Anda di halaman 1dari 21

“RANCANG BANGUN MESIN PENGERING LAKSO

METODE TRAY DAN ROTARY DRYING KAPASITAS 4 KG”

MAKALAH PROYEK AKHIR


Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ketuntasan Mata Kuliah
Bahasa Indonesia di D3 Teknik Perancangan Mekanik Politeknik Manufaktur
Negeri Bangka Belitung

Disusun Oleh :

Nama : Fatra (0022238)


Dosen Pengampuh : Dr. Sukanto, S.S.T., M.Eng.

POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI


BANGKA BELITUNG
TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL PROYEK AKHIR


RANCANG BANGUN MESIN PENGERING LAKSO
METODE TRAY DAN ROTARY DRYING KAPASITAS 4KG
Oleh :

Fatra : 0022238

Laporan akhir ini telah disetujui dan disahkan sebagai salah satu syarat kelulusan Ulangan
Tengah Semester (UTS) Bahasa Indonesia Program Diploma III Politeknik Manufaktur
Negeri Bangka Belitung

Menyetujui,

Dosen Pengampuh Mahasiswa

Dr. Sukanto, S.S.T., M.Eng. Fatra


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa. Penulis panjatkan Puji dan Syukur atas
kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmatnya penulis bisa menyelesaikan Tugas Makalah
Proyek Akhir pada tepat waktunya.
Tugas Makalah Proyek Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dapat
menyelesaikan Tugas Bahasa Indonesia dengan Dosen Pengampu Bapak Dr. Sukanto, S.S.T.,
M.Eng. Tugas ini disusun berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis baik dari dosen
pengampu maupun dari modul yang diberikan. Penulis menyadari bahwa Tugas ini masih
banyak terdapat kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu
penulis mengharapkan tambahan dan saran dari pembaca. Dan penulis berharap agar Tugas
Makalah Proyek Akhir ini dapat berguna bagi pembaca dan penulis sendiri. Demikianlah
yang dapat penulis sampaikan dan akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Sungailiat, 22 April 2024

Penulis
ABSTRAK

Lakso adalah makanan sejenis mi yang diberikan bumbu dengan kuah santan yang berwarna
kuning. Kandungan lakso bisa memberikan rasa kenyang bagi orang yang mengkonsumsinya
karena umumnya terbuat dari tepung beras (beras yang digiling menjadi tepung). Berdasarkan
data yang didapat melalui survey ke pembuat lakso, biasanya lakso bertahan 2 hari karena
kondisi basah. Setelah itu lakso tidak layak lagi untuk dimakan". Maka dari itu dibutuhkan alat
pengering lakso, untuk mengawetkan lakso. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan
membangun mesin pengering yang mampu mengeringkan lakso dengan kapasitas 4Kg,
mampu mengeringkan lakso hingga mengurangi kadar air/basah sebesar 70% dan berharap
warna lakso tidak berubah. Dalam proses pengeringan lakso menggunakan 2 metode
pengeringan yaitu tray dan rotary drayer, dimana sistemnya berupa rak yang diisi lakso dan
rak tersebut berputar dengan sistem pemanas menggunakan kompor dan suhunya bisa diatur
secara manual. Berdasarkan hasil pengeringan lakso yang telah dilakukan suhu yang
dibutuhkan untuk mengeringkan lakso yaitu suhu 50° C-70° C dengan tingkat kekeringan 70%
dan warna lakso tidak berubah.

Kata kunci: pengering, lakso, suhu, tray dan rotary drayer.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lakso merupakan salah satu makanan khas dari pulau Bangka, Indonesia. Lakso itu
sendiri adalah makanan sejenis mie yang diberikan bumbu dengan kuah santan yang berwarna
kuning mengandung ikan. Bahan adonan lakso merupakan campuran Tepung Beras 2 kg. Sagu
2 kg dan Air 1 liter. Sedangkan teknis pembuatannya, adonan yang sudah jadi ditekan dengan
alat pengepres, kemudian dibentuk seperti mie berwarna bening dan sedikit keputih-putihan.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan di kediaman bapak Umar mengenai pembuatan
makanan khas Bangka yaitu laksa/lakso pada tanggal 3 februari 2017 yang berlokasi di
simpang Cokro, Sungailiat, bahwa "Pada umumnya lakso setelah di buat langsung dimakan,
dan jangka waktu untuk bisa dikonsumsi paling lama 2 hari, setelah itu, lakso tidak layak lagi
untuk dimakan". Makanan lakso dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini.

Gambar 1.1 Makanan Lakso

Produksi lakso semakin meningkat dan berkembang seiring banyaknya permintaan


konsumen dari luar Bangka. Dengan keterbatasan waktu kadaluarsa dan stok yang tersedia dari
lakso itu sendiri, maka dibutuhkan alat pengering lakso untuk mengawetkan lakso agar lakso
bisa dipasarkan keluar pulau Bangka. Pengeringan merupakan salah satu proses pengolahan
pangan yang sudah lama dikenal. Tujuan dari proses pengeringan adalah menurunkan kadar air
sehingga bahan menjadi lebih awet, mengurangi volume bahan sehingga memudahkan dan
menghemat biaya pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan.

Prinsip utama proses pengeringan adalah pengeluaran air dari bahan akibat proses
pindah panas yang berhubungan dengan adanya perbedaan suhu antara permukaan produk
dengan permukaan air pada beberapa lokasi dalam produk. Ukuran bahan yang akan
dikeringkan dapat mempengaruhi kecepatan waktu pengeringan. Semakin kecil ukuran bahan
akan semakin cepat waktu pengeringannya.
Hal ini disebabkan bahan yang berukuran kecil memiliki luas permukaan yang lebih besar
sehingga memudahkan proses penguapan air dari bahan.[1]

Ada 2 metode dalam pengeringan, yaitu:

1. Pengeringan secara alami (dijemur di bawah terik matahari).


2. Pengeringan dengan alat pengering.
Pada proses pengeringan lakso, membutuhkan sumber panas terus- menerus, dan tidak
memungkinkan hanya bergantung pada sumber panas alam (matahari) dikarenakan cuaca tidak
bisa diperkirakan. Selain itu juga membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga dibutuhkan
sumber panas setiap saat. Dari banyak jenis pengeringan menggunakan alat, dalam tugas akhir
ini hanya 2 jenis pengeringan yang digunakan yaitu tray dryer dan rotary dryer.
Tray dryer menggunakan alat pengering tipe rak-rak yang digunakan sebagai tempat
bahan yang akan dikeringkan. Pengering baki (tray dryer) disebut juga pengering rak atau
pengering kabinet, dapat digunakan untuk mengeringkan padatan bergumpal atau pasta.
Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan meletakkan material yang akan dikeringkan
pada baki yang lansung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan panas yang
umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas secara konduksi juga dimungkinkan
dengan memanaskan baki tersebut.
Drum dryer atau rotary dryer merupakan alat pengering yang berbantuk sebuah drum
yang berputar secara kontinyu yang dipanaskan menggunakan tungku atau gasifier. [2]
Dengan menggunakan 2 metode pengeringan ini, maka kami menggambil judul proyek
akhir "Rancang Bangun Mesin Pengering Lakso Dengan Metode Tray dan Rotary Drying
Kapasitas 4 kg", dengan harapan dapat membantu mengawetkan lakso agar dapat dikonsumsi
oleh masyarakat yang ada di luar Bangka tanpa mengurangi kualitas lakso tersebut.
1.2 Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk merancang dan membuat mesin pengering lakso yang tidak
bergantung panas matahari yang mampu :
▪ Mengeringkan lakso 70 %
▪ Mengeringkan lakso dengan warna tidak berubah.
▪ Menggunakan system Tray dan rotary draying

➢ Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian
besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energi panas. Keuntungan pengeringan adalah
bahan menjadi lebih tahan lama disimpan dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga
mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, disisi lain pengeringan
menyebabkan sifat ruang mengalami perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan
tambahan sebelum digunakan yaitu dehidrasi. [4]
➢ Alat Pengering
Alat yang digunakan untuk menghasilkan lakso yang lebih tahan lama adalah dengan
cara membuat alat pengering. Pengeringan merupakan salah satu proses pengolahan pangan
yang sudah lama dikenal. Tujuan dari proses pengeringan adalah menurunkan kadar air bahan
sehingga bahan menjadi lebih awet, mengecilkan volume bahan sehingga memudahkan dan
menghemat biaya pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan. Prinsip utama pengeringan
adalah pengeluaran air dari bahan akibat proses pindah panas yang berhubungan dengan
adanya perbedaan suhu antara permukaan produk dengan permukaan air pada beberapa lokasi
dalam produk. Ukuran bahan yang akan dikeringkan dapat mempengaruhi kecepatan waktu
pengeringan. Semakin kecil ukuran bahan akan semakin cepat waktu pengeringannya. Hal ini
disebabkan bahan yang berukuran kecil memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga
memudahkan proses penguapan air dari bahan. Alat yang digunakan untuk mengering lakso
adalah mesin pengering lakso dengan metode rotary drayer dan tray drayer. Secara fungsional
dirancang terdiri dari sistem pengering, kompor gas, motor listrik dan transmisi. Masing-
masing berfungsi sebagai berikut:
Sistem pengering merupakan sistem terpenting yang berfungsi untuk mengering lakso
hingga lakso yang dikeringkan bisa bertahan lama. Pada sistem ini terdapat sebuah
thermometer yang berfungsi alat untuk mengetahui suhu yang dipakai dalam proses
pengeringan dan juga sebuah rak-rak yang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk
menampung lakso yang ingin dikeringkan berdasarkan literatur yang didapat untuk
mengeringkan makanan dengan warna tidak berubah dengan menggunakan suhu 50° C-70° C.
pada pengeringan dengan suhu 50°C lebih baik dibanding suhu 60°C dan 70°C, karena pada
suhu 60°C dan 70°C terjadi reaksi pencoklatan.[5]
1.3 Macam-Macam Metode Pengeringan

Dibawah ini merupakan macam-macam pengeringan beserta fungsi dan cara kerjanya.

1. Batch Tray Dryer (Batch Drying)

Gambar 2.2Mesin Batch Tray Dryer (Batch Drying)

Metode batch merupakan metode tray drying yang paling sederhana. Tray dryerterdiri
dari bilik pemanasan yang terbuat dari kayu atau logam-logam tertentu. Tray kolom yang telah
dimasukkan material yang ingin dikeringkan kemudian di letakkan secara bersusun dalam
kolom. Setelah ruangan ditutup, maka udara panas dialirkan ke dalam ruang pemanas hingga
semua bahan menjadi kering. Udara panas yang masuk dari sebelah bawah ruang menyebabkan
material yang ada kolom yang paling bawah menjadi yang paling pertama kering. Setelah
tenggat waktu tertentu, tray akan dikeluarkan dan material yang telah kering diambil. Material
lain yang ingin dikeringkan dimasukkan dan prosedur terjadi berulang-ulang.

2. Rotary Dryer

Gambar : Mesin Rotary Dryer

Pengering rotary dryer biasa digunakan untuk mengeringkan bahan yang berbentuk
bubuk, granula, gumpalan partikel padat dalam ukuran besar. Rotary dryer adalah salah satu
jenis mesin pengering yang secara khusus digunakan untuk mengeringkan aneka bahan padatan
biasanya berbentuk tepung atau granul/butiran.
1.4 Proses Perancangan Produk.
Untuk membantu dalam merumuskan permasalahan dan menemukan solusi dari kendala-
kendala yang muncul, maka direncanakan proses-proses perancangan terhadap proyek sehingga dapat
memperoleh hasil yang diharapkan.

1.5 Merencanakan
Pada tahap merencanakan, setiap proses perencanaan diawali dengan permasalahan
yang datang sebagai pekerjaan yang harus diselesaikan atau dikerjakan, yang diciptakan atau
dipilih sendiri oleh perancang.

1.6 Mengkonsep

Mengkonsep adalah tahap perancangan dimana dalam tahap ini diuraikan masalah
tentang produk, tuntutan yang akan dicapai dari produk, pembagian fungsi, pemilihan alternatif
fungsi dan kombinasi alternatif hingga didapat keputusan akhir tahapan-tahapan mengkonsep:

1.7 Merancang

Perancangan merupakan kegiatan awal dari suatu rangkaian dalam proses pembuatan
produk. Perancangan produk yaitu sebuah proses yang berawal pada ditemukannya kebutuhan
manusia akan suatu produk sampai diselesaikannya gambar dan dokumen hasil rancangan yang
dipakai sebagai dasar pembuatan produk.
1. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam merancang, yaitu:
• Standarisasi Dalam merancang suatu produk sebaiknya menggunakan elemen-
elemen standar.
• Elemen mesin Dalam merancang suatu produk sebaiknya menggunakan elemen-
elemen yang umum digunakan serta seragam, baik jenis maupun ukurannya.
• Mekanika teknik dan pengetahuan bahan Produk yang dirancang sesuai dengan
trend, norma, estetika dan hindari bentuk-bentuk kontur khusus. Dalam
merancang produk harus diperhatikan jenis bahan yang akan digunakan.
• Bahan Pemilihan bahan disesuaikan dengan fungsi, tinjau sistem yang
bersesuaian dan hoat hahan yang lebih kuat dari yang lain.

1.8 Fase-Fase Perancangan

Dalam setiap kegiatan perancangan terdapat fase-fase yang direncanakan untuk


membatasi setiap kegiatan sehingga menjadi lebih fokus dan terarah, adapun fase-fase dalam
perancangan, yaitu:
• Fase definisi proyek, perencanaan proyek, analisa masalah, dan penyusunan
spesifikasi teknis proyek
• Fase perancangan konsep produk
• Fase penyusunan dokumen berupa gambar produk hasil rancangan dan spesifikasi
pembuatan produk
1.9 Metode Perancangan

Adalah suatu metode untuk menciptakan rancangan dengan berbagai alternatif dan
variasi untuk menghasilkan sesuatu secara optimal, baik dalam bentuk, fungsi, maupun proses
pembuatannya sesuai dengan tuntutan masyarakat.

2.0 Menyelesaikan

Proses akhir dari mulai pengumpulan Data dari berbagai sumber. membuat gambar
kerja Rancangan mesin, pemilihan alternatif Rancangan Mesin, proses pembuatan Mesin dan
pengecatan pada Mesin.

2.1 Klasifikasi Material

Klasifikasi Material yang digunakan adalah:


1. Stainless [9]
Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr. Sedikit
baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe. Karakteristik khusus
baja stainless adalah pembentukan lapisan film kronium oksida (Cr₂O). Lapisan ini berkarakter
kuat, tidak mudah pecah dan tidak terlihat secara kasat mata. Lapisan kromium oksidasi dapat
membentuk kembali jika lapisan rusak dengan kehadiran oksigen. Pemilihan baja stainless
didasarkan dengan sifat-sifat materialnya antara lain ketahanan korosi, pabrikasi, mekanik, din,
biaya produk. Penambahan unsur-unsur tertentu kedalam baja stainless
- Hard Kekerasan (HVN)
- Mod Modulus Elastisitas (Gpa)
- Density:Berat Jenis (Kg/m²)

2. Baja
Baja adalah paduan besi dengan karbon sampai sekitar 1.7%. Baja Perkakas adalah
kelompok baja yang pada umumnya mempunyai kandungan karbon dan juga paduan yang
tinggi. Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur
paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat
sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah
dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur paduan lain yang biasa
ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese), krom (chromium), vanadium dan
tungsten. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya
menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
2.2 Motor Litrik

Gambar : Mesin Motor Listrik

Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
Motor listrik dapat ditemukan pada peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci,
pompa air dan penyedot debu. Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga
mekanik. Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektro magnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari magnet
yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama, tarik-menarik.

2.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam proyek akhir ini adalah dengan menyusun
kegiatan-kegiatan dalam bentuk Diagram alir (flow chart), dengan tujuan agar tindakan yang
dilakukan lebih terarah dan terkontrol sehingga target- target yang diharapkan dapat tercapai.
Diagram alir pada kegiatan proyek akhir ini ditunjukkan oleh Gambar berikut ini.

Mulai

Survei
Identifikasi Masalah Ekperimen
Study Literatural

Perencanaan

Perancangan

Pembuatan Perakitan

Uji Coba

Hasil

Gambar : Diagram Alir Metodologi Penelitian


Mjjgghhh
2.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mencari data yang akan mendukung penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode yaitu, dengan survei, percobaan,
penelitian sebelumnya, dan observasi. Wawancara dilakukan mengenai permasalahan yang
berhubungan dengan pengeringan lakso. Adapun pengumpulan data yang penulis lakukan
yaitu:

2.5 Survei

Survey Pada penelitian ini, survei dilakukan di home industri kelas menengah
pengolahan lakso di di simpang Cokro, Sungailiat. Dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi dan keluhan pada pengolahan serta masukan-masukan yang berhubungan dengan
masalah yang akan dibahas.

2.6 Bimbingan dan Konsultasi

Bimbingan dan Konsultasi Metode pengumpulan data untuk mendukung pemecahan


masalah, dari pembimbing dan pihak-pihak lain, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

2.7 Percobaan

Percobaan Untuk mempermudah dalam pembuatan mesin dilakukan eksperimen atau


pengujian secara langsung pada lakso untuk mendapatkan data mengenai massa pada lakso.
Dalam eksperimen ini peralatan yang digunakan adalah:
- Timbangan
- Oven
- Lakso Basah

2.8 Studi Literatur

Studi Literatur Dalam melengkapi data dalam penulisan makalah ini, dikumpulkan
data- data dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Mulia Astuti "teknik
mempertahankan mutu lobak (raphanus sativus) dengan menggunakan alat pengering" (sri
mulia astuti, teknik pertanian). [5]
Untuk menunjang pembuatan mesin ini dilakukan pengumpulan data dari berbagai
sumber-sumber yang terkait dengan masalah-masalah yang akan dibahas. Sumber-sumber
tersebut berasal dari internet, data-data tersebut diambil dari sumber yang telah ada. Setelah
data-data berhasil dikumpulkan, diolah dan dianalisa untuk menentukan dan menyesuaikan
dengan kebutuhan industri usaha kecil menengah pengolahan makanan lakso. Kemudian diolah
dan didapat hasilnya adalah untuk mempermudah proses pengeringan lakso pada home
industry tersebut, maka perlu dibuat mesin pengering lakso.
2.9 Pembuatan Konsep dan Proses Perancangan

Pada tahap ini akan dibuat beberapa konsep atau sketsa dari mesin berdasarkan
pengumpulan data yang telah dilakukan. Semakin banyak konsep yang dapat dibuat, semakin
baik. Hal ini disebabkan karena desainer dapat memilih alternatif-alternatif konsep. Konsep
produk tidak diberi ukuran detail, tetapi hanya bentuk dan dimensi dasar produk. Pada tahap
evaluasi setiap konsep produk dibandingkan dengan konsep produk lain, satu per satu secara
berpasangan dalam hal kemampuan mememihi dan kemudian memberi skor pada hasil
perbandingan lalu menjumlahkan skor yang diperoleh setiap konsep produk Konsep produk
dengan skor tertinggi adalah yang terbaik Dari konsep yang terpilih akun dirancang komponen
pelengkap produk 32 Perhitungan desain secara menyeluruh akan dilakukan, misalnya
peerhitungan gaya-gaya yang bekerja, momen yang terjadi, daya yang dibutuhkan (pada
transmisi), kekuatan bahan (material), pemilihan material, pemilihan komponen penunjang,
faktor penting seperti faktor keamanan, keandalan dan lain-lain.

3.0 Pembuatan Alat/Febrikasi

Setelah rancangan telah selesai maka dilanjutkan ke proses permesinan. Pembuatan alat
yang telah dianalisis dan dihitung berdasarkan hasil tahapan perancangan yang telah dianalisis
dan dihitung sehingga mempunyai arah yang jelas dalam proses pembuatannya. Proses
permesinan yang dilakukan dalam pembuatan bagian-bagian menggunakan mesin milling,
welding, Gerinda. Adapun proses permesinan pada pembuatan komponen adalah sebagai
berikut:
1. Proses Milling dan Drilling
Untuk membuat lubang poros pada kopling, alur pasak poros, dan lubang poros.
2. Proses Welding Untuk pembuatan kontruksi rangka
3. Proses Gerinda Untuk menghaluskan hasil dari Welding.

3.1 Perakitan (Assembling)

Proses perakitan adalah proses penggabungan komponen-komponen dalam suatu


bentuk yang saling mendukung sehingga terbentuk mekanisme kerja sesuai dengan yang
diinginkan. Proses perakitan mesin dilakukan setelah proses permesinan dilakukan selanjutnya
dengan memasang dan merakit semua komponen yang telah dibuat, baik komponen utama,
komponen pendukung. maupun komponen standar menggunakan metode penyambungan
secara permanen dan non permanen.

3.2 Uji Coba

Setelah mesin sudah selasai di tahapan perakitan, dilanjutkan ke tahapan Uji Coba.
Dalam suatu percobaan sebuah alat biasanya mengalami kegagalan sehingga sebelum
dilakukan proses percobaan alat sebaiknya dipersiapkan semaksimal mungkin agar alat yang
akan dicoba dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan. Apabila dalam uji coba alat ini
mengalami kegagalan maka sebaiknya dilakukan evaluasi tentang apa yang menyebabkan
kegagalan tersebut, kemudian lakukan perbaikan. Setelah itu lakukan uji coba kembali, jika
berhasil sesuai dengan yang diinginkan maka pembuatan alat telah selesai.
3.3 Hasil

Analisis dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan ketika
menggunakan mesin.

3.4 Kesimpulan

Kesimpulan Kesimpulan merupakan suatu gambaran umum dari semua proses dan
hubungannya dengan tujuan serta hasil yang diharapkan.

3.5 Keputusan
Pada varian ini, dipilih system rak berputar yang memiliki penampung rak 4 buah.
Sedangkan untuk sistem cover menggunakan bentuk persegi panjang. untuk sistem
pengeringannya menggunakan kompor, sistem transmisi menggunakan kopling, pengikatan
antara kerangka satu dengan kerangka yang lain menggunakan las. Gambar 4.7 berikut adalah
varian konsep yang telah dipilih.

Gambar : Varian Konsep

Sistem kerja: Hidupkan kompor gas sampai suhu 70°. Sambungkan sekelar ke listrik.
Pada saat saklar on, motor listrik akan hidup dan berputar, kemudian putaran tersebut
diteruskan oleh kopling masuk ke poros penyangga rak.
Keuntungan: Kemampuan mesin dalam mengeringkan lakso merata, karena raknya berputar
yang menyebabkan suhu tetap stabil
Kerugian: Pembuatan relatif sulit karena poros penyangga rak harus sesumbu

Dari penilaian kotak morfologi di atas, varian yang dipilih adalah varian konsep 3
dengan nilai terbesar 394 (lihat tabel 4.18). Dari varian konsep tersebut kemudian dioptimasi
sub fungsi yang ada sehingga diperoleh hasil rancangan yang baik dan sesuai dengan yang
diinginkan. Varian konsep 3 Pada varian ini, dipilih system rak berputar yang memiliki
penampung rak 4 buah. Sedangkan untuk sistem cover menggunakan bentuk persegi panjang.
untuk sistem pengeringannya menggunakan kompor, sistem transmisi menggunakan kopling,
pengikatan antara kerangka satu dengan kerangka yang lain menggunakan las.
3.6 Merancang Mesin

Pada tahap ini akan dibuat beberapa konsep atau sketsa dari mesin berdasarkan
pengumpulan data yang telah dilakukan. Semakin banyak konsep yang dapat dibuat, semakin
baik. Hal ini disebabkan karena desainer dapat memilih alternatif-alternatif konsep. Konsep
produk tidak diberi ukuran detail. tetapi hanya bentuk dan dimensi dasar produk. Pada tahap
evaluasi setiap konsep produk dibandingkan dengan konsep produk lain, satu per satu secara
berpasangan dalam hal kemampuan memenuhi dan kemudian memberi skor pada hasil
perbandingan lalu menjumlahkan skor yang diperoleh setiap konsep produk. Konsep produk
dengan skor tertinggi adalah yang terbaik.
Dari konsep yang terpilih akan dirancang komponen pelengkap produk Perhitungan
desain secara menyeluruh akan dilakukan, misalnya peerhitungan gaya-gaya yang bekerja,
momen yang terjadi, daya yang dibutuhkan (pada transmisi), kekuatan bahan (material),
pemilihan material, pemilihan komponen penunjang, faktor penting seperti faktor keamanan,
keandalan, dan lain-lain. Dalam merancang mesin pengering lakso ini menghasilkan draft dan
rancangan yang akan dibuat, beberapa langkah yang dikerjakan adalah:
* Draft Rancangan
Setelah kombinasi varian konsep didapat, langkah selanjutnya adalah membuat gambar
draft rancangan mesin pengering lakso. Beberapa komponen dioptimasi untuk menghasilkan
rancangan dengan detail konstruksi yang ringkas dan mudah dalam pemesinannya.
Aspek-aspek dalam merancang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Assembly
Dalam melaksanakan kerja merakit, dimaksudkan benda yang akan dirakit tidak susah dan
tidak memerlukan alat khusus. Seperti merakit mesin ini hanya menggunakan alat seperti kunci
pas dan kunci ring. Ganbar 4.9 berikut adalah contoh proses Assembly yang dilakukan.

Gambar : Assembly
2. Material
Dari gambar 4.10 di bawah menggunakan bahan material yang akan digunakan pada
kontruksi, seperti stainless, aluminium, kuningan, material tersebut dipakai karena harga
terjangkau dan mudah didapat.

Gambar : Material

3. Pembuatan
Mesin atau alat dibuat bisa dengan mesin yang tersedia di bengkel sendiri tanpa
menggunakan mesin khusus.
4. Standardisasi
Pemilihan part-part juga kalau bisa benda yang sudah ada dijual di pasaran dan
mengurang proses pemesinan. Seperti Baut, Bearing, Kopling, dan Poros yang sudah standar.
Gambar 4.12 berikut adalah jenis Parts Standar yang digunakan.
5. Estetika
Estetika mencakup apakah mesin atau alat yang dibuat indah dilihat dan sesuai seperti
warna dan bentuk mesin. Ketingian mesin juga tidak lebih dari 2 meter.
6. Elemen Mesin
Mesin yang dibuat berdasarkan perhitungan elemen mesin yang relevan. Perhitungan
poros, dan bantalan menggunakan perhitungan elemen mesin. Bisa dilihat pada halaman 54.
7. Penyelesaian
Gambar draft yang telah direvisi, kemudian dibuat gambar draft final. gambar susunan dan
pembuatan mesin pengering laksodalam bentuk nyata serta uji coba. Tujuannya adalah agar
mesin yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan target yang ingin dicapai. Pada tahapan ini,
beberapa alternatif fungsi dipilih diantaranya fungsi rangka, fungsi rak, fungsi penggerak,
fungsi transmisi, fungsi pemanas, serta fungsi cover sehingga sesuai dengan kondisi
sesungguhnya ketika komponen tersebut dibuat. Beberapa komponen dapat ditambahkan atau
dikurangi sesuni dengan pertimbangan perancangan dan tingkat kesulitan dalam pembuatan
komponen itu sendiri.
1.1 Penelitian Sebelumnya
Nasir W. Setyanto, R. Himawan, Zefry D, Endra Y. Arifianto, Puteri Rina M.S., Kurnia
N. (2012), Perancangan Alat Pengering Mie Ramah Lingkungan, diakses pada 08 februari
2017. Dalam penelitian kali ini untuk proses pengeringan mie digunakan alat yang dapat
mengurangi kelemahankelemahan yang dimiliki oleh alat-alat sebelumnya digunakan baik itu
dalam industri rumahan maupun industri besar. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah alat yang menggunakan gaya sentrifugal untuk pengeringan dan blower dengan daya
rendah.
Westryan Tindaon, Hary Surya dan Ryan Sarandi (2013), Jenis-Jenis Alat
Pengering.
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi
kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima,
menggunakan panas. Kriteria pemilihan alat pengering adalah sifat bahan yamg dikeringkan,
keadaan bahan yang dikeringkan, sifat cairan yang ada dalam bahan, cara pengoperasianya
kontinu atau batch, dan banyaknya bahan yang akan dikeringkan. Faktor- faktor yang
mempengaruhi pengeringan adalah luas Permukaan, perbedaan suhu dan udara sekitar,
kecepatan aliran udara, tekanan udara dan kelembapan udara. Proses pengeringan pada
prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah massa yang terjadi secara bersamaan
(simultan). Pertama panas harus di transfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah
terjadi penguapan air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke
medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus di transfer
melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi panas harus di sediakan
untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar supaya
dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung
pada bahan yang di keringkan dan cara pemanasan yang digunakan. Jenis-jenis dryer adalah
tray dryer, rotary dryer, spray dryer, freeze dryer, fluidized bed dryer, vacum dryer dan
pengeringan gabungan.
Sandpatrol, (2012). Lakso, Makanan Khas Bangka, diakses pada 4 agustus 2017,
Maaf Beberapa penelitian sebelumnya tentang Lakso mungkin telah memfokuskan pada
aspek-aspek seperti: 1. Kandungan Nutrisi: Penelitian mungkin telah dilakukan untuk
mengetahui kandungan nutrisi dari Lakso, termasuk protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
2. Tekstur dan Rasa : Penelitian tentang tekstur mie dan rasa kuah santan ikan dalam Lakso. 3.
Teknik Pembuatan : Penelitian tentang teknik pembuatan Lakso yang tradisional dan variasi-
modernnya. 4. Penerimaan Konsumen: Studi mengenai bagaimana konsumen menerima dan
menilai rasa, tekstur, dan penampilan Lakso.

Agungsupomo, (2012), Pengeringan, Fakultas Pertanian Lampung, Lampung.


Proses pengeringan adalah suatu aktivitas mengubah spesimen (bahan yang dikeringkan) dari
fase awal padat, semi padat, atau cair, menjadi produk yang solid dengan mengambil air yang
terkandung dalam spesimen dari spesimen ke sekitarnya. Jadi, hasil dari proses pengeringan
adalah produk padat. Ketika tekanan berkurang karena pemvakuman, kelembaban relatif
menurun juga. Penurunan kelembaban relatif adalah faktor yang mempengaruhi laju
pengeringan. Jadi, laju pengeringan tidak langsung dipengaruhi oleh oleh penurunan tekanan,
tetapi kelembaban relatif. Dengan penurunan Selain itu, alat yang digunakan untuk
pengeringan mie dalam industri besar adalah hot blower. Alat tersebut bisa menghasilkan uap
panas yang dihasilkan oleh heater dalam box drying kemudian disebarkan ke seluruh box
drying dengan bantuan blower sehingga semua mi dalam box drying bisa kering merata.
Dalam drying box terdapat heater yang berfungsi mengubah uap basah menjadi uap kering dan
blower yang berfungsi sebagai penyebar uap kering ke seluruh drying box.

Sri Mulia Astutil, (2007), Tekniik Mempertahankan Mutu Lobak (Raphanus sativus)
dengan Menggunakan Alat Pengering Vakum. Teknik pengeringan vakum adalah salah satu
metode yang digunakan untuk mengawetkan kualitas dan nutrisi dari bahan makanan, termasuk
lobak (Raphanus sativus). Pengeringan vakum memanfaatkan tekanan rendah untuk
mengurangi titik didih air, sehingga air dapat menguap pada suhu yang lebih rendah
dibandingkan dengan pengeringan konvensional. Berikut adalah beberapa keuntungan
pengeringan vakum dalam mempertahankan mutu lobak: 1. Pertahanan Nutrisi : Dengan
mengurangi pengaruh panas yang berlebihan, nutrisi dalam lobak dapat lebih terjaga. 2. Warna
dan Tekstur : Pengeringan vakum dapat membantu mempertahankan warna alami dan tekstur
lobak yang lebih baik dibandingkan dengan metode pengeringan lainnya. 3. Pencegahan
Oksidasi : Teknik ini dapat mengurangi kontak lobak dengan oksigen, sehingga dapat
mencegah oksidasi dan kerusakan lain yang disebabkan oleh oksigen. 4. Peningkatan Umur
Simpan : Dengan mengurangi kadar air, lobak dapat memiliki umur simpan yang lebih panjang.
Muhammad, Dery, Adhatul dan Akbar, (2016). Macam Alat Pengering, Ada beberapa
macam alat pengering yang dapat digunakan untuk mengeringkan berbagai jenis bahan,
termasuk makanan, bahan kimia, atau produk lainnya. Berikut adalah beberapa jenis alat
pengering yang umum digunakan: 1. Pengering Vakum (Vacuum Dryer) : Seperti yang Anda
sebutkan sebelumnya, pengering vakum memanfaatkan tekanan rendah untuk mengurangi titik
didih air, sehingga air dapat menguap pada suhu yang lebih rendah. 2. Pengering Tray (Tray
Dryer): Alat pengering ini menggunakan metode konveksi udara panas untuk mengeringkan
bahan. Bahan diletakkan di atas tray dan udara panas dialirkan melalui tray tersebut untuk
mengeringkan bahan. 3. Pengering Drum (Drum Dryer) : Pengering ini menggunakan drum
yang dipanaskan untuk mengeringkan bahan. Bahan dicampur dan diaduk di dalam drum
sambil dipanaskan untuk menguapkan air. 4. Pengering Fluidisasi (Fluidized Bed Dryer) : Alat
ini menggunakan udara panas untuk membuat bahan bergerak seperti fluida, sehingga
meningkatkan area permukaan kontak antara bahan dan udara untuk proses pengeringan yang
lebih efisien. 5. Pengering Spray (Spray Dryer) : Metode ini mengubah cairan menjadi bentuk
bubuk dengan cara disemprotkan ke udara panas. Air dalam cairan tersebut menguap,
meninggalkan bubuk kering. 6. Pengering Freeze (Freeze Dryer atau Lyophilizer) : Proses
pengeringan ini melibatkan pembekuan bahan terlebih dahulu, kemudian air di dalam bahan
dihilangkan melalui sublimasi pada tekanan rendah. 7. Pengering Konveksi (Convection
Dryer): Menggunakan udara panas yang beredar untuk mengeringkan bahan. Udara panas
dialirkan melalui bahan untuk menguapkan air. 8. Pengering Radiasi (Radiant Dryer) :
Menggunakan radiasi inframerah atau mikro gelombang untuk mengeringkan bahan. 9.
Pengering Silinder (Rotary Dryer) : Bahan diletakkan di dalam silinder yang dipanaskan, dan
silinder berputar untuk memastikan pengeringan yang merata.

Ayi Ruswandi, (2004), Metode Perancangan 1, Metode perancangan adalah prosedur atau
pendekatan sistematis yang digunakan dalam proses perancangan untuk mencapai solusi yang
optimal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ditetapkan. Salah satu metode perancangan
yang umum digunakan adalah metode pendekatan sistematis. Berikut adalah contoh langkah-
langkah dalam metode perancangan 1 (menggunakan pendekatan sistematis): Langkah-
langkah dalam Metode Perancangan 1: 1. Definisi Masalah : - Identifikasi dan jelaskan masalah
yang akan diselesaikan. - Tentukan kebutuhan, tujuan, dan kriteria yang harus dipenuhi. 2.
Analisis Kebutuhan : - Kumpulkan informasi dan data yang diperlukan. - Analisis kebutuhan
fungsional dan non-fungsional. 3. Pengumpulan Data : - Kumpulkan data dari berbagai sumber
seperti literatur, survei, wawancara, dll. - Analisis data untuk memahami kebutuhan dan
kendala yang ada. 4. Konsep Awal : - Buat beberapa konsep awal desain yang mungkin sesuai
dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi. - Evaluasi setiap konsep berdasarkan kriteria dan
kebutuhan yang telah ditetapkan. 5. Desain Detail : - Pilih konsep desain yang paling optimal
dari konsep-konsep awal yang telah dievaluasi. - Lakukan desain detail dari konsep yang
dipilih, termasuk spesifikasi teknis, dimensi, material, dll. 6. Simulasi dan Analisis : - Lakukan
simulasi atau analisis untuk memastikan bahwa desain memenuhi kriteria dan kebutuhan yang
telah ditetapkan. - Evaluasi performa desain dan identifikasi potensi masalah atau kekurangan.
7. Prototipe dan Pengujian : - Buat prototipe dari desain yang telah dirancang. - Lakukan
pengujian untuk memvalidasi performa, keandalan, dan keamanan desain. 8. Evaluasi dan
Revisi : - Evaluasi hasil pengujian dan prototipe. - Lakukan revisi atau perbaikan berdasarkan
hasil evaluasi untuk mendapatkan solusi yang optimal. 9. Implementasi : - Implementasikan
desain yang telah disetujui ke dalam produksi atau aplikasi yang sesungguhnya. 10. Evaluasi
Pasca-implementasi : - Lakukan evaluasi terhadap implementasi desain untuk memastikan
bahwa solusi yang diberikan sesuai dengan ekspektasi dan memenuhi kebutuhan yang telah
ditetapkan.
BAB II
Penutup

2.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan dari rancang
bangun mesin pengering lakso menggunakan metode tray dryer dan rotary dryer adalah

• Hasil varian konsep yang dipilih adalah varian konsep 3 dipilih dengan nilai terbesar
berdasarkan sub fungsi yang ada sehingga diperoleh hasil rancangan yang baik dan
sesuai yang diinginkan.

• Spesifikasi mesin adalah berdimensi 1000 mm x 1000 mm x 600 mm, menggunakan


motor AC 25 watt dengan putaran 30 Rpm dan mesin berkapasitas 4 kg/6 jam.

• Hasil pengeringan lakso menggunakan mesin mencapai 70% dengan tidak berubah
warna pada suhu 50° С - 70° С.

• Untuk menjaga mesin agar tetap berjalan dengan optimal dibutuhkan beberapa
perawatan seperti perawatan terencana dan perawatan tidak terencana.

2.2 Saran
Setelah memahami cara pengeringan lakso kami dapat lebih memahami bagaimana
cara mengeringkan lakso dengan baik dan benar, untuk pembuatan makalah nantinya lebih
diperjelaskan secara detail cara pekerjaannya.
Daftar Pustaka

1. Nasir W. Setyanto, R. Himawan, Zefry D, Endra Y. Arifianto, Puteri Rina M.S., Kurnia N.
(2012), Perancangan Alat Pengering Mie Ramah Lingkungan, diakses pada 08 februari 2017,
Available: http://blog.ub.ac.id/ruthpagith21/files/2015/04/jurnal-alat-pegeringan.pdf

2. Westryan Tindaon, Hary Surya dan Ryan Sarandi (2013), Jenis-Jenis Alat Pengering. diakses
pada 30 januari 2017. Available:
http://westryantindaon.blogspot.co.id/2013/07/pengeringan.html

3. Sandpatrol, (2012). Lakso, Makanan Khas Bangka, diakses pada 4 agustus 2017, Available:
http://babel-kite.blogspot.co.id/2012/05/lakso- khas-bangka.html.

4. Agungsupomo, (2012), Pengeringan, Fakultas Pertanian Lampung, Lampung.

5. Sri Mulia Astutil, (2007), Tekniik Mempertahankan Mutu Lobak (Raphanus sativus) dengan
Menggunakan Alat Pengering Vakum, [Online], diakses pada 25 Juli 2017, Available:
http://pustaka litbang.pertanian.go.id/publikasi/bt121079.pdf

6. Muhammad, Dery, Adhatul dan Akbar, (2016). Macam Alat Pengering, [Online] diakses pada
08 februari 2017, Available: https://dokumen.tips/documents/macam-alat-pengering.html.

7. Ayi Ruswandi, (2004), Metode Perancangan 1, Polman Bandung,Bandung.

8. Anderian, Ferry Cadli, Gusti, Yudi Triyadi, 2008, Perancangan dan Pembuatan Tabung
Penggoreng dan Sistem Kontrol Pada Mesin Vacuum Frying, Laporan Proyek Akhir, Politeknik
Manufaktur Timah-UBB, Sungailiat.

9. Hardianto, Baja Stainless [Online], diakses pada 25 Juli 2017, Available:


https://hardiananto.wordpress.com/2008/06/14/baja- stainless.html.

10. Polman Timah, (1996), Elemen Mesin, Politeknik Manufaktur Timah, Sungailiat.

Anda mungkin juga menyukai