Anda di halaman 1dari 6

Artikel Ilmiah Metode Penelitian Kebudayaan

2023

ESENSI MAPPATABE’ DI ERA GENERASI MILENIAL: KAJIAN


ANTROPOLOGI BUDAYA

Afni Miftahul Jannah, Fia Laila Kalista Sari, Faliza Nurullatifa


Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin
e-mail: fialaila0601@gmail.com

Abstrak: Tabe’ atau Mappatabe’ adalah salah satu bentuk


komunikasi non verbal yang biasa dilakukan oleh masyarakat
Makassar dalam menunjukkan rasa hormat saat berjalan atau
menyapa seseorang yang lebih tua. Prilaku Mappatabe’
merupakan hal yang lumrah ditemukan pada orang sekumpulan
orang di Makassar dari berbagai kalangan. Eksistensi
Mappatabe’ pada kaum milenial, khususnya yang berdomisili
Makassar akan menjadi pusat penelitian kebudayaan kali ini.
Dengan menggunakan teori antropologi budaya sebagai pisau
iris dalam mengkaji sampel data. Metodologi penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Teknik pengambilan data dengan cara melakukan observasi
langsung ke lapangan dan kaum milenial sebagai objek
penelitiannya.

Kata Kunci: Mappatabe’, Milenial, Antropologi Budaya

Jannah, Afni Miftahul, dkk. (2023). Esensi Mappatabe di Era Generasi Milenial: Kajian Antropologi Budaya. Sastra
Indonesia, Unhas

1
Artikel Ilmiah Metode Penelitian Kebudayaan
2023
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut
menjadikan Indonesia memiliki daya Tarik dan pesona tersendiri yang mendorong kelestarian budaya agar
tetap utuh. Budaya lahir berdasarkan kesepakatan Bersama dan gagasannya sesuai dengan urgensi yang
dibutuhkan oleh kelompok sosial.
Kata budaya berasal dari Bahasa Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi.
Buddhi di dalam Bahasa Sansekerta memiliki arti budi atau akal. Jadi, secara keseluruhan budaya
berkaitan dengan akal budi atau manusia. Berbeda dengan hal tersebut, kata budaya dalam Bahasa Inggris
adalah culture. Kata culture yang berasal dari Bahasa latin colore yang berarti mengolah atau
mengerjakan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya adalah kegiatan mengolah
atau mengerjakan hal-hal yang berkenaan dengan budi atau akal.
Menurut Herskovit, kebudayaan adalah suatu adat atau tradisi yang turun menurun dari suatu
generasi ke generasi lain. Berbeda dengan hal tersebut, Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
memandang budaya sebagai hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Adapun Edward B. Taylor
menganggap budaya sebagai keselurah yang kompleks, yang memuat pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, adat istiadat, dan kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Merujuk
pada beberapa definisi di atas, bapat disimpulkan bahwa budaya adalah hasil cipta masyarakat yang
diwariskan dari generasi ke generasi yang bersifat kompleks, yang memuat kepercayaan, kesenian, adat
istiadat, dan kemampuan lainnya.
Setiap daerah dibelahan Indonesia pasti memiliki budaya yang berbeda-beda, begitu pula di
Makassar. Makassar adalah salah satu kota metropolitan paling padat di luar pulau Jawa. Makassar dan
segala suku atau ras di dalamnya pasti memiliki pola sosial kecenderungan masyarakat yang berbeda.
Seperti pada budaya Mappatabe’. Mappatabe’ adalah norma sosial di dalam system kebudayaan
masyarakat Makassar. Mappatabe’ merupakan salah satu wujud kebudayaan berupa aktivitas yang
berkaitan dengan pola interaksi dan Tindakan yang konkret dari manusia sebagai bagian dari kelompok
sosial. Mappatabe’ adalah bagian dari tradisi kesopanan yang ada di dalam kebudayaan Sulawesi Selatan.
Adat Mappatabe’ umum dijumpai dalam ranah social. Mappatabe’ digunakan sebagai simbolisasi
kesopanan, yaitu sikap mmenghargai dan menghormati sesama manusia. Budaya Mappatabe’ dalam
keseharian Makassar sudah cenderung pudar digerus oleh jaman. Meski Sebagian dari masyarakat masih
menerapkan hal ini, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa tidak lagi semua kalangan mampu menerapkan ini
terutama pada kaum milenial. Budaya Mappatabe’ telah terkikis oleh lajunya modernisasi. Melihat hal
tersebut, penulis bertujuan meneliti gejala budaya yang terjadi dalam masyarakat.
Antropologi budaya adalah teori pendekatan yang paling cocok digunakan dalam penelitian kali ini.
Antropologi budaya adalah cabang keilmuan yang memperlajari ilmu sosial secara holistik tentang
2 UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lomba Artikel Ilmiah Antar Perguruan Tinggi Tingkat Nasional
2020

manusia, budaya, bahasa, struktur sosial, agama, dan interaksi antar individu. Dalam bidang antropolgi,
terdapat beberapa cabang ilmu, seperti antropologi budaya, fisik, terapan, dan linguistik. Pada penelitian
ini, penulis menggunakan landasan teori antropologi budaya untuk mengkaji lebih dalam tentang Esensi
Mappatabe’ di era generasi milenial.
Antropologi memiliki kaitan yang erat dengan ilmu komunikasi, dan para ahli budaya menyadari
peran penting komunikasi dalam bidang. Linton (1945: 32) mendefinisikan budaya sebagai pola prilaku
manusia yang terbentuk dari unsur-unsur yang mengalami perubahan oleh individu-individu dalam
masyarakat. Dalam konteks ini, budaya dianggap sebagai milik manusia dan digunakan sebagai alat
komunikasi sosial, yang melibatkan proses imitasi (peniruan).
Definisi lainnya dalam buku “Intercultural Communication: A Reader” menyatakan bahwa
komunikasi antar budaya terjadi saat pesan yang harus dipahami bersal dari anggota budaya tertentu dan
ditujukan kepada anggota budaya lain (Samovar & Porter, 1994,p. 19). Sejalan dengan definisi tersebut,
proses komunikasi Mappatabe’ memiliki nilai tata krama yang bermakna saling menghargai. Hidup ini
secara bersosial bukan secara individu, untuk itu perlu mewujudkan silaturrahmi yang erat haruslah saling
menghargai, salah satu budaya adat Makassar yang dapat dilestarikan keakraban dan saling menghargai
satu sama lain yaitu tradisi Mappatabe’ yang mana dapat kita lihat pada prilaku seseorang baik bertutur
kata secara verbal maupun secara nonverval.

METODOLOGI PENELITIAN

Secara umum, metodologi penelitian diartikan sebagai proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan
data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi berisi tentang metode atau prosedur
ilmiah dalam mengambil sampel data yang akan dimasukkan ke hasil penelitian. Adapun metode

UNIVERSITAS HASANUDDIN 3
Artikel Ilmiah Metode Penelitian Kebudayaan
2023

penelitian yang digunakan kali ini adalah metode kualitatif. Penelitian menggunakan metode kualitatif
adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dalam mengkaji sampel
data. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori juga dimanfaatkan
sebagai pemandu agar memfokuskan topik penelitian dengan fakta yang ada di lapangan.

Teknik pengambilan data:


1. Melakukan observasi terbuka.
2. Menentukan objek penelitian, dalam hal ini peneliti mengambil sampel dari kaum milenial sebagai
objeknya. Dengan kisaran usia 16-27 tahun.
3. Mencatat prilaku yang dilakukan oleh objek penelitian, apakah masih menerapkan tradisi
Mappatabe’ dalam kesehariannya.
4. Mengumpulkan data lalu menuliskan sebagai hasil dan pembahasan dalam penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti memberikan definisi dari Mappatabe’ dalam budaya masyarakat Makassar adalah sebagai
bentuk interaksi sesame dan komunikasi yang berbentuk nonverbal. Esensi refleksial seseorang Ketika
masih memiliki etika Mappatabe adalah cenderung berkata Tabe’ dan sontak membungkukkan badan serta

4 UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lomba Artikel Ilmiah Antar Perguruan Tinggi Tingkat Nasional
2020

menurunkan salah satu tangan. Dalam observasi peneliti yang terjun langsung ke lapaangan untuk
meninjau masih adakah esensial Mappatabe’ dalam kehidupan sosial milenial saat ini. Setelah melakukan
penelitian lanjutan, peneliti akan menampilkan beberapa sampel data yang diambil dari lapangan. Berikut
sampel datanya:

1. Data 1: Mahasiswa FIB Unhas


Lokasi: Pelataran MKU
Bentuk komunikasi verbal yang terjadi pada data 1, menundukkan badan sambal menurunkan salah
satu tangannya dan berkata “Tabe’, Prof”.
Dari data tersebut, esensi dari tradisi atau budaya Mappatabe’ masih diterapkan di lingkungan
kampus dan untuk menunjukkan rasa sopan santun kepada dosen sebagai pengajar serta orang yang
lebih tua.

2. Data 2: Mahasiswa baru Fakultas Hukum


Lokasi: Musholla FISIP
Bentuk komunikasi verbal yang terjadi adalah membungkukkan badan sembari melempar senyum
tipis dan berkata “Tabe’ kak”.
Dari hasil observasi tersebut, menunjukkan gejala menunjukkan rasa hormat dan sopan santun saat
lewat di depan sekumpulan orang yang tidak dikenal sebagai tanda permisi.

3. Data 3: Mahasiswa
Lokasi: Kudapan BNI Unhas
Bentuk komunikasi verbal yang terjadi adalah lewat di antara kerumunan orang dan berkata
“Tabe’.
Dari hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata Tabe’ tidak hanya digunakan untuk
menunjukkaan sopan santun atau krama, melainkan sudah menjadi budaya khas masyarakat
Makassar untuk mengatakan permisi dengan kata lain.

4. Data 4: Mahasiswa
Lokasi: Koridor Himpunan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 5
Artikel Ilmiah Metode Penelitian Kebudayaan
2023

Bentuk komunikasi verbal yang terjadi adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin laki-laki, ingin
melewati koridor himpunan dan ada sekumpulan orang yang kebetulan berada di tempat itu. Reflek
ia lewat sambil membungkukkan badan.
Dari hasil observasi tersebut, masih dapat digolongkan sebagai Mappatabe’ walaupun tidak
mengucapkan kata Tabe’ sekalipun. Karena sejatinya, Mappatabe’ dengan menurunkan tangan dan
membungkukkan badan sudah termasuk tanpa harus mengatakan kata Tabe secara langsung dari
mulut.

5. Data 5: Seorang pelanggan Wanita


Lokasi: Café Bujang Unhas
Bentuk komunikasi verbal yang terjadi adalah seorang wanita yang merupakan salah satu
pelanggan yang ingin memesan minuman lewat dihadapan pria lanjut usia tanpa mengatakan
permisi atau Tabe’ saat melewati pria yang lebih tua dibanding dirinya, hanya fokus bermain
gadjet tanpa melihat sekeliling.
Dari hasil observasi tersebut, ternyata ada juga yang sudah mulai memudarkan esensi dari
Mappatbe’ dan bersikap acuh tak acuh dengan keadaan sekitar.

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

6 UNIVERSITAS HASANUDDIN

Anda mungkin juga menyukai