Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No.

1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197

ANALISIS IDENTIFIKASI BAHAYA, RISIKO DAN


PENGENDALIANNYA DI AREA PENGEBORAN (DRILLING) RIG A
DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSYS (JSA)
DI PT PTM

Bambang Sulistyo P1, Herman Hartadi2, Lulus Suci Hendrawati3


Universitas Binawan Jakarta
Corresponding author: bambang.sulistyo@binawan.ac.id

ABSTRAK
Pengeboran sumur Migas sebagai kegiatan yang berisiko tinggi. Risiko yang paling besar yaitu
terjadinya kebakaran, Ledakan dan semburan liar (Blow Out). Akibat dampak potensi bahaya dan
risiko yang tinggi (high risk) yang harus diminimalisasi melalui Risk Management yang meliputi
identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan hirarkie pengendalian bahaya risiko. penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa identifikasi bahaya, risiko, dan pengendalian terhadap bahaya dan
risiko di area wilayah lapangan (field) PT PTM dengan menggunakan metode JSA (Job Safety
Analysis). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif menganalisis dengan
menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan menganalisis dengan menggunakan
wawancara, observasi, dan dokumentasi, identifikasi bahaya dan analisis risiko dengan metode Job
Safety Analysis (JSA). Sebanyak 15 informan (1 informan kunci) dari berbagai bagian Assisten
Manager/Superintendent, Rig Supervisor, Officer Health, Officer Safety, Officer Security, Fireman,
Driller, Assisten Driller, Mekanik, Operator Electrical berpartisipasi dalam pengumpulan data
kualitatif. Data dari hasil penelitian ini menemukan potensi bahaya (sejumlah 13 dengan jumlah
risiko 15) dan bahaya tambahan ditemukan di lapangan (sejumlah 7 dengan sejumlah risiko 11),
sehingga dapat ditemukan potensi bahaya dan risiko (bahaya = 20 dan potensi risiko = 26).
Kata Kunci: Bahaya,Risiko, Pengendalian, Job Safety Analysis(JSA)

