Anda di halaman 1dari 12

TAYANGAN SIARAN LANGSUNG PROGRAM TELEVISI DOKUMENTER

BERJUDUL "JEJAK PETUALANG" PADA STASIUN TELEVISI TRANS 7

Alya Dewi Ramadhani

2301613

Televisi merupakan perjalanan yang menarik dan kaya akan perkembangan teknologi,
budaya, dan sosial yang memengaruhi cara kita memahami dan mengonsumsi konten
audiovisual. Dari penemuan awalnya hingga era digital yang kita nikmati saat ini, televisi
telah menjadi salah satu fenomena paling berpengaruh dalam budaya modern. Pada
pertengahan abad ke-19, konsep dasar televisi mulai diperkenalkan oleh sejumlah ilmuwan
dan penemu, yang merintis jalan bagi pengembangan teknologi ini. Namun, titik balik sejarah
televisi dimulai dengan penemuan sistem televisi elektronik oleh insinyur Skotlandia, John
Logie Baird, pada tahun 1925. Ini adalah langkah penting menuju era televisi modern. Pada
tahun 1930-an, televisi mulai diproduksi secara massal dan menjadi lebih terjangkau bagi
masyarakat. Acara-acara pertama yang disiarkan secara komersial muncul di Amerika Serikat
dan Eropa, membawa revolusi dalam industri hiburan dan media. Meskipun masih dalam
format hitam-putih dan resolusi rendah, televisi menjadi pusat perhatian di rumah-rumah
keluarga di seluruh dunia. Perkembangan signifikan lainnya terjadi pada tahun 1950-an
dengan diperkenalkannya teknologi siaran berwarna, yang menghadirkan pengalaman
menonton yang lebih imersif dan realistis bagi pemirsa. Selain itu, ini juga merupakan
periode di mana televisi menjadi medium utama untuk menyampaikan berita dan informasi,
dengan munculnya program-program berita dan jurnalisme investigatif yang terkenal. Era
digital membawa transformasi yang lebih lanjut bagi televisi pada akhir abad ke-20 dan awal
abad ke-21. Kemunculan televisi kabel, satelit, dan kemudian internet membuka pintu bagi
beragam konten baru dan cara-cara baru untuk mengonsumsi media. Penonton tidak lagi
terbatas pada siaran terjadwal, tetapi dapat mengakses acara favorit mereka kapan saja dan di
mana saja.

Televisi adalah salah satu fenomena paling mencolok dalam budaya modern, memainkan
peran sentral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di seluruh dunia. Televisi bukan hanya
sekadar alat hiburan, tetapi juga merupakan medium komunikasi yang memainkan peran
penting dalam membentuk pandangan dunia, memperluas wawasan, dan memengaruhi
budaya populer. Seiring dengan perkembangan teknologi dan transformasi media, televisi
terus beradaptasi dan menjadi platform yang memengaruhi pola pikir dan perilaku
masyarakat. Perkembangan atau evolusi televisi dari waktu ke waktu juga merupakan hal
yang menarik. Dari penemuan televisi pada pertengahan abad ke-20 hingga revolusi digital
saat ini, televisi telah mengalami transformasi yang signifikan dalam hal teknologi, konten,
dan interaksi dengan pemirsa. Hal ini mencakup perubahan dari siaran analog ke siaran
digital, kemunculan saluran kabel dan satelit, serta transformasi menuju platform streaming
online. Peran televisi dalam masyarakat modern dan mengeksplorasi dampaknya pada
budaya, politik, dan identitas sosial yang memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana televisi memengaruhi cara kita berinteraksi, memahami dunia, dan membentuk
pandangan kita terhadap realitas. Televisi tidak hanya menjadi cermin dari kehidupan sehari-
hari, tetapi juga menjadi agen perubahan yang kuat dalam membentuk budaya, menghadirkan
isu-isu sosial, dan mempengaruhi pandangan kita terhadap berbagai masalah global.

Program televisi adalah acara yang disiarkan melalui saluran televisi untuk menghibur,
memberikan informasi, atau mendidik penonton. Acara televisi dapat beragam dalam
formatnya, mulai dari drama, komedi, acara realitas, hingga dokumenter. Setiap program
televisi memiliki tujuan dan konsepnya sendiri yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
dan minat target audiens. Salah satu contoh program televisi yang populer adalah program
dokumenter. Program dokumenter bertujuan untuk menyampaikan informasi faktual tentang
topik tertentu dengan cara yang informatif dan mendalam. Biasanya, program dokumenter
menggunakan narasi, wawancara, gambar, dan klip video untuk menjelaskan topik yang
dibahas. Contoh program dokumenter adalah "Jejak Petualang" yang ditayangkan di Trans 7.

Program siaran dari Trans7 yang tayang perdana pada tahun 2002, yaitu Jejak Petualang.
Jejak Petualang merupakan program siaran televisi yang mengajak pemirsanya untuk
menjelajahi alam dan budaya di seluruh penjuru tanah air. Jejak petualang adalah sebuah
majalah berita pertama di Indonesia menayangkan berbagai aktivitas di luar ruangan dan
petualangan. Jejak Petualang biasanya dibawakan oleh satu pembawa acara yang komunikatif
dengan narasumber. Biasanya pembawa acara dalam program Jejak Petualang digambarkan
dengan karakteristik perempuan yang tangguh. Jejak petualang lebih mengarah pada
tayangan dokumenter yang mengangkat seputar alam, kebudayaan, kearifan lokal, dan
eksplorasi alam Indonesia. Program ini memberikan nuansa dan pengalaman baru bagi
penonton yang tertarik terhadap kegiatan petualangan ke alam bebas. Selain itu, Jejak
Petualang juga berfokus pada lokasi-lokasi wisata dan interaksi dengan narasumber mengenai
kebudayaan sekitar. Jejak Petualang memberikan gambaran bahwa walaupun dibawakan
dengan satu orang pembawa acara, tetapi dapat dikemas dengan baik melalui berbagai
interaksi yang dilakukan. Hal ini terbukti dari program siaran yang masih tayang dan banyak
digemari oleh penonton hingga saat ini. Jejak Petualang lebih berfokus terhadap lokasi wisata
dan interaksi dengan masyarakat untuk mengenal budaya. Beberapa pembawa acara pada
Jejak Petualang yaitu Shelly Lunggaer, Vebby Hananto, dan Salini Rengganis. Penghargaan
yang sudah didapatkan yaitu Anugerah Pesona Wisata 2007, Penghargaan Gemar Ikan 2011,
Anugerah KPID Nusa Tenggara Barat 2012, dan Anugerah KPID Kalimantan Barat 2015.

Seperti Teori Andre Bazin’s New Media yaitu Television Is Unbeatable for Live
Coverage/Televisi Tidak Terkalahkan untuk Liputan Langsung. Liputan langsung adalah
salah satu keunggulan utama televisi yang memungkinkan pemirsa untuk merasakan
pengalaman secara real-time tanpa harus berada di lokasi tersebut secara fisik. Program
televisi seperti Jejak Petualang di Trans 7 memanfaatkan keunggulan ini dengan
menghadirkan petualangan-petualangan yang menarik secara langsung ke layar televisi
pemirsa. Dalam Jejak Petualang, pemirsa dibawa dalam perjalanan yang mengesankan ke
berbagai destinasi, mulai dari hutan belantara, pegunungan, pulau terpencil, hingga gurun
pasir yang luas. Ketika acara ini melakukan liputan langsung, pemirsa dapat merasakan
kegembiraan dan ketegangan yang sama seperti yang dirasakan oleh tim petualangnya.
Pemirsa dapat menyaksikan setiap langkah petualangan, mulai dari persiapan sebelum
berangkat, petualangan di tengah alam liar, hingga momen-momen epik saat mencapai
tujuan. Selama liputan langsung, pemirsa juga dapat terlibat lebih aktif dengan mengikuti
petunjuk dari pembawa acara atau petualang yang berada di lapangan. Pemirsa diajak untuk
mencari tahu fakta-fakta menarik tentang lingkungan sekitar atau untuk berpartisipasi dalam
kegiatan tertentu melalui interaksi langsung melalui media sosial atau platform daring
lainnya. Keunggulan utama dari liputan langsung dalam Jejak Petualang adalah bahwa
pemirsa dapat merasakan sensasi dan emosi yang sama seperti yang dialami oleh petualang,
tanpa harus meninggalkan kenyamanan rumah mereka. Mereka bisa merasakan ketegangan
saat menghadapi rintangan alam, kegembiraan saat mencapai tujuan, dan kekaguman akan
keindahan alam yang terungkap dalam setiap adegan. Hal ini memberikan pengalaman yang
mendalam dan memikat bagi pemirsa, serta memperluas cakrawala mereka dengan
menghadirkan keindahan dan keajaiban alam yang mungkin tidak pernah mereka kunjungi
secara langsung.

