Modul 1 DONEE
Modul 1 DONEE
A. Informasi
B. Tujuan Pembelajaran
2. Berkebhinekaan Global
Meneladani sikap raja-raja lokal yang bersedia bekerja sama dengan bangsa lain dalam
perdagangan atas dasar saling memberikan keuntungan
3. Mandiri
- Melakukan penelitian sejarah dengan mandiri dalam melakukan proses heuristik
atau pengumpulan sumber sejarah.
- Meneladani sikap mandiri Sultan Hamengku Buwono II dan raja-raja di
Nusantara yang mandiri menentang bangsa kolonial yang ingin menjajah
Nusantara.
4. Integritas
- Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dengan mencantumkan asal sumber
D. Sarana Prasarana
1. Jaringan internet yang memadai
2. Komputer/laptop
3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi
4. Peta pelayaran Bangsa Eropa
F. Jumlah peserta
didik
40 Peserta didik
G. Ketersediaan
materi:
1. Materi Pengayaan
2. Materi Remedial
H. Model Pembelajaran:
PJJ daring dan luring
2. Faktor-faktor Pendukung
a. Adanya penemuan baru dalam teknologi maritim, misalnya kompas, navigasi,
kartografi (pembuatan peta).
b. Adanya semangat dan idealisme pribadi. Sejak Galileo Galilei mengatakan bahwa
bumi itu bulat, mereka tertantang untuk membuktikan teori itu. Rasa penasaran dan
idealisme pribadi ini kemudian banyak ditulis oleh mereka sebagai kisah
perjalanan.
3. Faktor Pemicu
Konstantinopel (Turki) merupakan tempat bertemunya pedagang Eropa dengan
pedagang dari dunia Timur. Dagangan yang dijual misalnya emas, perak, rempah-
rempah, tembikar, karpet, batu mulia, dan lain-lain. Mereka membeli barang-barang
itu kemudian dijual di Eropa dengan harga mahal. Dari sinilah mereka secara
perlahan-lahan mengenal kekayaan dari dunia Timur. Konstantinopel dikuasai oleh
Sultan Mehmed II, penguasa Ottoman.
bawah pimpinan Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor) dengan bantuan Kerajaan Aceh
menyerang Portugis di Malaka. Namun, serbuan Demak tersebut mengalami
kegagalan. Berikut ini penyebab kegagalan serangan Demak ke Portugis di
Malaka.
a. Serangan tersebut tidak dilakukan dengan persiapan yang matang.
b. Jarak yang terlalu jauh.
c. Kalah persenjataan.
Penyerangan dilakukan sekali lagi bersama Aceh dan Kerajaan Johor, tetapi tetap
berhasil dipatahkan oleh Portugis. Perjuangan Kerajaan Demak terhadap orang-orang
Portugis tidak berhenti sampai di situ. Kerajaan Demak selalu menyerang dan
membinasakan setiap kapal dagang Portugis yang melewati jalur Laut Jawa. Oleh sebab
itulah kapal dagang Portugis yang membawa rempah-rempah dari Maluku (Ambon)
tidak melalui Laut Jawa, tetapi melalui Kalimantan Utara.
Dengan wewenang seperti itu, perkumpulan dagang seperti VOC bertindak layaknya seperti sebuah
negara sehingga tidak heran jika dalam waktu lima tahun VOC mempunyai 15 armada dan sangat
berkuasa.
dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669). Dalam perang itu, VOC bersekutu
dengan Aru Palaka, Raja Bone yang sedang berseteru dengan Kerajaan Gowa.
Karena kalah persenjataan, maka Kesultanan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan
Hasanuddin tunduk pada Perjanjian Bongaya (1667) yang sangat merugikan
Kerajaan Gowa. Isi perjanjian itu adalah:
gelar Sultan Abdulfatah atau lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa.
Sebelumnya, Banten diperintah oleh kakek dari Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu
Sultan Abdulmafakhir Mahmud Abdulkadir. Sultan Ageng Tirtayasa merupakan
anak dari Sultan Abul Ma’ali Ahmad.
