Anda di halaman 1dari 5

Bunyi Pasal Pencemaran Nama Baik KUHP Pasca

Putusan MK No. 78/PUU-XXI/2023

Saya hanya ingin mengetahui informasi lebih jelas mengenai pencemaran nama baik. Ibu saya
bekerja di salah satu instansi pemerintahan dan menjadi tertuduh kasus kehilangan/pencurian di
kantornya. Tanpa bukti yang kuat, pihak atasan dari ibu saya menuduh ibu saya, dimana isi
tuduhan tersebut ibu saya melakukan pencurian, lalu tuduhan diberitakan kepada orang-orang
secara lisan, dan atasan meminta ganti rugi atas hal-hal yang tidak ibu lakukan.
Yang menjadi pertanyaan saya, apakah hal ini termasuk pencemaran nama baik seseorang atau
tidak, karena telah dituduh mencuri tanpa bukti sama sekali? Sepengetahuan saya, Pasal 310
KUHP tentang pencemaran nama baik diubah oleh Putusan MK No. 78/PUU-XXI/2023. Lantas,
apa bunyi Pasal 310 KUHP pasca Putusan MK No. 78/PUU-XXI/2023?
Mohon penjelasannya.

Terima kasih atas pertanyaan Anda.

Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan


judul Pencemaran Nama Baik oleh Atasan yang ditulis oleh Adi Condro
Bawono, S.H., M.H. dan dipublikasikan pada 14 Maret 2012.

Artikel ini dibuat berdasarkan KUHP lama dan UU 1/2023 tentang KUHP yang
diundangkan pada tanggal 2 Januari 2023.

Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan


semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum (lihat Pernyataan
Penyangkalan selengkapnya). Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik
terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Konsultan Mitra
Justika.

Asas Praduga Tak Bersalah

Pada prinsipnya, dengan mendasarkan pada arti asas praduga tak


bersalah, ibu Anda belum dapat dinyatakan bersalah karena melakukan
pencurian sampai ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
yang menyatakan beliau bersalah.

Asas praduga tak bersalah diatur dalam KUHAP dan UU Kekuasaan


Kehakiman. Pada KUHAP, asas praduga tak bersalah diatur
dalam Penjelasan Umum angka 3 huruf c yaitu:
Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak
bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.

Sedangkan dalam UU Kekuasaan Kehakiman, asas praduga tak bersalah


diatur dalam Pasal 8 ayat (1) yang berbunyi:

Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di


depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

Bunyi Pasal 310 KUHP Pasca Putusan MK No. 78/PUU-XXI/2023

Berkaitan dengan pertanyaan Anda, secara historis, tindak pidana


pencemaran nama baik diatur dalam Pasal 310 KUHP lama yang saat artikel
ini diterbitkan masih berlaku dengan bunyi sebagai berikut:

1. Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik


seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya
hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara
paling lama 9 bulan atau pidana denda paling banyak Rp4,5 juta.[1]
2. Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan,
dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam
karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama 1 tahun 4 bulan
atau pidana denda paling banyak Rp4,5 juta.[2]
3. Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas
dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.

Namun dalam perkembangannya, Pasal 310 ayat (1) KUHP telah diubah dan
dinyatakan inkonstitusional bersyarat oleh Putusan MK No.
78/PUU-XXI/2023. Dalam amar putusan tersebut, Pasal 310 ayat (1) KUHP
dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai:

Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang


dengan menuduhkan sesuatu hal dengan cara lisan, yang maksudnya terang
supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.

Sehingga, pasca Putusan MK No. 78/PUU-XXI/2023, Pasal 310 ayat (1)


KUHP memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. barang siapa;
2. dengan sengaja;
3. menyerang kehormatan atau nama baik seseorang;
4. dengan menuduhkan sesuatu hal;
5. dengan cara lisan;
6. yang maksudnya supaya hal itu diketahui umum.

Bunyi Pasal 433 UU 1/2023 dan Penjelasannya

Kemudian, pasal pencemaran nama baik juga diatur dalam Pasal 433 UU
1/2023 tentang KUHP baru yang berlaku 3 tahun sejak tanggal diundangkan,
[3] yaitu tahun 2026 yang selengkapnya berbunyi:

1. Setiap orang yang dengan lisan menyerang kehormatan atau nama baik orang
lain dengan cara menuduhkan suatu hal, dengan maksud supaya hal
tersebut diketahui umum, dipidana karena pencemaran, dengan pidana penjara
paling lama 9 Bulan atau pidana denda paling banyak kategori II, yaitu Rp10
juta.[4]
2. Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tulisan
atau gambar yang disiarkan, dipertunjukkan, atau ditempelkan di tempat umum,
dipidana karena pencemaran tertulis, dengan pidana penjara paling lama 1
tahun 6 Bulan atau pidana denda paling banyak kategori III, yaitu Rp50 juta.[5]
3. Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dipidana jika
dilakukan untuk kepentingan umum atau karena terpaksa membela diri.

