatasi masalah gizi yang berkaitan dengan faktor sosio-budaya, diperlukan berbagai upaya
seperti pendidikan gizi, diversifikasi pangan, penguatan peran perempuan dalam pemenuhan
kebutuhan gizi keluarga, serta intervensi kesehatan masyarakat. Selain itu, langkah-langkah
seperti memahami budaya lokal, mengakui nilai dan norma budaya, serta menggunakan bahasa
yang diminta oleh masyarakat setempat juga penting untuk memastikan strategi gizi yang
diterapkan tidak bertentangan dengan kepercayaan dan nilai-nilai budaya yang ada.

Meskipun demikian, dalam tahun-tahun mendatang, masih ada potensi perubahan dalam
kebijakan gizi di daerah yang masih mempertahankan tradisi tabu terkait makanan.
Pengembangan intervensi gizi, perbaikan ekonomi, dan pendidikan diharapkan dapat menjadi
katalisator perubahan tersebut untuk meningkatkan status gizi masyarakat secara keseluruhan

HASIL DISKUSI KELOMPOK 3

1. Apa peranan sosial budaya dalam meningkatkan kesehatan?dan Bagaimana peranan


kesehatan sosial dalam mengurangi kekurangan gizi? (yuliana safitri)
Jawab:
Peranan sosial budaya dalam meningkatkan kesehatan terdiri dari berbagai macam faktor,
seperti norma sosial, perilaku, keterikatan lingkungan, dan pengaruh dari agama, ekonomi,
ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi sosial, bahasa, dan kesenian. Sosial budaya
mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat, seperti kebiasaan mengenai kesehatan,
lingkungan sosial, dan keterikatannya dalam tiga lingkungan: lingkungan keluarga,
lingkungan terbatas, dan lingkungan umum. Peranan kesehatan sosial dalam mengurangi
kekurangan gizi adalah melalui program-program yang dilakukan seperti pendidikan
kesehatan, kajian mengenai faktor sosial budaya, dan kajian mengenai perilaku kesehatan
masyarakat. Dilakukan juga upaya perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan yang
dilakukan selama ini, serta kerjasama lintas sektoral dengan sektor lain yang berkaitan
dengan kesehatan
2. Bagaimana cara memastikan strategi gizi yang diterapkan tidak bertentangan dengan
kepercayaan dan nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan?(Yuliana
Putri)
Jawab:
Untuk memastikan strategi gizi yang diterapkan tidak bertentangan dengan kepercayaan
dan nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat, perlu dilakukan beberapa langkah:
- Mengerti Budaya dan Sistem Kesehatan: Perlu memahami budaya, sistem kesehatan,
dan nilai-nilai yang terkait dengan masyarakat yang bersangkutan. Ini meliputi
keyakinan, ideologi, pengetahuan, lembaga, agama, tata kelola, dan hampir semua
kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
- Memahami Latar Belakang Budaya: Perlu mengetahui latar belakang budaya dan etnis
klien, serta pengalaman, sikap, dan nilai yang mempengaruhi proses psikologis klien
- Mengakui Nilai-Nilai dan Norma Budaya: Harus mengakui nilai-nilai dan norma
budaya yang ada dalam masyarakat, dan menjadi pendukungnya dalam meningkatkan
kesadaran mereka tentang nilai-nilai dan norma budaya mereka sendiri
- Menghormati Keyakinan dan Nilai-Nilai Agama: Memerlukan pengertian dan
penghormatan terhadap keyakinan dan nilai-nilai agama atau spiritual klien, termasuk
atribut dan hal-hal yang tabu
- Mengakui Peran Anggota Keluarga: Memerlukan pemahaman dan mengakui peran
anggota keluarga, struktur komunitas, hierarki, nilai-nilai, dan kepercayaan dalam
budaya klien
- Mengakui Peran Dukun: Perlu mengakui bahwa kepercayaan pada penyakit merupakan
karakteristik budaya yang kuat, dan dukun seringkali menjadi praktisi kesehatan
pertama yang dikonsultasikan karena mereka dapat diterima secara bersedia datang ke
rumah
- Mengakui Bias dan Rasisme: Harus mengkaji apakah masalah berasal dari rasisme atau
bias pada oranglain, dan mengakui bahwa kepercayaan pada penyakit merupakan
karakteristik budaya yang kuat
- Menggunakan Bahasa yang Diminta: Perlu berinteraksi dalam Bahasa yang diminta
oleh klien, agar dapat memahami dan mengerti kepercayaan dan nilai-nilai budaya yang
ada dalam masyarakat
- Mengpertimbangkan Faktor Sosial, Lingkungan, dan Politik: Perlu menghormati faktor
sosial, lingkungan, dan politik yang merugikan dalam menilai masalah dan merancang
intervensi
- Dokumentasi Faktor-Faktor yang Relevan: Harus dokumentasikan faktor-faktor yang
relevan secara budaya dan sosiopolitik dalam catatan tersebut
- Mengembangkan Kompetensi dan Kepekaan Budaya: Perlu mengevaluasi dirinya
tentang persepsi, stereotip, dan prasangka demi mengetahui karakteristik klien yang
sebenarnya, dan mengevaluasi dirinya tentang persepsi, stereotip, dan prasangka demi
mengetahui karakteristik klien yang sebenarnya
- Mengupayakan Perbaikan Ekonomi dan Pendidikan: Perlu mengupayakan perbaikan
ekonomi dan pendidikan untuk masyarakat tersebut, yang kemudian di fokuskan pada
penelitian ini adalah pada sistem budayanya
3. Apakah di tahun-tahun yang akan mendatang, masyarakat yang masih menerapkan gizi
sesuai dengan budaya nya akan tetap seperti itu, apakah ada potensi perubahan dalam
kebijakan gizi di daerah yang masih tabu tersebut? (caca)
Jawab:
Terdapat potensi perubahan dalam kebijakan gizi di daerah yang masih tabu tersebut,
terutama dengan perkembangan dan pengembangan intervensi gizi di Indonesia. Perundang-
undangan yang telah diterbitkan, seperti UU Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan,
memuat aturan terkait upaya pemenuhan gizi baik untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan maupun masyarakat, serta upaya perbaikan gizi yang dilakukan melalui
surveilans gizi, pendidikan gizi, tatalaksana gizi, dan lain-lain
Sistem budaya juga memiliki potensi untuk mempengaruhi pola asuh gizi balita, yang
berupa penyediaan makanan dan pelayanan kesehatan/pengobatan pada balita. Nilai balita
akan mempengaruhi bentuk pola asuh gizi, yang berupa penyediaan makanan dan pelayanan
kesehatan/pengobatan pada balita. Nilai anak ini juga menjadi dasar peranan dari unsur-
unsur sistem budaya lainnya dalam menjalankan pola asuh gizi di masyarakat
Pemerintah juga telah menyiapkan target perbaikan gizi masyarakat, seperti menurunnya
Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup, dari 359 menjadi 306 pada tahun
2019, dan menjaga keseimbangan lingkungan dengan mempertahankan makan berbasis
pangan lokal
Selain itu, pemerintah juga harus mengupayakan perbaikan ekonomi dan pendidikan
untuk masyarakat tersebut, yang kemudian di fokuskan pada penelitian ini adalah pada
sistem budayanya. Dalam tahun-tahun yang akan mendatang, masyarakat yang masih
menerapkan gizi sesuai dengan budaya nya akan tetap seperti itu, tetapi ada potensi
perubahan dalam kebijakan gizi di daerah yang masih tabu tersebut, terutama dengan
pengembangan intervensi gizi dan perbaikan ekonomi dan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai