1. Definisi Dimensia Lansia Demensia adalah kumpulan penyakit dengan gejala-gejala yang mana mengakibatkan perubahan pada pasien dalam cara berpikir dan berinteraksi dengan orang lain. Seringkali, memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara dan kemampuan motorik terpengaruh. Beberapa bentuk demensia mengubah kepribadian pasien. Penderita demensia akan kehilangan kemampuan tertentu dan pengetahuannya yang telah didapatkan sebelumnya Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang dikategorikan dalam usia yang mencapai usia 60 tahun atau lebih. Dengan seiring bertambahnya usia, kemampuan fisik dan kemampuan motorik seseorang juga menurun. Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
2. Klasifikasi Status Demensia Lansia
Demensia berdasarkan klasifikasi dari ICD-105 dibedakan dalam tiga kelompok besar adalah : Demensia alzheimer, terdiri dari 2 tipe yaitu demensia presinilis (alzheimer tipe 2) yang menyerang orang dewasa sebelum berumur 65 tahun dan demensia sisnilis (alzheimer tipe 1)yang menyerangsetelah usia 65 tahun. Demensia vaskular, terdiri dari 4 macam yaitu demensia vaskular serangan akut, demensia multi-infark (kortikal), demnsia subkortikal dan demensia gabungan kortikal dan subkortikal. Demensia yang disebabkan penyakit lainnya, seperti penyakit Pick, Creutzfeld-Jakob, Hutington dan Parkinson.
3. Fungsi Kognitif Demensia Lansia
Fungsi kognitif merupakan modal utama manusia dalam aktifitas kehidupannya sehari-hari. Kehilangan kemampuan fungsi kognitif menyebabkan manusia kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Gangguan fungsi kognitif dapat terjadi akibat kerusakan struktur otak atau fungsi otak pada penyakit-prnyakit saraf dalam siklus kehidupan (lifespan).
4. Faktor-Faktor Demensia Lansia
Secara umum, faktor risiko penyakit demensia jenis ini sama dengan faktor risiko dari penyakit jantung dan stroke. Lebih jelasnya, faktor risiko dari demensia vaskuler (vaskular) adalah: Usia yang bertambah tua. Risiko penyakit yang menyerang otak ini akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 65 tahun. Riwayat penyakit jantung atau stroke. Jika Anda pernah mengalami stroke atau mengidap penyakit jantung, seperti aterosklerosis atau atrial fibrilasi (denyut jantung sangat cepat), risiko penyakit demensia ini cukup tinggi. Kadar kolesterol tinggi. Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan plak di pembuluh darah yang menghambat aliran darah ke otak. Diabetes. Kadar glukosa tinggi merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk otak yang dapat meningkatkan risiko stroke dan demensia. Hipertensi. Ketika tekanan darah Anda terlalu tinggi, itu memberi tekanan ekstra pada pembuluh darah di mana pun di tubuh Anda, termasuk otak Anda. Kondisi ini meningkatkan risiko masalah pembuluh darah di otak. Obesitas. Obesitas atau kegemukan adalah faktor risiko dari berbagai penyakit yang menyebabkan peradangan di tubuh, termasuk penyakit jantung. Kebiasaan merokok. Kebiasan merokok dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit yang mengganggu aliran darah di tubuh.
5. Jenis Demensia Lansia
Demensia dibagi menjadi 4 jenis, yaitu : Alzheimer Lewy Body Vaskuler Parkinson. Setiap jenis demensia memiliki penanganan yang berbeda agar proses terapi bisa berjalan dengan efektif
6. Tipe Demensia Lansia
Demensia memiliki sub tipe, yaitu: 1) Demensia tipe Alzheimer Penyakit Alzheimer (PA) masih merupakan penyakit neurodegeneratif yangtersering ditemukan (60-80%). Karateristik klinik berupa berupa penurunan progresifmemori episodik dan fungsi kortikal lain. Gangguan motorik tidak ditemukan kecualipada tahap akhir penyakit. Gangguan perilaku dan ketergantungan dalam aktivitas hidupkeseharian menyusul gangguan memori episodik mendukung diagnosis penyakit ini.Penyakit ini mengenai terutama lansia (>65 tahun) walaupun dapat ditemukan pada usiayang lebih muda. Diagnosis klinis dapat dibuat dengan akurat pada sebagian besar kasus(90%) walaupun diagnosis pasti tetap membutuhkan biopsi otak yang menunjukkanadanya plak neuritik (deposit βamiloid40 dan β- amiloid42) serta neurofibrilary tangle(hypertphosphorylated protein tau). Saat ini terdapat kecenderungan melibatkanpemeriksaan biomarka neuroimaging (MRI struktural dan fungsional) dan cairan otak (β-amiloid dan protein tau) untuk menambah akurasi diagnosis. 2) Demensia Vaskuler Vascular cognitive impairment (VCI) merupakan terminologi yang memuat defisitkognisi yang luas mulai dari gangguan kognisi ringan sampai demensia yangdihubungkan dengan faktor risiko vaskuler. Penuntun praktik klinik ini hanya fokus padademensia vaskuler (DV). DV adalah penyakit heterogen dengan patologi vaskuler yangluas termasuk infark tunggal strategi, demensia multi-infark, lesi kortikal iskemik, strokeperdarahan, gangguan hipoperfusi, gangguan hipoksik dan demensia tipe campuran (PAdan stroke / lesi vaskuler). Faktor risiko mayor kardiovaskuler berhubungan dengankejadian ateroskerosis dan DV. Faktor risiko vaskuler ini juga memacu terjadinya strokeakut yang merupakan faktor risiko untuk terjadinya DV. CADASIL (cerebral autosomaldominant arteriopathy with subcortical infarcts and leucoensefalopathy), adalah bentuksmall vessel disease usia dini dengan lesi iskemik luas white matter dan stroke lakuneryang bersifat herediter. 3) Demensia Lewy Body dan Demensia Penyakit Parkinson Demensia Lewy Body (DLB) adalah jenis demensia yang sering ditemukan. Sekitar15-25% dari kasus otopsi demensia menemui kriteria demensia ini. Gejala inti demensia ini berupa demensia dengan fluktuasi kognisi, halusinasi visual yang nyata (vivid) danterjadi pada awal perjalanan penyakit orang dengan Parkinsonism. Gejala yangmendukung diagnosis berupa kejadian jatuh berulang dan sinkope, sensitif terhadapneuroleptik, delusi dan atau halusinasi modalitas lain yang sistematik. Juga terdapattumpang tindih temuan patologi antara DLB dan PA. Namun secara klinis orang denganDLB cenderung mengalami gangguan fungsi eksekutif dan visuospasial sedangkanperforma memori verbalnya relatif baik jika dibanding dengan PA yang terutamamengenai memori verbal. Demensia Penyakit Parkinson (DPP) adalah bentuk demensiayang juga sering ditemukan. Prevalensi DPP 23-32%, enam kali lipat dibanding populasiumum (3-4%). Secara klinis, sulit membedakan antara DLB dan DPP. Pada DLB, awitandemensia dan Parkinsonism harus terjadi dalam satu tahun sedangkan pada DPPgangguan fungsi motorik terjadi bertahun-tahun sebelum demensia (10-15 tahun). 4) Demensia Frontotemporal Demensia Frontotemporal (DFT) adalah jenis tersering dari Demensia LobusFrontotemporal (DLFT). Terjadi pada usia muda (early onset dementia/EOD) sebelumumur 65 tahun dengan rerata usia adalah 52,8 - 56 tahun. Karakteristik klinis berupaperburukan progresif perilaku dan atau kognisi pada observasi atau riwayat penyakit.Gejala yang menyokong yaitu pada tahap dini (3 tahun pertama) terjadi perilakudisinhibisi, apati atau inersia, kehilangan 5 simpati/empati, perseverasi, steriotipi atauperlaku kompulsif/ritual, hiperoralitas/perubahan diet dan gangguan fungsi eksekutiftanpa gangguan memori dan visuospasial pada pemeriksaan neuropsikologi. Padapemeriksaan CT/MRI ditemukan atrofi lobus frontal dan atau anterior temporal danhipoperfusi frontal atau hipometabolism pada SPECT atau PET. Dua jenis DLFT lain yaituDemensia Semantik (DS) dan Primary Non-Fluent Aphasia (PNFA), dimana gambarandisfungsi bahasa adalah dominan disertai gangguan perilaku lainnya. Kejadian DFT danDemensia Semantik (DS) masing-masing adalah 40% dan kejadian PNFA sebanyak 20%dari total DLFT. 5) Demensia tipe campuran Koeksistensi patologi vaskuler pada PA sering terjadi. Dilaporkan sekitar 24-28%orang dengan PA dari klinik demensia yang diotopsi. Pada umumnya pasien demensia tipecampuran ini lebih tua dengan penyakit komorbid yang lebih sering. Patologi Penyakit Parkinson ditemukan pada 20% orang dengan PA dan 50% orang dengan DLB memilikipatologi PA.
B. Konsep dukungan keluarga
1. Definisi Keluarga merupakan sistem pendukung yang utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Dukungan yang diberikan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Dukungan keluarga juga akan menambah rasa percaya diri dan motivasi untuk menghadapi masalah dan meningkatkan kepuasan hidup.
2. Klasifikasi dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah keikutsertaan keluarga untuk memberikan bantuan kepada salah satu anggota keluarga yang membutuhkan pertolongan baik dalam hal pemecahan masalah, pemberian keamanan, dan peningkatan harga diri. Bentuk dukungan keluarga yaitu: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional.
3. Jenis dukungan keluarga
Beberapa jenis dukungan antara lain: Dukungan informasional Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Dukungan penilaian atau penghargaan Dukungan penilaian adalah keluarga bertindak membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian. Dukungan instrumental Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan, makan, minum, dan istirahat. Dukungan emosional Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
4. Sumber dukungan keluarga
Lansia demensia memerlukan perawatan dan dukungan dari tenaga profesional dan non profesional, termasuk keluarga. Menurut Bomar (2004) dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perilaku pelayanan yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang), dukungan penghargaan (menghargai dan umpan balik), dukungan informasi (saran, nasihat, informasi), maupun bentuk dukungan instrumental (bantuan tenaga, uang, dan waktu).
5. Manfaat dukungan keluarga
Menurut Direktur Eksekutif ALZI, Michael Dirk Roelof Maitimoe, interaksi aktif dan positif antar anggota keluarga merupakan bagian dari pencegahan atau perlambatan Alzheimer dan demensia lain. Hal senada pun diungkapkan Nani Zulminarni, Pimpinan Ashoka untuk Kawasan Asia Tenggara (SEA Regional Leader). Dukungan bagi lansia tentu saja tidak hanya bisa diberikan anggota keluarga terdekat. Tetapi juga oleh semua anggota masyarakat. Seperti moto Everyone is A Change Maker (Semua Orang adalah Pembuat Perubahan) dari Ashoka Indonesia.
6. Peran dukungan keluarga
Dukungan keluarga memegang peranan penting dalam mengatasi masalah lansia. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika lansia menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubunganya dengan lansia. Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera. Orang yang hidup dalam lingkungan yang bersikap supportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memilikinya. Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional.
7. Tipe dukungan keluarga
Adapun beberapa tipe keluarga antara lain yakni: Kelarga Yang Sibuk Kehidupan selalu diikuti oleh berbagai kegiatan semua anggota keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, ayah-ibu bekerja, anakanaknya juga ikut bekerja. Komunikasi kurang. Keluarga Lemah Wibawa Kehidupan keluarga tanpa pembimbing dan panutan, orang tua tidak memiliki wibawa. Keluarga Yang Tegang Keluarga kurang akrab, kurang adanya kasih sayang bahkan sering kali terjadi ketegangan hubungan antara ayah dan ibu, anak memihak ayah atau ibu. Sering terjadi kekerasan. Keluarga Yang Retak Keluarga tidak ada keharmonisan antara ayah dan ibu, tidak ada kesatuan pendapat, sikap dan pandangan terhadap sesuatu yang dihadapinya. Penelantaran anak atau anak tidak diasuh dengan baik. Keluarga Yang Ideal Keluarga yang menyenangkan, mutu keluarga tinggi, penghasilan cukup, mempunyai pandangan hidup beragama yang kuat, hidup sederhana dan adanya saling pengertian di antara anggota keluarga terutama ayah dan ibu Kebutuhan batin anak terpenuhi.
8. Faktor-Faktor dukungan keluarga
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah: 1) Faktor internal Tahap perkembangan, artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Pendidikan atau tingkat pengetahuan, keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor- faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya. Faktor emosi, faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melakukannya. Spiritual, aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. 2) Eksternal Praktek atau terapan di dalam keluarga, keluarga dapat memberikan dukungan melalui perhatian, pengertian dan kasih sayang. Faktor sosio-ekonomi, faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Psikososial ini mencakup stabilitas perkawinan, gaya hidup seseorang dan lingkungan kerja. Seseorang akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaannya.
C. Konsep kualitas tidur
1. Definisi Kualitas Tidur Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang, untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup, tidak terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur.
2. Klasifikasi Kualitas Tidur
Secara umum klasifikasi tidur dibedakan menjadi dua macam, yakni tidur gelombang lambat (non-REM) dan tidur paradoksal atau yang biasa disebut dengan REM (rapid eye movement) yang dapat ditandai dengan pola EEG yang berbeda dan prilaku yang berlainan. Pada sepanjang malam saat seseorang tertidur, dua episode tersebut secara bergantian akan terjadi yang diawali dengan tidur gelombang lambat kemudian, dilanjutkan dengan tidur paradoksal (Sherwood, 2012).
3. Fungsi Kualitas Tidur
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh Mengendalikan nafsu makan Meningkatkan kesehatan jantung Meningkatkan suasana hati Meningkatkan daya ingat Memperpanjang usia
4. Jenis Kualitas Tidur
Kualitas tidur berdasarkan jenis kelamin yang memiliki kualitas tidur baik terbanyak adalah laki-laki yaitu 12 orang (20,0%) dan yang memiliki kualitas tidur buruk terbanyak adalah perempuan yaitu 20 orang (33,3%), rata-rata dengan kualitas tidur terbanyak adalah buruk yaitu 38 orang (63,3%) dan Indeks prestasi terbanyak adalah kurang baik yaitu 31 orang (51,7%).
5. Faktor Faktor Kualitas Tidur
Tidur menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Pasalnya, kalau kamu kesulitan tidur, kamu akan mengalami beberapa dampak negatifnya. Contoh gampangnya adalah seperti kenaikan berat badan, berkurangnya nafsu ngeseks, menurunnya sistem kekebalan tubuh, tekanan darah tinggi, hingga menderita penyakit seperti diabetes dan stroke. Maka dari itulah kamu harus memprioritaskan tidur yang berkualitas layaknya kamu mengutamakan makan dan minum. Kalau ingin mendapatkan tidur yang berkualitas, kamu harus cukup tidur, setidaknya tidur selama 6-7 jam.
6. Gangguan Tidur Pada Lansia
Menurut (Darmojo,2009). Gangguan tidur pada lansia dapat dibagi menjadi ; kesulitan masuk tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur nyenyak dan bangun terlalu pagi. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Walaupun demikian hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter (Amir, 2007).
7. Kebutuhan Tidur Lansia
Kebutuhan tidurumur 60 tahun ke atas yaitu rata-rata 6 jam sehari(Nugroho, 2008). Orang yang berusia lebih dari 60 tahun sering menyampaikan keluhan gangguan tidur, terutama masalah kurang tidur.
D. Konsep Hubungan antara dukungan keluarga dengan dimensia
Saat ini masih banyak keluarga yang kurang mengetahui dan kurang memperhatikan lansia, sehingga lansia banyak yang mengalami Demensia.Masalah kesehatan lansia biasanya disebabkan oleh perubahan alami pada penampilan fisik mereka. Perubahan normal (alami) ini tidak dapat dihindari, karena dipengaruhi oleh variabel psikologis, sosial, ekonomi, dan medis di beberapa titik. Menurut Boedhi –Darmojo (2012), pergaulan orang tua masih dilakukan secara rutin; Ternyata, kegiatan ini lebih sering terjadi di daerah pedesaan, tapi jarang di daerah metropolitan. Kesehatan mental orang tua seringkali rapuh dan tidak berdaya. Ungkapan “teori pelepasan” diciptakan formenggambarkan keterasingan lansia dari masyarakat anddiri pribadi satu sama lain, sehingga menjadi pribadi yang tertutup (Boedhi-Darmojo dan Martono, 2019). Penarikan diri formasyarakat oleh lansia hanya akan memperburuk kondisi mental dan fisik mereka. Kurangnya keinginan untuk life, bergaul, atau menjaga diri sendiri. Masalah kesehatan fisik pada elderly tidak dapat dihindari karena merupakan kejadian alami yang menimpa setiap orang.Namun, karena kesehatan mental yang kuat dapat menunda munculnya masalah kesehatan fisik pada lanjut usia, upaya untuk menjaga kesehatan menthal lanjut usia diperlukan untuk pengembangan kuwalitas hidup yang memadai. Menurut para ahli, someone sehat secara mental jika memiliki kesejahteraan psikologis, yang meliputi penerimaan diri, hubungan interpersonal yang positif, kemandirian, dan rasa tujuan dalamhidup; mampu beradaptasi withberbagai stresor lingkungan; melakukan produktivitasesesuai kapasitas; tumbuh dan berkembang secara positive; dan memiliki persepsie yang righttentang realitas. Salah satu strategi untuk membantu meminimalkan dementia adalah dengan meminta bantuan keluarga dan teman. Namun dalam kehidupan elderlysering dijumpai bahwa not alldari mereka mampu memahami adanya dukungan sosial dari orang lain, dan meskipun telah menerima suprot tersebut, mereka masih mengungkapkan ketidakpuasan melalui gerutuan, kekecewaan, dan kejengkelan, antara lain. perilaku. Orang tua dilarang keluar rumah karena takut terjatuh atau terlibat kecelakaan, dilarang melakukan pekerjaan yang sedikit membebani, dan sebagainya, sehingga amalan ini akan merugikan baik secara emosional maupun fisik. Bentuk bansos yang paling bermanfaat bagi seseorang ditentukan oleh masalah kesehatannya.
E. Konsep hubungan kualitas tidur dengan dimensia
Adapun dampak lain dari kecemasan menurut (Florencia, 2020) yaitu pada sistem kardiovaskuler akan menyebabkan detak jantung menjadi lebih cepat dan nyeri dada, sistem ekresi dan pencernaan akan menyebabkan gejala seperti diare, sistem imun akan melemah dan membuat lansia rentan terhadap infeksi virus dan penyakit, dalam sistem pernapasan akan membuat pernapasan menjadi cepat namun dangkal. Selain kesulitan tidur, kecemasan yang dialami lansia dapat mempengaruhi konsentrasi dan kesiagaan dan juga meningkatkanr resikoresiko kesehatan, serta dapat merusak fungsi sistem imun. Kekurangan tidur pada lansia dapat memberikan pengaruh terhadap fisik, kemampuan kognitif, dan juga kualitas hidup (Maryam dkk, 2012). Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% pada tahun 2010, dan tanpa disadari kualitas tidur pada lansia juga berpengaruh terhadap kesehatan fungsional tubuh yaitu kognitif. (Sari dkk, 2017) Penelitian serupa yang dilakukan oleh Fatmasari (2018) menunjukkan bahwa ada hubungan kualitas tidur dengan fungsi kognitif pada lansia. Penelitian lain dilakukan oleh Dariah & Oktarianti (2015) di Posbindu Anyelir Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat menemukan bahwa ada hubungan yang kuat antara kecemasan dan kualitas tidur pada lansia.
REFERENSI
Basarewan, N. D. S., Dwistyo, B., & Laya, A. A. (2022). HUBUNGAN
TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG LINGKUNGAN II KOTA MANADO. Jurnal Kesehatan Amanah, 6(1), 55-59.
De Carvalho, G. E. G., Puspita, S., & Sari, G. M. (2022). HUBUNGAN
DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SIKAP HIDUP SEHATLANSIA YANG MENGALAMI DIMENSIA DI DESA DUKUH KLOPO JOMBANG. PRIMA WIYATA HEALTH, 3(2), 35-45. Kurniasih, U., Wahyuni, N. T., Aeni, H. F. R., Giri, S. I., & Fuadah, A. (2021). HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DEMENSIA PADA LANSIA. Jurnal Kesehatan, 12(2), 102-109.
Madeira, A., Wiyono, J., & Ariani, N. L. (2019). HUBUNGAN GANGGUAN
POLA TIDUR DENGAN HIPETENSI PADA LANSIA. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 4(1).
Probosiwi, N., & Saristiana, Y. (2020). Dukungan Keluarga Dengan Kualitas
Hidup Lansia Yang Mengalami Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame. Java Health Jounal, 7(1).
Purnakarya, I. (2009). Peran zat gizi makro terhadap kejadian demensia pada lansia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 3(2), 89-92.
Suryatika, A. R., & Pramono, W. H. (2019). Penerapan senam otak terhadap
fungsi kognitif pada lansia dengan demensia. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 3(1), 28-36.
Yanuar, D. A., & Laksono, S. H. (2020). Theraupetic sebagai Konsep Desain
Fasilitas untuk Lansia Dimensia di Sidoarjo, Jawa Timur. Tekstur (Jurnal Arsitektur), 1(1), 7-14.
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis