Khutbah I
Khutbah I
َو َع َلى ٰا ِلِه َو َصْح ِبِه َو َت اِبِع ْي ِه َع َلى َمِّر، َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى ُمَح َّم ٍد َس ِّي ِد َو َلِد َع ْد َن اَن، اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل اْلَم ِلِك الَّد َّي اِن
َو َأْش َه ُد، َو َأْش َه ُد َأْن اَّل ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْي َك َلُه اْلُم َن ـَّز ُه َع ِن اْلِج ْس ِم َّي ِة َو اْلِجَه ِة َو الَّز َم اِن َو اْلَم َك اِن، الَّز َم اِن
َفإِّن ي ُأْو ِص ْي ُك ْم َو َن ْف ِس ي ِبَت ْق َو ى، ِع َب اَد الَّر ْح ٰم ِن،َأَّن َس ِّي َد َن ا ُمَح َّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي َك اَن ُخ ُلُقُه اْلُقْر آَن َأَّم ا َبْع ُد
َو َاِّذ ْن ِفى الَّن اِس ِباْلَح ِّج َي ْأُتْو َك ِر َج ااًل َّو َع ٰل ى ُك ِّل َض اِم ٍر َّي ْأِتْي َن ِمْن ُك ِّل َفٍّج: اْلَق اِئِل ِفي ِك َت اِبِه اْلُقْر ٰا ِن، ِهللا الَم َّن اِن
)٢٧ :َع ِم ْي ٍۙق (الحج
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena
itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua
selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan
melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan. Kaum muslimin
rahimakumullah,
Allah subhanahu wata’ala telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan
menjadikan Ka’bah sebagai tujuan dan dambaan hati jutaan umat Islam. Kaum muslimin,
tua-muda, fakir-kaya, pejabat-rakyat jelata, Arab-China dan apa pun suku dan negaranya
berbondong-bondong dari berbagai penjuru dunia pergi menuju ke Baitullah tiap tahun
untuk melaksanakan ibadah haji. Perbedaan bangsa, ras, suku, bahasa dan warna kulit
tidak menghalangi mereka untuk bersatu melaksanakan ibadah yang sama, di tempat
yang sama dan dengan tujuan yang sama, yaitu sama-sama memenuhi panggilan Allah
dengan niat mendapatkan ridha-Nya semata.
َي ا َأُّيَه ا الَّن اُس ِإَّن ا َخ َلْق َن اُك ْم ِمْن َذ َك ٍر َو ُأْن َث ى َو َج َع ْلَن اُك ْم ُشُع وًب ا َو َقَب اِئَل ِلَت َع اَر ُفوا ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهَّللا َأْت َق اُك ْم ِإَّن َهَّللا
)١٣ :َع ِليٌم َخ ِبيٌر (الحجرات
Maknanya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia menurut Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
yang tampak dan tersembunyi dari perbuatanmu” (QS al-Hujurat: 13).
Jika direnungkan dengan seksama dan mendalam, berbagai rangkaian manasik haji
memiliki makna dan pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya. Haji adalah momen
pertemuan tahunan yang begitu besar, yang jutaan kaum muslimin berkumpul di sana.
Mereka bersatu dalam kalimat ( )اَل ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا ُم َح َّم ٌد َر ُسْو ُل ِهللا, berdoa kepada Tuhan dan pencipta
mereka serta saling mengenal dan mengeratkan hubungan antar mereka. Di sana, di
tanah suci, mereka saling memahami dan tolong menolong dalam kebaikan agar mereka
semakin kuat melawan godaan Iblis dan bala tentaranya.
Di sanalah tampak dengan jelas makna dan nilai persaudaraan dan kesetaraan di antara
kaum muslimin. Para jamaah haji seluruhnya melepas pakaian masing-masing dan
menggantinya dengan pakaian ihram yang lebih mirip dengan kain kafan mayat. Mereka
menyerukan kalimat talbiyah :
َلَّبْي َك الّٰل ُهَّم َلَّبْي َك َلَّبْي َك اَل َش ِر ْي َك َلَك َلَّبْي َك ِإَّن اْلَح ْم َد َو الِّن ْع َم َة َلَك َو اْلُم ْل َك اَل َش ِر ْي َك َلَك
dalam keadaan menanggalkan semua pakaian dan perhiasan dunia yang fana’. Hanya
pakaian Ihram yang mereka kenakan. Tua-muda, miskin-kaya, Arab-non Arab, semuanya
sama menurut Allah. Mereka tidak saling mengungguli kecuali dengan takwa sebagaimana
ditegaskan oleh Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
)اَل َفْض َل ِلَع َر ِبٍّي َع َلى َأْع َج ِم ٍّي ِإاَّل ِبالَّت ْق َو ى (رواه أبو نعيم ِفى الحلية
Maknanya: “Tidak ada kemuliaan bagi orang Arab melebihi non Arab kecuali dengan
takwa” (HR Abu Nu’aym dalam Hilyah al-Auliya’)
Haji adalah latihan sekaligus praktik dari kesabaran, menanggung berbagai kesulitan dan
menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan untuk memperoleh derajat yang tinggi
dan meraih surga yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Haji adalah
pintu yang luas untuk melakukan kebaikan dan ketaatan serta meraih derajat takwa yang
merupakan sebaik-baik bekal menuju kehidupan akhirat.
Saudara-saudaraku seiman,
Ketika jutaan jamaah haji menyerukan kalimat talbiyah dengan mengucapkan ( )َلَّبْي َك الّٰل ُهَّم َلَّبْي َك,
maka momen dan seruan ini mengingatkan kita akan dahsyatnya peristiwa hari kiamat
pada saat manusia dikumpulkan di padang mahsyar. Ketika malaikat Israfil ‘alaihis salam
meniup sangkakala maka terbelahlah kuburan-kuburan dan orang-orang keluar darinya
secara berbondong-bondong. Kemudian dikumpulkan di Mahsyar dalam tiga keadaan.
Sebagian dalam keadaan makan, minum, berpakaian dan menaiki kendaraan. Mereka
adalah kaum muslimin yang bertakwa yang menjalankan semua kewajiban dan menjauhi
perkara-perkara yang diharamkan. Sebagian dalam keadaan tidak beralas kaki dan
telanjang bulat. Mereka adalah para pelaku dosa besar di antara kaum muslimin. Dan
sebagian lagi dikumpulkan dalam keadaan terbalik, kaki di atas dan kepala di bawah lalu
diseret oleh para malaikat sebagai penghinaan terhadap mereka. Mereka adalah orang-
orang kafir.
Sedangkan sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan kita akan kedatangan Sayyidina
Ibrahim ‘alaihis salam ke Makkah al-Mukarramah, tempat turunnya wahyu, yang Allah
jadikan aman dan tenteram. Sa’i antara Shafa dan Marwah merupakan perjalanan
menapak tilas kembali apa yang dilakukan Sayyidah Hajar. Di Makkah, tempat yang tidak
ada air dan tanamannya, Hajar bersama Isma’il yang masih bayi ditinggal oleh Nabiyyullah
Ibrahim ’alaihis salam. Hajar pun bertawakkal secara penuh kepada Allah sembari beriktiar
dengan berlari-lari kecil antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah mencari air saat Ismail
menangis dan butuh air. Hingga pada akhirnya Allah hilangkan kesulitannya dan Allah
berikan jalan keluar dari masalahnya. Allah keluarkan untuknya air Zamzam yang nikmat
dan penuh berkah. Allah ta’ala berfirman :
َو َيْر ُز ْق ُه ِمْن َح ْي ُث اَل َيْح َت ِس ُب َو َم ْن َي َت َو َّك ْل َع َلى ِهَّللا َفُهَو َح ْس ُبُه (سورة،َو َم ْن َي َّت ِق َهَّللا َيْج َع ْل َلُه َم ْخ َر ًج ا
)٣-٢ :الطالق
Maknanya: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya Dan barang
siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya.” (QS ath-Thalaq: 2-3)
Sedangkan Wuquf di Padang ‘Arafah, maka di dalamnya terdapat hikmah yang besar dan
kenangan yang agung. Di sana kita melihat lautan manusia. Kita mendengar lantunan
suara mereka yang keras, berdoa kepada Allah yang Mahakuasa, dalam keadaan
merendahkan diri, tunduk, berharap rahmat-Nya dan takut terhadap siksa-Nya. Mereka
berdoa kepada Allah, Sang Pencipta dan Pemilik mereka, dengan bahasa yang bermacam-
macam dan logat yang beragam. Ini semua mengingatkan jamaah haji akan hari kiamat
dan tahapan-tahapannya yang menakutkan dan luar biasa, saat semua hamba berdiri
merendahkan diri dan sangat berhajat kepada pencipta mereka, pemilik semua
kekuasaan, yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.
Adapun melempar jamrah, maka ibadah ini juga mengandung hikmah yang agung bagi
kita. Ketika melempar jamrah, jamaah haji akan mengingat dan mengenang bagaimana
Iblis menampakkan diri kepada Nabi Ibrahim ’alaihis salam untuk menggodanya setiap kali
berada di masing-masing jamrah. Sayyidina Ibrahim ‘alaihis salam pun menghinakan Iblis
dengan melemparnya dengan batu kerikil sebagaimana diperintahkan oleh Allah ta’ala.
Maka kita, segenap umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diperintah untuk
melempar jamrah dalam rangka menghidupkan sunnah Ibrahim ‘alaihis salam. Ini semua
adalah simbol perlawanan kepada Iblis dan penghinaan terhadapnya. Seakan orang yang
melempar berkata dalam dirinya kepada setan: “Seandainya engkau menampakkan diri
kepada kami sebagaimana engkau menampakkan diri kepada Ibrahim, niscaya kami akan
melemparmu sebagai penghinaan terhadapmu.” Namun demikian, tempat-tempat ini
bukanlah tempat tinggal setan seperti dugaan sebagian orang.
Sedangkan thawaf adalah bentuk konsistensi dalam ketaatan kepada Allah. Seakan orang
yang berthawaf mengatakan: “Wahai Tuhanku, ke manapun kami berkeliling dan di
manapun kami berada, kami tetap istiqamah taat kepada-Mu.” Thawaf juga merupakan
pengagungan terhadap rumah atau bangunan Ka’bah yang dimuliakan oleh Allah. Allah
ta’ala memerintahkan kita untuk mengagungkannya. Baitullah adalah simbol yang
menyatukan hati kaum muslimin dalam beribadah kepada Allah. Oleh karenanya, kaum
muslimin berthawaf mengelilingi Ka’bah bukan untuk beribadah kepada Ka’bah, melainkan
karena melaksanakan perintah Allah.
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga menjadi
ilmu yang bermanfaat dan dapat kita amalkan bersama.
َأُقْو ُل َقْو ِلْي ٰه َذ ا َو َأْس َت ْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم َ ،فاْس َت ْغ ِفُرْو ُهِ ،إَّن ُه ُه َو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِحْي ُم
Khutbah II
َاْلَح ْم ُد ِهلل َو َك َف ىَ ،و ُأَص ِّلْي َو ُأَس ِّلُم َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد اْلُمْص َطَف ىَ ،و َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َأْه ِل اْلَو َفاَ .أْش َه ُد َأْن اَّل
ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْي َك َلُه َ ،و َأْش َه ُد َأَّن َس ِّي َد َن ا ُمَح َّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َأَّم ا َبْع ُدَ ،فَي ا َأُّيَه ا اْلُمْس ِلُمْو َن ُ ،أْو ِص ْي ُك ْم
َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِل َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْي َت َع َلى َس ِّي ِد َن ا ِإْبَر اِه ْي َم َو َع َلى آِل َس ِّي ِد َن ا ِإْبَر اِه ْي َم َو َب اِر ْك َع َلى
َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِل َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد َك َم ا َب اَر ْك َت َع َلى َس ِّي ِد َن ا ِإْبَر اِه ْي َم َو َع َلى آِل َس ِّي ِد َن ا ِإْبَر اِه ْي َم ِ ،فْي اْلَع اَلِم ْي َن ِإَّن َك
ّٰل
َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد َ .ال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُمْس ِلِم ْي َن َو اْلُمْس ِلَم اِت واْلُم ْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُم ْؤ ِم َن اِت اَأْلْح َياِء ِم ْن ُهْم َو اَأْلْمَو اِت ،اللهم اْد َفْع
َع َّن ا اْلَب اَل َء َو اْلَغ اَل َء َو اْلَو َب اَء َو اْلَف ْح َش اَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَب ْغ َي َو الُّسُيْو َف اْلُم ْخ َت ِلَف َة َو الَّش َداِئَد َو اْلِم َح َن َ ،م ا َظ َهَر ِم ْن َه ا
َو َم ا َب َط َن ِ ،مْن َب َلِد َن ا َه َذ ا َخ اَّص ًة َو ِمْن ُبْلَداِن اْلُمْس ِلِم ْي َن َع اَّم ًة ِ ،إَّن َك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ِع َب اَد ِهللا ،إَّن َهللا َي ْأُمُر
ِباْلَع ْد ِل َو اإْل ْح َس اِن َو ِإْي َت اِء ِذي اْلُقْر َب ى وَي ْن َه ى َع ِن الَف ْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو الَب ْغ ِيَ ،ي ِع ُظ ُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذ َّك ُرْو َن َ .فاذُك ُر وا