Anda di halaman 1dari 26

Program Acara Televisi The Master

Tugas Individu Makalah

Penyutradaraan Non Fiksi A

Dosen Pengampu: Dwi Haryanto, S.Sn, M.Sn

Disusun oleh: Aditya Bayu Febryansyah

Fakultas: Fakultas Ilmu Budaya

Jurusan: Program Studi Televisi dan Film

NIM: 190110401079
BAB I

PENDAHULUAN

Televisi merupakan sebuah alat yang digunakan untuk melihat sebuah


tayangan yang diproduksi oleh stasiun televise kemudian dapat kita nikmati di rumah,
namun seiring perkembangan jaman banyak sekali tayangan televise yang dapat
diakses melalui aplikasi streaming namun sejarah tv sangat luar biasa dimana
perkembangan tv mengalami kemajuan yang sangat pesat. Penemuan hukum
Gelombang Elektromagnetik oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831)
merupakan dasar awal dari penemuan televisi. Penemuan televisi menandakan awal
era komunikasi elektronik dimulai dari selenium Camera dibuat oleh Goerge Carey
(1876) yang digambar dapat membuat gelombang listrik terlihat. Kemudain, Eugene
Goldstein mengatakan bahwa gelombang sinar yang ditembakkan ke dalam tabung
hampa disebut dengan Sinar Katoda. Julius Paul Gottlieb Nipkov (1860-1940),
seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, mempunyai pemikiran di tahun 1884
tentang cara yang digunakan untuk dapat mengirim gambar melalui udara dari satu
tempat ke tempat lain. Ia berhasil mengirimkan gambar elektronik menggunakan
kepingan logam yang disebut dengan Teleskop Elektrik dengan resolusi delapan belas
garis. Penemuan Paul Nipkov itu disebut sebagai awal kelahiran televisi. Kemudian,
Paul Nipkov menemukan sebuah alat yang dinamai “Jantra Nipkov” atau Nipkov
Sheibu” sebagai buah dari ketekunannya. Jantra Nipkov atau Sheibu Nipkov
kemudian melahirkan penemuan baru yang disebut dengan “electrische teleskop” atau
televisi elektris. Hal tersebut membuat Paul Nipkov mendapat sebutan sebagai Bapak
Televisi. Selain Paul Nipkov, ada pula ilmuwan-ilmuwan berkebangsaan Amerika,
seperti S. Morse, A. G. Bell dan Herbert E. Ives yang turut memberikan kontribusi
terhadap pengembangan televisi. Ilmuwan-ilmuwan dari negara lain juga tidak luput
memberikan sumbangsihnya untuk mengembangkan televisi, antara lain Galilei dari
Itali, May dan Vellougbly Smith dari Inggris serta Weiller dari Jerman dan Dr. VK
Zworkyn dari Rusia.
Televisi merupakan alat yang dapat menyajikan data gambar maupun audio
seperti halnya dalam ilmu komunikasi dimana program acara seolah-olah seperti
seorang komunikator yang menyampaikan pesannya dan kita sebagai penerima
mendengarnya dan menguraikan informasi yang diterima dengan otak kita namun
kita tidak member pernyataan terhadap komunikator sehingga dapat disebuk
komunikasi searah, tidak hanya informasi dalam negeri yang kita peroleh informasi
luar negeri dapat kita peroleh dari sebuah alat bernama televisi.

Dalam buku Elvinaro (2007:137-139) terdapat tiga macam karakteristik televisi,


yakni:

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya, yakni


dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar
kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yg
bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual.
Namun demikian, tak berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada
kesesuaian secara harmonis.

2. Berpikir dalam gambar

Ada dua tahap yg dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama ialah visualisasi
(visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yg mengandung gagasan yg menjadi
gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni kegiatan
merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya
mengandung makna tertentu.
3. Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran jauh lebih kompleks,
dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yg digunakan pun lebih banyak dan tuk
mengoprasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yg terampil dan
terlatih.

Program televisi sangat beragam di jaman sekarang karena kemajuan jaman dan
permintaan pasaar ada berbagai jenis program televisi yang dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu (Morrisan, 2011:217):

Berita Keras (Hard news)

Berita keras (hard news) adalah segala informasi penting dan menarik yang harus
segera disajikan oleh media penyiaran karena sifatnya harus segera ditayangkan agar
dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Dalam hal ini berita keras dapat dibagi
ke dalam beberapa bentuk berita yaitu:

a. Straight News 

Straight News berarti berita “langsung” (Straight News). Maksudnya suatu berita


yang singkat (tidak detail) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang
mencangkup 5W+1H (who, what, where, when, why, dan how) terhadap suatu
peristiwa yang diberitakan. Berita jenis ini sangat terkait waktu (deadline) karena
informasi nya sangat cepat basi jika terlambat disampaikan kepada audien.

b. Feature

Program berita yang menampilkan berita- berita ringan misalnya informasi mengenai
tempat makan yang enak atau tempat liburan yang menarik semacam ini disebut
feature. Dengan demikian. Feature adalah berita ringan (soft news) namun menarik.
Pengertian “menarik” disini adalah informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan
kekaguman, dan sebagainya. Tidak terlalu terikat dengan waktu penayangan, namun
karena durasinya singkat (kurang dari lima menit) dan ia menjadi bagian dari
program berita, maka feature masuk ke dalam kategori hard news. Jika feature terkait
dengan peristiwa penting atau terkait dengan waktu harus segera disiarkan dalam
suatu program berita disebut dengan news feature.

c. Infotaiment

Berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal


masyarakat (celebrity), dan arena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri
hiburan, seperti pemain film/sinetron, penyanyi, dan sebagainya. Infotainment adalah
salah satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera
ditayangkan. Program berita reguler terkadang menampilkan berita mengenai
kehidupan selebritis yang biasanya disajikan pada segmen akhir suatu program berita.

Berita Lunak (Soft News)

Berita lunak (soft news) adalah segala informasi yang penting dan menarik yang
disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat segera ditayangkan. Program
yang masuk ke dalam kategori berita lunak adalah :

a. Current Affair

Program yang menyajikan informasi terkait dengan suatu berita penting yang muncul
sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam, cukup terikat dengan
waktu. Batasannya adalah bahwa selama isu yang dibahas masih mendapat perhatian
khalayak maka current affair dapat disajikan. Misalnya, program yang menyajikan
cerita mengenai kehidupan masyarakat setelah ditimpa bencana alam dahsyat, seperti
gempa bumi atau tsunami.
b. Magazine

Diberi nama magazine karena topik atau tema yang disajikan mirip dengan topik-
topik atau tema yang terdapat dalam suatu majalah. Magazine adalah program yang
menampilkan informasi ringan namun mendalam, dengan kata lain magazine adalah
feature dengan durasi lebih panjang, ditayangkan pada program tersendiri yang
terpisah dari program berita.

c. Dokumenter

Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan


pendidikan namun disajikan dengan menarik. Misalnya, menceritakan mengenai
suatu tempat, kehidupan atau sejarah seorang tokoh, kehidupan atau sejarah suatu
masyarakat (misalnya suku terasing) atau kehidupan hewan di padang rumput dan
sebagainya. Suatu program dokumenter adakalanya dibuat seperti membuat sebuah
film sehingga sering disebut dengan film dokumenter.

d. Talk Show

Program talk show atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau
beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu dipandu seorang pembawa acara
(host). Mereka yang diundang adalah orang-orang yang berpengalaman langsung
dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atau mereka seorang ahli dalam
masalah yang tengah dibahas.

Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan menghibur audience
dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam
kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik dan pertunjukan.
a. Drama

Kata “Drama” berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti bertindak atau berbuat
(action). Program drama adalah pertunjukan “show” yang menyajikan cerita
mengenai kehidupan atau karakter seorang atau beberapa orang (tokoh) yang
diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Dengan demikian,
program drama biasanya menampilkan sejumlah pemain yang memerankan tokoh
tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan atau petualangan para tokohnya.
Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik
(sinetron) dan film. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah:

Sinetron (Sinema Elektronik). Telenovela merupakan istilah yang digunakan televisi


Indonesia untuk sinetron yang berasal dari Amerika lain. Sinetron merupakan drama
yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh
memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu
kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung selalu terbuka dan sering kali tanpa
penyelesaian (Open-ended). Cerita cenderung dibuat berpanjang-panjang selama
masih ada audien yang menyukainya.

Film. Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis program yang masuk
dalam kelompok atau kategori drama. Adapun yang dimaksud film di sini adalah film
layar lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film. Karena tujuan
pembuatannya adalah untuk layar lebar (theater), maka biasanya film baru bisa
ditayangkan di televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukan di bioskop atau bahkan
setelah film itu didistribusikan atau dipasarkan dalam bentuk VCD atau DVD.
Dengan demikian, televisi menjadi media paling akhir yang dapat menayangkan film
sebagai salah satu programnya.
b. Permainan atau Game Show

Suatu bentuk atau program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu atau
pun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Menjawab
pertanyaan dan atau memenangkan suatu bentuk permainan. Program permainan
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

Quiz Show, merupakan bentuk program permainan yang paling sederhana dimana
sejumlah peserta saling bersaing untuk menjawab pertanyaan.

Ketangkasan, merupakan peserta dalam permainan ini harus menunjukkan


kemampuan fisik atau ketangkasannya untuk melewati suatu halangan atau rintangan
atau melakukan suatu permainan yang membutuhkan perhitungan dan strategi.

Reality Show, sesuai dengan namanya maka program ini mencoba menyajikan suatu
situasi seperti konflik, persaingan atau hubungan berdasarkan realitas yang
sebenarnya, menyajikan situasi sebagaimana apa adanya. Dengan kata lain, program
ini mencoba menyajikan suatu keadaan yang nyata mungkin tanpa rekayasa. Namun
pada dasarnya reality show tetap merupakan permainan (game).

c. Musik

Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu video klip atau konser.
Program musik ini dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio
(indoor). Program musik di televisi sangat ditentukan dengan kemampuan artis yang
menarik audien, tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana
mengemas penampilannya agar menjadi menarik.
d. Pertunjukan

Pertunjukan adalah program yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa


orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan
ataupun di luar ruangan. Jika mereka yang tampil para musisi, maka pertunjukkan itu
menjadi pertunjukkan musik, jika yang tampil justru masak, maka pertunjukkan itu
menjadi pertunjukkan memasak, begitu juga pertunjukkan sulap wayang, lenong, dan
lain-lain.

Peneliti mengambil sebuah tayangan program Variety Show The Master yang
merupakan program acara sulap yang dikemas ajang pencarian bakat dengan
menunjukkan keahlian dalam melakukan sulap, acara ini tayang perdana pada tanggal
6 Februari 2009 dengan tagline acara “Mencari Bintang Tanpa Mantra” yang tayang
pada jam 21.15 hingga 00.30 tergantung penampilan peserta. Program ini merupakan
program unggulan dari stasiun televisi RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia)
dengan juri di bidang professional antara lain Dedy Corbuzier, Rommy Rafael dan
dipandu oleh Nico Siahaan dan musim selanjutnya Adi Nugroho. Program ini mampu
meraih rating 11,4 dan meraih Panasonic Global Awards, program ini berhenti
produksi pada tahun 2012 karena pro dan kontra di masyarakat karena memiliki unsur
gaib dan mistis karena program tersebut bersifat hiburan namun pada saat itu unsure
mistis dan gaib sedang menjadi topic yang hangat sehingga program ini mendapat
kecaman dari penonton yang menyaksikan. Hal inilah yang melatar belakangi peneliti
ingin mengangkat program acara The Master karena program ini sempat menjadi
perhatian public dan selalu dikenang oleh masyarakat Indonesia dan peneliti ingin
membahas aspek sinematografi dalam produksi The Master.
1.1 Rumusan Masalah
1.1.1 Apa saja aspek sinematografi dalam pembuatan program acara The master?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Untuk mengetahui apa saja aspek sinematografi dalam pembuatan program
acara The master?
BAB II

PEMBAHASAN

Sinematografi sebenarnya adalah kata serapan dari bahasa Inggris


Cinematography yang asalnya dari bahasa Latin yaitu kinema yang memiliki arti
'gambar'. Sinematografi memang identik dengan film namun dalam prakteknya
sinematografi juga diterapkan dalam produksi audio visual, karena dasar dari
sinematografi adalah fotografi dan semua itu erat kaitannya dengan cahaya, cara
pengambilan gambar, angle kamera, dll. Oleh karena itu ilmu dari Sinematografi
merupakan terapan dari segala aspek bidang ilmu audio visual dan dalam produksi
Televisi aspek sinematografi dapat dimanfaatkan sebgai patokan atas sesuat yang
akan masuk dalam sebuah frame, dalam produksi televisi masih berkaitan dengan
bagaimana pengambilan shot untuk hal ini, bagaimana pencahayaan untuk
mendukung suasana yang ada pada panggung, bagaimana penggunaan kostum yang
dapat digunakan dalam acara ini, bagaimana peletakan artistik untuk acara ini
sehingga ilmu sinematografi tidak hanya berguna pada sebuah film.

Aspek sinematografi merupakan aspek yang membahas mengenai segala


sesuatu yang berkaitan dengan keindahan dalam sebuah gambar, dalam hal ini
seorang cameraman dituntut untuk lebih mengetahui dan memahami setiap aspek
dalam pengambilan gambar, ada beberapa unsur yang harus dipahami yaitu teknik
dasar dari sinematografi yang akan mendukung jalannya produksi yakni Type of
Shot, Camera movement, Angle Kamera, Lighting. Empat hal inilah yang membuat
sebuah tayangan program dapat dilihat oleh penonton dengan baik dan penonton
mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh objek dipanggung sehingga pengambilan
gambar terdapat maksud dan tujuan yang jelas.
 Type of Shot
1. Exteme Long Shot
Merupakan pengambilan gambar dengan jarak yang jauh untuk menunjukkan suasana
sekitar yang terjadi, dalam hal ini penggunaan extreme long shot berkaitan dengan
adegan yang ingin ditunjukkan yaitu seorang kontestan bernama Limbad sedang
menunjukkan aksinya mengaitkan kait ke badannya kemudian digantungkan dengan
sebuah mesin sehingga ia tergantung dengan kaitan yang menancap pada kulitnya
2. Very Long Shot

Digunakan untuk menunjukkan kegiatan yang sedang dilakukan objek namun objek
dalam frame tidak terpotong sehingga objek dan lokasi kondisi sekitar masih dapat
kita amati dengan jelas, dalam frame ini kita dapat melihat kontestan bernama
Limbad bersiap untuk melakukan aksinya ditemani seorang penonton dan asistennya
yang membawa hewan peliharaan Limbad yaitu burung hantu

3. Long Shot

Pengambilan shot ini bertujuan untuk menunjukkan lokasi sekitar namun detail dari
objek dapat kita lihat dengan jelas, shot ini diterapkan dengan pembawa acara
mewawancarai penonton dalam kerumunan untuk memperlihatkan keramaian dalam
acara tersebut.
4. Medium Close Up

Shot ini biasanya dibuat dengan objek tepotong dengan komposisi badan dimulai dari
pinggang hingga ke ujung kepala, dalam frame ini terlihat jelas ekspresi narasumber
yang sedang diwawancarai namun tetap terlihat aktivitas yang sedang terjadi
dibelakangnya.

5. Close Up

Pengambilan shot ini ditujukan untuk memperlihatkan ekspresi dari objek sehingga
penonton mengetahui suasana yang terjadi di lokasi dan penonton bisa merasakan
suasana di lokasi.
6. Big Close Up

Pengambilan ini ditujukan untuk memperlihatkan ekspresi dan kegiatan yang sedang
dilakukan dalam hal ini terlihat ekspresi dari Limbad dan kegiatan yang sedang ia
lakukan dimana kaitan menancap di kulitnya dan ia tergantung diatas tali

7. Extreme Close Up

Extreme Close Up ditujukan untuk menampilkan gambar secara dekat untuk


menunjukkan detail dari objek, dalam frame ini terdapat pengambilan extreme close
up untuk menunjukkan Limbad yang sedang terkapar setelah melakukan aksinya.
 Camera Movement
1. Pan
Pan merupakan camera movement yang bergerak dari kanan ke kiri ataupun
sebaliknya hal ini dimanfaatkan saat Limbad bergerak dari kanan ke kiri untuk
mengikuti perginya objek agar gambar tidak terdapat objek kosong.

2. Tilt

Tilt merupakan pergerakan kamera yang bergerak dari atas ke bawah ataupun
sebaliknya, dalam frame ini penggunaan tilt bertujuan untuk memperlihatkan kaitan
yang akan digunakan Limbad untuk mengaitkannya hingga ke atas
3. Dolly

Penggunaan movement Dolly digunakan untuk memperlihatkan keluasan dan gambar


tidak monoton, dalam frame camera movement dipadukan dengan high angle untuk
memperlihatkan keluasan sebuah tempat dan memperlihatkan keramaian dari tempat
tersebut

4. Pedestal

Pedestal movement merupakan pergerekan kamer dengan naik kemudian turun atau
sebaliknya dengan menyatukan dengan dolly camera movement, dalam frame ini
diperlihatkan kamera menukik ke bawah kemudia naik keatas dan bergerak maju
untuk memperlihatkan tinggi dari sebuat tali yang digunakan untuk menggantung
5. Zoom

Camera movement yang digunakan dalam progam ini juga menerapkan zoom dimana
pergerkan ini menggunakan lensa dari menjauh kemudian mendekat atau
kebalikannya, dalam frame dapat kita lihat bahwa frame pertama menunjukkan
pembawa acara dan kemudian frame ke dua pembawa acara dan narasumber yang
akan diwawancarai

 Angle Kamera
1. Eye Level

Eye level merupakan cara mensejajarkan objek dengan lensa kamera sehingga hasil
gambar disesuaikan dengan tinggi badan objek untuk menjelaskan bahwa objek
setara.
2. High Angle

High Angle biasanya untuk menunjukkan ruang yang luas dan posisi kamera berada
diatas dalam film high angle biasanya digunakan sebagai lambang objek yang
memiliki sifat rendah atau lemah, namun dalam frame ini high angle digunakan untuk
memperlihatkan kondisi sekitar dan kgeiatan yang dilakukan objek.

3. Low Angle

Low Angle digunakan untuk memperlihatkan objek dengan peletakan kamera berada
di bawah objek dan biasanya memiliki arti keagungan atau kuat, dalam frame ini
Limbad digantung diatas dan menunjukkan bahwa Limbad adalah orang yang kuat
dan untuk menunjukkan tingginya Limbad diangkat menggunakan sling
4. Bird Eye
Bird Eye merupakan angle kamera seperti layaknya seorang burung yang sedang
terbang, dalam hal ini untuk menunjukkan keluasan tempat dan kegiatan di tempat
tersebut dengan sudut pandang kamera menghadap ke bawah.

 Lighting
Menurut Martono (2010: 1), 27 berpendapat bahwa cahaya juga membuat wujud
kebendaan menjadi terlihat oleh mata. Kehadiran atau keberadaan cahaya dalam seni
pertunjukan sudah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan.
Pencahayaan televisi dan film memiliki fungsi-fungsi berikut:
• Menyinari obyek/subyek
• Menciptakan gambar yang artistik,
• Menghilangkan bayangan yang tidak perlu
• Membuat efek khusus.
Dengan pencahayaan tertentu bayangan bisa dihilangkan, dikurangi,atau
bahkan ditambah. Perlu tidaknya bayangan atau shadow, lagi-lagi sangat tergantung
dari konsep film itu sendiri. Three Points Lighting merupakan teori pencahayaan
yang paling sering kita gunakan dalam dunia pertelevisian ataupun film dengan cara
menempatkan lampu (lighting) pada tiga titik tempat yang berbeda. Teori inilah yang
sering kita sebut dengan nama “Three Points of Lighting”. Ketiga titik yang akan
mengisi tempat tersebut dinamakan “Key Light, Fill Light dan Back Light”.

