Anda di halaman 1dari 10

Jenis Alat Musik Tradisional Sumatera Utara

Alat musik tradisional Sumatera Utara pada umumnya kebanyakan adalah alat musik berjenis
gendang dan gong. Namun jenis tersebut bukan berarti sama dengan jenis gendang dan gong
dari Jawa. Terdapat keunikan dan karakteristik seperti nilai mistis yang terkandung pada alat
musik tradisional ini sebagai pembeda yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya suku-
suku di Sumatera Utara.
Baca juga: Alat Musik Daerah: Fungsi, Nama, dan Macamnya
Banyak sekali suku-suku yang terdapat pada provinsi ini, sebut saja suku Batak yang
memiliki sub suku yang cukup beragam. Semua sub suku tersebut memiliki perbedaan pada
salah satu alat musik yang sama. Menarik bukan? Di sini kita akan membahas perbedaan-
perbedaan tersebut. Berikut ini 17 jenis alat musik yang terdapat di Sumatera Utara. Yuk
simak!
1. Doli-doli

Doli-doli merupakan contoh alat musik tradisional khas yang berasal dari Nias. Alat musik
ini hanya terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam seperti, kayu, bambu dan batang
pohon. Sekilas alat musik tradisional satu ini mirip dengan alat musik Kolintang, namun doli-
doli memiliki ukuran yang lebih kecil jika kita bandingkan dengan kolintang. Bilah kayunya
pun tidak sebanyak yang dimiliki kolintang.
Doli-doli dimainkan dengan cara dipukul menggunakan dua batang kayu. Terdapat dua buah
jenis doli-doli, di antaranya :
Doli-doli Gahe
Doli-doli ini adalah jenis yang cukup sederhana, hanya menggunakan 4 buah kayu yang
mempunyai nada yang berbeda dan diletakan di atas pangkuan paha atau lutut. Alat musik ini
biasanya diposisikan dalam kondisi duduk dan dimainkan dengan tongkat pendek. Doli-doli
gahe biasanya hanya dimainkan di ladang hanya untuk sekedar melepas penat sebelum atau
setelah bekerja.

Doli-doli Hagita
Doli-doli hagita adalah versi doli-doli yang lebih maju atau versi upgrade dari gahe. Doli-doli
ini dirangkai dan ditempatkan di atas sebuah rankaian yang dibentuk khusus terbuat dari
kayu. Bilah yang digunakan untuk menghasilkan bunyi atau nada pun lebih banyak, 6 – 8
bilah yang mempunyai nada berbeda-beda.
Alat musik tradisional doli-doli seringkali dimainkan bersamaan dengan alat musik
tradisional lainya, seperti lagia, fondrahi, gondra, tutuhao, nduridana, ndurimbewe, faritia dan
lain-lain. Doli-doli dimainkan pada upaca adat atau religi. Namun alat musik ini bisa juga
digunakan pada saat merasa sedih dan pada saat keaadaan duka cita.
2. Druri Dana

Druri dana adalah alat musik tradisional yang memiliki bentuk menyerupai Angklung.
Berbeda dengan doli-doli yang terbuat dari bahan dasar kayu, druri dana terbuat dari bahan
bambu dan dibentuk sedemikian rupa kemudian di rangkai.
Terdapat dua cara untuk memainkan alat musik satu ini. Dipukul dan digoyangkan
layaknya alat musik angklung. Ketika saat bambu saling beradu druri dana menghasilkan
suara atau bunyi yang sangat khas. Alat musik ini diyakini berasal dari pulau Nias.
3. Aramba

Aramba adalah alat musik khas tradisional yang berasal dari Nias dan masih satu keluarga
dengan Gong. Alat musik ini terbuat dari bahan logam berjenis kuningan atau perunggu.
Konon, banyak sejarahwan berkata bahwa aramba berasal dari Jawa hasil dari proses
pertukaran atau barter. Tetapi tidak ada bukti pasti mengenai hal tersebut, semua itu masih
menjadi perdebatan beberapa pihak.
Aramba terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan bentuk dan fungsinya, di antaranya:
 Aramba yang berukuran kecil atau standar. Biasanya aramba jenis ini memiliki ukuran
berdiameter 40-50 cm.
 Fatao. Aramba dengan ukuran sedang, namun seringkali digunakan untuk mengiringi
upacara pernikahan.
 Hongo. Aramba jenis ini memiliki ukuran relatif besar, berdiameter sekitar 60-90 cm yang
digunakan oleh kaum bangsawan.
Aramba dimainkan dengan cara dipukul pada bagian tengah yang menonjol layaknya gong.
Bunyi yang dihasikan pun berbeda, semakin kecil bunyi yang dihasilkan akan lebih keras.
Sedangkan aramba berukuran besar akan menghasikan bunyi yang berdengung layaknya
gong pada umumnya.

4. Garantung

Garantung ialah alat musik tradisional khas yang berasal dari sub Suku Batak Toba, Sumatera
Utara. Dikutip dari Tribunnews.com, Suku Batak memiliki lebih dari 400 marga. Alat musik
ini terbuat dari bahan kayu, terdiri dari 7 wilahan yang digantungkan di atas kotak yang
berfungsi sebagai kotak resonator.
Garantung termasuk ke dalam kelompok alat musik xylophone yang dimainkan dengan cara
dipukul menggunakan dua buah stik kiri dan kanan. Ada istilah yang disebut mamalu atau
memukul lima bilah nada yang berfungsi sebagai pembawa ritem variable pada lagu-lagu
tertentu.

5. Faritia

(
Selain aramba, ada satu lagi alat musik yang menyerupai gong yaitu faritia. Faritia adalah alat
musik tradisional khas Sumatera Utara yang terbuat dari bahan logam berjenis kuningan atau
perunggu. Perbedaan yang sangat mencolok ialah pada ukuranya, ukuran yang dimiliki faritia
relatif lebih kecil dibandingkan dengan gong sekitar 20-30 cm.
Alat musik tradisional ini termasuk ke dalam kategori idiophone (alat musik yang
menghasilkan suara dari getaran). Dimainkan dengan cara dipukul pada bagian tengah nya
yang menonjol. Pemukul yang digunakan disebut dengan nama simalambuo atau kayu duria.
Bila dipukul faritia mengeluarkan suara yang sangat khas.

6. Gonrang

Gonrang berarti gendang dalam bahasa daerah Sumatera Utara. Alat musik satu ini memang
mirip sekali dengan alat musik gendang, terbuat dari bahan kayu yang dilubangi pada bagian
tengahnya. Pada lubang tersebut dilapisi selaput yang terbuat dari kulit lembu yang berfungsi
sebagai membran, tempat sumber suara.
Gonrang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan dan berfungsi sebagai
pengatur ritme pada sebuah pertunjukan. Gonrang terdiri dari beberapa buah dan ditata rapi
dengan cara disenderkan atau diikat pada sebuah tiang atau bambu. Alat musik tradisional
Sumatera Utara ini biasa dimainkan pada acara-acara tertentu saja seperti, upaca adat,
penyambutan tamu, pernikahan, dan juga upacara kematian.

7. Ole-ole

Ole-ole bukanlah alat musik pertunjukan melainkan alat musik yang dimainkan sendiri atau
solo. Ole-ole sangatlah sederhana, kita bisa membuat ole-ole sendiri di rumah jika rumah
kalian berdekatan dengan sawah.
Ole-ole terbuat dari satu ruas batang tanaman padi, pada bagian ruasnya dipecah-pecah yang
nantinya digunakan sebagai penggetar udara atau sumber bunyi pada ole-ole.
Biasanya, pembuat melilitkan daun kelapa yang masih muda yang bertujuan untuk tempat
resonansi atau mengeraskan suara. Alat musik tradisional ini tidak memiliki tangga nada
yang pasti, karena lubang yang diberikan pada alat musik ini tergantung pada si pembuat
sampai nada-nada yang dikehendaki tercapai. Jadi ole-ole buatan seseorang belum tentu sama
dengan yang lainya.
Ole-ole dimainkan hanya sekedar untuk melepas penat dan bosan pada seseorang. Seringkali
juga digunakan di tengah sawah pada saat musim panen tiba untuk menemani para petani.

8. Ogung

Ogung merupakan alat musik sekaligus alat komunikasi bagi masyarkat Batak. Alat ini
termasuk pada salah satu bagian Gondang Sabangunan yang terdiri dari Taganing, Ogung,
Sarune dan Hesek.
Sejarah yang dimiliki ogung masih menjadi misteri, ada yang menyebutkan berasal dari
masyarakat suku Batak itu sendiri, ada juga yang menyebutkan bukanlah alat musik asli
orang Batak namun berasal dari pulau Jawa dan India.
Ogung terbuat dari bahan logam berjenis besi, kuningan atau perunggu yang berdiameter
antara 16-65 cm dan lebar 2,5-10 cm. Pada bagian pencu atau bagian tengah yang menonjol
adalah tempat memukul ogung menggunakan alat pemukul yang terbuat dari kayu. Ogung
memiliki banyak sekali jenis, karena sub-etnis suku Batak yang memiliki latar budaya yang
berbeda.
Setiap sub suku tersebut memiliki ogung dengan versi-versi mereka sendiri. Berikut macam-
macam ogung pada setiap subetnis:
Sub-etnis Karo
 Ogung Gung, Jenis ogung berukuran besar.
 Ogung Penganak, Jenis ogung yang berukukran lebih kecil dari Gung (anak ogung).
Sub-Etnis Mandialing dan Angkola-Keprok
 Ogung Jantan (lak-laki).
 Ogung Dadaboru (perempuan).
 Ogung Pamulosi.
 Ogung Panongahi.
 Ogung Pandoali.
Sub-Etnis Simalungun
 Ogung Sibanggalan.
 Ogung Sietekan.
 Ogung Mong-mongan.
Sub-Etnis Pakpak
 Ogung Takudep.
 Ogung Poi.
 Ogung Pongpong.
Ogung seringkali dimainkan secara ensambel atau dimainkan bersama-sama. Dimainkan pada
acara-acara seperi upacara adat, upacara kematian dan perkawinan.

9. Gordang Sambilan

Gordang berarti gendang dan Sambilan berarti sembilan. Dari pengertian tersebut kita dapat
menyimpulkan alat musik tradisional satu ini ialah alat musik gendang yang terdiri dari 9
buah dan dimainkan bersama-sama.
Setiap gordang yang dimainkan memiliki diameter dan panjang yang berbeda-beda sehingga
bunyi dan nada yang dihasilkan pun berbeda pula. Gordang ini dimainkan oleh enam orang
dan setiap orang memegang beberapa gordang yang memiliki penamaan yang berbeda,
diantaranya:
 2 buah gordang yang disebut taba-taba.
 1 buah gordang yang disebut tepe-tepe.
 1 buah gordang yang disebut kudong-kudong.
 1 buah gordang yang disebut kudong-kudong nabalik.
 1 buah gordang yang disebut pasilion.
 3 buah buah gordang yang disebut jangat.
Pada zaman dahulu gordang sembilan hanya dimainkan pada acara-acara sakral saja. Namun
seiring perkembangan zaman ansambel musik tradisional ini dimainkan pada acara
pernikahan, penyambutan tamu, hari besar dan sebagainya.

10. Gendang Singanaki

Satu lagi alat musik tradisional yang termasuk ke dalam keluarga gendang. Gendang
singanaki terbuat dari bahan kayu dan kulit binatang. Gendang khas yang berasal dari Suku
Batak Karo ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pukul khusus dan memiliki
bentuk yang relatif ramping dibandingkan dengan gendang dari jawa.
Gendang Singanaki memiliki 2 buah gendang, yaitu gendang penganaki dan anak gendang
yang bernama garantung/enek-enek. Gendang singanaki berfungsi sebagai pembuat ritme
dalam satu ensambel musik gendang lima sendalanen yang dimainkan bersamaan dengan
sarune. Alat musik satu ini seringkali dimainkan pada acara adat yang berkaitan dengan religi
dan pesta muda-mudi (guro-guro aron).

11. Gendang Singindungi

Sebenarnya gendang singindungi hampir sama dengan gendang singanaki entah itu dari
bahan, ukuran dan cara pembuatanya. Namun terdapat pada gendang kecil yang disebut
garantung yang diikat pada sisi badan singanaki, sedangkan gendang singindungi tidak
memiliki itu.
Gendang singingdungi dapat menghasilkan nada atau bunyi yang naik turun dengan teknik
permainan tertentu. Keduanya memiliki dua palu-palu yang berguna sebagai alat pukul
sepanjang 14 cm.

12. Gung dan Penganak

Gung dan penganak adalah alat musik yang berfungsi sebagai pengatur ritme musik
tradisional Karo. Alat musik ini tidak jauh berbeda dengan gong yang berasal dari Jawa
namun terdapat pada perbedaan pada ukuranya. Untuk penganak memiliki ukuran yang relatif
kecil, berdiameter 15,6 cm dengan pencu 4 cm dan lebar 2,8 cm.
Sedangkan untuk gung, mempunyai diameter 65 cm dengan pencu 15 cm dan lebar 10 cm.
Keduanya dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pukul yang sudah dilapisi karet
atau bahan yang empuk agar menghasilkan suara yang tidak kasar.
13. Hasapi
Hasapi adalah alat musik tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Suku Batak Toba yang
terbuat dari bahan kayu dan memiliki dawai atau senar. Hasapi seringkali disebut dengan
nama Kecapi Batak atau Hapetan. Hasapi memiliki dua buah jenis yaitu hasapi ende dan
hasapi doal, keduanya hampir sama namun terdapat perbedaan pada bentuk dan fungsinya,
yakni:
 Hasapi ende (pluked lute dua senar) berfungsi sebagai instrumen pembawa elodi dan
merupakan instrumen utama dalam ansambel gondang hasapi.
 Hasapi doal (pluked flude dua senar) berfungsi sebagai pembawa ritem konstan dan memiliki
ukuran lebih besar dibandingkan hasapi ende.
Hasapi dimainkan dengan cara dipetik atau mamatik menggunakan tangan. Hasapi termasuk
kedalam keluarga chordophone dan memiliki 1 atau 2 senar. Sekilas bentuknya
menyerupai alat musik Betawi yaitu gambus, namun sebetulnya sangatlah jauh berbeda.

14. Genderang Sisibah

Genderang sisibah merupakan ensambel alat musik yang disebut merkata genderang terdiri
dari sembilan buah sibah atau gendang yang dimainkan oleh 8-9 pemain yang disebut pande.
Bagi masyarakat suku Pakpak, kehadiran alat musik ini merupakan pengabsahan akan status
upacara yang dilaksanakan yaitu upacara sukacita atau kerje mbaik dengan tingkata yang
terbesar dan tertinggi atau males bulung seimbernaik. Penghadiran ensambel ini hanya pada
acara-acara tertentu yaitu upacara adat perkawinan, peresmuan rumah baru, pesta mejan dan
lain sebagainya.
Tidak semua orang dapat menghadirkan Genderang Sisibah ini pada kerja mbaik, males
bulung simbernaik. Orang yang diperkenankan menghadirkan ensambel musik ini ialah
orang yang telah melaksanakan syarat-syarat tertentu pada kepercayaan masyarakat sekitar.

15. Taganing
Taganing adalah alat musik tradisional yang terdiri dari 5 buah gendang atau disebut juga
drum set melodis (drum-chime). Alat musik ini termasuk kedalam kelompok alat musik
membranophone yang terbuat dari kayu dan selaput membran yang disimpan dan dirangkai
pada sebuah rak khusus.
Setiap gendang mempunyai ukuran yang berbeda-beda dan di rangkai berdasarkan
ukurannya. Ukuran taganing yang paling besar di simpan di bagian paling kanan, sehingga
semakin ke kiri semakin kecil ukuranya. Nada yang dihasilkan pun semakin ke kiri semakin
tinggi nadanya. Taganing dimainkan oleh dua orang menggunakan dua buah stik yang
disebut palu-palu.
Taganing berfungsi sebagai pembawa melodi dan juga sebagai pembawa
ritem variable dalam beberapa lagu, sebagai dirigen yang memberikan aba-aba, dan
memberikan semangat pada semua musisi yang terlibat.

16. Balobat

Balobat adalah alat musik tradisional yang berasal dari Suku Karo, Sumatera Utara. Alat
musik satu ini adalah alat musik tiup yang terbuat dari bahan berupa seruas pucuk bambu
yang berukuran sejengkal jari tangan.
Alat musik tradisional ini memiliki bentuk menyerupai suling dan dapat dimainkan secara
solo atau juga ansambel. Terdapat enam buah lubang yang digunakan untuk mengatur nada
atau bunyi yang dihasilkan. Tangga nada yang digunakan dapat menggunakan tangga nada
lagu minor ataupun mayor.

17. Sarune
Sarune adalah alat musik tradisional yang masih satu keluarga dengan Serunai dari Sumatera
Barat. Sarune berasal dari Suku Batak Toba yang dimainkan dengan cara ditiup. Sarune
terbuat dari logam yang memiliki 6 buah lubang yang digunakan untuk mengatur nada.
Sarune difungsikan sebagai pengiring melodi dan dimainkan bersamaan dengan gondrong,
sipitu-pitu, mongmongan dan sitalasavak pada acara-acara adat. Terdapat dua buah macam
jenis Sarune, di antaranya:

Anda mungkin juga menyukai