Pada waktu itu Banten memiliki posisi yang strategis sebagai bandar
perdagangan internasional. Oleh karena itu, sejak semula Belanda ingin
menguasai Banten, tetapi tidak pernah berhasil. Akhirnya, VOC membangun
bandar di Batavia pada tahun 1619. Hal ini menyebabkan timbulnya persaingan
antara Banten dan Batavia untuk memperebutkan posisi sebagai bandar
perdagangan internasional. Oleh karena itu, rakyat Banten sering melakukan
serangan-serangan terhadap VOC.
Sultan Ageng Tirtayasa berusaha memulihkan posisi Banten sebagai bandar
perdagangan internasional sekaligus menandingi perkembangan perdagangan di
Batavia. Beberapa yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa adalah sebagai berikut.
a. Mengundang para pedagang dari Eropa lain seperti Inggris, Prancis, Denmark,
dan Portugis. b. Mengembangkan hubungan dagang dengan negara-negara Asia
seperti Persia, Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina.
VOC sangat tidak menyukai perkembangan di Banten. Oleh karena itu, untuk
melemahkan peran Banten sebagai bandar perdagangan, VOC sering melakukan
blokade, yaitu kapal-kapal dagang dari Maluku dilarang meneruskan perjalanan ke
Banten. Sebagai balasan, Sultan Ageng mengirimkan beberapa pasukannya untuk
mengganggu kapal-kapal dagang VOC dan membuat kekacauan di Batavia.
Dalam rangka memberi tekanan dan melemahkan kedudukan VOC, rakyat
Banten juga melakukan perusakan terhadap beberapa bibit tanaman milik VOC.
Akibatnya, hubungan Banten dengan Batavia semakin memburuk.
Untuk menghadapi tentara Banten, VOC terus memperkuat Kota Batavia
dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan seperti Benteng Noorwijk dengan
harapan VOC mampu bertahan dari berbagai serangan dari luar. Sementara itu,
untuk kepentingan pertahanan, Sultan Ageng Tirtayasa memerintahkan untuk
membangun saluran irigasi yang membentang dari Sungai Untung Jawa sampai
Pontang. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dan
memudahkan transportasi perang. Karena jasanya itulah, maka Sultan diberi gelar
Tirtayasa (“tirta” artinya air).
Pada tahun 1671, Sultan Ageng mengangkat putra mahkota Abdul Nazar
Abdulkahar sebagai sultan pembantu yang kemudian lebih dikenal dengan nama
Sultan Haji. Sebagai raja pembantu, Sultan Haji bertanggung jawab pada urusan
dalam negeri, sedangkan Sultan Ageng beserta putranya yang lain, yakni
Pangeran Arya Purbaya, bertanggung jawab atas urusan luar negeri.
Pemisahan urusan pemerintahan ini tercium oleh perwakilan VOC di Banten,
yakni W. Caeff. Ia kemudian mendekati dan menghasut Sultan Haji agar
urusan pemerintahan di Banten tidak dipisah-pisahkan dan jangan sampai
kekuasaan jatuh di tangan Arya Purbayasa. Hingga akhirnya, Sultan Haji
mencurigai ayahnya dan saudaranya serta membuat persengkongkolan dengan
VOC. Untuk merebut tanah Kesultanan Banten, maka timbullah pertentangan
yang begitu tajam antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam
persengkongkolan tersebut, VOC sanggup membantu Sultan Haji untuk merebut
Kesultanan Banten, tetapi dengan empat syarat, yakni:
1. Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC.
2. Monopoli ada di Banten, dikuasai dan dipegang VOC.
3. Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila mengingkari janji.
13
keluarga Sultan Banjar, tetapi tidak pernah hidup dalam lingkungan istana.
Karena dibesarkan di tengah-tengah rakyat biasa, Antasari menjadi dekat dengan
rakyat, mengenal perasaan, dan mengetahui penderitaan mereka. Pada waktu itu,
kekuasaan kolonial Belanda sedang berusaha untuk melemahkan Kerajaan
Banjar.