Kemudian, berdasarkan Penjelasan Pasal 433 ayat (1) UU 1/2023, sifat dari
perbuatan pencemaran adalah jika perbuatan penghinaan yang dilakukan
dengan cara menuduh, baik secara lisan, tulisan, maupun dengan gambar,
yang menyerang kehormatan dan nama baik seseorang, sehingga merugikan
orang tersebut. Perbuatan yang dituduhkan tidak perlu harus suatu tindak
pidana. Objek tindak pidana menurut ketentuan dalam pasal ini adalah orang
perseorangan. Sedangkan, penistaan terhadap lembaga pemerintah atau
sekelompok orang tidak termasuk ketentuan pasal ini.

Patut dicatat, baik tindak pidana Pasal 310 KUHP maupun Pasal 433 UU
1/2023 tidak dituntut jika tidak ada pengaduan dari korban tindak pidana.[6]

Selanjutnya, berdasarkan pertimbangan Mahkamah dalam Putusan MK No.


78/PUU-XXI/2023 (hal. 356), setelah dicermati materi muatan dari ketentuan
Pasal 433 UU 1/2023, menurut Mahkamah, terdapat perbedaan antara
ketentuan norma dalam Pasal 310 ayat (1) KUHP dengan norma Pasal 433
UU 1/2023, yakni dalam Pasal 433 UU 1/2023 terdapat penegasan pelaku
melakukan perbuatan pencemaran mencakup perbuatan “dengan lisan”
dimana unsur tersebut tidak diatur dalam Pasal 310 ayat (1) KUHP.
Oleh karena itu, tanpa Mahkamah bermaksud menilai konstitusionalitas Pasal
433 UU 1/2023 yang baru mempunyai kekuatan mengikat setelah tiga tahun
sejak diundangkan (2 Januari 2026), maka penegasan berkenaan dengan
unsur perbuatan “dengan lisan” yang terdapat dalam Pasal 433 UU 1/2023
bisa diadopsi atau diakomodir guna kepastian hukum dalam penerapan
ketentuan norma Pasal 310 ayat (1) KUHP. Dengan demikian, norma Pasal
310 ayat (1) KUHP dimaksud dapat memberikan kepastian hukum dan
mempunyai jangkauan kesetaraan yang dapat mengurangi potensi adanya
perbedaan perlakuan atau diskriminasi terhadap addresat norm atas
ketentuan norma Pasal 310 ayat (1) KUHP, sehingga dalam penerapannya
tidak menimbulkan ambiguitas.

Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah berkesimpulan bahwa


ketentuan norma Pasal 310 ayat (1) KUHP harus dinyatakan inkonstitusional
secara bersyarat.

Dalam hal ini, apabila atasan ibu Anda terbukti dengan sengaja menuduh ibu
Anda melakukan pencurian dan memberitahukan hal tersebut secara lisan
kepada orang banyak sehingga ibu Anda malu atau terserang nama baiknya,
sedangkan belum ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
untuk mendukung tuduhan itu, perbuatan atasan tersebut dapat dikategorikan
sebagai pencemaran nama baik/penghinaan.

Pencemaran Nama Baik terhadap PNS

Selanjutnya, berdasarkan pertanyaan Anda, kami asumsikan ibu Anda adalah


seorang Pegawai Negeri Sipil (“PNS”). Maka, kita perlu merujuk pula pada
Pasal 316 KUHP dan Pasal 441 ayat (2) UU 1/2023 yang menyatakan:
Jadi, sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan ibu Anda bersalah melakukan
pencurian, jika atasannya dengan sengaja menuduhkan dan menyebarkan hal tersebut
kepada banyak orang secara lisan, hal tersebut termasuk pencemaran nama baik. Lalu,
jika ibu Anda adalah seorang PNS yang sedang menjalankan tugas yang sah, maka
ancaman pidana yang diberlakukan terhadap pelaku dapat ditambah 1/3.

Anda mungkin juga menyukai