86
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
PENDAHULUAN 2017: 86; 2018: 149; 2019: 139). Dapat
Industri migas merupakan salah satu dilihat bahwa kecelakaan kerja pada
industri dengan bahaya dan tingkat risiko kegiatan hulu migas sejak tahun 2015
kecelakaan yang sangat tinggi. Dalam sampai 2019 masih tergolong tinggi.
OSHA strategic management plan, Jumlah total kecelakaan kerja pada
lapangan industri Migas termasuk dalam kegiatan hulu migas sempat mengalami
salah satu industri dengan tingkat bahaya penurunan tajam pada tahun 2016 dan
yang tinggi. Setiap bahaya yang dapat 2017, akan tetapi angka tersebut
menghasilkan risiko K3 yang. Istilah ini meningkat drastis di tahun 2018 yang
sering digunakan untuk kejadian yang kemudian disusul dengan penurunan
berhubungan dengan keselamatan proses, kecelakaan kerja di tahun 2019. Jika
yakni kejadian yang dapat menghasilkan diperhatikan, walaupun jumlah
konsekuensi dengan kriteria tertinggi kecelakaan kerja pada kegiatan hulu
menurut Penilaian Risiko. Hazard seperti migas mengalami penurunan
kebisingan, zat kimia termasuk produk dibandingkan tahun 2018, angka kejadian
dari sektor Migas sendiri yaitu crude oil, kecelakaan kerja di tahun 2019 masih
dan gas yang dapat menimbulkan relatif tinggi yaitu sebanyak 139 kasus;
kebakaran, ledakan,semburan liar, dengan kasus terbanyak pada kecelakaan
hazard biologi adanya hewan-hewan liar, kerja kategori ringan (minor), yaitu
dan juga hazard mekanik adanya mesin, sebanyak 122 kasus, sementara kategori
alat berat. Apabila hazard tersebut tidak fatal sebanyak 3 kasus.
dicegah dan dikendalikan dengan baik, Dengan memperhatikan kejadian
maka tidak menutup kemungkinan dapat kecelakaan kerja yang relatif cukup tinggi
menimbulkan terjadinya kecelakaan tersebut, maka penelitian ini bertujuan
kerja. Salah satu risiko yang paling besar untuk menganalisa identifikasi bahaya,
dalam kegiatan pengeboran (drilling) risiko, dan pengendalian terhadap bahaya
yaitu terjadinya semburan liar (blow out). dan risiko di area wilayah lapangan (field)
Hasil risk assessment di salah satu sektor PT PTM dengan menggunakan metode
migas di Indonesia menunjukkan bahwa JSA (Job Safety Analysis). Langkah-
seluruh kegiatan operasi pengeboran langkah identifikasi dan pengendalian ini
memiliki potensi bahaya dan ririko yang diharapkan mampu untuk meminimalisir
besar karena melibatkan alat-alat berat, kecelakaan kerja di wilayah lapangan PT
alat listrik bertegangan tinggi, zat- zat PTM.
kimia, dan mesin-mesin yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja. KAJIAN PUSTAKA
Perusahaan telah melakukan upaya- 1. Job Safety Analysis (JSA)
upaya untuk dapat mencapai kinerja Job Safety Analysis (JSA) adalah
keselamatan kerja yang baik, antara lain berupa pemeriksaan prosedural untuk
melalui pemberian pelatihan, penyediaan menentukan apakah prosedur yang
peralatan, design spesifikasi peralatan tengah dijalankan telah berjalan
dan material yang sesuai standar. sebagaimana mestinya, dan untuk
Berdasarkan data yang dirilis oleh memeriksa aspek-aspek sikap dari orang-
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas orang yang melaksanakan pekerjaan
Bumi Kementerian Energi dan Sumber dimaksud. Poin utama dari job safety
Daya (2019) jumlah total kecelakan kerja analysis adalah mencegah kecelakaan
pada kegiatan hulu migras mengalami dengan antisipasi dan eliminasi serta
penurunan dan penaikan di sepanjang mengontrol bahaya yang ada. Bila bahaya
tahun 2015-2019 (2015: 273; 2016: 117; telah dikenali dapat dilakukan tindakan
87
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
pengendalian yang berupa perubahan efek jika terjadi sebuah kontak atau
fisik atau perbaikan prosedur kerja yang eksposure (Tranter, 1999).
dapat mereduksi bahaya kerja. Job safety
analysis (JSA) juga dapat 1.Identifikasi Bahaya
mengendalikan dan mengidentifikasi Jenis bahaya di tempat kerja seperti
bahaya yang ada, menentukan dipertambangan, pabrik kimia, kilang
pengendalian yang harus dilakukan serta minyak dan lainnya memiliki berbagai
mengurangi angka kecelakaan. jenis. Kita tidak dapat mencegah
kecelakaan jika tidak dapat mengenal
Manajemen Risiko bahaya dengan baik dan seksama. Jenis
Langkah-langkah identifikasi bahaya dapat diklasifikasikan antara lain
bahaya dan penilaian risiko di antaranya meliputi:
dilakukan dengan mengumpulkan semua 1). Bahaya mekanik
informasi mengenai jenis bahaya yang Bersumber dari peralatan mekanis
ada di tempat kerja, melakukan inspeksi atau benda bergerak baik secara manual
rutin secara langsung untuk menemukan maupun dengan penggerak. Gerakan
potensi bahaya dan risik, melakukan mekanis ini dapat menimbulkan cedera
identifikasi bahaya terhadap K3 tindakan atau kerusakan seperti tersayat,
tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak terpotong, terjatuh, terjepit dan terpeleset.
aman (unsafe condition), kontak zat 2) Bahaya elektrikal
kimia berbahaya, faktor fisik (kebisingan, Merupakan bahaya yang berasal dari
penerangan, getaran, iklim kerja), bahaya energi listrik yang dapat mengakibatkan
biologis (penyakit menular), dan faktor berbagai bahaya seperti kebakaran,
ergonomi (gerakan berulang, postur sengatan listrik dan hubungan arus
canggung, angkat berat). Selanjutnya pendek.
manajemen risiko juga dilakukan dengan 3) Bahaya Kimia
mengelompokkan sifat bahaya yang Bahaya yang berasal dari bahan yang
teridentifikasi, menentukan langkah dihasilkan selama produksi, terhambur ke
pengendalian sementara, serta lingkungan karena cara kerja yang salah,
menentukan prioritas bahaya yang perlu kerusakan atau kebocoran dari peralatan
pengendalian secara permanen. Tindakan atau instalasi yang digunakan dalam
pengendalian sementara dilakukan untuk proses kerja.
melindungi pekerja sampai program 4) Bahaya Fisik
pencegahan dan pengendalian bahaya Merupakan jenis bahaya yang
secara permanen dapat berasal dari faktor fisik; di dalam tempat
diimplementasikan. kerja yang bersifat fisika yang dalam
Sementara itu, proses manajemen keputusan ini terdiri dari iklim kerja,
risiko berdasarkan AS/NZS 4360, 2004 kebisingan, suhu, getaran, gelombang
dilakukan dengan cara mengidentifikasi mikro, sinar ultra ungu dan medan
bahaya (hazard identification), magnet (PerMenKenTrans
melakukan analisis risiko (risk analysis) No.PER.13/MEN/X/2011).
dan pengendalian risiko (risk control).
Bahaya merupakan sumber potensi 5) Bahaya biologis
kerusakan atau situasi yang berpotensi Biological hazard merupakan
untuk menimbulkan kerugian (Cross, bahaya yang dapat berasal dari
1998). Bahaya terdapat di mana-mana; mikroorganisme khususnya yang dapat
baik di tempat kerja atau di lingkungan, menimbulkan gangguan kesehatan,
namun bahaya hanya akan menimbulkan seperti bakteri, jamur, virus.
88
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
6) Bahaya ergonomi Siklus pemantauan risiko kesehatan
Bahaya ini dapat menimbulkan mencakup:
gangguan pada tubuh secara fisik sebagai b. Monitoring dan pengukuran
akibat dari ketidaksesusaian dan cara parameter keselamatan kerja dan
kerja yang salah yang bisa membuat penyebab kecelakaan (Unsafe
posisi tubuh mengalami gangguan low Action, Unsafe Condition) dari
back pain. kegiatan operasi.
7.) Bahaya psikologi c. Monitoring sisiko lingkungan dan
Psychological Hazard Stress berupa pengukuran parameter lingkungan
tekanan pekerjaan, kekerasan di tempat dari kegiatan operasi yang dapat
kerja, dan jam kerja yang kurang teratur, menimbulkan pencemaran.
bisa juga berasal dari konflik batin d. Monitoring dan pengukuran tingkat
dengan lingkungan yang ada di tempat kerawanan dan ancaman terhadap
kerja, baik itu dengan rekan kerja maupun kegiatan operasi yang dapat
dengan fasilitas yang ada di lingkungan menimbulkan gangguan keamanan.
kerja. Setelah semua risiko dapat
diidentifikasi, dilakukan analisis risiko
2. Penilaiaan Risiko untuk menentukan besarnya suatu risiko
Dalam mengahadapi suatu bahaya dengan mempertimbangkan
perlu dilakukan penilaiaan risiko kemungkinan terjadinya dan besar akibat
sehingga para pekerja dapat mengetahui yang ditimbulkannya. Hasil analisis
besarnya risiko yang ditimbulkan. risiko dievaluasi dan dibandingkan
Setelah risiko atau bahaya diidentifikasi, dengan kriteria yang telah ditetapkan atau
dilakukan penilaiaan risiko untuk standar norma yang berlaku untuk
mengetahui seberapa besar risiko menentukan apakah risiko tersebut dapat
tersebut. Penilaian risiko sangat penting diterima atau tidak.
karena dapat membentuk opini atau
persepsi terhadap suatu risiko. Penilaian 3.Pengendalian Risiko
risiko meliputi tahap analisis risiko dan Socrates (2013) menyatakan bahwa
meliputi tahap mengevaluasi risiko. engendalian risiko adalah cara untuk
a. Analisis Risiko mengatasi potensi bahaya yang terdapat
Monitoring/Pemantauan Risiko dalam dalam lingkungan kerja. Potensi
dilakukan untuk : bahaya dikendalikan dengan menentukan
a) Memastikan pengendalian risiko suatu skala prioritas dahulu yang
telah diimplementasikan dengan kemudian dapat membantu pemilihan
benar. pengendalian risiko yang disebut hirarki
b) Mengukur keefektifan dari pengendalian risiko. Pengendalian risiko
pengendalian risiko yang tersedia mengikuti pendekatan Hirarki
c) Memonitor pemenuhan terhadap Pengendalian (Hirarchy of Control).
peraturan perundangan dan standar. Hirarki pengendalian risiko adalah suatu
Monitoring risiko yang dilakukan urutan dalam pencegahan dan
harus mencakup tindakan monitoring pengendalian risiko yang timbul dan
terhadap pengendalian risiko K3 sebagai terdiri atas beberapa tingkatan secara
berikut: berurutan antara lain:
a. Monitoring dan pengukuran risiko 1) Eliminasi (Elimination) merupakan
kesehatan parameter higiene industri langkah ideal yang dapat dilakukan
dari kegiatan operasi yang dapat dan harus menjadi pilihan utama
menimbulkan penyakit akibat kerja. dalam melakukan pengendalian risiko
89
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
bahaya. menghilangkan proses kerja / wilayah lapangan (field) PT PTM dengan
peralatan / material yang dapat menggunakan metode JSA (Job Safety
menimbulkan risiko. Analysis), maka penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode kualitatif
2) Substitusi (Substitution) sebagai deskriptif triangulasi: wawancara
penggantian bahan yang berbahaya (checklist), observasi, dan dokumentasi
dengan bahan yang lebih aman. analisis bahaya, risiko dengan metode
mengganti proses kerja/ Job Safety Analysis (JSA). Teknik
peralatan/material yang berisiko sampling yang digukanan adalah
tinggi dengan proses kerja/ sampling purposive dengan jumlah
peralatan/material yang berisiko lebih informan sebanyak 15 orang (1 informan
rendah. kunci). Kelima belas informan tersebut
3) Rekayasa (Engineering) merupakan berasal dari berbagai bagian Assisten
upaya menurunkan tingkat risiko Manager/Superintendent, Rig
dengan mengubah desain tempat Supervisor, Officer Health, Officer
kerja, mesin, peralatan atau proses Safety, Officer Security, Fireman,
kerja menjadi lebih aman. Melakukan Driller, Assisten Driller, Mekanik,
modifikasi (perubahan desain) pada Operator Electrical. HSSE Assistant
bahan/material/ peralatan/fasilitas Manager, Environment Senior (HSSE).
produksi sehingga tingkat risiko
menjadi berkurang, memodifikasi HASIL DAN DISKUSI
peralatan, melakukan kombinasi Identifikasi bahaya, risiko untuk
kegiatan, perubahan prosedur, dan memastikan bahwa risiko operasi pada
mengurangi frekuensi dalam seluruh proses kegiatan operasional di
melakukan kegiatan berbahaya. field (lapangan) dievaluasi, dikendalikan
4) Administrasi Control merupakan dan dimonitoring/dipantau guna
upaya sacara administrasi difokuskan meminimalisasi risiko kesehatan,
pada penggunaan Standard keselamatan, keamanan, lingkungan dan
Operating Procedure sebagai ketidaksesuaian mutu/kualitas yang
langkah mengurangi tingkat risiko. timbul akibat kegiatan operasi berlaku
melakukan pengendalian risiko dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi
dengan cara, membuat / memasang risiko, pengendalian risiko dan
rambu peringatan, pengaturan jam monitoring risiko operasi di lingkungan
kerja, penerbitan surat izin kerja, PT PTM dan mitra kerjanya.
sosialisasi, program Pemeliharaan.
5) Alat Pelindung Diri (APD) yang
berfungsi untuk mengurangi
keparahan akibat dari bahaya yang
ditimbulkan. melakukan
pengendalian risiko dengan memakai
Hasil Penelitian dengan metode
alat pelindung diri yang disesuaikan
proaktif Job Safety Analiysis (JSA)
dengan potensi bahaya yang ada.
dapat ditunjukkan sebagai berikut:
METODE
Sesuai dengan tujuan penelitian ini A.Tahapan pekerjaan pada
yaitu untuk menganalisis identifikasi lingkungan area kerja Rig A Well
bahaya, risiko, dan pengendalian Service (RWS)
terhadap bahaya dan risiko di area
90
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
Terdapat jenis bahaya, potensi risiko dan pekerjaan (sarung tangan, helm, masker,
hirarki pengendaliaannya adalah: rompi, safety shoes )
1.Jenis Bahaya :
1.1.Bahaya Biologi: 1.2 Bahaya Fisik
1) Terkena virus Covid 19, potensi 1) Kebisingan dari peralatan genset
risiko; terinfeksi virus Covid 19, sebesar 90 dB, risiko dapat berupa
Pengendalian: gangguan pendengaran dikarenakan
Administrative Control >85dB. Bahaya Fisik : dehidrasi,
a) Melakukan Tool Box Meeting mengalami ketulian atau gangguan
b) Melakukan tes Covid 19/antigen pendengaran (vs Bahaya Fisik :
c) Melakukan Screening sudah Kebisingan 115 dB berasal dari
melakukan vaksin dan pengecekan gesekan gas dari aliran pipa dan suara
tensi engine)
d) Tim Medis yang memiliki alat P3K Pengendaliannya :
e) Melakukan Karantina Engineering Control
f) Pembersihan area kerja dengan a. Melakukan Pengukuran kebisingan
disinfektan di area kerja yang bising dengan
g) Upaya penanganan Covid dengan alat soundlevelmeter secara berkala
cara 5 M b. Melakukan maintenance terhadap
Personal Protective Equipment mesin genset
Menggunakan PPE umum lengkap Administrative Control
yang sesuai dengan SOP saat memasuki a. Sebelum pekerjaan di laksanakan
area pekerjaan (sarung tangan, helm, harus memiliki SIKA yang di
masker, rompi, safety shoes serta APD lampiri JSA
khusus (fullbody harness). b. Tersedia SOP Work Over Well
Service (WOWS)
2) Serangan hewan : di gigit ular kobra c. Memasang Safety Sign bahaya
dan tomcat sampai masuk ke dalam kebisingan
baju. d. Melakukan pemantaaun kualitas
• tergigit ular: mengalami nyeri dan kesehatan lingkungan kerja
sakit pada bagian tubuh yang tergigit, Personal Protective Equipment
Mengalami nyeri dan sakit pada Menggunakan PPE Lengkap yang
bagian tubuh yang tergigit sesuai dengan SOP saat memasuki
• tersengat tomcat: melepuh karena area pekerjaan (Sarung tangan, helm,
mengalami dermatitis di kulit kepala masker, rompi, safety shoes)
dan mata
Pengendalian dilakukan dengan cara: 2) Terjatuh dari ketinggian atuh dari
Administrative Control ketinggian (jatuh dari ketinggian lebih
a. Melakukan Tool Box Meeting dari 1,8 meter). platform Rig, potensi
b. Memasang Safety Sign terkait bahaya risiko terkilir dan keseleo yang
biologi menyebabkan patah tulang.
c. Tim Medis P3K dan Pengadaan Pengendalian:
Serum Anti Bisa Ular Administrative Control
a. Sebelum pekerjaan di laksanakan
Personal Protective Equipment harus memiliki SIKA yang di lampiri
Menggunakan PPE lengkap yang sesuai JSA
dengan SOP saat memasuki area b. Tim Medis yang memiliki alat P3K

91
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
c. Tersedianya Fire Protection active c. Tersedia SOP Work Over Well
seperti APAR dan Hydrant Service (WOWS)
d. Safety Sign: Bahaya ketinggian d. Tim Medis /Emergency respons Plan
Personal Protective Equipment (ERP),
Menggunakan PPE engkap yang e. Tersedianya Fire Protection active
sesuai dengan SOP saat memasuki seperti APAR dan Hydrant
area pekerjaan (sarung tangan, helm, Personal Protective Equipment
masker, rompi, safety shoes), Full Menggunakan PPE Lengkap yang
Body Harness sesuai dengan SOP saat memasuki area
• Platform yang tidak rata dimana pekerjaan (sarung tangan, helm, masker,
risiko yang mungkin ditimbulkan rompi, safety shoes)
adalah terpeleset, tersandung atau
jatuh pada level yang sama. 1.4 Bahaya Psikososial
Stress adalah bahaya yang
1.3 Bahaya Listrik ditimbulkan dari faktor fisik, mental, dan
Instalasi generator, instalasi seluruh emosional yang menyebabkan
di area rig menggunakan listrik, Instalasi ketegangan mental atau fisik, seperti
listrik, kabel terkelupas. Sambaran Petir ketidakpedulian pada pengamanan dan
Bahaya elektrikal adalah bahaya yang keselamatan, kelalaian, pengetahuan/
terkait dengan peralatan listrik dan kemampuan yang terbatas, tingkat
sambaran petir yang menyebabkan keletihan yang tinggi dan lain sebagainya.
(menara, skid pompa, genset, container Sering mengalami down terutama
office, dll), Potensi Risiko korban jiwa, masalah gaji/ salary, menganggu saat
kebakaran dan Ledakan, Kerusakan asset bekerja karena beban pikiran, beban kerja
perusahaan, fasilitas dan sarana yang (over time), sehingga mengalami stress
berdampak kerugian khususnya terhadap kerja karena beban kerja dan kondisi
kelangsungan bisnis perusahaan lingkungan yang kurang nyaman.
(Bussiness Continuity Plan),
Pengendalian : Administrative Control dilakukan
Engineering Control dengan menghindari over time.
a. Pemasangan Penangkal Petir Personal Protective Equipment
b. Rig (menara, skid pompa, genset, Menggunakan PPE lengkap yang
container office,) harus dilengkapi sesuai dengan SOP saat memasuki
dengan penyalur petir menggunakan area pekerjaan (sarung tangan, helm,
kabel grounding standar (continous masker, rompi, safety shoes, Full
length) dengan grounding system Body Harnes).
tembaga yang independen serta di
ukur resistansi maksimal 1ohm dan
grounding skid maksimal 5 Ohm
(harus diukur pada saat inspeksi
berlangsung & berkala setiap 14 hari 1.5 Bahaya kimia
sekali selama operasi berlangsung) Bahaya kimia dapat disebabkan
Administrative Control paparan senyawa kimia yang berasal dari
a. Sebelum pekerjaan dilaksanakan bahan kimia yang digunakan maupun dari
harus memiliki SIKA yang di lampiri karakteristik produk yang dihasilkan
JSA yang dapat membahayakan keselamatan
b. Tim Medis yang memiliki alat P3K yang bersifat akut. Bahan kimia dapat
berupa padatan, cairan maupun gas (misal
92
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
: gas H2S, paparan cairan HCl, KCl, 4. Tersedianya Fire Protection active
CaCl,CO, Oli, chemical dari uapnya seperti APAR dan Hydrant
H2O4,NaOH, dan amoniak, Risiko 5. Mempunyai Sertifikat Crew
bahaya kimia: pekerja mengalami dari ESDM MIGAS Cepu
keracunan karena menghirup zat kimia Personal Protective Equipment
dan iritasi kulit. Menggunakan PPE Lengkap yang
sesuai dengan SOP saat memasuki area
Administrative control pekerjaan (Sarung tangan, helm, masker,
a) Memasang safety sign bahaya rompi, safety shoes), Full Body Harnes
b) Tersedia SOP Work Over Well
Service 1.7 Bahaya Ergonomi
c) Tersedianya Fire Protection active Bahaya kesehatan yang timbul
seperti APAR dan Hydrant akibat posisi tubuh yang tidak sesuai saat
d) Tim Medis yang memiliki alat P3K bekerja (misal : mengangkat barang
e) Tersedia MSDS (Lembar data dengan posisi yang salah) Dari posisi
keselamatan bahan) tubuh, mekanik, pemasangan baut,
f) Housekeeping pembersihan sisa oil kondisi tempat kerja confined space.
dengan metode 5 R. Posisi kerja terutama di bagian mekanik
Personal Protective Equipment saat memposisikan peralatan, bahaya
Menggunakan PPE yang sesuai kesehatan yang timbul akibat adanya
dengan SOP saat memasuki area ketidaksesuaian antara desain peralatan
pekerjaan (Sarung tangan, helm, masker dengan bentuk badan seseorang. Risiko:
khusus atau respirator khusus, rompi, nyeri-nyeri pinggang, Badan mengalami
safety shoes) atau respirator khusus, nyeri-nyeri serta low back pain.
rompi, safety shoes Administrative Control
Bekerja sesuai dengan SOP dalam
1.6 Bahaya Mekanik bekerja berkaitan dengan posisi kerja
Semua peralatan mesin – mesin yang yang benar dan harus diikuti.
bergerak (pompa, rig, heavy equipment Personal Protective Equipment
crane, backhoe,, rotating, circulating, Menggunakan PPE Lengkap yang sesuai
pressure, generator, Kelly swivel yang dengan SOP saat memasuki area
bisa berbalik). Potensi Risiko: terjepit, pekerjaan (Sarung tangan, helm, masker,
tergores, dan terpotong. rompi, safety shoes).
Substitution, Penggantian hydromatic
system jika sudah tidak layak pakai
Engineering Control
a. Untuk pengamanan Memasang
HydromaticSystem untuk mengatur
naik turunya Kelly Swivel B. Tahapan Penurunan Drill Pipe
b. Gunakan Crown automatic (DP) ke dalam Sumur menggunakan
untuk safetydevice Kelly Swivel pada saat proses Drill Out
Administrative control Cement (DOC) di Rig Well Service
1. Sebelum pekerjaan di (RWS) dan Lingkungan kerja area
laksanakan harus memiliki SIKA pengeboran ( Drilling)
yang di lampiri JSA Sebelum pekerjaan dilaksanakan,
2. Tersedia SOP Work Over Well dilakukan inspeksi, pemeriksaan
Service pengecekan alat berat crane dengan
3. Tim medis yang memiliki alat P3K menggunakan checklist ( daftar periksa)
93
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
terhadap elevasi, kapasitas angkat, dan kemungkinan bisa terjatuh dari
beban maksimal yang harus diizinkan. ketinggian karena faktor angin, faktor
gangguan lingkungan sekitarnya yang
1.Tahap pekerjaan pengangkatan lain, suhu cuaca suhu udara luar ruangan
Kelly Swivel dengan menggunakan yang tidak sesuai dengan baku mutu
crane, lalu disambungkan dengan Drill udara. Potensi risiko: menimpa pekerja
Pipe di string (untuk memasukkan yang ada lagi bekerja di bawah disekitar
rangkaiaan Drill Pipe ) area kerja.
1.Bahaya Gerakan Pengendalian
• Tertabrak dan terlindas crane pekerja Administrative Control:
yang ada di area kerja a) Sebelum pekerjaan di laksanakan
• Mekanikal (mekanis) : Tekanan alat wajib memiliki SIKA yang sudah di
berputar, per/ pegas, tali kipas. lampiri JSA
• Kendaraan, pemindahan peralatan, b) Tersedia SOP Work Over Well
gerakan perpindahan peralatan Service (WOWS)
crane, c) Tim Emergency Respons Plan (ERP)
Potensi risiko: Menyebabkan crane, terdiri dari Tim Medis, Evakuasi,P3K
drill pipe dan Menara Rig terjatuh d) Tersedia Fire Protection active
pekerja yang ada di area kerja, bisa seperti APAR dan Hydrant
terjadi insiden tertabrak dan terlindas e) Crew Frontliner Memiliki
crane Certificate of Inspection (COI)
(crane, forklift) dan alat berat lainya
Pengendalian: yang masih berlaku
Administrative control f) memasang Safety Sign Bahaya
a. Sebelum pekerjaan di laksanakan Peralatan, melayang/terjatuh,
harus memiliki SIKA yang di lampiri ristricted area
JSA g) Tersedianya Dokumen Test /
b. Tersedia SOP Work Over Well Pemeriksaan, Inspeksi pemeliharaan
Service Tubular Good (Drill Pipe, Kelly
c. Emergency respons Plan (ERP), Tim Swivel), pompa, rig, heavy equipment
Medis , Evakuasi seperti crane, backhoe)
d. Tersedianya Fire Protection active Personal Protective Equipment
seperti APAR dan Hydrant Menggunakan PPE Lengkap yang
Melakukan sterilisasi dengan memasang sesuai dengan SOP saat memasuki area
safety line area yang akan di lewati Crane pekerjaan (Sarung tangan, helm, masker,
Personal Protective Equipment rompi, safety shoes)
Menggunakan PPE lengkap yang
sesuai dengan SOP saat memasuki area 2 Bahaya Faktor Gangguan
pekerjaan (sarung tangan, helm, masker, Lingkungan
rompi, safety shoes). (1) Potensi bahaya: Kondisi angin yang
kencang yang bisa membahayakan alat
2. Menurunkan Kelly Swivel dan berat crane, drill pipe dan menara Rig
Drill Pipe di bantu dengan crane (Pengeboran), Potensi Risiko :
ke dalam sumur pengeboran Menyebabkan crane, Drill Pipe dan
1. Bahaya Gravitasi Menara Rig roboh.
(1).Bahaya Drill Pipe yang diangkat bisa
terjatuh dari ketinggian. Potensi Bahaya: Pengendalian:
Drill Pipe (DP) yang diangkat Elimination
94
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
Perhatikan arah angin, agar dapat baru yang mungkin timbul dalam
terhindar dari bahaya angin kencang pengeboran (drilling).
Engineering Control Lebih lanjut lagi, hasil dari penelitian
Pengukuran kondisi lingkungan kerja ini memberikan kategori jenis bahaya
khususnya kekuatan angin yang lebih terperinci jika dibandingkan
Administrative Control dengan kategorisasi risiko pada metode
a. Sebelum pekerjaan di laksanakan Hazard Identification Risk Assessment
wajib memiliki SIKA yang sudah di Risk Control (HIRARC) yang hanya
lampiri JSA menggunakan risk matrix low, medium,
b. Tersedia SOP Work Over Well high, and extreme risk (Kurniasih,
Service (WOWS) Fadhilah, Prihatanto, 2021). Hal ini
c. Tim Emergency Respons Plan (ERP) mengindikasikan bahwa penerepan
terdiri dari Tim Medis, Evakuasi. metode Job Safety Analysis dalam
d. Tersedia Fire Protection active identifikasi bahaya dan risiko di lokasi
seperti APAR dan Hydrant kerja dapat memberikan gambaran yang
e. Frontliner harus memiliki Certificate mendetail, sehingga membantu pihak
of Inspection (COI) (crane, forklift) manajemen dalam menentukan standar-
yang masih berlaku standar operasional dalam rangka
Personal Protective Equipment pengendalian bahaya dan risiko tersebut.
Menggunakan PPE Lengkap yang sesuai
dengan SOP saat memasuki area KESIMPULAN
pekerjaan (Sarung tangan, helm, masker, Berdasarkan hasil penelitian ini
rompi, safety shoes) maka dapat disimpulkan jumlah Bahaya
dan Risiko dari tahapan pekerjaan
3 Bahaya/ Ancaman Keamanan (A)Tahapan pekerjaan pada lingkungan
Bahaya/ ancaman keamanan dapat area kerja Rig Well Service (RWS) dan
timbul karena kegagalan pengendalian (B) Tahapan Penurunan Drill Pipe (DP)
akses/ penyusup (masuk dan keluar tanpa ke dalam sumur menggunakan Kelly
izin, barang dan kendaraan yang masuk/ Swivel pada saat proses Drill Out Cement
keluar lokasi), pencemaran udara (baik (DOC) di Rig Well Service (RWS) dan
dari sumber bergerak maupun tidak Lingkungan kerja area pengeboran
bergerak), serta pencemaran air tanah. (Drilling) meliputi bahaya biologi,
Berdasarkan hasil identifikasi risiko bahaya fisik, bahaya listrik, bahaya
bahaya yang dilakukan, secara garis besar psikososial, bahaya kimia, bahaya
ditemukan 7 jenis bahaya dalam area mekanik, bahaya ergonomi. Ditemukan
pengeboran (drilling) rig A, yaitu bahaya juga 4 jenis bahaya tambahan pada
biologi, fisik, listrik, psikososial, kimia, pekerjaan pengeboran dan area
mekanik, dan ergonomis. Selain itu, lingkungan kerja, yaitu bahaya Gerakan,
penelitian ini juga menemukan jenis bahaya gravitasi, bahaya factor
risiko bahaya lainnya, yaitu bahaya lingkungan, dan bahaya/ ancaman
gerakan, bahaya grativasi, bahaya factor keamanan.
gangguan lingkungan lainnya, serta Berdasarkan hasil penelitian pada
bahaya gangguan/ ancaman. Jika tahapan pekerjaan di area pengeboran
dibandingkan dengan teori sebelumnya (drilling) di PT PTM juga menemukan
yang hanya mengkategorikan jenis potensi bahaya sejumlah 13 dan 7 bahaya,
bahaya ke dalam 7 jenis bahaya, sehingga dapat ditemukan potensi bahaya
penelitian ini menemukan 4 jenis bahaya sejumlah total 20. Selain itu, ditemukan
juga di lapangan potensi risiko sejumlah
95
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
15 dan 11 risiko, sehingga dapat Ratnasari, S.T. (2009). Analisis risiko
ditemukan potensi risiko sejumlah 24 keselamatan kerja pada proses
dimana pengendalian dilakukan melalui pengeboran panas bumi Rig darat #4.
dengan menerapkan administrative Jakarta: Universitas Indonesia.
control dan personal protective
equipment sesuai dengan SOP. Ratnasari, S.T. (2010). Analisis Risiko
Keselamatan Kerja Pada Proses
DAFTAR PUSTAKA Pengeboran Panas Bumi Rig Darat #4
PT. Apexindo Pratama Duta TBK
Bird, F.E., Germain, G.L. (1990). Tahun 2009. Skripsi. Depok:
Practical Loss Control Leadership. Universitas Indonesia.
Loganville: International Loss Control
Institute Publishing. Rausand, M. (2005).Preliminary Hazard
Analysis. Norwegia: Norwegian
Cross, J. (1998). Risk Management. University of Science and
Dalam Study Notes SESC921. Technology.
Departement of Safety Science
University of New South Wales. Rausand,M. (2011). Accident Models
Risk Assessment: Theory, Methods,
Dunjó J, Fthenakis V, Vílchez JA, and Applications (First Edition). New
Arnaldos J. (2010). Hazard and Jersey: John Wiley &Sons, Inc.
operability (HAZOP) analysis. A
literature review. J Hazard Mater, Soehatman Ramli; Husjain Djajaningrat;
173(1-3):19-32. doi: Risa Praptono; Koes Priyadi.
10.1016/j.jhazmat.2009.08.076 (2010.). Pedoman praktis manajemen
risiko dalam perspektif K3: OHS risk
Hajar, A., Anindita, G., & Ashari, M.L. management. Jakarta: Dian Rakyat.
(2018). Analisis Risiko Kebakaran
dengan Metode ETA (Event Tree Sugiyono & Lestari, P. (2021). Metode
Analysis) pada Tangki Timbun Penelitian Komunikasi (Kuantitatif,
Premium. Seminar K3. Kualitatif, Analisis teks, cara menulis
http://journal.ppns.ac.id/index.php/se artikel untuk jurnal internasional)
minarK3PPNS/article/download/680/ Bandung: Alfabeta.
536/
Supriyadi, S., Nalhadi, A., & Rizaal, A.
Kerzner, H. (2003). Project Management (2015) Identifikasi Bahaya dan
: A System Approach toPlanning Penilaian Risiko K3 pada Tindakan
Schedulling, and Controlling, 8th Perawatan & Perbaikan
Edition. John Wiley and Son.
Tarwaka, (2014). Keselamatan dan
Pedoman TKO Manajemen Risiko dan Kesehatan Kerja Manajemen dan
Basic Safety Training PT.Pertamina Implementasi K3 di Tempat Kerja
EP Surakarta: Harapan Press.

Ramli, S. (2010) Pedoman Praktis Triwibowo, C. & Pusphandini, M.E.


Manajemen Risiko dalam Perspektif (2013). Kesehatan lingkungan dan K3.
K3. Jakarta: Dian Rakyat. Yogyakarta: Nuha Medika.

96
Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup Vol. 7 No. 1, 2022
ISSN: 2528-4002 (Media Online)
ISSN: 2355-892x (Print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
DOI: https://doi.org/10.51544/jkmlh.v7i1.3197
Undang-Undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja.
Perkap 24 Tahun 2007 tentang Sistem
Manajemen Pengamanan
Organisasi, Perusahaan dan/atau
Instansi/Lembaga Pemerintah,
Elemen 3
Manajemen Risiko Pengamanan.

Peraturan Kepolisian Negara Republik


Indonesia Nomor 3 tahun 2019
tentang Perubahan atas Peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia nomor 13 tahun 2017
tentang Pemberian Bantuan
Pengamanan
pada Objek Vital Nasional dan Objek
Terten

97

Anda mungkin juga menyukai