Diktat Spektro 2023
Diktat Spektro 2023
ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI
PROGRAM STUDI
ANALISIS KIMIA
PENYUSUN:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan diktat praktikum ini dengan baik. Diktat
praktikum ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa Program Studi Analisis Kimia
dalam menjalani kegiatan praktikum Analisis Spektrofotometri.
Analisis Spektrofotometri merupakan salah satu teknik analisis instrumental yang
penting dalam bidang kimia analitik. Teknik ini memanfaatkan interaksi antara cahaya
dengan sampel untuk mengukur konsentrasi zat yang akan dijelaskan. Dengan memahami
prinsip-prinsip dasar dan menguasai pengoperasian alat, diharapkan mahasiswa dapat
menerapkan teknik ini secara efektif dalam analisis kimia.
Diktat ini terdiri dari berbagai eksperimen yang dirancang untuk memberikan
pemahaman mendalam mengenai konsep-konsep dasar dalam analisis spektrofotometri.
Setiap eksperimen dilengkapi dengan tujuan, prosedur, dan analisis data yang diperlukan.
Kami harap mahasiswa dapat membaca diktat ini dengan seksama sebelum menjalani
praktikum, sehingga dapat memaksimalkan hasil yang diperoleh.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan dalam penyusunan diktat ini. Semoga diktat ini dapat menjadi pedoman yang
bermanfaat bagi mahasiswa dalam menyelesaikan praktikum Analisis Spektrofotometri
dengan baik.
Akhir kata, kami menyadari bahwa diktat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak akan sangat kami hargai. Semoga
diktat ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan kemajuan bangsa.
Penyusun
i
TATA TERTIB PRAKTIK
ii
DAFTAR ISI
iii
PRAKTIK KE-1
PENGUJIAN LOGAM Cu DALAM SAMPEL AIR DAN LOGAM ALLOY
SECARA FLAME AAS
TUJUAN
Menetapkan kadar Cu terlarut dan Cu total dalam sampel air limbah secara
spektrofotometri serapan atom nyala
PRINSIP
Ion logam Cu dalam air limbah dapat ditetapkan kadarnya menggunakan
spektrofotometer serapan atom nyala. Larutan standar logam dan air limbah yang
sudah disaring diaspirasikan ke alat SSA sehingga terkabutkan. oleh nebulizer. Sampel
yang sudah berbentuk kabut dibakar oleh nyala api agar senyawaan organik terbakar
dan ion-ion logam teratomisasi. Logam yang sudah teratomisasi di berikan sumber
radiasi resonansi yang berasal dari lampu katoda sehingga logam tersebut mengalami
eksitasi. Atom logam yang terksitasi sesuai dengan radiasi resonansi lampu katoda .
Besarnya intensitas radiasi resonansi lampu katoda yang diserap oleh atom-atom logam
sebanding dengan konsentrasi logam tersebut.
ACUAN NORMATIF
SNI 6989.6:2009 Air dan air limbah - Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala
RUANG LINGKUP
Pengujian Tembaga (Cu) dalam sampel air bersih dan air limbah dengan rentang
kemampuan metode 0,2 ppm – 10 ppm
PROSEDUR KERJA
1. Lakukan Pekerjaan Prosedur K3 sesuai SOP (lihat SOP K3)
2. Lakukan prosedur preparasi standar dan sampel sesuai cara kerja atau petunjuk asisten
3. Lakukan prosedur pengoperasian instrument sesuai SOP
4. Lakukan pengolahan data menggunakan software excel, minitab atau software
lainnya yang sesuai
1
5. Laporkan hasil percobaan Anda sesuai prosedur tata cara pelaporan praktik
Tahapan Kerja:
1. Pembuatan Pereaksi
1.1 Pembuatan Larutan Pengencer (Larutan HNO3 0,05 M)
Larutkan 1,5 mL HNO3 pekat ke dalam 1000 mL air bebas mineral dalam gelas piala.
2
2. Preparasi larutan sampel
2.1. Penetapan Cu total (sampel air limbah)
1. Homogenkan contoh uji, pipet 50,0 mL ke dalam gelas piala 100 mL atau Erlenmeyer
100 mL;
2. Tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan kaca arloji
dan bila dengan Erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup;
3. Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 mL – 20 mL;
4. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat,
kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup Erlenmeyer dengan corong dan
panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua
logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau
contoh uji menjadi jernih;
5. Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas piala;
6. Pindahkan contoh uji masing-masing ke dalam labu ukur 50,0 mL (saring bila perlu)
dan tambahkan air bebas mineral dan dihomogenkan;
7. Contoh uji siap diukur serapannya. Preparasi sampel dilakukan 2x ulangan
3
5. Jika konsentrasi analit logam dalam larutan sampel lebih tinggi daripada deret larutan
kalibrasi standar kerja yang dibuat maka lakukan pengenceran.