Belanda mengadu domba golongan-golongan yang ada di dalam istana
sehingga mereka terpecah-pecah dan bermusuhan. Maka, Antasari pun berinisiatif
untuk mengusir penjajah dari Kerajaan Banjar tanpa kompromi. Pangeran
Antasari berusaha membela hak Pangeran Hidayat, lalu bersekutu dengan
kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, Kapuas,
dan daerah lain. Mereka semuanya bertekad untuk mengangkat senjata mengusir
Belanda dari Kerajaan Banjar. Sikap anti terhadap Belanda muncul akibat
pergantian kekuasaan di istana yang menimbulkan keresahan di antara rakyat.
Pada 25 April 1859, Perang Banjar terjadi saat Pangeran Antasari beserta
dengan sekitar 6.000 pasukan menyerang tambang batu bara milik Belanda di
Pengaron. Berawal dari peperangan tersebut, peperangan demi peperangan terjadi
di seluruh wilayah Kerajaan Banjar yang dipimpin oleh Pangeran Antasari yang
dibantu dengan para panglima dan pasukannya. Pangeran Antasari menyerang
pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tabalong, Tanah Laut,
dan Sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.
Pertempuran yang terjadi antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan
pasukan Belanda berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang
mendapat bantuan dari Batavia menang dalam persenjataan sehingga berhasil
membuat mundur pasukan Khalifatul Mukminin dan memindahkan pusat benteng
pertahanannya di Muara Teweh.
Pangeran Antasari berhasil mengerahkan tenaga rakyat dan mengobarkan
semangat mereka sehingga Belanda menghadapi kesulitan. Karena hebatnya
perlawanan, maka Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, tetapi
ia tetap pada pendiriannya. Ini dijelaskan dalam surat yang ditulisnya untuk
Letnan Kolonel Gustave Verspijk di Banjarmasin tanggal 20 Juli 1861, “...
dengan tegas kami terangkan kepada tuan: kami tidak setuju terhadap usul minta
ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan) ”
Pada 14 Maret 1862, Pangeran Antasari diangkat sebagai pimpinan
pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang
gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin di hadapan para kepala suku
Dayak dan adipati penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas, dan Kahayan, yaitu
Tumenggung Surapati/Tumengung Yang Pati Jaya Raja. Pangeran Antasari juga
merupakan pemimpin Suku Bakumpai, Kutai, Maanya, Murung, Ngaju, Pasir,
Siang, Sihong, dan beberapa suku yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau
sepanjang Sungai Barito.
Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai
sepupu dari pewaris Kesultanan Banjar, untuk mengukuhkan kedudukannya
sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di Banjar bagian utara (Muara
Teweh dan sekitarnya), maka pada 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13
Ramadan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan, “Hidup untuk Allah dan Mati
untuk Allah.” Seluruh rakyat Banjar mengangkat Pangeran Antasari menjadi
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminini, yaitu pemimpin pemerintahan,
panglima perang, dan pemuka agama tertinggi.
Dalam keadaan sangat terjepit, Pangeran Hidayat akhirnya menyerah kepada
Belanda. Kepala-kepala daerah lain pun banyak pula yang menyerah. Pangeran
23
Teuku Umar sendiri merasa perang ini sangat menyengsarakan rakyat. Rakyat
tidak bisa bekerja sebagaimana biasanya, petani tidak dapat lagi mengerjakan
sawah ladangnya. Teuku Umar pun mengubah taktik dengan cara menyerahkan
diri kembali kepada Belanda. September 1893, Teuku Umar menyerahkan diri
kepada Gubernur Deykerhooff di Kutaraja bersama 13 orang panglima
bawahannya setelah mendapat jaminan keselamatan dan pengampunan. Teuku
Umar dihadiahi gelar “Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland”.