1. Key Light adalah pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight
merupakan sumber pencahayaan yang paling dominan sebagai lampu utama,
biasanya keylight intensitasnya lebih terang dibandingkan dengan fill light
ataupun back light. Dalam desain Three Points of Lighting, keylight ditempatkan
pada sudut 45 derajat di atas subjek.

2. Fill Light merupakan pencahayaan pengisi, biasanya digunakan untuk


menghilagkan bayangan objek yang disebabkan oleh key light. Oleh karena itu
fill light ditempatkan berseberangan dengan subyek yang mempunyai jarak yang
sama dengan keylight dengan intensitas pencahayaan dari fill light setengah dari
intensitas key light.

3. Back Light, pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan
dimensi agar subjek tidak “menyatu” dengan background. Pencahayaan ini
diletakkan 45 derajat di belakang subyek dengan intensitas pencahayaan
backlight tergantung atas pencahayaan key light dan fill light, dan tentu saja
tergantung pada objek yang akan mendapat penyinaran.

Hampir seluruh gambar yang ada dalam film, itu merupakan hasil
pemanipulasian dari cahaya. Karena tanpa adanya cahaya maka sebuah benda tidak
akan memiliki sebuah wujud. Adanya sebuah benda dan dimensi ruang itu juga
terbentuk akibat adanya cahaya. Dalam lighting terdapat beberapa unsur-unsur yang
membentuknya, diantaranya adalah unsur kualitas, arah, dan sumber. Dimana semua
unsur tersebut membaur menjadi satu hingga terjadinya sebuah komposisi cahaya
yang tepat,
1. Kualitas Pencahayaan
Yang dimaksud dengan kualitas pencahayaan ialah merujuk pada besar kecilnya
intensitas dari pengambilan cahaya itu sendiri.Jika ingin menampilkan sebuah objek
dan juga bayangan yang jelas, maka diperlukan cahaya yang terang atau hard light.
Sebaliknya, jika ingin menampilkan sebuah objek dengan bayangan yang tipis, maka
diperlukan cahaya yang lembut atau soft light.
Yang termasuk dalam kategori hard light ialah cahaya matahari dan juga
lampu yang menyorot dan memiliki kecenderungan yang dapat membuat objek
terlihat kontras dengan lingkungan di sekitarnya. Sedangkan yang merupakan soft
light ini seperti cahaya langit yang merah, dimana akan memberikan kecenderungan
terhadap sebuah objek tidak begitu kontras dengan lingkungannya karena memiliki
bayangan yang tipis.

2. Arah Pencahayaan
Arah pencahayaan memiliki fungsi untuk menunjukkan posisi sumber cahaya kepada
objek yang akan dituju. Biasanya objek yang dituju dalam pembuatan film ada pada
bagian wajah.
Arah pencahayaan ini terbagi menjadi lima jenis, yaitu :

a) Frontal Lighting
Frontal Lighting memiliki kecenderungan untuk menghapus bayangan dan untuk
menegaskan bentuk dari wajah atau sebuah objek.

b) Back Lighting
Back lighting ini memiliki kecenderungan yaitu mampu memberikan penampilan
berbentuk sebuah siluet dari objek maupun karakter jika tidak dikombinasikan
dengan arah cahaya yang lain.
c) Under Lighting
Penempatan under lighting ini biasanya diletakkan pada bagian depan bawah karakter
atau di bagian wajah. Penggunaan cahaya ini untuk memberikan kesan horror atau
untuk mempertegas sebuah cahaya alami misalnya lilin, lampu minyak dan juga api
unggun.

d) Top Lighting
Top lighting ini berfungsi untuk mempertegas sebuah karakter atau pun benda.
Biasanya top lighting juga digunakan sebagai penunjuk dari sebuah cahaya buatan
dalam adegan misalnya lampu jalanan atau lampu gantung.

3. Sumber Cahaya
Sumber cahaya merupakan sumber utama cahaya itu berasal ada yang berasal dari
cahaya alami yang didapat dari lokasi sekitar contohnya cahaya matahari yang masuk
melalui jendela, cerahnya langit membuat cahaya matahari tidak tertutupi awan,
bulan yang menyinari langit malam dll. Untuk cahaya buatan merupakan cahaya yang
telah dikonsep atau dirancang oleh penata cahaya untuk mendapatkan maksud dan
arti yang diinginkan atau diharapkan seperti halnya lampu meja yang menyala untuk
mendapatkan filllight dari samping objek yang sedang duduk di kasur, lampu jalanan
yang dimanfaatkan sebagai backlight, lilin yang menyala dalam sebuah ruangan.
Sumber cahaya sendiri erat kaitannya dengan three point lighting sebgai patokan
penata cahaya dalam meletakkan lighting yang akan digunakan dengan
mempertimbangkan beberapa aspek seperti tujuan penggunaan, maksud peletakan
lighting, maksud dari penggunaan warna biru dalam frame, dll.

Dalam Program acara The Master penggunaan lighting yang digunakan


menggunakan konsep yang bermacam-macam dikarenakan peletakan lighting
disesuaikan dengan konsep pada setiap panggung dan setiap penampilan yang akan
dibawakan oleh para kontestan The Master dalam hal ini peneliti mengambil contoh
tayangan dimana kontestan yang akan menampilkan pertunjukannya adalah Limbad,
dalam penampilan Limbad ia melakukan aksinya di luar studio dan menggunakan
konsep lighting three point lighting namun memvariasikan dengan pergerakan
lighting untuk mendapatkan kesan spektakuler alat yang digunakan adalah moving
head sehingga lighting dapat dioperasikan bergerak ke kanan, kiri atas, dan bawah.
Arah cahaya pun dibuat berdasarkan Top lighting, back lighting, frontal lighting
namun penggunaannya digabungkan dengan pergerakan lighting. Hal ini bisa
dikatakan cukup berhasil untuk menunjukkan kesan spektakuler dan pertunjukan
yang megah, penggunaan lighting disini bisa dibilang tidak terlalu terang dikarenakan
konsep dari Limbad adalah misterius dan seram sehingga penggunaan lighting dibuat
tidak terlalu gelap dan memanfaatkan moving head dan lighting yang berkedip untuk
menambah kesan horror dan menyeramkan.
BAB III
KESIMPULAN
Televisi merupakan sebuah alat dan menjadikan sebuah alat komunikasi
searah dan menjadi sumber informasi dikarenakan televisi menyajikan sebuah
tayangan yang diharuskan sesuai fakta namun dalam perkembangannya program
acara banyak yang menerapkan sebagai program hiburan semata karena kebutuhan
akan pasar dan permintaan pasar hal ini seperti yang dilakukan oleh program The
Master yang merupakan salah satu program variety show yang bersifat hiburan
dengan sistem pencarian bakat sulap, dalam hal ini terdapat beberap unsur yang
mendukung acara tersebut dalam aspek Sinematografi yang meliputi Type of Shot,
Camera movement, Angle Kamera, Lighting dan aspek ini terbukti diterapkan dan
dapat membantu penonton untuk mengetahui program acara tersebut. Walaupun
aspek yang dibahas oleh peneliti adalah hanya beberapa bagian namun aspek ini
dirasa sangat kuat dan dapat mendukung maksud yang ingin disampaikan kepada
penonton di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa


Rekatama Media.

Morrisan M.A, 2011, Managemen Media Penyiaran Edisi Revisi, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Morrisan M.A, 2013, Managemen Media Penyiaran Strategy Mengelola Radio &
Televisi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Martono. (2010). Mengenal tata cahaya seni pertunjukan. Yogyakarta: Cipta Media

Anda mungkin juga menyukai