− Kontrol akurasi
Lakukan spike matriks dengan menambahkan standar Cu dengan konsentrasi tertentu
(pastikan konsentrasi akhir diperkirakan di bawah deret standar Cu tertinggi). Syarat
keberterimaan % Recovery = (85-115)%
5. Perhitungan
− Perhitungan Nilai Sensitivitas
C1
𝑆 = 0,0044 X
A1
4
Atau
0,0044
𝑆=
b
Keterangan :
A1 = Absorbansi dari pembacaan standar yang digunakan
C1 = Konsentrasi standar yang digunakan
b = slope dari persamaan regresi
Keterangan :
C = konsentrasi Cu yang didapat dari hasil pengukuran pada AAS (mg/L)
VLT = volume labu takar (mL)
m = bobot sampel (g)
Fp = faktor pengenceran (jika terdapat pengenceran)
5
− Kontrol presisi
∑(𝑋𝑖− 𝑋̅)2 SD
𝑆𝐷 = √ atau % RSD = x100%
𝑛−1 x̅
Keterangan :
− Kontrol akurasi
𝑪 𝟑 − 𝑪𝟏
% 𝑹𝒆𝒄 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑪𝟐
Keterangan :
C1 = rerata konsentrasi terukur sampel presisi (mg/L)
C2 = konsentrasi spike (mg/L)
C3 = konsentrasi sampel + spike (mg/L)
6
− Pembuatan dan Pengukuran Deret Standar
Volume Std
Conc Deret
induk 100 Vlabu
Std Cu Abs
mg/L (mL)
(mg/L)
(mL)
Slope (b)
Intercept (a)
Kadar Rerata
Kode Conc Cu Vlabu
Ulangan Abs Fp Cu Kadar Cu
Sampel (mg/L) (mL)
(mg/L) (mg/L)
7
ii. Kontrol Presisi
Rerata Selisih
Kode Kadar Cu
Kadar Cu Kadar Cu % RPD
Sampel (mg/L)
(mg/L) (mg/L)
C1/Rerata Conc C3
Kode Conc C2
Kadar Cu Abs C3 spike % Rec
Sampel (mg/L)
(mg/L) (mg/L)
Rerata
Bobot Conc Kadar
Kode Vlabu Kadar
Ulangan Sampel Abs Cu Fp Cu
Sampel (mL) Cu
(g) (mg/L) (mg/kg)
(mg/kg)
Rerata Selisih
Kode Kadar Cu
Kadar Cu Kadar Cu % RPD
Sampel (mg/kg)
(mg/kg) (mg/kg)
8
PRAKTIK KE-2
Penetapan Krom Heksavalen (Cr VI) Dalam Air dan Air Limbah
1. Persiapan pengujian
1.1 Persiapan contoh uji krom heksavalen
Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori 0,45 μm dan
diawetkan. Contoh uji siap diukur.
9
1.5 Pembuatan larutan baku logam krom heksavalen 5 mg (Cr-VI)/L
1. pipet 10,0 mL larutan induk krom heksavalen 50 mg (Cr-VI)/L, masukkan ke dalam
labu ukur 100,0 mL;
2. Tepatkan hingga tanda tera dengan air bebas mineral
10
− Kontrol akurasi
Lakukan spike matriks dengan menambahkan standar Cr VI dengan konsentrasi tertentu
(pastikan konsentrasi akhir diperkirakan di bawah deret standar Cr VI tertinggi). Syarat
keberterimaan % Recovery = (85-115)%
2. Analisis
− Pencarian Panjang Gelombang Maksimum
Lakukan scanning Panjang gelombang maksimum pada daerah visible (400 – 800
nm) dengan membaca deret standar tengah dan deret standar tertinggi. Gunakan
aquades sebagai baseline.
3. Perhitungan
3.1 Perhitungan kadar Cr VI dalam sampel
Kadar logam krom heksavalen (Cr-VI) dihitung sebagai berikut:
Cr − VI (mg⁄L) = (Cs − Cb ) × Fp
Keterangan:
Cs = kadar krom heksavalen yang didapat hasil pengukuran (mg/L);
Cb = kadar blanko (mg/L);
fp = faktor pengenceran (bila diperlukan).
11
− Kontrol presisi
∑(𝑋𝑖− 𝑋̅)2 SD
𝑆𝐷 = √ atau % RSD = x100%
𝑛−1 x̅
Keterangan :
− Kontrol akurasi
𝑪 𝟑 − 𝑪𝟏
% 𝑹𝒆𝒄 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑪𝟐
Keterangan :
C1 = rerata konsentrasi terukur sampel presisi (mg/L)
C2 = konsentrasi spike (mg/L)
C3 = konsentrasi sampel + spike (mg/L)
12
− Pembuatan Deret Standar Cr VI
50 500
5 50
Slope (b)
Intercept (a)
13
− Hasil Analisis Sampel Air
i. Perhitungan Kadar Cr VI dalam Sampel Air
Rerata Selisih
Kode Kadar Cr VI
Kadar Cr VI Kadar Cr VI % RPD
Sampel (mg/L)
(mg/L) (mg/L)
C1/Rerata Conc C3
Kode Conc C2
Kadar Cr VI Abs C3 spike % Rec
Sampel (mg/L)
(mg/L) (mg/L)
14
PRAKTIK KE-3
1. TUJUAN
Menetapkan kadar thiamin dalam sampel tablet vitamin B1 secara spektrofotometri
sinar ultra violet.
2. PRINSIP
Thiamin merupakan senyawa organik yang banyak mengandung gugus fungsi yang
mampu menyerap sumber radiasi pada daerah sinar ulta violet. Oleh karena itu dalam
keadaan murni atau tidak tercemar oleh bahan organik yang lain maka thiamin dapat
dianalisis menggunakan spektrofotometer sinar ultra violet tanpa perlu dilakukan teknik
pemisahan terlebih dahulu.
3. PROSEDUR KERJA
4. CARA UJI :
Alat dan Bahan
15
− Kertas saring
− Tablet vitamin B1
− Akuades
5. Cara Kerja
5.1. Pembuatan Larutan Induk Thiamin 1000 mg/L
Standar thiamin ditimbang 100mg, lalu dimasukkan ke labu takar 100 mL dan
ditambahkan HCl 1:60 sampai batas tera lalu dihomogenkan. Kemudian disaring dan
filtrat jernih ditampung di erlenmeyer bertutup.
Larutan induk thiamin 100 mg/L dipindahkan menggunakan buret sebanyak 0,0; 2,5;
5,0; 10,0; 15,0; 20 dan 25,0 mL ke masing-masing labu takar 100 mL. Larutan
tersebut masing-masing ditera menggunakan HCL 1:60 dan dihomogenkan.
Sepuluh tablet sampel thiamin ditimbang dan dihitung bobot rata-rata tiap tablet.
Tablet tersebut di gerus menggunakan lumpang porcelain dan ditimbang cuplikan
sebanyak 100 mg, lalu dimasukkan ke labu takar 100 mL dan ditera menggunakan HCl
1:60. Larutan tersebut lalu diencerkan 10 kali menggunakan HCl 1:60. Pekerjaan
preparasi sampel dilakukan 3 kali ulangan.
Catatan : Lakukan seri pengenceran lagi jika sampel yang terukur diluar rentang deret
standar yang Anda buat.
16
5.5. Pengendalian Mutu Analisis
Lakukan pengendalian mutu analisis dengan kontrol presisi dan kontrol akurasi
− Kontrol presisi
Lakukan replikasi pengujian secara lengkap, kemudian hitung nilai %RPD (untuk
pengujian duplo) atau %RSD (untuk pengujian >2 ulangan)
Persyaratan %RPD atau %RSD < 10%.