Istrinya, Cut Nyak Dhien, sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan
suaminya itu. Umar suka menghindar apabila terjadi percekcokan. Teuku Umar
menunjukkan kesetiaannya kepada Belanda dengan sangat meyakinkan. Setiap
pejabat yang datang ke rumahnya selalu disambut dengan menyenangkan. Ia
selalu memenuhi setiap panggilan dari gubernur Belanda di Kutaraja dan
memberikan laporan yang memuaskan sehingga ia mendapat kepercayaan yang
besar dari gubernur Belanda.
Kepercayaan itu dimanfaatkan dengan baik demi kepentingan perjuangan
rakyat Aceh selanjutnya. Sebagai contoh, dalam peperangan, Teuku Umar hanya
melakukan perang pura-pura dan hanya memerangi Uleebalang yang memeras
rakyat (misalnya Teuku Mat Amin). Pasukannya disebarkan bukan untuk
mengejar musuh, melainkan untuk menghubungi para pemimpin pejuang Aceh
dan menyampaikan pesan rahasia.
Pada suatu hari di Lampisang, Teuku Umar mengadakan pertemuan rahasia
yang dihadiri para pemimpin pejuang Aceh untuk membicarakan rencana Teuku
Umar untuk kembali memihak Aceh dengan membawa lari semua senjata dan
perlengkapan perang milik Belanda yang dikuasainya. Cut Nyak Dhien pun sadar
bahwa selama ini suaminya telah bersandiwara di hadapan Belanda untuk
mendapatkan keuntungan demi perjuangan Aceh. Bahkan, gaji yang diberikan
Belanda secara diam-diam dikirim kepada para pemimpin pejuang untuk
membiayai perjuangan. Pada 30 Maret 1896, Teuku Umar keluar dari dinas
militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000
butir peluru, 500 kilogram amunisi, dan uang 18.000 dolar.
Berita larinya Teuku Umar menggemparkan pemerintah kolonial Belanda.
Gubernur Deykerhooff dipecat dan digantikan oleh Jenderal Vetter. Tentara baru
segera didatangkan dari Pulau Jawa. Vetter mengajukan ultimatum kepada Umar
untuk menyerahkan kembali semua senjata kepada Belanda. Umar tidak mau
memenuhi tuntutan itu. Maka, pada 26 April 1896, Teuku Johan Pahlawan
dipecat sebagai Uleebalang Leupung dan Panglima Perang Besar Gubernemen
Hindia Belanda.
Teuku Umar mengajak uleebalang-uleebalang yang lain untuk memerangi
Belanda. Seluruh komando perang Aceh mulai tahun 1896 berada di bawah
pimpinan Teuku Umar. la dibantu oleh istrinya, Cut Nyak Dhien, dan Panglima
Pang Laot serta mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem Muhammad
Daud. Pertama kali dalam sejarah Perang Aceh, tentara Aceh dipegang oleh satu
komando.
Pada Februari 1898, Teuku Umar tiba di wilayah VII Mukim Pidie bersama
seluruh kekuatan pasukannya lalu bergabung dengan Panglima Polem. Pada 1
April 1898, Teuku Panglima Polem bersama Teuku Umar dan para Uleebalang
serta para ulama terkemuka lainnya menyatakan sumpah setianya kepada Raja
Aceh Sultan Muhammad Daud Syah. Pada Februari 1899, Jenderal Van Heutsz
mendapat laporan dari mata-matanya mengenai kedatangan Teuku Umar di
Meulaboh dan segera menempatkan sejumlah pasukan yang cukup kuat di
26
untuk menyusun benteng pertahanan. Namun, kehadiran tentara kolonial ini telah
memprovokasi Sisingamangaraja XII yang kemudian mengumumkan pulas
(perang) pada 16 Februari 1878 dan penyerangan ke pos Belanda di Bahal Batu
mulai dilakukan.
