Pengendalian Risiko 2021 KM
Pengendalian Risiko 2021 KM
01
2 Peraturan Terkait
3 Identifikasi Bahaya
4 Penilaian Risiko
5 Pengendalian Risiko
6 IBPRP
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
(SKKNI) KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 350 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK JASA
ARSITEKTUR DAN TEKNIK SIPIL; ANALISIS DAN UJI TEKNIS BIDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI
Elemen Kompetensi :
Bagian Ketiga
PASAL 7
Elemen Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
a. kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam Keselamatan Konstruksi;
b. perencanaan Keselamatan Konstruksi;
c. dukungan Keselamatan Konstruksi;
d. operasi Keselamatan Konstruksi; dan
e. evaluasi kinerja Keselamatan Konstruksi
PASAL 9
Perencanaan Keselamatan Konstruksi merupakan
kegiatan yang paling sedikit meliputi:
a. mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko,
pengendalian, dan peluang
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012
TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Bagian Ketiga
Perencanaan K3
PASAL 9.3
Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan:
a. hasil penelaahan awal;
b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko;
c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya; dan
d. sumber daya yang dimiliki
IDENTIFIKASI BAHAYA
BAHAYA (hazard)
Segala sesuatu (sumber/kondisi/tindakan) berpotensi merugikan/
mencederakan pada; (manusia, kerusakan alat/harta benda,
gangguan proses produksi, kerusakan lingkungan Andry Kurniawan, SKM., MKKK. - 2020
potensi
BAHAYA
kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin,
pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses
produksi dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan
gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja
Jenis Bahaya
Bahaya Benda Fisik 1. Cahaya yang intensitasnya terlalu tinggi atau rendah
(Physical Hazards) (terlalu terang, gelap, remang-remang, dll.);
2. Suara bising melebihi ambang batas;
3. Suhu terlalu panas atau terlalu dingin (ruang, benda);
4. Tekanan terlalu tinggi atau rendah;
5. Radiasi elektromagnetis (ultra violet, infrared, dll.);
6. Radiasi ionisasi (rontgen, radioactive/nuklir, dll.),
7. Getaran benda bekerja dan getaran lingkungan kerja
yang melampaui ambang batas.
Bahaya Benda Diam 1. Bahaya perbedaan elevasi atau gravitasi (printer yang
(StaticHazards) diletakkan diatas lemari kerja sedangkan posisi pekerja
berada dibawahnya);
2. Bahaya air (terlalu dalam, terlalu dingin, terlalu panas);
3. Bahaya kerusakan perkakas/sarana kerja;
4. Bahaya konstruksi (jembatan/perancah ambruk, dll.);
5. Bahaya pemasangan (sambungan/baut tidak kuat, dll.)
Pasal 84AE
Risiko Keselamatan Konstruksi
a. kecil;
b. sedang;
c. besar.
Risiko besar
a. bersifat berbahaya tinggi berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi.
b. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp100.000.000.000;
c. mempekerjakan tenaga lebih dari 100 (seratus) orang;
d. menggunakan peralatan berupa pesawat angkat;
e. menggunakan metode peledakan dan/atau menyebabkan terjadinya peledakan;
f. Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi tinggi.
Konsep dasar penilaian risiko
Identifikasi Bahaya
Menentukan
Menilai Risiko
A. Sumber (4M 1 E) B. jenis Pengendalian
penilaian risiko R = F X S
TTA & KTA frekuensi severity
kekerapan keparahan
FREQUENCY Seberapa SERING kecelakaan pernah terjadi pada
(KEKERAPAN) suatu pekerjaan
Level 5
Level 4
Level 3
Level 2
Level 1
Skala Konsekuensi
Tingkat Keselamatan
Keparahan Lingkungan
Manusia
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)
Timbulnya fatality Terdapat satu Material rusak dan Menimbulkan pencemaran
4 1 orang peralatan utama yang perlu mendatangkan udara/air/tanah/suara namun tidak
meninggal dunia; rusak total dan material baru yang adanya keluhan dari pihak
mengakibatkan membutuhkan waktu 1 masyarakat;atau
Atau pekerjaan berhenti minggu dan Terjadi kerusakan lingkungan yang
1 orang cacat selama 1 minggu mengakibatkan berhubungan dengan flora dan
tetap pekerjaan berhenti fauna;atau
Rusaknya sebagian aset
masyarakat sekitar; atau
Terjadi kerusakan sebagian akses
jalan masyarakat
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN
Skala Konsekuensi
Tingkat Keselamatan
Keparahan Lingkungan
Manusia
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)
Terdapat insiden terdapat lebih dari Material rusak dan Menimbulkan pencemaran
3 yang satu peralatan yang perlu mendatangkan udara/air/tanah /suara yang
mengakibatkan rusak dan memerlukan material baru yang mempengaruhi lingkungan
lebih dari 1 perbaikan dan membutuhkan waktu kerja;atau
pekerja dengan mengakibatkan lebih dari 1 minggu dan Terjadi kerusakan lingkungan yang
penanganan pekerjaan berhenti tidak mengakibatkan berhubungan dengan tumbuhan di
perawatan medis selama kurang dari pekerjaan berhenti lingkungan kerja;atau
rawat inap, tujuh hari
kehilangan waktu Terjadi kerusakan akses jalan di
kerja lingkungan kerja
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN
Skala Konsekuensi
Tingkat Keselamatan
Keparahan Lingkungan
Manusia
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)
Terdapat insiden Terdapat satu Material rusak dan Menimbulkan pencemaran
2 yang peralatan yang rusak, perlu mendatangkan udara/air/tanah/suara yang
mengakibatkan 1 memerlukan material baru yang mempengaruhi sebagian
pekerja dengan perbaikan dan membutuhkan waktu lingkungan kerja;atau
penanganan mengakibatkan kurang dari 1 minggu, Terjadi kerusakan sebagian akses
perawatan medis pekerjaan berhenti namun tidak jalan di lingkungan kerja
rawat inap, selama lebih dari 1 mengakibatkan
kehilangan waktu hari pekerjaan berhenti
kerja
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN
Skala Konsekuensi
Tingkat Keselamatan
Keparahan Lingkungan
Manusia
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)
Terdapat insiden Terdapat satu Tidak mengakibatkan Tidak mengakibatkan gangguan
1 yang peralatan yang rusak, kerusakan material lingkungan
penanganannya memerlukan
hanya melalui perbaikan dan
P3K, tidak mengakibatkan
kehilangan waktu pekerjaan berhenti
kerja selama kurang dari 1
hari
PENETAPAN tingkat risiko
KEKERAPAN KEPARAHAN
KEKERAPAN 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
2 2 4 6 8 10
3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25
PENGUKURAN PENGENDALIAN
Identifikasi bahaya dan disesuaikan dengan hirarki
penilaian risiko pengendalian
NILAI AMBANG BATAS
&
STANDAR
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
PerMen Kesehatan RI No. 48 Tahun 2016 tentang Standar K3 Perkantoran pasal 17
PerMen Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja, Pasal 7 : 3
salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1.
1 Eliminasi
2 Substitusi
KEHANDALAN
PROTEKSI
3 Rekayasa/
Engineering
4 Pengendalian
Administratif
5 Alat Pelindung
Diri
1. ELIMINASI Hirarki teratas dan paling efektif
Upaya menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal dari
bahan, proses, operasi atau peralatan
tujuan :
• untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam
menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada
desain.
• Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif
sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam
menghindari risiko
• penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis
dan ekonomis.
• Metode alternatif
PENGENDALIAN
Safety sign
preventive maintenance/manual book
pengukuran kebisingan secara berkala
pelatihan dan penggunaan earplug yang sesuai
CONTOH KASUS
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
FLYOVER
PALANG LINTASAN
RAMBU
IBPRP
Identifikasi Bahaya, Pengendalian Risiko dan Peluang
Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)
KONSULTANSI KONSTRUKSI PENGAWASAN/ MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI
a. Deskripsi Risiko;
b. Persyaratan Pemenuhan Kebutuhan;
c. Pengendalian Awal;
Format IBPRP sekurang-kurangnya d. Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi;
memuat: e. Pengenalian Lanjutan;
f. Penilaian Sisa Risiko;
g. Keterangan.
CONTOH FORMAT TABEL IBPRP PEKERJAAN KONSTRUKSI
Keterangan Tabel IBPRP
ichwan.one@gmail.com