− Kontrol akurasi
Lakukan spike matriks dengan menambahkan standar thiamin dengan konsentrasi
tertentu (pastikan konsentrasi akhir diperkirakan di bawah deret standar thiamin
tertinggi). Syarat keberterimaan % Recovery = (85-115)%
5.6. Pengukuran
17
5.7. Perhitungan
Pembuatan kurva deret standar dan persamaan regresi linear menggunakan software
excel atau software lainnya yang sesuai, sehingga diperoleh persamaan Y = a + bx
Kadar thiamin dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
mg y −a
Cs ( ) =
L b
Keterangan :
a = Slope atau kemiringan(sensitivitas) dan
b = intersept
X atau Cs = Konsentrasi thiamin terukur di alat (mg/L)
VLT = Volume labu takar (mL)
ms = bobot sampel (g)
Ⴟm = rerata bobot tablet (g)
− Kontrol presisi
∑(𝑋𝑖− 𝑋̅)2 SD
𝑆𝐷 = √ atau % RSD = x100%
𝑛−1 x̅
18
Keterangan :
− Kontrol akurasi
𝑽𝒔𝒕𝒅 (𝒎𝑳)𝒙 𝑪𝒔𝒕𝒅 (𝒎𝒈⁄𝑳)
𝑪𝟐 (𝒎𝒈⁄𝒌𝒈) =
𝒎𝒔 (𝒈)
𝑪 𝟑 − 𝑪𝟏
% 𝑹𝒆𝒄 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑪𝟐
Keterangan :
Vstd = volume standar induk thiamin (mg/L)
Cstd = konsentrasi standar induk thiamin (mg/L)
ms = bobot sampel (g)
C1 = rerata konsentrasi terukur sampel (mg/kg)
C2 = konsentrasi spike (mg/kg)
C3 = konsentrasi sampel + spike (mg/kg)
19
− Pembuatan Deret Standar Thiamin
Slope (b)
Intercept (a)
20
− Hasil Analisis Sampel
iv. Perhitungan Kadar Thiamin dalam Sampel Obat
v. Kontrol Presisi
Rerata Selisih
Kadar
Kode Kadar Kadar
Thiamin % RPD
Sampel Thiamin Thiamin
(mg/kg)
(mg/kg) (mg/kg)
21
PRAKTIK KE-4
Uji Kinerja Spektrofotometer UV-Visible
− Pembuatan Larutan Kalium Dikromat 100 ± 1,0 mg/L dalam 0,005 M H2SO4
Larutkan 100,00 ± 1,0 mg K2Cr2O7 kering oven dengan air bebas mineral dalam labu
ukur 100,0 mL; tambahkan asam sulfat 0,005 M sampai tanda tera dan homogenkan (
Larutan A ).
Pipet 10 mL larutan A ke dalam labu takar 100 mL, tambahkan asam sulfat 0,005 M
sampai tanda tera dan homogenkan ( Larutan B )
22
− Pengukuran Absorban Larutan Kalium Dikromat 100 ± 1,0 mg/L dalam 0,005 M
H2SO4
1. Nyalakan Spektrofotometer UV-Visible sesuai petunjuk operasional alat
2. Isi kuvet sampel dan reference dengan asam sulfat 0,005 M , lakukan autozero
3. Ganti isi kuvet sampel dengan larutan Kalium Dikromat 100 ± 1,0 mg/L dalam
0,005 M H2SO4 ( Larutan B )
4. Scan absorban pada panjang gelombang 200 – 400 nm
− Pembuatan Deret Standar Kalium Dikromat 20, 40, 60, 80 dan 100 mg/L
1. Pipet 0,0 mL; 2,0 mL; 4,0 mL; 6,0 mL; 8,0 mL dan 10,0 mL larutan induk
kalium dikromat 1000 mg/L dan masukkan masing-masing ke dalam labu ukur
100 mL;
2. Tambahkan asam sulfat 0,005 M sampai tepat pada tanda tera sehingga
diperoleh kadar kalium dikromat 0,0 mg/L; 20 mg/L; 40 mg/L; 60 mg/L; 80
mg/L dan 100 mg/L.
23
− Pembacaan Serapan Deret Standar Kalium Dikromat 20, 40, 60, 80 dan 100
mg/L
1. Buat deret larutan Kalium Dikromat 20, 40, 60, 80 dan 100 mg/L dalam asam
sulfat 0,005 M
2. Nyalakan Spektrofotometer UV-Visible sesuai petunjuk operasional alat
3. Isi kuvet sampel dan reference dengan asam sulfat 0,005 M , lakukan autozero
4. Ganti isi kuvet sampel dengan larutan deret standar, scan absorban pada
panjang gelombang 200 – 400 nm
5. Dibuat persamaan garis dengan memplotkan konsentrasi dan absorban
24
4.5. Data Hasil Praktik
1. Ketepatan panjang gelombang (λ)
- Filter Holmium
Panjang Panjang Gelombang Alat
Gelombang (nm) Koreksi Bias
Kesimpulan
Standar (nm) Pembacaan
(nm) 1 2 3
279,4
287,5
333,7
360,9
418,7
453,2
460,0
536,2
637,5
- Filter Didinium
Panjang Panjang Gelombang Alat Koreksi Bias
Kesimpulan
Gelombang (nm) (nm) Pembacaan
Standar
1 2 3
(nm)
573
586
685
25
2. Ketepatan Pembacaan Absorban Daerah UV
26
PRAKTIK KE-5
Pengaruh Matriks Ion Kalium Pada Penetapan Kadar Natrium Dalam
Sampel Tanah Secara Flamefotometri
TUJUAN
Mengetahui pengaruh matriks ion logam kalium dalam penetapan kadar Na
secara flamefotometri
PRINSIP
Partikel-partikel halus berwujud cairan dibakar di dalam nyala udara-elpiji sehingga ion
logam alkali yang dikandungnya berubah menjadi atom tereksitasi. Atom logam
alkali yang tereksitasi kemudian kembali ke keadaan dasar sambil melepaskan energi
(radiasi emisi). Besarnya radiasi emisiyang dilepaskan sebanding dengan konsentrasi
logam alkali yang terkandung dalam partikel halus tersebut.