Pada 14 Maret 1878, datang Residen Boyle bersama tambahan pasukan yang
dipimpin oleh Kolonel Engels sebanyak 250 orang tentara dari Sibolga. Pada 1
Mei 1878, Bakkara, pusat pemerintahan Sisingamangaraja diserang pasukan
kolonial dan pada 3 Mei 1878, seluruh Bakkara dapat ditaklukkan. Namun,
Sisingamangaraja XII beserta pengikutnya dapat menyelamatkan diri dan
terpaksa keluar mengungsi. Sementara para raja yang tertinggal di Bakara
dipaksa Belanda untuk bersumpah setia dan kawasan tersebut dinyatakan berada
dalam kedaulatan pemerintah Hindia Belanda.
Walaupun Bakara telah ditaklukkan, Sisingamangaraja XII terus melakukan
perlawanan secara gerilya. Namun, sampai akhir Desember 1878, beberapa
kawasan seperti Butar, Lobu Siregar, Naga Saribu, Huta Ginjang, serta Gurgur
juga dapat ditaklukkan oleh pasukan kolonial Belanda. Di antara tahun 1883-
1884, Sisingamangaraja XII berhasil melakukan konsolidasi pasukannya.
Kemudian, bersama pasukan bantuan dari Aceh, secara ofensif menyerang
kedudukan Belanda, di antaranya Uluan dan Balige pada Mei 1883 serta Tangga
Batu pada tahun 1884.
Sisingamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam sebuah
pertempuran dengan Belanda di pinggir Bukit Lae Sibulbulen, di suatu desa yang
bernama Si Ennem Kodn, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan
Kabupaten Dairi yang sekarang. Sebuah peluru menembus dadanya akibat
tembakan pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans Christoffel. Menjelang
napas terakhir, ia tetap berucap, “Ahu (aku) … Sisingamangaraja.”
Turut gugur pada waktu itu dua putranya, Patuan Nagari dan Patuan Anggi,
serta putrinya, Lopian. Sementara itu, keluarganya yang tersisa ditawan di
Tarutung. Sisingamangaraja XII sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara
militer pada 22 Juni 1907 di Silindung setelah sebelumnya mayatnya diarak dan
dipertontonkan kepada masyarakat Toba. Makamnya kemudian dipindahkan ke
Makam Pahlawan Nasional di Soposurung, Balige sejak 14 Juni 1953.
tanggal 18, 19 dan 20 Juni 1812 Keraton Yogyakarta diserang tentara Sepoy dan
Inggris yang berjumlah 1200 tentara. Serangan itu disebut Geger Sepoy karena
tentara Inggris membawa prajurit Sepoy dari India sebagai tentara bayaran.
Setelah Keraton Yogyakarta kalah dalam penyerbuan, Sultan Sepuh
ditangkap dan diputuskan dibuang ke Pulau Penang (sekarang wilayah Malaysia).
Sedangkan harta milik keraton Yogyakarta dijarah habis oleh tentara Sepoy dan
tentara Inggris.
Harta itu berupa uang, emas, berlian, keris dan lain sebagainya. Tidak itu saja
Kekayaan intelektual milik keraton Yogyakarta baik berupa manuskrip, arsip
keraton, gamelan juga turut dirampas oleh tentara Inggris dan Sepoy.
Raffles kemudian mengangkat Pangeran Surojo sebagai Putra Mahkota naik
takhta menjadi Sultan Hamengku Buwono III dan sejak itu Kesultanan
Yogyakarta menjadi kekuasaan Inggris hingga Inggris pergi dari tanah Jawa
karena hasil perjanjian London yang mengharuskan Inggris pergi dari Jawa dan
diganti dengan kolonial Belanda menguasai Indonesia.
bujukan agar perlawanan menjadi reda. c. Siasat dukungan hadiah sebesar 20.000
ringgit kepada siapa saja yang dapat menangkap Pangeran Diponegoro. d. Siasat
tipu muslihat, yaitu usul berunding dengan Pangeran Diponegoro dan akhirnya
ditangkap.
Dengan banyak sekali tipu daya, akhirnya satu per satu pemimpin
perlawanan tertangkap dan menyerah, antara lain Pangeran Suryamataram dan
Ario Prangwadono (tertangkap pada 19 Januari 1827), Pangeran Serang serta
Notoprodjo (menyerah pada 21 Juni 1827), Pangeran Mangkubumi (menyerah
pada 27 September 1829), dan Alibasah Sentot Prawirodirdjo (menyerah pada 24
Oktober 1829). Semua itu merupakan pukulan yang berat bagi Pangeran
Diponegoro.
Melihat situasi yang demikian, pihak Belanda ingin menyelesaikan perang
secara cepat. Jenderal de Kock melaksanakan tipu muslihat dengan mengajak
berunding Pangeran Diponegoro. De Kock berjanji, apabila perundingan gagal,
maka Diponegoro diperbolehkan kembali ke pertahanan.
Atas dasar komitmen tersebut, Diponegoro mau berunding di rumah Residen
Kedu, Magelang, pada 28 Maret 1830. Namun, De Kock ingkar janji sehingga
Pangeran Diponegoro ditangkap saat perundingan mengalami kegagalan.
Pangeran Diponegoro kemudian dibawa ke Batavia, dipindahkan ke Manado, dan
pada tahun 1834 dipindahkan ke Makassar sampai wafatnya pada 8 Januari 1855.
N. Politik Etis
Kebijakan politik etis menyangkut dua bidang, yakni politik dan ekonomi.
36
Sukarno.
Pengaturan Peserta
Metode
didik
Berkelompok - Diskusi
- Project (penelitian sejarah lokal)
- Ceramah
- Debat
- Bermain peran
B. Asesmen:
Individu Berkelompok
- Test tertulis PG atau Essay - Diskusi kelompok
- Sikap peserta didik selama - Presentasi
mengikuti kegiatan pembelajaran - Produk laporan penelitian
(mengkomunikasikan laporan dalam bentuk
tulisan/tulisan/ media lain)
C. Persiapan Pembelajaran:
Jenis
No Kegiatan yang dilakukan Waktu
Kegiatan
38
Kegiatan Inti - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa orang- 70 menit
orang Eropa berlomba-lomba melakukan pelayaran ke
Timur?
- Menyajikan informasi awal materi tentang keterkaitan
faktor-faktor lahirnya kolonialisme dan imperialisme serta
kebijakan dinasti Turki Usmani, pelayaran ke timur dan
eksploitasi wilayah penghasil rempah-rempah dengan
perlawanan kerajaan-kerajaan lokal terhadap bangsa-bangsa
Eropa seperti perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis,
kerajaan Demak terhadap Portugis, dan perlawanan Maluku
terhadap Portugis dengan media power point
- Guru memberikan kesempatan berdiskusi tentang
keterkaitan
kebijakan dinasti Turki Usmani,
Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-4
Pertemuan ke-5
Pertemuan ke-6
Pertemuan ke-7
Pertemuan ke-8
E. Refleksi guru
a. Apakah guru yakin bahwa semua siswa memahami pelajaran yang diberikan?
b. Apakah penanaman karakter dari guru dapat diimplementasikan oleh para peserta didik?
c. Guru harus memahami kesulitan yang dialami peserta didik selama proses pembelajaran.
d. Apa langkah yang perlu dilakukan guru untuk memperbaiki proses belajar?
e. Guru harus memastikan agar seluruh peserta didik mengikuti pelajaran dengan baik.
Kriteria untuk mengukur ketercapaian Tujuan Pembelajaran dan asesmennya (asesmen
formatif)
47
A. Penilain Individu
a. Penilaian
Tertulis Kisi-
kisi Soal:
CP ATP Indikator Soal Nonor
Soal/Bentuk
Soal
- Pada Fase F, - 11.1.1. Menganalisis Disajikan peta 1 /PG
peserta didik di keterkaitan faktor-faktor tentang perdagangan (Penggunaan
Kelas XI dan XII lahirnya kolonialisme dan internasional, peserta visual/ peta/
mampu imperialisme serta didik dapat gambar)
mengembangkan kebijakan dinasti Turki menentukan daerah
konsep-konsep Usmani, pelayaran ke Konstantinopel yang
dasar sejarah untuk timur dan eksploitasi ditutup oleh Turki
mengkaji peristiwa wilayah penghasil Usmani
sejarah dalam rempah-rempah dengan
dimensi manusia, perlawanan kerajaan-
ruang, dan waktu. kerajaan lokal terhadap
Melalui literasi, bangsa-bangsa Eropa
diskusi, dan seperti perlawanan rakyat
penyelidikan Aceh terhadap Portugis,
(penelitian) kerajaan Demak terhadap
berbasis proyek Portugis, dan perlawanan
kolaboratif peserta Maluku terhadap Portugis.
didik mampu
48
B. Penilain Berkelompok
a. Penilaian Diskusi Kelompok Dan
Debat Rubrik Penilaian:
Skor
No Aspek Penilaian
0 1 2 3
1 Keaktifan diskusi/ debat
a. Aktif memberi masukan pemikiran
b. mendengarkan pendapat orang lain
4 Hasil diskusi runtut dan logis 2 = Sangat runtut dan logis 1 = Runtut dan
logis
0 = tidak runtut dan tidak logis
Jumlah Skor 25
Nilai = Jumlah Perolehan skor
X 100%
Jumlah skor maksimum
- Laporan diketik dalam kertas A4 dan dikirim melalui link aplikasi belajar online.
- Laporan yang sudah dinilai setelah diperbaiki dapat di upload ke blog atau
link medsos setiap anggota kelompok
Rubrik Penilaian:
No Aspek Penilaian Skor
0 1 2 3
1 Format laporan
a. Pendahuluan
b.Isi
c. Penutup
2 Kreatifitas
c. Kreatif dan inovasi
dalam mengembangan
laporan
d.Ide/gagasan adalah original
Kesesuaian isi dengan tema
No Indikator Rubrik
1 Format laporan 2 = lengkap
Pendahuluan 1.= kurang lengkap
Isi 0 = tidak lengkap
penutup
C. Daftar pustaka
Carey, Peter 2011. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di
Jawa Jilid I. Jakarta: Gramedia
Carey, Peter 2011. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di
Jawa Jilid II. Jakarta: Gramedia
Hannigan, Tim. 2015. Raffles dan Invansi Inggris Ke Jawa, Jakarta:
Gramedia Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara
Wacana
Lilik Suharmaji. 2019. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai
Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa
Lilik Suharmaji, 2020. Geger Sepoy Sejarah Kelam Perseteruan Inggris Dengan
Keraton Yogyakarta (1812-1815). Yogyakarta: Araska.
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta. Ricklefs, MC. 2008. Sejarah Indonesia Baru 1200-2008, Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta. Sartono Kartodirdjo, 2017. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-
1900 Dari Emperium
Sampai Imperium, Yogyakarta: Ombak
William Thorn, Mayor. 2015. Sejarah Penaklukkan Jawa, Yogyakarta: Indoliterasi
Link Literasi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel
https://www.donisetyawan.com/akibat-jatuhnya-kota-
konstantinopel/
https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2-perlawanan-rakyat-
terhadap- bangsa-eropa-di-nusantara
https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2- perlawanan-rakyat-
terhadap-bangsa-eropa-di-nusantara https://www.berpendidikan.com/2019/10/hak-
istimewa-voc-hak-oktroi-voc.html
https://ngeblogbersama.wordpress.com/2012/03/13/sebab-sebab-runtuhnya-voc/
https://www.dosenpendidikan.co.id/pemerintahan-daendels/
https://scholarhub.ui.ac.id/hubsasia/vol12/iss1/4/
https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-
kembalikan- harta-rampasan-geger-sepehi-1593673652
https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-
kembalikan- harta-rampasan-geger-sepehi-1593673652
56
LEMBAR KERJA
PESERTA DIDIK
(Project Penelitian Sejarah)
Materi : Perlawanan Sultan Hamengku Buwono II terhadap Inggris
dalam peristiwa Geger Sepoy (sejarah lokal di daerahnya yang
berkaitan antara sejarah lokal dengan sejarah nasional)
E. Bahan bacaan
siswa Buku-
buku:
Carey, Peter 2011. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di
Jawa Jilid I. Jakarta: Gramedia
Carey, Peter 2011. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di
Jawa Jilid II. Jakarta: Gramedia
Hannigan, Tim. 2015. Raffles dan Invansi Inggris Ke Jawa, Jakarta:
Gramedia Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara
Wacana
Lilik Suharmaji. 2019. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai
Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa
Lilik Suharmaji, 2020. Geger Sepoy Sejarah Kelam Perseteruan Inggris Dengan
Keraton Yogyakarta (1812-1815). Yogyakarta: Araska.
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta. Ricklefs, MC. 2008. Sejarah Indonesia Baru 1200-2008, Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta. Sartono Kartodirdjo, 2017. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-
1900 Dari Emperium
Sampai Imperium, Yogyakarta: Ombak
William Thorn, Mayor. 2015. Sejarah Penaklukkan Jawa, Yogyakarta: Indoliterasi
Link Literasi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel
https://www.donisetyawan.com/akibat-jatuhnya-kota-
konstantinopel/
https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2-perlawanan-rakyat-
terhadap- bangsa-eropa-di-nusantara
https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2- perlawanan-rakyat-
terhadap-bangsa-eropa-di-nusantara
https://www.berpendidikan.com/2019/10/hak-istimewa-voc-hak-oktroi-voc.html
https://ngeblogbersama.wordpress.com/2012/03/13/sebab-sebab-runtuhnya-voc/
https://www.dosenpendidikan.co.id/pemerintahan-daendels/
https://scholarhub.ui.ac.id/hubsasia/vol12/iss1/4/
https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-
kembalikan- harta-rampasan-geger-sepehi-1593673652
https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-
kembalikan- harta-rampasan-geger-sepehi-1593673652
Link Literasi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel
https://www.donisetyawan.com/akibat-jatuhnya-kota-
konstantinopel/
https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2-perlawanan-rakyat-
terhadap- bangsa-eropa-di-nusantara
https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2- perlawanan-rakyat-
terhadap-bangsa-eropa-di-nusantara https://www.berpendidikan.com/2019/10/hak-
istimewa-voc-hak-oktroi-voc.html
https://ngeblogbersama.wordpress.com/2012/03/13/sebab-sebab-runtuhnya-voc/
https://www.dosenpendidikan.co.id/pemerintahan-daendels/
https://scholarhub.ui.ac.id/hubsasia/vol12/iss1/4/
https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-
kembalikan- harta-rampasan-geger-sepehi-1593673652
https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-
kembalikan- harta-rampasan-geger-sepehi-1593673652
G. Materi pengayaan
Link literasi;
https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel
https://www.donisetyawan.com/akibat-jatuhnya-kota-
konstantinopel/
https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2-perlawanan-rakyat-
terhadap- bangsa-eropa-di-nusantara
https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2- perlawanan-rakyat-
terhadap-bangsa-eropa-di-nusantara
Tugas Pengayaan :
- Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85
- Setelah membaca link literasi dan link youtube di atas, peserta didik membuat analisis
dan evaluasi terhadap materi jatuhnya Konstantinopel oleh Turki Ustnami dan
dampaknya bagi pedagang rempah-rempah Eropa, dan perlawanan raja dan rakyat
terhadap bangsa-bangsa Eropa di Nusantara
- berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan
- Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital
Tugas Remedial :
- Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal
- Setelah melihat link yang diberikan, peserta didik menjelaskan hak-hak oktroi, sebab-
sebab runtuhnya VOC, dan pemerintahan Daendels di Indonesia
- Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital