Anda di halaman 1dari 20

Universitas Lambung Mangkurat

FRAUD
PREVENTION
Dosen Pengampu :
Alfian
Susi Apriani
Universitas Lambung Mangkurat

Fauziah
2010313320014

KELOMPOK Izmi Imanada


2010313320043

5
Saidatun Napisah
2010313320021
Perkenalan
Lingkungan Pencegahan
Topik Persepsi Deteksi

Pembahasan Pendekatan Klasik


Tindakan Pencegahan Lainnya
Siklus Akuntansi
Kasus
Kesimpulan
Universitas Lambung Mangkurat

Perkenalan Fraud
Prevention
Seseorang harus melakukan penilaian risiko untuk
melihat dimana letak risiko dalam entitas saat ingin
mengembangkan Sistem pengendalian penipuan
untuk mengetahui apa yang harus dilindungi dan
bagaimana melindunginya
Tujuan dari setiap program antifraud adalah untuk
mencegah penipuan, bukan hanya mendeteksinya
Lingkungan
Pencegahan Tujuan Keuangan Kebijakan dan
Struktur Tata Nada Diatas Realistis Prosedur
Kelola Perusahaan Jika meninjau skandal besar Salah satu kaki segitiga penipuan Kebijakan menentukan tujuan dan
beberapa tahun terakhir, adalah tekanan dan tujuan prinsip entitas, sementara prosedur
Tata kelola perusahaan yang
dihampir setiap kasus, seorang keuangan yang tidak realistis menentukan tindakan yang diambil
lemah dikaitkan dengan semua
eksekutif terlibat secara otomatis menciptakan entitas untuk memastikan tujuan
penipuan keuangan utama.
Jika manager kunci, dan dewan kaki ini. tersebut tercapai
SOX mewajibkan komite audit
direksi dimana ada, terus Situasi dimana manajemen Dasar untuk antifraud budaya dan
untuk memperkerjakan firma
berbicara tentang penipuan mengesampingkan kontrol yang lingkungan untuk entitas manapun
audit eksternal dan
mengkomunikasikan kebijakan merupakan kaki kedua dari yang serius dalam mencegah
menetapkan bayarannya untuk
penipuan, dan mendorong peluang segitiga penipuan itu penipuan adalah kebijakan
audit keuangan
semua orang untuk terlibat berarti etika eksekutif yang akan penipuan dan prosedur yang dibuat
Tata kelola perusahaan ini
dalam mencegah dan mencegah eksekutif tersebut hati-hati berdasarkan kebijakan
mencakup anggota dewan yang
mendeteksi penipuan, maka melakukan penipuan keuangan Entitas harus mempertimbangkan
aktif, berkualitas, dan
entitas pada akhirnya akan jika ada tujuan kiinerja yang unsur manusia dan budaya
independen, terutama komite
mengembangkan budaya anti tidak realistis organisasi dan kebijakan etika ini
audit
penipuan didasarkan pada nilai atau prinsip
Persepsi Deteksi
Persepsi deteksi ini merupakan tindakan pencegahan yang terbaik
karena seseorang yang melakukan penipuan cenderung memiliki
beberapa kode etik pribadi, teknik ini bahkan lebih efektif mencegah
penipuan daripada untuk kejahatan 'jalanan'. Hal yang terbaik yang
dapat dilakukan entitas manapun untuk meminimalkan penipuan
adalah menemukan cara yang hemat biaya untuk meningkatkan
persepsi deteksi.
Persepsi
Pengawasan
Deteksi Seseorang harus memastikan untuk memantau pengawasan sedemikian rupa sehingga orang
akan percaya bahwa seseorang benar-benar menindaklanjuti kegiatan yang mencurigakan

Tipe Anonim tips


Tips ini adalah metode terbaik dalam mendeteksi penipuan, tapi juga merupakan tindakan
pencegahan. Praktek terbaik untuk tipe anonim tips ini mencakup keterlibatan manajemen
yang tepat, penanganan keluhan secara independen oleh pihak ketiga, dan menggunakan
berbagai metode komunikasi.

Audit Kejutan
Audit ini dapat melayani tujuan yang sama dalam mendeteksi penipuan kemudian dapat
dipertimbangkan untuk tindakan pencegahan. Audit kejutan ini adalah metode deteksi
proaktif.
Persepsi
Deteksi
Penuntuan
Penuntuan merupakan kunci untuk mempertahankan tingkat persepsi deteksi yang efektif.

Penegakan Kebijakan Etika & Fraud


Entitas harus menentukan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan jika terjadi sebuah
kecurangan. Khususnya terkait hukuman yang akan dijatuhkan untuk jenis penipuan dan
pada tingkat penipuan yang seperti apa.

Catch Me If You Can!


Persepsi terbesar dari tindakan deteksi adalah dengan menangkap orang yang telah
melakukan penipuan (curang), mengadilinya, dan mempublikasikan tindakan yang telah
dilakukannya.

Lanjutan...
Pendekatan Klasik
Pendekatan Direktif
Pendekatan Preventif
Pendekatan yang konfrontatif dan otoritas. Ketika
Calon penipu disaring dengan berbagai cara
perusahaan tidak melakukan apapun untuk
termasuk pemeriksaan latar belakang untuk
mencegah penipuan, maka memungkinkan untuk
mencatat kriminal dan laporan kredit
menggunakan pendekatan direktif

Pendekatan Detektif Pendekatan Observasi


Dalam pendekatan detektif, manajemen Pendekatan yang mengandalkan observasi fisik
menetapkan kontrol akuntansi dan fungsi audit terhadap asset dan karyawan. Manajemen memantau
internal untuk memantau potensi kecurangan perilaku karyawan untuk aktivitas yang
serta memverifikasi keabsahan transaksi mencurigakan

Pendekatan Investigasi Pendekatan Asuransi


Menindaklanjuti ketidaksesuaian. Misalnya Bergantung pada pertanggungan asuransi yang
perusahaan akan menindaklanjuti dugaan adanya memadai untuk menutupi kerugian yang mungkin
pencurian terjadi akibat fraud
Tindakan Pencegahan
Lainnya
Diluar tindakan pencegahan umum
(lingkungan, budaya, dan perusahaan)
Tindakan pencegahan khusus dapat
digunakan untuk meminimalkan Fraud.
Dalam hal ini perusahaan
mempertimbangkan karyawan yang terkait
untuk menangani asset berharga.
Tindakan Pencegahan
Lainnya

Pemeriksaan Latar Belakang Audit Reguler


(Background Checks) (Regular Audits)

Umumnya menggunakan catatan Audit reguler dapat meningkatkan


kriminal atau hutang yang tinggi. persepsi deteksi dan dengan
Hutang yang tinggi merupakan bukti demikian berfungsi sebagai
bahwa tekanan ekonomi dalam tindakan pencegahan. Kunci
segitiga penipuan. Sedangkan efektivitas audit reguler adalah
catatan kriminal menunjukkan mengidentifikasi, meninjau, dan
sejarah melakukan kejahatan menganalisis anomali.
sebelumnya
Tindakan
Lanjutan... Pencegahan
Lainnya

Kontrol Internal Pengawasan


(Internal Controls) (Invigilation)

Pengendalian internal meliputi : Pengawasan berfungsi sebagai tolak


1. Prosedur otorisasi yang tepat ukur pendapatan yang seharusnya
2. Dokumentasi, catatan, dan jejak audit yang diperoleh entitas. Sehingga seorang
memadai auditor bisa menentukan apakah
3. Kontrol fisik atas aset dan catatan penipuan terjadi secara teratur di
4. Pemeriksaan independen atas kinerja luar pengawasan.
5. Pemantauan kontrol
SIKLUS AKUNTANSI
Generalisasi Siklus Penjualan
(Generalizations) (Sales Cycle)

1 2

4 3

Siklus Penggajian Siklus Pembelian


(Payroll Cycle) (Purchases Cycle)
Kasus Citibank (Melinda Dee)
3 kode etik yang dilanggar oleh Malinda, yaitu :
1. Malinda terbukti tidak patuh dan taat pada ketentuan
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku karena
melakukan penggelapan dan pencucian uang.
2. Malinda terbukti menyalahgunakan wewenangnya sebagai
Relationship Manager Citibank (dengan pangkat Vice
President) dengan mengajukan blanko kosong untuk
ditandatangani nasabah.
3. Tindakan penggelapan dan pencucian uang yang
dilakukan oleh Malinda jelas merupakan suatu perbuatan
tercela yang dapat merugikan citra profesi bankir dan
lembaga (Citibank).
Pencegahan Fraud Beberapa langkah fraud prevention
yang dapat diterapkan oleh

Kasus Citibank manajemen Citibank

1. Lingkungan Pencegahan 2. Tone at The Top

Good Corporate Governance Citibank harus menerapkan keteladanan yang berasal


a. Prinsip GCG dari top manajemen untuk menjadi role model bagi
Manajemen Perusahaan perlu menerapkan prinsip GCG seluruh karyawan Citibank. Budaya jujur dan sikap
di seluruh jajaran manajemen citibank, yaitu antifraud harus terus digaungkan top manajemen
Transparency, Accountability, Responsibility, dalam usaha melakukan pencegahan fraud.
Independency, dan Fairness.
Pada praktiknya, Citibank belum sepenuhnya usaha
b. Struktur GCG menciptakan budaya antifraud yang
Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank berkesinambungan, mengingat kasus Malinda Dee
mewajibkan bank untuk: dilakukan oleh orang yang mempunyai posisi kunci di
a. Menyusun Piagam Audit Intern. perusahaan. Kasus 16 Malinda Dee mencerminkan
b. Membentuk Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), yang belum adanya keteladanan dari jajaran manajemen,
bertanggungjawab langsung kepada direktur utama. baik top manajemen, maupun middle manajemen
c. Menyusun panduan audit intern.
Pencegahan Fraud Beberapa langkah fraud prevention
yang dapat diterapkan oleh

Kasus Citibank manajemen Citibank

3. Kebijakan dan Prosedur

Terdapat 4 pilar yaitu sebagai berikut :


pencegahan
deteksi
investigasi-pelaporan
sanksi
Lanjutan
Perubahan Yang Dilakukan Manajemen Citibank Setelah Kasus Malinda Dee

Berdasarkan Integrated Report tentang Corporate Governance 31 Desember 2016 :

Menerapkan prinsip GCG Transparansi yang dibuktikan dengan mengungkap semua aktivitas
keuangan dan non keuangan dalam annual report dan integrated report.
SKAI masih bertanggung jawab pada top manajemen dan belum dirubah pola
pertanggungjawabannya ke komite audit.
Komite Audit dan Komite Pemantau resiko telah dibentuk sesuai peraturan BI tentang prinsip
GCG.
Mempunyai kebijakan dan prosedur fraud yaitu Citi Fraud Management Standard, yang berisi
diantaranya : anti bribery and corruption, anti money laundering.
Mempunyai kode etik dan menggaungkan prinsip integritas.
Mempunyai aturan suspicious activity reporting, dimana mewajibkan semua karyawan citibank
ikut melaporkan aktivitas mencurigakan dalam rangka usaha melakukan pencegahan fraud
KESIMPULAN
Lebih baik mencegah penipuan daripada
mendeteksinya setelah itu terjadi. Ada
sejumlah metode pencegahan (misalnya,
persepsi deteksi). Penanggulangan dan
konsep di sini harus memungkinkan auditor
untuk membantu manajemen dalam
mengembangkan program antifraud yang
efektif yang dapat meminimalkan penipuan
atau kecurangan.
Referensi

Tomie W. Singelton, Aaron, J. 2010. Fraud Auditing and Forensic Accounting Fourth Edition.
John Wiley & Sons, Inc.
Universitas Lambung Mangkurat

Terima kasih!
Semoga hari Anda luar
biasa.

Anda mungkin juga menyukai