Episode mengenai ekspedisi ke gunung tertinggi yaitu episode yang mengikuti petualangan
pendaki dalam menaklukkan puncak tertinggi Gunungan Himalaya Nepal pada tanggal 8 Mei
2018 dan Gunungan Everest pada tanggal 24 Maret 2021. Episode Jejak Petualang ke
Gunung Everest pemirsa dibawa dalam perjalanan mendebarkan dan menginspirasi menuju
Gunung Himalaya, salah satu rangkaian gunung tertinggi di dunia yang mencakup puncak
tertinggi, yaitu Everest. Pembawa acara dan tim petualangnya melakukan ekspedisi ke
wilayah yang terpencil dan menantang, di mana pemirsa dapat menyaksikan setiap langkah
perjalanan mereka secara langsung melalui layar televisi. Pada episode ini, pemirsa dapat
merasakan sensasi mendebarkan dan tantangan yang dihadapi oleh tim petualang selama
perjalanan mereka. Pemirsa diajak untuk menyaksikan pemandangan alam yang
menakjubkan dari puncak gunung, melalui kamera-kamera yang dipasang di berbagai titik
rute pendakian. Hal ini memberikan pengalaman langsung kepada pemirsa, meskipun
pemirsa menonton dari kenyamanan rumah mereka. Selain itu, pemirsa juga dapat merasakan
emosi dan kegembiraan yang dirasakan oleh tim petualang saat mereka mencapai tujuan akhir
mereka, baik itu mencapai puncak Everest atau menemukan keindahan alam yang
tersembunyi di sepanjang perjalanan. Melalui liputan langsung ini, pemirsa dapat merasa
seolah-olah mereka ikut serta dalam petualangan tersebut, meskipun sebenarnya mereka
hanya menonton dari jarak jauh. Dengan demikian, episode Jejak Petualang ke Gunung
Himalaya Nepal dan Everest merupakan contoh nyata dari bagaimana televisi dapat
menyajikan liputan langsung dan memberikan pengalaman langsung kepada pemirsa, bahkan
dari kenyamanan rumah mereka. Hal ini sejalan dengan teori mengenai keunggulan televisi
dalam menyajikan pengalaman langsung kepada pemirsa.

Televisi memiliki kemampuan unik untuk membawa pemirsa ke tempat-tempat yang jarang
dijangkau oleh sebagian besar orang. Program Jejak Petualang di Trans 7 secara konsisten
mengeksplorasi tempat-tempat eksotis, terpencil, atau sulit dijangkau, memberikan
pengalaman yang memukau bagi pemirsa. Jejak Petualang sering kali memfokuskan
perhatian pada tempat-tempat yang dianggap eksotis oleh sebagian besar pemirsa. Ini bisa
termasuk pulau terpencil, pegunungan yang belum dijelajahi, hutan belantara, atau bahkan
kota-kota kecil yang tersembunyi di belakang jalan-jalan terpencil. Melalui program ini,
pemirsa diberi kesempatan untuk merasakan keindahan alam dan budaya dari tempat-tempat
yang mungkin belum pernah mereka kunjungi sebelumnya. Sering memimpin ekspedisi ke
tempat-tempat yang jauh dari jangkauan orang biasa. Ini bisa termasuk perjalanan ke gurun
pasir yang luas, hutan hujan yang lebat, atau pulau terpencil yang hanya dapat diakses dengan
kapal khusus. Pemirsa dapat merasakan sensasi petualangan yang sesungguhnya saat mereka
menyaksikan para petualang mengatasi tantangan alam yang sulit dan mengungkap
keindahan alam yang belum tersentuh. Selain tempat-tempat alam yang indah, Jejak
Petualang juga sering menjelajahi lokasi-lokasi bersejarah yang mungkin sulit diakses oleh
masyarakat umum. Ini bisa termasuk reruntuhan kuno, situs arkeologi tersembunyi, atau
tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Melalui program ini, pemirsa dapat
memperoleh wawasan unik tentang sejarah dan budaya suatu tempat tanpa perlu
meninggalkan kenyamanan rumah mereka. Sering juga menyoroti kegiatan budaya
tradisional yang mungkin sulit diakses oleh orang luar. Ini bisa termasuk festival lokal,
upacara adat, atau ritual keagamaan yang hanya terjadi di tempat-tempat tertentu. Melalui
program ini, pemirsa dapat merasakan keberagaman budaya dunia dan memahami lebih
dalam tentang tradisi-tradisi yang dilestarikan oleh masyarakat setempat. Dengan
mengeksplorasi tempat-tempat tidak biasa ini, Jejak Petualang memberikan pemirsa
pengalaman yang mendalam dan memikat, sambil membuka mata mereka terhadap keajaiban
dunia yang luas dan beragam. Contohnya pada episode "Menelisik Kembalinya Pulau Yang
Hilang" pada tanggal 8 Maret 2016.

Perbedaan antara siaran langsung dan siaran ulang dapat berdampak pada pengalaman
pemirsa. Meskipun program Jejak Petualang biasanya direkam sebelumnya, ada upaya untuk
mempertahankan elemen kejutan dan kesan "langsung" bagi pemirsa. Dalam konteks Jejak
Petualang, meskipun rekaman telah dilakukan sebelumnya, tim produksi sering kali berusaha
untuk menciptakan pengalaman yang menyerupai siaran langsung sebanyak mungkin.
Mereka mungkin memilih untuk merekam adegan dalam satu jangka waktu yang singkat,
mencoba menangkap momen-momen spontan dan kejadian tak terduga yang dapat
memperkaya pengalaman pemirsa. Selain itu, editing dan penyuntingan dilakukan dengan
hati-hati untuk mempertahankan alur cerita yang alami dan menarik, serupa dengan
pengalaman yang mungkin dialami pemirsa dalam sebuah siaran langsung. Siaran langsung
dapat memberikan keuntungan lebih besar. Misalnya, jika ada kejadian atau momen yang
sangat dinamis atau dramatis yang terjadi selama petualangan, penyiaran langsung dapat
memberikan kesempatan untuk mengalami momen tersebut secara real-time, tanpa
penundaan atau penyuntingan. Hal ini dapat menambahkan elemen ketegangan dan
kecemasan bagi pemirsa, karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Siaran
langsung juga dapat memungkinkan interaksi langsung antara pemirsa dan pembawa acara.
Pembawa acara bisa berkomunikasi dengan pemirsa secara langsung melalui media sosial
atau platform lainnya, memberikan kesempatan bagi pemirsa untuk berpartisipasi dalam
petualangan atau mengajukan pertanyaan secara langsung kepada tim petualang. Jejak
Petualang Trans 7, berupaya untuk mempertahankan elemen "langsung" sebanyak mungkin,
baik melalui pemilihan adegan yang menarik dan momen-momen tak terduga, maupun
melalui editing yang mempertahankan kesan alami dari petualangan tersebut. Namun,
perbedaan antara siaran langsung dan siaran ulang tetap ada, dan terkadang siaran langsung
dapat memberikan pengalaman yang lebih kuat dan mendalam bagi pemirsa.