PROSEDUR KERJA
1. Lakukan Pekerjaan Prosedur K3 sesuai SOP (lihat SOP K3)
2. Lakukan prosedur preparasi standar dan sampel sesuai cara kerja atau petunjuk asisten
3. Lakukan prosedur pengoperasian instrument sesuai SOP
4. Lakukan pengolahan data menggunakan software excel, minitab atau software
lainnya yang sesuai
5. Laporkan hasil percobaan Anda sesuai prosedur tata cara pelaporan praktik
CARA UJI :
1. Alat dan Bahan
Alat : - Flamephotometer
- Labu takar 100 mL dan 50 mL dan alat gelas lainnya
27
2. Cara Kerja
2.1. Pembuatan Larutan Induk Na 1000 mg/L
Kristal kering NaCl ditimbang 1,270 g, lalu dimasukkan ke labu takar 500 mL
dan ditera menggunakan ammonium astetat pH 4,8 yang sudah diencerkan 10x,
lalu dihomogenkan.
28
3. Pengukuran
mg y −a
Cs ( )=
L b
Keterangan :
29
− Pembuatan Deret Standar Induk 1000 mg/L
Bobot
Conc Std Garam Perhitungan
Garam yang V labu
Analit Induk yang
ditimbang (mL)
(mg/L) ditimbang
(g)
Na 1000 NaCl
K 1000 KCl
Volume Std
Conc Deret Emisi
induk 100 Vlabu Emisi Na
Std Na (+K )
mg/L (mL) (tanpa K)
(mg/L)
(mL)
Slope (b)
Intercept (a)
30
− Hasil Analisis Sampel
i. Perhitungan Kadar Na dalam Sampel Tanah (std tanpa K)
Bobot Conc
Kode Vlabu Kadar Na
Ulangan Sampel Abs Na Fp
Sampel (mL) (mg/kg)
(g) (mg/L)
% RSD
Bobot Conc
Kode Vlabu Kadar Na
Ulangan Sampel Abs Na Fp
Sampel (mL) (mg/kg)
(g) (mg/L)
% RSD
31
PRAKTIK KE-6
TUJUAN
Mengidentifikasi gugus fungsi senyawa organik secara spektrofotometri infra merah
PRINSIP
Senyawa organik merupakan senyawa yang banyak mengandung unsur C,H dan O dan
banyak memiliki gugus fungsi. Keberadaan gugus fungsi dalam suatu senyawaan dapat
diidentifikasi secara kualitatif menggunakan spektrofotometer infra merah, karena
setiap gugus fungsi mampu menyerap sumber radiasi daerah infra merah pada frekwensi
tertentu.
PROSEDUR KERJA
1. Lakukan Pekerjaan Prosedur K3 sesuai SOP (lihat SOP K3)
2. Lakukan prosedur preparasi standar dan sampel sesuai cara kerja atau petunjuk asisten
3. Lakukan prosedur pengoperasian instrument sesuai SOP
4. Lakukan pengolahan data menggunakan software excel, minitab atau software lainnya
yang sesuai
5. Laporkan hasil percobaan Anda sesuai prosedur tata cara pelaporan praktik
CARA UJI :
1. Alat dan Bahan
Alat : - Spektrofotometer Infra merah
- Wadah sampel
- Pipet
Bahan : - Senyawaan organik yang berwujud cair -
- Senyawaan organik berwujud padatan transparan (plastik)
- Senyawaan organik lain
32
2. Pengukuran
Sampel wujud cairan atau padatan diteteskan ke sample holder alat infra merah. Lalu
diukur transmitannya pada bilangan gelombang 4000-1000 cm-1 atau sesuai SOP alat.
Dicatat bilangan gelombang pada setiap puncak serapan lalu dibandingkan dengan
spectrum infra merah pada setiap bilangan gelombang (lihat tabel ).
Ikatan-ikatan dalam suatu senyawa kimia akan selalu bergetar setiap saat. Jika ikatan
tersebut disinari dengan jumlah yang tepat, maka akan menyebabkan terjadinya getaran
ke tingkat yang lebih tinggi. Karena yang terlibat pada pembelokan ini juga berbeda-beda
pada setiap jenis ikatan, maka setiap jenis ikatan akan menyerap sinar infra-merah dengan
frekwensi yang berbeda-beda pula untuk membuatnya meloncat ke tingkat yang lebih
tinggi. Beberapa daerah terpenting dalam spektrum inframerah dapat dilihat pada Tabel
berikut :
Tabel terkait rentang frekuensi spektroskopi IR, tampilan getaran dan serapan untuk
gugus fungsi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
33
Contoh interpretasi data spektum IR
▪ Analisis spektrum IR yang mengandung peak C=O (1820-1660 cm-1)
Jika selain peak C=O ,
− Terdapat OH ( 3000 – 2500 cm-1) mengindikasikan senyawa asam karboksilat
− Terdapat NH (3500 cm-1) mengindikasikan amide (-NH-C=O )
− Terdapat C-O ( 1243 cm-1) mengindikasikan ester
− Jika tidak terdapat OH, NH atau C-O mengindikasikan senyawa ketone
▪ Interpretasi spektrum IR jika tida ada peak C=O , cek peak OH (3600-3300 cm-1),
− jika tidak ada C=O, mengindikasikan senyawa alkohol
− check NH (3500 cm-1) mengindikasikan amine
− Jika tidak ada C=O & tidak ada OH check C-O (1300 cm-1) mengindikasikan
eter
− Lihat C=C ( cm-1) mengindikasikan aromatic aromatic
34
4. Tabel Data Pengamatan Spektrum Sampel
2.
3.
4.
Interpretasi data :
35
PRAKTIK KE-7
Gangguan Analisis Ca pada Spektrofotometri Serapan Atom-Nyala
TUJUAN
Mengamati gangguan dalam analisa dengan Flame-AAS dan cara mengatasinya
PRINSIP
Gangguan pada pengukuran AAS salah satunya yaitu pembentukan senyawa refraktori.
Gangguan ini dapat diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan senyawa kimia, biasanya
anion, yang ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa yang tahan panas
(refractory). Sebagai contoh, pada penetapan kalsium, keberadaan fospat akan bereaksi
dengan kalsium dalam nyala menghasilkan pirofospat (Ca2P2O7). Hal ini menyebabkan
absorpsi ataupun emisi atom kalsium dalam nyala menjadi berkurang. Gangguan ini
dapat diatasi dengan menambahkan stronsium klorida atau lanthanum nitrat ke dalam
larutan. Kedua logam ini mudah bereaksi dengan fospat dibanding dengan kalsium
sehingga reaksi antara kalsium dengan fospat dapat dicegah atau
diminimalkan. Gangguan ini dapat juga dihindari dengan menambahkan EDTA berlebih.
EDTA akan membentuk kompleks kelat dengan kalsium, sehingga pembentukan senyawa
refraktori dengan fospat dapat dihindarkan. Selanjutnya kompleks Ca-EDTA akan
terdisosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang menyerap sinar.
PROSEDUR KERJA
1. Lakukan Pekerjaan Prosedur K3 sesuai SOP (lihat SOP K3)
2. Lakukan prosedur preparasi standar dan sampel sesuai cara kerja atau petunjuk asisten
3. Lakukan prosedur pengoperasian instrument sesuai SOP
4. Lakukan pengolahan data menggunakan software excel, minitab atau software
lainnya yang sesuai
5. Laporkan hasil percobaan Anda sesuai prosedur tata cara pelaporan praktik
36
CARA UJI :
1. Alat dan Bahan
Alat :
− Spektrofotometer serapan atom
− Buret
− Corong
− Pipet Mohr
− Labu takar 100 mL dan 50 mL dan alat gelas lainnya
Bahan :
▪ CaCO3
▪ (NH4)2SO4
▪ KCl
▪ AlCl3
▪ (NH4)2HPO4
▪ SrCl2
▪ LaCl3
▪ HCl 0,1 N
▪ EDTA
2. Cara Kerja
Pembuatan Larutan Induk Ca 100 mg/L
Kristal kering CaCO3 ditimbang 0,0250 g, lalu dimasukkan ke labu takar 100 mL
dan ditambahkan beberapa tetes HCl 4N, lalu ditera menggunakan akuades dan
dihomogenkan.
