Anda di halaman 1dari 10

BAB IX

AKHLAK DALAM BIDANG EKONOMI

Apabila kita berbicara tentang norma dan akhlak dalam aktivitas ekonomi dan
muamalat Islami kita akan menemukan beberapa sendi utama. Sendi-sendi tersebut
adalah ketuhanan, etika (akhlak), kemanusiaan, dan sikap pertengahan. Sendi-sendi
tersebut merupakan ciri khas ekonomi Islam, bahkan dalam realita merupakan milik
bersama umat Islam dan tampak dalam segala hal yang berbentuk Islami.
Setiap norma mempunyai pengaruh terhadap aspek ekonomi, baik dalam hal
produksi, konsumsi, sirkulasi, dan distribusi. Kalau tidak maka bisa dipastikan bahwa
Islam hanya sekedar simbql atau slogan yang tersimpan dalam sangkar emas dan
pengakuan belaka.
Masyarakat muslim tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi sumber
daya alam, mendistribusikannya, maupun dalam mengkonsumsikanny a. la terikat
dengan buhul akidah dan etika mulia, disamping juga dengan hukum-hukum Islam.

A. Akhlak Islam Dalam Bidang Produksi


Pada zaman modern seperti sekarang ini, satu orang bisa mengawasi lebih
dari 25 orang pekerja lewat komputer. Mesin cetak bisa menggantikan kedudukan
sejuta penulis naskah. Alat ini terus berkembang dengan berkembangnya alat-alat
tersebut, berdirilah pabrik raksasa, yang secara otomatis memerlukan tenaga kerja
untuk merakit dan mendesain alat.
Oleh karena itu dengan berkembangnya alat-alat tersebut, tatanan manusia
dewasa ini harus lebih memperhatikan pendayagunaan sarana dan alat-alat
modem. Manusia terus bersaing menciptakan barang-barang. Di samping
mutunya terjamin, harga yang dibuat juga terjangkau oleh konsumen. Persaingan
ini semakin hari semakin tajam. Para pakar dan staf ahli yang berkecimpung
dalam hal ini diberi peluang oleh perusahaan untuk meningkatkan mutu
produknya.
Dalam hal ini, Islam memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk
membuat aturan main sesuai dengan kreativitas, tingkat keihnuan, situasi dan
kondisi. Hal ini disebabkan karena Islam lebih memfokuskan tujuan daripada
sarana. Misalnya Islam menganjurkan manusia untuk berobat tetapi tidak
menetapkan obat-obatan atau cara-cara tertentu. Islam tidak ikut campur, apakah
manusia membajak sawah dengan kerbau atau traktor.
Yang menjadi prioritas Islam dalam aktivitas ekonomi adalah terciptanya
kemaslahatan bag! manusia, terhindar dari kemudaratan, serta terciptanya
efisiensi dalam kehidupan. Jika suatu mesin bisa meningkatkan produksi,
menghemat tenaga, mengurangi jam kerja, mengurangi modal, namun
mendatangkan banyak hasil, maka agama menyambutnya dengan baik. Jadi Islam
membuka pintu selebar-lebaraya terhadap kemajuan ini.

Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam 1


1. Pandangan Alquran terhadap Sumber Daya Alam.
Para ahli ekonomi mendefmisikan produksi sebagai "menciptakan
kekayaan dengan pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia". Jika kita
merenungkan Alquran, maka kita akan mendapatkan bahwa ia mengan-jurkan
kepada kita untuk memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana firman
Allah dalam surat Ibrahin ayat 32-34 dan surat Luqman ayat 20.
2. Bekerja Sendi Utama Produksi
Dalam proses produksi, unsur yang paling utama adalah alam dan
bekerja, yang dimaksud dengan alam atau bumi adalah segala kekayaan alam
yang diciptakan Allah agar bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai bekal
kehidupan, sedangkan bekerja adalah segala usaha maksimal yang dilakukan
oleh manusia, baik lewat gerak anggota tubuh ataupun akal untuk memenuhi
kebutuhan baik dilakukan secara perorangan ataupun secara kolektif, baik
untuk pribadi ataupun untuk orang lain.
Produktivitas timbul dari gabungan kerja antara manusia dan kekayaan
bumi. Sebagaimana firman Allah dalam surat Hud ayat 61 dan Albaqarah ayat
30. Bumi tempat bekerja, sedangkan manusia adalah pekerja di atasnya.
Adapun unsur lainnya seperti modal, keahlian dan pengawasan,
semuanya adalah merupakan hasil kerja manusia. Jadi sendi yang paling
penting dalam produksi adalah bekerja.
a. Kewajiban bekerja danjaminan rezeki.
Sudah menjadi sunnatullah bahwajaminan rezeki akan didapat
melalui berusaha dan bekerja.
"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan". (Q.S. Almulk: 15).
b. Bekerja dan kegiatan ekonomi adalah ibadah.
Oleh sebab itu, Islam menganjurkan umatnya untuk memproduksi dan
berperan dalam berbagai bentuk aktivitas ekonomi : pertanian,
perkebunan, perikanan, perindustrian, dan perdagangan. Islam memberkati
pekerjaan dunia ini dan menjadikannya bagian dari ibadah, jika sang
pekerja bersikap konsisten terhadap peraturan Allah, suci niatnya dan
tidak melupakan-Nya.
Dengan bekerja, manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,
mencukupi kebutuhan keluarganya. Demikian juga, dengan bekerja
masyarakat bisa melaksanakan tugas kekhalifahannya, menjaga din dari
maksiat, dan meraih tujuan yang lebih besar. Semua bentuk yang diberkati
agama ini hanya bisa terlaksana dengan memiliki harta dan
mendapatkannya dcngan bekerja.
c. Tujuan bekerja
Berdasarkan syariat Islam, seorang muslim diminta bekerja untuk
mencapai beberapa tujuan, antara lain:
1) untuk mencapai kebutuhan hidup;

Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam 2


2) untuk kemaslahatan keluarga dan masyarakat;
3) untuk memakmurkan bumi;
4) untuk mendekatkan diri kepada Allah.
d. Tekun bekerja
Akhlak yang termasuk signifikan dalam bekerja adalah ketekunan bekerja.
Setelah "wajib bekerja" adalah ketekunan dalam bekerja. Islam meminta
penganutnya tidak hanya sekedar bekerja, tetapi juga meminta agar
bekerja dengan tekun dan baik. Menurut Islam, tekun dalam bekerja
merupakan suatu kewajiban dan perintah yang harus dilaksanakan oleh
setiap muslim, sebagaimana Sabda nabi:
"Sesungguhnyq Allah mewajibkan Ihsan alas segala sesuatu, apabila
kamu membunuh maka lakukanlah dengan baik dan apabila kamu
menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Seseorang hendaklah
menajamkan pisaunya agar meringankan penderitaan yang
disembelihnya."
3. Berproduksi dalam Lingkaran Halal
Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap
muslim baik individu ataupun komunitas adalah berpegang pada semua yang
dihalalkan Allah dan tidak melewati batas.
Daerah halal itu luas, tetapi mayoritas jiwa manusia yang ambisius
merasa kurang puas dengan hal itu walaupun banyak jumlahnya, maka sering
kita temukan jiwa manusia tergiur kepada sesuatu yang haram dengan
melanggar hukum-hukum Allah.
Pada dasarnya, produsen pada tatanan ekonomi konvensional tidak
mengenal istilah halal dan haram. Sehingga yang menjadi prioritas kerja
mereka adalah memenuhi keinginan pribadi dengan mengumpulkan harta,
uang, dan laba. Mereka tidak mementingkan apakah yang diproduksinya itu
bermanfaat atau berbahaya, baik atau buruk, etis atau tidak etis. Padahal Allah
telah berfirman dalam surat Albaqarah ayat 229.
Artinya:
"Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-
orang yang zalim."
Adapun sikap seorang muslim sangat bertolak belakang. Kita sebagai
seorang muslim dilarang menanam tanaman yang diharamkan seperti: poppy,
cannabis atau heroin dan ganja karena membahayakan manusia. Demikian
pula dilarang memproduksi barang-barang haram baik haram dikenakan
ataupun dikoleksi, seperti membuat patung dan memproduksi produk yang
berhubungan dengan porrtografi dan sadisme.
Jadi Islam sangat melarang memproduksi produk-produk yang merusak
aqidah, etika dan moral manusia. Jika manusia masih memproduksi barang-
barang yang dilarang beredar maka ia turut berdosa. Jika orang yang
memanfaatkan barang yang dilarang beredar ini berjumlah banyak, maka ia

Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam 3


rnendapat dosa dari mereka karena ia memudehkan jalan untuk berbuat dosa.
Hal ini didasarkan pada hadis shahih:
"Barang siapa dalam Islam melestarikan tradisi yang buruk, maka baginya
dosa dan dosa orang-orang yang melaksanakan sesudahnya tanpa
mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun." (H.R. Ahmad, Muslim, Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan Jasir, Shahih Jami'Shaghir No. 6305)

B. Akhlak Islam Dalam Bidang Konsumsi


Kadang-kadang pertumbuhan ekonomi terjadi dengan bertambahnya
produksi dan semakin dewasanya konsumen. Inilah target yang dikejar oleh Islam
lewat konsep ekonominya di bidang konsumsi. Oleh sebab itu, Islam memberikan
pengarahan mendasar bagi para konsumen terhadap penggunaan hasil produksi.
1. Memanfaatkan Harta dalam Kebaikan dan Menjauhi Sifat Kikir
a. Menggunakan harta secukupnya
Memproduksi barang-barang yang baik dan memiliki harta adalah
hak sah menurut Islam. Namun pemilihan harta itu bukanlah tujuan tetapi
sarana untuk menikmati karunia Allah dan wasilah untuk mewujudkan
kemaslahatan umum, sehingga dalam menggunakan harta secukupnya
saja. Jika suatu bangsa terbiasa menabung dan hidup dengan sederhana,
niscaya mereka memiliki kekuatan yang besar dari harta yang dimilikinya.
Bangsa tersebut bisa membangun dan memproduksi, sehingga hasil
pembangunan bisa dirasakan oleh masyarakat.
b. Wajib membelanjakan harta
Perintah wajib membelanjakan uang tercantum setelah anjuran
beriman kepada Allah dan nabi-Nya. Ini menunjukkan bahwa kita wajib
membelanjakan harta, bukan sekedar anjuran saja. Kombinasi antara iman
dan infak banyak terdapat dalam ayat Alquran, antara lain: QS. Albaqarah:
3, QS. Annisa: 39, Alanfaa: 2-4 dan Asysyura: 38.
c. Sasaran membelanjakan harta
Ada dua sasaran untuk membelanjakan harta:
1) FiSabilillah
Yaitu menafkahkan harta di jalan Allah, membelanjakan harta di jalan
Allah ada yang merupakan kewajiban, tetapi juga ada yang merupakan
sunnah.
Contoh yang wajib adalah zakat dan dijadikan rukun Islam ketiga.
Contoh yang sunah adalah sumbangan atau pembangunan masjid.
2) Diri dan keluarga
Bentuk nafkah yang kedua adalah nafkah untuk diri sendiri dan
keluarga yang ditanggungnya. Seorang muslim tidak diperbolehkan
mengharamkan harta halal dan baik untuk diri sendiri dan keluarga.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Alquran Surah Ala'raaf ayat
31 dan 32.

Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam 4


2. Islam Melarang Tindakan Mubazir
Arti mubazir adalah menghambur-hamburkan uang tanpa ada kemaslahatan
atau tanpa mendapatkan pahala. Dasar hukum Islam melarang tindakan
mubazir adalah Alquran Surah Alisra' ayat 26-27.

C. Akhlak Islam Dalam Bidang Sirkulasi


Sirkulasi menurut para ekonom adalah kumpulan perjanjian dan proses yang
di porosnya manusia menjalankan aktivitas. Dengan pengertian lain, sirkulasi
adalah pendayagunaan barang dan jasa lewat kegiatan jual beli dan simpan pinjam
melalui agen, koperasi, dan lain-lain, baik sebagai sarana perdagangan ataupun
tukar menukar barang.
Sirkulasi dalam Islam sangat fleksibel. la berbeda dengan ciri sosialis yang
menolak kebebasan pasar dan tidak sama dengan si stem kapitalis yang menganut
pasar bebas. Islam selalu berpegang pada asas kebebasan dalam tatanan
muamalah, termasuk dalam aktivitas pasar. Manusia bebas membeli, menjual,
serta tukar menukar barang dan jasa.
Islam tidak mendewasakan perdagangan bebas yang dianul oleh para
penganjur paham individualisme dan liberalisme. Islam tidak memberikan
kebcbasan secaramutlak kepada para pedagang, menetapkan harga dengan sesuka
hati, membeli dengan harga semurah-murahnya dan menjual dengan harga
semahal-mahalnya seperti kaum muthafFifin (kaum curang): "yaitu orang-orang
yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila
mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi". (Q.S.
Almuthaffifin: 2 - 3 ).
Pandangan Islam tentang pasar juga tidak sejalan dengan pandangan
marxisme. Marxisme menganut sistem perdagangan sentral dan perdagangan
tunggal serta menolak semua bentuk perdagangan perseorangan. Akhirnya negara
menjadi kapitalis terbesar yang mengeruk semua rezeki rakyatnya.
Pada dasamya, Islam menganut prinsip kebebasan terikat, yaitu kebebasan
berdasarkan keadilan, agama, dan etika. Di dalam peraturan sirkulasi atau
perdagangan Islami terdapat norma, etika agama dan perikemanusiaan yang
menjadi landasan pokok bagi pasar Islami yang bersih.
Adapun norma dan akhlak Islam dalam bidang sirkulasi antara lain:
1. menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang yang diharamkan,
(Q.S. Almaidah:-2),
2. bersikap benar, amanah, dan jujur.
- (HR. Tirmidzi No. 1209 dari Abu Said al-Khudry).
- (Q.S. Almukmin: 8),
3. menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga,
- (Q.S. Alhud: 18),
- (Q.S. Albaqarah: 279),
4. menerapkan kasih sayang dan melarang monopoli,
- (Q.S. Alqashash: 8),

Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam 5


5. menegakkan toleransi dan persaudaraan,
- (Q.S. Albaqarah: 280),
6. berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju akhirat,
- (Q.S.Aljumu'ah:9-ll),
- (Q.S. Annur: 37).

D. Akhlak Islam Dalam Bidang Distribusi


Di antara bidang yang terpenting dalam perekonomian adalah bidang
distribusi. Dalam kaitan dengan distribusi hasil produksi, kita temukan 4 bagian :
1. upah atau gaji untuk para pekerja;
2. keuntungan sebagai imbalan modal yang dipinjam oleh pengelola proyek;
3. sewa tanah yang digunakan untuk melaksanakan proyek;
4. laba bagi para manajer yang mengelola, dan mengurusi pelaksanaan proyek
dan sebagai penanggung jawabnya.
Dari empat bagian tersebut, Islam membolehkannya jika memenuhi syarat
dan dijalankan sesuai dengan hukum Islam, kecuali yang kedua. Ekonomi Islam
bebas dari tindak kapitah's dan sosialis, Islam menerapkan filsafat dan tatanan
yang berbeda dari kedua sistem tersebut. Islam memfokuskan perhatiannya pada
distribusi.
Pemfokusan pada distribusi tidak berarti Islam tidak memperhatikan
keuntungan yang diperoleh dari produksi. Islam member! gaji secara adil kepada
para pegawai jika mereka melaksanakan tugas dengan baik.
Distribusi ekonomi dalam Islam berdiri atas dua sendi, yaitu sendi
kebebasan dan keadilan.
1. Sendi Kebebasan
Islam datang membebaskan manusia dari penyembahan selain Tuhan
Yang Maha Esa, Islam datang untuk menyampaikan misi bahwa semua
manusia adalah sama bagaikan gigi sisir. Semua bersaudara seperti anak-anak
dalam satu keluarga. Oleh sebab itu, tidak sepantasnya manusia
menyombongkan diri dan memeras sesama manusia.
Islam menerapkan kebebasan karena ia menganjurkan kepada umatnya
untuk percaya kepada Allah. Islam menetapkan kebebasan karena mengakui
eksistensi manusia, mengakui fitrah mereka untuk menyembah Allah. Islam
mengakui kemuliaan dan keahliannya. Karena itulah, kepada mereka Allah
mengangkat manusia sebagai "Khalifatullah" di muka bumi. Sebagaimana
firman Allah dalam surat Alisra ayat 70 dan Albaqarah ayat 30 dan 31.
2. Sendi Keadilan
Kebebasan ekonomi yang disyariatkan Islam bukanlah kebebasan
mutlak yang terlepas dari berbagai ikatan seperti yang diduga kaum Syu'aib,
"sesungguhnya kami berbuat dengan harta kami sesuka hati". (Q.S. Hud: 87).
Kebebasan itu adalah kebebasan yang terbatas, terkendali, dan terikat dengan
keadilan yang diwajibkan Allah.

Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam 6


Oleh karena itu, pilar kebebasan ekonomi yang berdiri di atas
penghargaan terhadap fitrah dan kemuliaan manusia harus disempurnakan
dengan pilar keadilan.
Ketika Allah mewajibkan tiga perkara, maka yang pertama adalah
keadilan. Sebagaimana firman Allah:
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat." (Q.S. Annahl: 90)

E. Akhlak Islam Dalam Bisnis.


1. Pengertian dan Dasar Hukum Bisnis
a. Pengertian Bisnis
Pada zaman modern seperti sekarang ini dunia bisnis semakin
kompleks, dan membutuhkan waktu, tenaga, dan pikiran yang cukup
banyak bagi orang-orang yang ingin mempelajarinya serta
mempraktekkan sampai berhasil. Menurut Hughes dan Kapoor;
Business is the organized effort of individual to produce and sell for a
profit, the goods and services that satisfy society's needs. The general
term business refers to all such efforts within a society or within an
industry.
Artinya:
Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk
menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara umum kegiatan ini ada
dalam masyarakat dan industri.
Kegiatan bisnis mencakup seluruh kegiatan membuat dan
menyalurkan barang dan jasa yang diminta oleh masyarakat. Oleh karena
itu, Bisnis dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang menghasilkan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
b. Dasar hukum bisnis dalam Islam.
Yang menjadi dasar hukum bisnis dalam Islam adalah kewajiban
seorang muslim untuk bemsaha. Kita sebagai seorang muslim dituntut
agar tidak hanya mementingkan kehidupan akhirat saja, atau duniawi saja,
tetapi ditengah-tengah antara keduanya.
Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh diam berpangku tangan,
bermalas-malasan dan tidak mau mencari rezeki, karena setiap muslim
tertanggung suatu beban terhadap orang-orang yang berada dibawahnya,
sebagaimana Firman Allah dalam surah Albaqarah ayat 233.
"Kewajiban seorang ayah memberi makan danpakaian kepada mereka
dengan carayang ma'ruf. (QS. Albaqarah/2: 233)
Tanpa usaha yang sungguh-sungguh, maka sulitlah seorang ayah
dalam mencukupi kebutuhan istri dan anak-anaknya.

Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam 7


2. Prinsip-prinsip Islam dalam Bisnis
Prinsip-prinsip tauhid, keadilan, kenabian, dan ma'ad (hasil), menjadi
landasan inspirasi untuk membangun bisnis yang Islami.
a. Tauhid
Tauhid mcrupakan hal yang paling fundamental dalam ajaran Islam.
Dengan tauhid, manusia mengimani bahwa: " tidak ada Tuhan yang pantas
disembah kecuali Allah " dan " tidak ada pemilik langit, bumi serta isinya
kecuali Allah ", karena Allah adalah penciptanya dan sekaligus
pemiliknya. Manusia hanya diberi amanah untuk memiliki sementara
waktu, sebagai ujian bagi mereka.
Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu,
segala aktivitas manusia termasuk aktivitas dalam bisnis harus diniatkan
untuk beribadah kepada Allah, karena akan dimintai pertanggungjawaban
di akhirat kelak.
b. Keadilan
Allah memerihtahkan manusia untuk berbuat adil (QS. 49: 9, QS.
60: 8). Yang dimaksud dengan adil adalah " tidak menzalimi dan tidak
dizalimi". Implikasi bisnis dan prinsip ini adalah bahwa pelaku bisnis
tidak boleh merugikan orang lain atau mendatangkan kerusakan atau
mudarat, akan tetapi harus mendatangkan manfaat untuk semua pihak.
c. Kenabian
Allah mengutus Nabi Muhammad saw., sebagai sun tauladan
manusia pada umumnya dan pelaku bisnis muslim pada khususnya, karena
beliau mempunyai sifat-sifat yang pantas dicontoh antara lain:
1) Siddiq
Siddiq artinya benar atau jujur. Sifat ini harus dimiliki oleh setiap
muslim dalam semua aktivitas termasuk dalam aktivitas bisnis.
Implikasi bisnis dari sifat ini adalah bahwa pelaku bisnis tidak boleh
melakukan penipuan karena akan merugikan salah satu pihak.
2) Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Sifat amanah ini harus dimiliki oleh
pelaku bisnis agar tidak menimbulkan " negative thinking" antar
anggotanya. Sifat amanah ini memainkan peran yang amat penting
dalam aktivitas bisnis, karena tanpa adanya saling percaya
antaranggotanya, niaka aktivitas bisnis ini akan hancur.
3) Fathanah
Fathanah artinya cerdas. Manusia dikarunia akal untuk berpikir oleh
karena itu, kita sebagai muslim harus memanfaatkan otak kita secara
optimal dalam segala aktivitas kehidupan, termasuk dalam hal bisnis.
Segala aktivitas dilakukan dengan ilmu dan kecerdasan. Para pelaku
bisnis harus pintar dan cerdik agar usahanya lancar dan terhindar dari
penipuan.

Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam 8


4) Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Setiap muslim mengemban tanggung
jawab da'wah yaitu menyeru, mengajak, dan memberitahu. Sifat
tabliqh ini apabila dimiliki oleh pelaku bisnis, maka akan menjadikan
suksesnya sang pelaku bisnis, karena sifat ini menelorkan prinsip-
prinsip ilmu marketing, advertising, maupun ilmu-ilmu lain yang
relevan dengan bisnis.
d. Ma'ad(hasil)
Secara harfiah ma'ad berarti " kembali ". Akan tetapi, juga diartikan
sebagai imbalan atau ganjaran. Implikasi bisnis dari prinsip ini adalah
bahwa pelaku bjsnis akan mendapatkan keuntungan atau profit, baik dunia
maupun akhirat ,-'jika diawali dengan niat ibadah.
3. Langkah-Iangkah Islami dalam Meraih Kesuksesan Bisnis
Pelaku bisnis yang baik dan ingin mendapatkan keuntungan dunia dan
akhirat, maka haruslah menempuh beberapa langkah menuju kesuksesan
bisnis, antara lain :
a. Niat yang benar (ibadah)
Bisnis adalah sebagian dari hidup kita yang harus ditujukan untuk
beribadah kepada Allah, dan merupakan wadah untuk berbuat baik kepada
sesama manusia. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus mempunyai niat
ibadah, agar memberi. kemudahan kepada masyarakat.
Hadis mengingatkan kepada kita bahwa:
"Sesungguhnya amal itu berdasarkan niat, dan sesungguhnya bagi
setiap manusia pahala menurat apa yang diniatkannya
(Muttafaq'alaih)."
b. Menentukan cita-cita
Hidup tanpa cita-cita yang jelas, maka ibarat sebuah kapal berlayar tanpa
arah dan tujuan, sehingga menjadi ragu-ragu atau bimbang dalam
menjalani kehidupan termasuk aktivitas bisnis. Cita-cita bisnis tersebut
akan tercapai apabila pelaku bisnis mengamalkan prinsi "positive thinking
" baik terhadap Allah sebagai penentu rezeki, maupun terbadi diri sendiri
dan orang lain Dengan cita-cita yang jelas tersebut dapat menggerakkan
motivasi untukbekei dengan sungguh-sungguh, demi tercapainya cita-cita.
c. Menggunakan modal dari harta halal
Apabila pelaku bisnis bermodal dari harta tidak halal (haram), maka akan
terjadi menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan atau laba yang
duniawi saja tanpa mempertimbangkan atau memperhitungkan balasan di
kelak. Sebaliknya bagi pelaku bisnis yang bermodal dari harta halal,
mereka memperhatikan perilaku-perilaku demi mendapatkan laba dunia
dan laba

Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam 9


d. Kerja keras dan pintar
Pelaku bisnis yang berhasil adalah pelaku bisnis yang mau bekerja keras,
panl menyerah, dan berjuang terus memperbaiki nasibnya dengan
mengoptimaltoi segala potensi yang telah diberikan oleh Allah swt.,
berupa akal sehat. Dalam dunia bisnis mengutamakan prestasi lebih
dahulu daripada prestise, kareni setiap kemajuan pasti menuntut adanya
prestasi. Prestasi dimulai dengan usahi kerja keras dan pintar.
e. Berakhlak mulia
Selain langkah-langkah tersebut di atas, faktor pendukung keberhasilan bi
yang islami adalah berahklak mulia seperti sabar, tekun atau ulet, jujur,
menepati janji, tanggung jawab, dan bertawakal kepada Allah swt.

Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam 10

Anda mungkin juga menyukai