Contoh episode Jejak Petualang yang mengikuti sebuah ekspedisi ke gunung berapi yang
aktif. Episode ini pergi ke Gunung Merapi pada tanggal 17 Februari 2021. Episode ini
direkam sebelumnya, tetapi masih memberikan pengalaman yang mendekati keadaan
"langsung" kepada pemirsa. Pertama-tama, dalam ekspedisi semacam itu, ada momen-
momen yang tidak terduga dan spontan yang mungkin terjadi, seperti letusan kecil,
perubahan cuaca mendadak, atau bahkan penemuan geologis yang menarik. Dalam kasus ini,
siaran langsung akan memberikan keuntungan yang lebih besar karena penonton dapat
melihat dan merasakan momen-momen tersebut secara real-time, menambahkan elemen
ketegangan dan kegembiraan yang tidak dapat direplikasi dalam siaran ulang. Namun
demikian, episode yang direkam sebelumnya tetap memberikan pengalaman yang mendekati
siaran langsung. Dengan menggunakan teknologi kamera yang canggih dan editing yang
baik, Jejak Petualang dapat memotong dan menyusun rekaman menjadi narasi yang menarik
dan mendebarkan. Mereka dapat menambahkan komentar narator atau adegan wawancara
dengan anggota tim ekspedisi untuk memberikan konteks dan tambahan informasi kepada
pemirsa. Tim Jejak Petualang mengunjungi gunung berapi yang baru-baru ini meletus.
Meskipun ekspedisi ini direkam sebelumnya, saat tim sedang di lokasi, mereka mungkin
mengalami gempa bumi kecil atau perubahan cuaca yang tiba-tiba, yang memberikan
momen-momen dramatis yang akan lebih menarik jika disajikan secara langsung kepada
pemirsa. Meskipun demikian, dengan teknologi dan editing yang tepat, episode tersebut
masih dapat menyajikan pengalaman yang mendebarkan dan mendekati kenyataan kepada
pemirsa, meskipun tidak secara langsung.

Jejak Petualang menjaga kualitas produksi untuk mempertahankan minat penonton yang
tinggi. Sering kali menggunakan teknologi canggih dalam produksinya. Ini termasuk
penggunaan kamera berkualitas tinggi, drone untuk pengambilan gambar udara, peralatan
audio yang baik, dan teknologi editing yang canggih. Penggunaan teknologi ini memastikan
bahwa gambar dan suara yang disajikan kepada pemirsa adalah yang terbaik dan memberikan
pengalaman visual yang memikat. Dalam program ini, kualitas visual sangat penting.
Pengambilan gambar yang tajam, detail yang jelas, dan komposisi yang baik membantu
menarik perhatian penonton dan membuat mereka terlibat dalam petualangan yang
ditampilkan. Tim produksi harus memastikan bahwa setiap adegan direkam dengan cermat
dan dengan estetika yang menarik. Mampu menggambarkan cerita yang menarik dan
memikat, memperkenalkan karakter dan konflik, serta menghadirkan momen-momen
dramatis yang membuat pemirsa terhubung secara emosional. Editing yang baik dan
penulisan skrip yang solid sangat penting untuk menciptakan narasi yang kuat. Faktor utama
dalam menjaga minat penonton adalah memilih destinasi dan petualangan yang menarik. Tim
produksi Jejak Petualang harus melakukan penelitian yang cermat dan memilih lokasi yang
eksotis, menantang, dan memiliki potensi untuk memberikan pengalaman yang tak terlupakan
bagi pemirsa. Destinasi yang menarik akan membantu mempertahankan minat penonton dan
membuat permirsa kembali untuk menonton episode selanjutnya. Dengan memperhatikan
semua aspek tersebut, tim produksi Jejak Petualang berusaha untuk menjaga kualitas
produksi yang tinggi agar dapat memberikan pengalaman yang memuaskan bagi
penontonnya. Dengan demikian, program ini dapat terus menarik perhatian dan minat
penonton, sehingga tetap menjadi salah satu program yang populer di televisi.