37
kemudian larutkan dalam labu takar 100 mL menggunakan aquades. Tambahkan
aquades sampai dengan tanda tera dan dihomogenkan.
Buatlah larutan ke labu takar 50 mL dengan komposisi berikut ini kemudian ukur
serapan dengan panjang gelombang 422,7 nm (Lampu Ca). Konsentrasi dinyatakan
dalam mg/L. Suasana larutan dalam HCl 0,1 M. Gunakan kurva kalibrasi untuk
mengukur konsentrasi larutan
38
Konsentrasi (mg/L)
No
Ca SO42- PO43- Sr2+ La3+ EDTA
1 4 - - - - -
3 4 100 - - - -
4 4 100 - 5000 - -
5 4 100 - - 5000
6 4 100 - - - 5000
8 4 - 100 - - -
8 4 - 100 5000 - -
9 4 - 100 - 5000 -
10 4 - 100 - - 5000
4. Hasil Praktik
− Pembuatan Larutan
Nama Konsentrasi Bahan Kimia Bobot bahan Volume
Larutan yang kimia yang (mL)
Ditimbang ditimbang
(g)
Ca 100 mg/L
SO42- 5000 mg/L
PO43- 5000 mg/L
La3+ 25%
Sr2+ 25%
EDTA 25%
39
− Pembuatan dan Pengukuran Deret Standar
Slope (b)
Intercept (a)
Konsentrasi (mg/L)
No Abs Conc Ca
Ca SO42- PO43- Sr2+ La3+ EDTA (mg/L)
1 4 - - - - -
3 4 100 - - - -
4 4 100 - 5000 - -
5 4 100 - - 5000
6 4 100 - - - 5000
8 4 - 100 - - -
8 4 - 100 5000 - -
9 4 - 100 - 5000 -
10 4 - 100 - - 5000
40
PRAKTIK KE-8
Perhitungan Estimasi Ketidakpastian pada Analisis Spektrofotometri
41
5. Menghitung estimasi masing-masing ketidakpastian baku sebagai nilai yang
ekivalen dengan smpangan baku (SD) berdasarkan kategori komponen
ketidakpastian.
( x) = SD 2
( x ) = SD
3
Sedangkan untuk alat-alat volumetrik yang masih baru dan sangat tepat
dapat digunakan distribusi triangular.
( x) = SD 6
➢ Jika data-data yang diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya bukan
dalam bentuk SD, tetapi CV (%) atau RSD, maka ketidakpastian bakunya :
- Untuk CV (%) dibagi 100, dikalikan dengan x rata-rata
CV (%)
( x ) = .x
100
- Untuk RSD dikalikan dengan x rata-rata
( x ) = RSD.x
42
y2 = a2 + b2 atau y = a2 + b2 + ...
c
2 2
= a + b
C A B
c. Untuk y = ax, dimana ”a” adalah konstanta digunakan rumus :
μy = A.μX
43
Rumus Gabungan Komponen Ketidakpastian Baku
Rumus gabungan komponen ketidakpastian baku yang umumnya digunakan dalam metode
analisis kimia dijabarkan sebagai berikut :
𝑘𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑛𝑒𝑟𝑎𝑐𝑎
µ𝑘𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 =
𝑘
2. Rumus penentuan ketidakpastian asal peralatan gelas kuantitatif (labu takar , pipet
volumetri, buret)
∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
𝑆𝐷 = √
𝑁−1
SD
RSD = x100%
x̅
44
%RSD = Persen Relative Standar Deviasi
𝜇𝐹𝑃 µ µ
= √( 𝑉𝑣 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 )2 + ( 𝑉𝑣 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑎𝑘𝑎𝑟 )2
𝐹𝑃 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑎𝑘𝑎𝑟
atau
FP = Faktor Pengenceran
(𝑌𝑖 − 𝑌𝑐)2
𝑹𝑺𝑫 𝒌𝒖𝒓𝒗𝒂 𝒓𝒆𝒈𝒓𝒆𝒔𝒊 (𝑺𝒚/𝒙) = √
(𝑛 − 2)
Catatan :
45
46
1. Menghitung estimasi ketidakpastian analisis Cu dalam sampel air limbah
secara spektrofotometri serapan atom- nyala (SSA) -Nyala
Berikut cara kerja preparasi sampel untuk penetapan Cu dalam sampel air limbah sesuai
metode SNI 6989.6:2009 : Air dan air limbah – Bagian 6 : Cara uji tembaga (Cu) secara
spektrofotometri serapan atom (SSA)- nyala
47
Karena konsentrasi sampel di atas konsentrasi deret standar tertinggi, dilakukan
pengenceran dengan memipet sampel sebanyak 5 mL ke dalam labu takar 50 mL. Data
hasil pengukuran sampel sebagai berikut :
Ulangan Abs
1 0,0630
2 0,0628
3 0,0636
4 0,0640
5 0,0633
48
3. Setelah semua logam larut, tambahkan 25 mL akuades dan panaskan larutan sampai
volume larutan tersisa 25 mL. Lakukan sebanyak 2 – 3 kali pengisatan.
4. Dinginkan larutan sampai suhu kamar kemudian pindahkan ke dalam labu takar 100
mL, tera dengan akuades, dan homogenkan.
5. Jika konsentrasi analit logam dalam larutan sampel lebih tinggi daripada deret larutan
kalibrasi standar kerja yang dibuat maka lakukan pengenceran.
Bobot
Ulangan Sampel Abs
(g)
1 0.0884 0.0372
k2 0.0862 0.0356
➢ Informasi ketidakpastian
− Data spesifikasi pabrik untuk labu takar 100 mL grade A ( 100 ± 0,10) mL pada
suhu 20° C
− Data kalibrasi neraca dari sertifikat kalibrasi dengan selang kepercayaan 95 %
diperoleh nilai ketidakpastian neraca sebesar 0,00084 gram
− Suhu laboratorium saat pengujian 25° C
49
1. Buatlah model sistem pengujian (bagan kerja)
50
2. Membuat rumus atau formula perhitungan (identifikasi besaran yang
akan diukur)
51
3. Membuat diagram fishbone
52
4. Menghitung estimasi masing-masing ketidakpastian baku sebagai nilai
yang serupa dengan simpangan baku (SD) berdasarkan kategori
komponen ketidakpastian
53
5. Menggabungkan komponen ketidakpastian baku (μ) untuk menghasilkan
ketidakpastian hasil uji secara keseluruhan menjadi ketidakpastian
gabungan
54
6. Menghitung ketidakpastian diperluas (U)
U = k.µg
55
DAFTAR PUSTAKA
ASTM E 536-98.Standard Test Methods for Chemical Analysis of Zinc and Zinc
Alloys
auer, HH., hristian , GD., O’ Reilly, JE.. 1979. Instrumental Analysis. Allyn and
Bacon, Inc. Boston.
Chan, CC., Lam, H., Lee, YC., Zhang, XM. 2004. Analytical method validation and
instrument performance verification. John Wiley & Sons , Inc., Hoboken, New
Jersey.
https://www.sigmaaldrich.com/ID/en/technical-documents/technical-
article/analytical-chemistry/photometry-and-reflectometry/ir-spectrum-table.
Diakses pada 6 Nopember 2023
Skoog, DA., Holler, FJ., and Stainley CR., 2007. Principles of Instrumental Analysis
Sixth Editions. David Harris Belmont USA.
SNI 6989.6:2009. Air dan air limbah - Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala
SNI 6989.71:2009 Air dan air limbah – Bagian 71: Cara uji krom heksavalen (Cr-
VI) dalam contoh uji secara spektrofotometri
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi ke-5.. Diterjemahkan oleh Ir. L. Setiono & Dr. A. Hadyana Pudjaatmaka.
PT Kalman Media Pustaka. Jakarta.
56
Lampiran 1. Tabel Spekrum IR
57
3100-3000 medium C-H alkene
stretching
58
2140-2100 weak CΞC alkyne
stretching
59
1750-1735 strong C=O δ-lactone
stretching
60
1680 strong C=O tertiary amide
stretching
61
1600-1300 1550-1500 strong N-O nitro compound
stretching
62
1370-1335 strong S=O sulfonamide
stretching
63
1085-1050 strong C-O primary alcohol
stretching
64
880 ± 20 strong C-H 1,3-
bending disubstituted
700 ± 20 benzene
derivative
65