Meskipun Jejak Petualang bukanlah program berita, program ini memiliki tanggung jawab
untuk menyajikan petualangan dan eksplorasi dengan akurat kepada pemirsa. Dalam hal ini,
aspek penyampaian informasi dan kebenaran visual sangat penting. Tim produksi melakukan
riset yang cermat tentang destinasi, budaya lokal, kegiatan petualangan, dan informasi lain
yang relevan. Informasi yang disampaikan harus diverifikasi secara cermat agar tidak
menyesatkan pemirsa. Bertanggung jawab untuk menyajikan gambar dan video yang benar
dan tidak mengelabui pemirsa. Hal ini termasuk menghindari penggunaan efek visual yang
berlebihan atau manipulasi gambar yang dapat merusak integritas visual. Pemirsa harus dapat
mempercayai bahwa apa yang mereka lihat dalam program adalah representasi yang akurat
dari petualangan yang sebenarnya. Penggunaan narasi dalam Jejak Petualang dapat
membantu menyampaikan informasi dengan lebih baik kepada pemirsa. Narator program
menggambarkan petualangan dengan jelas dan informatif, memberikan konteks yang
diperlukan dan menjelaskan aspek-aspek penting dari lokasi dan kegiatan yang ditampilkan.
Selain menyajikan petualangan yang menarik, Jejak Petualang juga berfungsi sebagai sarana
edukasi dan pencerahan bagi pemirsa. Program ini dapat menyampaikan informasi tentang
lingkungan alam, keanekaragaman budaya, konservasi alam, atau topik-topik lain yang
relevan dengan petualangan yang ditampilkan. Dengan demikian, program ini dapat
memberikan nilai tambah kepada pemirsa selain sekadar hiburan semata. Program yang tidak
hanya menghibur, tetapi juga memberikan pengalaman yang memikat dan informatif bagi
pemirsa. Dengan memperhatikan kebenaran visual dan akurasi informasi, program ini dapat
membangun kepercayaan dengan pemirsa dan mempertahankan kepopulerannya di televisi.

Bisa disimpulkan bahwa program televisi, khususnya Jejak Petualang di Trans 7,


mencerminkan perjalanan yang signifikan dalam evolusi televisi dari masa lampau hingga era
digital saat ini. Sebagai program dokumenter, Jejak Petualang menampilkan pengalaman
petualangan di alam dan budaya Indonesia dengan memanfaatkan keunggulan televisi dalam
menyajikan liputan langsung. Meskipun rekaman episode dilakukan sebelumnya, upaya
dilakukan untuk mempertahankan kesan "langsung" melalui teknologi produksi dan editing
yang cermat. Untuk meningkatkan kualitas program ada beberapa saran antara lain
menghadirkan tujuan petualangan yang lebih beragam, memperdalam aspek pendidikan dan
informasi dalam setiap episode, serta menjaga kualitas visual dan integritas informasi agar
membangun kepercayaan dengan pemirsa. Dengan saran tersebut, Jejak Petualang dapat terus
mempertahankan minat penontonnya dan tetap menjadi salah satu program yang populer di
televisi.

Daftar Pustaka

Bazin, A. (1946). What Is Cinema?. University of California Press.

Bazin, A. (1950). New Media University of California Press.

Briggs, A., & Burke, P. (2009). A Social History of the Media: From Gutenberg to the
Internet. Polity Press.

Caldwell, J. T. (2004). Televisuality: Style, Crisis, and Authority in American Television.


Rutgers University Press.

Ellis, J. (2000). Seeing Things: Television in the Age of Uncertainty. I.B. Tauris.

Lotz, A. D. (2017). Portals: A Treatise on Internet-Distributed Television. University of


Michigan Press.

Miller, T., Govil, N., McMurria, J., Maxwell, R., & Wang, T. (2005). Global Hollywood 2.
British Film Institute.

Mittell, J. (2006). Television and American Culture. Oxford University Press.


Straubhaar, J. D., LaRose, R., & Davenport, L. (2012). Media Now: Understanding Media,
Culture, and Technology. Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai