Anda di halaman 1dari 11

Darussalam Nutrition Journal, Nov 2021, 5(2):110-120 ISSN 2579-8588

E-ISSN 2579-8618

PENGARUH EDUKASI GIZI TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN DAN ASUPAN SAYUR BUAH PADA SISWA
SEKOLAH DASAR DENGAN STATUS GIZI LEBIH
The effect of nutrition education to increase knowledge and vegetable-fruit consumption
among elementary school children with overweight

Adani Ladiba1, Addina Zulfaa1, Adinda Djasmin1, Adinda Mevya1, Adinda Safitri1, Adzro’ul
Akifah1, Rachma Purwanti1*
1
Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang
Korespondensi: rachmapurwanti@fk.undip.ac.id
ABSTRAK

Latar belakang: Anak Sekolah Dasar memiliki karakteristik konsumsi makanan tinggi kalori dan
rendah serat yang dapat mempengaruhi status gizi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
edukasi gizi terhadap peningkatan pengetahuan dan asupan sayur buah pada siswa SDI Al-Azhar 14
Semarang. Metode: Desain studi yang dipilih yaitu quasi eksperimental one group pre test -post test
design. Jumlah sampel penelitian sebanyak 29 siswa yang diambil dengan teknik consecutive sampling.
Pengumpulan data menggunakan data primer yang diperoleh dari google formulir, meliputi data
karakteristik siswa dan orang tua, data pola makan, data aktifitas fisik, dan durasi tidur. Data sekunder
diperoleh dari sekolah yang meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, berat badan dan tinggi badan.
Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel dan WHO AnthroPlus. Program gizi dilaksanakan pada
tanggal 2 November-18 November 2020 dengan media video dan game. Hasil: Sebesar 45,5% siswa
memiliki status gizi lebih. Tingkat konsumsi sayur dan buah siswa termasuk defisit, masing-masing
90,9% dan 68,1%. Sebanyak 85,7% siswa mengalami peningkatan pengetahuan gizi setelah program
dilaksanakan. Tidak ada orang tua yang berpartisipasi dalam membuat kreasi sayur dan buah. Sebanyak
16,67% siswa mengalami peningkatan asupan sayur dan tidak terdapat anak yang mengalami
peningkatan asupan buah. Selain itu, tercapai kesepakatan dengan sekolah untuk mengadakan edukasi
gizi secara berkelanjutan. Kesimpulan: Sebagian besar siswa memiliki status gizi lebih dengan asupan
sayur dan buah rendah. Pelaksanaan program edukasi (Barbar 5C) dan advokasi (Voniz) berjalan sesuai
dengan indikator keberhasilan. Namun, program Kreasi Sayur dan Buah (Berkah) tidak berjalan sesuai
indikator keberhasilan. Perlu adanya progam yang lebih inovatif untuk meningkatkan partisipasi orang
tua.
Kata Kunci : Anak sekolah dasar, asupan sayur, asupan buah, program gizi sekolah
ABSTRACT
Background: Elementary students have the characteristics of consuming high-calorie and low-fiber
foods that can affect their nutritional status. This study aims to analyse the effect of nutrition education
on increasing fruit and vegetables and knowledge of grade 5C SDI Al-Azhar 14 Semarang. Method:
This study was a quasi experimental with pre test-post test design. A total sample 29 students were
taken by consecutive sampling. Data collection using primary data were obtained from Google Forms,
including characteristic data, dietary pattern, physical activity, sleep duration and secondary data
obtained from the school include name, gender, date of birth, weight and height. Data were analyzed
using Microsoft Excel and WHO AnthroPlus. The nutrition progam was conducted in 2 November-18
November 2020 through video and game. Result: The results showed that 45,5% students have an over-
nutrition (overweight and obesity). The students had a deficit in the level of vegetable and fruit
consumptions, respectively 90,9% and 68,1%. As many of 85,7% samples had been increased in
nutrition knowledge. There were no parents who participate in making vegetable and fruit creations.
As many of 16,7% samples had been increased in vegetable intake and no samples had been increased
in fruit intake. In addition, an agreement was reached with the school to hold nutrition education in a
sustainable manner. Conclusion: Most of students have overweight and obesity nutritional status with
low intake of vegetables and fruits. The implementation of Barbar 5C program and Voniz program are
running according to the indicators of success. However, Berkah program did not work according to

110
Ladiba, et al Vol. 5, No. 2, Nov 2021

the indicators of success. There needs to be a more innovative program to increase parental
participation.
Keywords : Elementary students, vegetables intake, fruits intake, school nutrition program
melakukan sarapan, konsumsi jajanan dan
PENDAHULUAN pemilihan jajanan, asupan sayur, asupan buah,
Gizi lebih merupakan keadaan tubuh serta frekuensi konsumsi makanan utama
seseorang yang mengalami berat badan berlebih berpengaruh pada status gizi anak sekolah
karena kelebihan jumlah asupan energi yang (Herliana Endang Supriyatini, P.M. and
disimpan dalam bentuk cadangan lemak. Salah Rahfiludin, 2013; Nuryani and Rahmawati,
satu kelompok umur yang berisiko mengalami 2018). Anak usia sekolah cenderung memilih
gizi lebih adalah anak usia sekolah dasar yaitu 6- menghindari jenis makanan tertentu untuk
12 tahun dimana anak-anak memiliki kegemaran dikonsumsi. Beberapa jenis buah dan sayur
dalam mengonsumsi jenis makanan secara termasuk makanan yang kurang disukai oleh
berlebihan (Herliana Endang Supriyatini, P.M. anak sekolah. Faktor yang berkaitan dengan
and Rahfiludin, 2013). Hasil Riskesdas Tahun pemilihan makan diantaranya adalah kebiasaan
2018 melaporkan bahwa secara nasional masalah makan pengasuh (ibu/nenek), kebiasaan makan
gizi lebih pada anak sekolah (5-12 tahun) masih di rumah, sosial ekonomi, serta aspek sensori
tinggi yaitu sebesar 18,8% yang terdiri dari (Rachmi et al., 2018; Hanson et al., 2019).
gemuk/overweight 10,8% dan obesitas 8,8% Gizi lebih, khususnya obesitas yang
(Kesehatan, 2018; Rahmiwati et al., 2019). dialami pada awal kehidupan berpotensi
Selain itu, Indonesia juga masih mengalami berlanjut hingga ke siklus hidup berikutnya yang
masalah triple burden malnutrition yaitu masih akan membawa sejumlah faktor risiko terhadap
terdapatnya status gizi lebih, status gizi kurang permasalahan kesehatan (Nuryani and
bahkan gizi buruk, serta defisiensi mikronutrien Rahmawati, 2018). Gizi lebih pada anak maupun
(Fanzo et al., 2018). dewasa merupakan masalah kesehatan
Anak usia sekolah khususnya Sekolah masyarakat yang serius. Masalah gizi lebih dapat
Dasar memiliki karakteristik yaitu senang berdampak pada munculnya penyakit
bermain, senang bergerak, senang beraktifitas degeneratif seperti hipertensi, dyslipidemia,
kelompok, dan senang melakukan sesuatu secara resistensi insulin, disglikemia, penyakit hati, dan
langsung (Burhaein, 2017). Anak usia sekolah komplikasi psikososial (Koyuncuo, 2014).
juga memiliki karakteristik lainnya yaitu Adanya perilaku gizi seimbang yang
memiliki kebiasaan memilih mengkonsumsi diterapkan pada anak usia sekolah akan
cemilan atau snack di saat mereka merasa lapar berdampak pada pertumbuhan dan
(Mumpuni SDP, 2012; Hanson et al., 2019). perkembanganya. Anak akan tumbuh sehat
Adanya karakteristik pada anak usia sekolah sehingga mampu mencapai prestasi belajar yang
tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan tinggi dan kebugaran untuk mengikuti semua
perkembangannya sehingga diperlukan asupan aktivitas sehingga menjadi sumber daya manusia
gizi yang baik dan benar. Anak usia sekolah juga yang berkualitas. Penelitian ini menguji
masih dalam masa pertumbuhan sehingga efektivitas kombinasi 3 program yang kami
kebutuhan zat gizinya juga meningkat. Gizi yang lakukan yaitu Barbar 5C (Belajar Sayur dan
diperoleh seorang anak melalui konsumsi Buah bersama 5C), Berkah (Belajar Kreasi Sayur
makanan setiap hari berperan besar untuk dan Buah), dan Voniz (Advokasi Inisiasi Gizi)
kehidupan anak tersebut. Defisiensi atau yang dilihat dari perubahan pengetahuan dan
kelebihan konsumsi zat gizi akan berpengaruh asupan buah dan sayur pada anak sekolah secara
pada aspek fisik dan mental anak (Fuglestad, deskriptif.
Rao and Georgieff, 2006; Swaminathan, Edward
and Kurpad, 2013; De and Chattopadhyay, METODE
2019). Desain studi yang dipilih yaitu quasi
Beberapa faktor yang menyebabkan eksperimental one group pre test -post test
terjadinya gizi lebih pada anak usia sekolah design. Pengambilan sampel dilakukan dengan
adalah sosial ekonomi yang mempengaruhi pola consecutive sampling dengan jumlah sampel
konsumsi, dimana anak yang berasal dari sebanyak 29 siswa di kelas 5C. Sebanyak 22
keluarga ekonomi tinggi cenderung siswa mengikuti program sampai akhir. Variabel
mengkonsumsi makanan berkadar lemak tinggi dalam penelitian ini meliputi variabel bebas
(Herliana Endang Supriyatini, P.M. and yaitu edukasi gizi dan variabel terikat yaitu
Rahfiludin, 2013). Selain itu, pola makan seperti pengetahuan dan asupan sayur dan buah.

111
Ladiba, et al Vol. 5, No. 2, Nov 2021

Pengumpulan data menggunakan data dan buah, porsi makan (tumpeng gizi dan isi
primer yang diperoleh dari google formulir, piringku), dan kandungan gizi pada sayur dan
meliputi data karakteristik siswa dan orang tua, buah. Video berdurasi sekitar 8 menit.
data pola makan, data aktifitas fisik, dan durasi
tidur. Dalam program ini aspek pola makan anak Edukasi pada kelompok wali murid yaitu
yang dikaji menggunakan google formulir Berkah (Belajar Kreasi Sayur dan Buah)
adalah kebiasaan makan makanan utama, dilakukan secara online dengan media video
sarapan, asupan makanan pokok, lauk nabati, kreasi memasak untuk wali murid. Video kreasi
lauk hewani, sayuran, dan buah-buahan dalam pengolahan dan penyajian sayur dan buah
sehari, serta asupan fast food dan soft drink tersebut menyampaikan bahasan materi berupa
dalam seminggu. cara pengolahan sayur dan buah yang menarik
Konsumsi lauk nabati dan hewani dan cara penyajian sayur dan buah yang menarik.
dikatakan cukup apabila masing-masing Metode yang digunakan untuk siswa dan wali
dikonsumsi ≥ 2x/ hari. Asupan sayur dan buah murid berupa diskusi, audiovisual, dan games
dikatakan cukup apabila masing-masing (hanya pada siswa). Berikutnya, dilakukan
dikonsumsi ≥ 3x/hari dan ≥ 2x/hari (Putra, advokasi kepada pihak sekolah melalui kegiatan
2009). Tingkat konsumsi jajanan tergolong Voniz (Advokasi Inisiasi Gizi) yang dilakukan
sangat sering apabila dikonsumsi > 1x/hari secara offline.
(Finantaka et al., 2015). Tingkat konsumsi fast Data yang diperoleh (baik data primer
food tergolong jarang apabila dikonsumsi 1- maupun data sekunder) diolah dan dianalisis
2x/per minggu. Selain itu, tingkat konsumsi secara deskriptif kuantitatif. Aplikasi yang
minuman kemasan (jenis soft drink) tergolong digunakan adalah program Ms excel.
rendah apabila dikonsumsi ≤ 1x per minggu
(Pratiwi and Mardiyati, 2018). HASIL DAN PEMBAHASAN
Data sekunder diperoleh dari sekolah yang
meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, berat Terdapat 22 siswa dari Kelas 5C SDI Al-
badan dan tinggi badan. Data dianalisis Azhar 14 Semarang yang terlibat dalam program
menggunakan Microsoft Excel dan WHO ini. Didapatkan mayoritas siswa berusia 10
AnthroPlus. Progam gizi dilaksanakan pada 2 tahun (72.,7%), berjenis kelamin laki-laki
November - 20 November 2020 melalui media (68,1%), dan berstatus gizi normal (50%).
video dan game. Terdapat 3 program yang Karakteristik responden selengkapnya dapat
dilakukan yaitu Barbar 5C (Belajar Sayur dan dilihat pada Tabel 1.
Buah bersama 5C), Berkah (Belajar Kreasi Sayur
dan Buah), dan Voniz (Advokasi Inisiasi Gizi). Tabel 1. Karakteristik Responden
Kegiatan dilaksanakan di Sekolah Dasar No Variabel % n
Islam (SDI) Al-Azhar 14 Semarang secara 1 Jenis kelamin
online (daring) selama 2 minggu dan offline a Laki-laki 15 68,1%
selama 1 minggu. Sasaran edukasi adalah siswa/i b Perempuan 7 31,8%
beserta wali murid kelas 5C SDI Al-Azhar 14 2 Usia (tahun)
Semarang, dan pihak sekolah. Total subjek pada a 10 16 72,7%
b 11 6 27,3%
pelaksanaan program gizi adalah sebanyak 22
3 Riwayat sakit infeksi (6
siswa/I beserta wali murid (7 siswa lainnya tidak bulan terakhir)
mengikuti program hingga akhir), dan 2 orang a Ya 3 13,6%
dari pihak sekolah (wali kelas dan kepala b Tidak 19 86,4%
sekolah). 4 Status gizi (z skor
Edukasi gizi dilaksanakan dengan 2 IMT/U)
a Kurus 1 5%
kelompok sasaran yaitu siswa dan wali murid. b Normal 11 50%
Edukasi siswa siswi kelas 5C yaitu Barbar 5C c Gemuk 8 36%
(Belajar Sayur dan Buah bersama 5C) d Obesitas 2 9%
dilaksanakan secara online menggunakan media 2. Karakteristik Orang Tua Responden
video animasi tentang sayur buah dan games Sebagian besar ayah responden bekerja
“kahoot!”. Games/Kuis interaktif dilakukan sebagai wiraswasta (36,4%), sedangkan ibu
untuk mendeteksi ada/tidaknya perubahan
responden mayoritas adalah ibu rumah tangga
pengetahuan mengenai pentingnya konsumsi
sayur dan buah serta gizi seimbang. Adapun (45,5%). Tingkat pendidikan orang tua
video animasi yang diberikan meliputi bahasan terbanyak adalah setingkat S1, yaitu sebanyak
tentang manfaat konsumsi sayur dan buah, akibat 50% untuk ayah dan ibu. Berdasarkan tingkat
tidak mengkonsumsi sayur dan buah, jenis sayur pendidikan, dapat disimpulkan bahwa orang tua

112
Ladiba, et al Vol. 5, No. 2, Nov 2021

responden memiliki tingkat pendidikan yang responden (63,6%) memiliki tingkat konsumsi
tergolong tinggi (Putra, Taufiq and Juliani, soft drink yang rendah. Akan tetapi, sebagian
2013). Selain itu, berdasarkan pendapatan, besar responden (68,1%) jarang mengonsumsi
seluruh orang tua responden memiliki fast food. Gambaran pola makan responden
pendapatan di atas UMR yang berarti memiliki secara lebih detail dapat dilihat pada Tabel 3.
tingkat pendapatan yang tergolong tinggi Tabel 3. Pola Makan Responden
(Dakhi, 2019). Detail deskripsi karakteristik
keluarga dapat dilihat pada Tabel 2. Variabel n %
Tabel 2. Karakteristik keluarga 1. Frekuensi Makan Utama (per
hari)
No Variabel n % a. 1 6 27,3%
1 Pekerjaan ayah b. 2 3 13,6%
BUMN 3 13,6 c. 3 13 59,1%
Pegawai swasta 3 13,6 2. Kebiasaan Sarapan
Wiraswasta 8 36,4 a. Ya 16 72,7%
Dokter 1 4,5
b. Tidak 6 27.3%
PNS/TNI/Polri 2 9,1
Frekuensi asupan makanan pokok
Pensiunan 1 4,5
3. (per hari)
Lain-lain 4 18,1
2 Tingkat pendidikan ayah a. Tidak pernah 1 4,5%
SMP 1 4,5 b. 1x 1 4,5%
SMA/SMK 5 22,7 c. 2x 5 22,7%
Diploma 1 4,5 d. > 3x 15 68,1%
S1 11 50 Frekuensi Asupan Lauk Nabati
S2 4 18,1 (per hari)
3 Pekerjaan ibu a. Tidak pernah 5 22,7%
Pegawai swasta 3 13,6 b. 1x 5 22,7%
Wiraswasta 3 13,6 c. 2x 5 22,7%
Dokter 1 4,5 d. 3x 7 31,8%
Ners 1 4,5 Frekuensi asupan lauk hewani
Ibu rumah tangga 10 45,5 5. (per hari)
PNS/TNI/Polri 3 13,6
a. 2x 9 40,9%
Lain-lain 1 4,5
4 Tingkat pendidikan ibu b. 3x 12 54,5%
SMP 1 4,5 c. > 3x 1 4,5%
SMA/SMK 3 13,6 Frekuensi Asupan Sayuran (per
Diploma 4 18 6. hari)
S1 11 50 a. Tidak pernah 3 13,6%
S2 3 13,6 b. 1x 5 22,7%
5 Pendapatan orang tua c. 2x 12 54,5%
< Rp. 2.715.000 0 0 d. 3x 1 4,5%
> Rp. 2.715.000 22 100 e. > 3x 1 4,5%
3. Pola Makan Responden 7. Frekuensi Asupan Buah (per hari)
Dalam program ini aspek pola makan anak a. Tidak pernah 4 18,1%
yang dikaji adalah kebiasaan makan makanan b. 1x 11 50%
utama, sarapan, asupan makanan pokok, lauk c. 2x 6 27,3%
d. > 3x 1 4,5%
nabati, lauk hewani, sayuran, dan buah-buahan Frekuensi Asupan
dalam sehari, serta asupan fast food dan soft 8. Selingan/jajanan (per hari)
drink dalam seminggu. Berdasarkan data, dapat a. Tidak pernah 1 4,5%
disimpulkan bahwa sebagian besar responden b. 1x 7 31,8%
memiliki frekuensi makan makanan utama yang c. 2x 9 40,9%
d. 3x 4 18,1%
tergolong baik (59,1%) dan terbiasa
e. > 3x 1 4,5%
mengonsumsi sarapan (72,7%). Berdasarkan Frekuensi Asupan fast food (per
pola konsumsi lauk pauk, sebagian besar asupan 9. minggu)
lauk nabati (31,8%) dan lauk hewani (54,5%) a. Tidak pernah 6 27,3%
tergolong cukup. Akan tetapi, sebagian besar b. 1-2x 15 68,1%
c. Setiap hari 1 4,5%
responden memiliki asupan sayur (54,5%) dan Frekuensi Asupan Soft Drink (per
buah (50%) yang kurang. 10. minggu)
Sebagian besar responden (40,9%) sangat a. Tidak pernah 14 63,6%
sering mengonsumsi jajanan. Sebagian besar b. 1-2x 8 36,4%

113
Ladiba, et al Vol. 5, No. 2, Nov 2021

a. Peningkatan Pengetahuan Gizi Responden b. Peningkatan Asupan Sayur dan Buah


melalui Video Edukasi (BARBAR 5C) setelah Pemberian Video Kreasi
Pengolahan Sayur dan Buah (BERKAH)
Berdasarkan rerata skor sebelum dan
setelah pemberian edukasi, didapatkan rerata
Berdasarkan intervensi gizi berupa
nilai kuis siswa setelah edukasi sebesar 7,85
pemberian video kreasi pengolahan dan
dari nilai maksimal 10 poin, naik jika
penyajian sayur dan buah kepada wali murid
dibandingkan nilai sebelum edukasi (rerata
dengan harapan adanya partisipasi wali murid
nilai kuis sebesar 5,4 poin) (Gambar 1). Hal
dalam pembuatan kreasi sayur dan buah minimal
ini menunjukkan adanya peningkatan
sebanyak 50% (kreasi sayur dan buah minimal
pengetahuan siswa setelah dilakukan edukasi
dipraktikkan oleh 11 wali murid), sehingga
gizi Dapat diketahui bahwa pemberian
harapannya asupan sayur dan buah siswa
edukasi melalui video berpengaruh terhadap
meningkat. Didapatkan bahwa tidak ada wali
peningkatan pengetahuan siswa mengenai
murid yang berpartisipasi dalam pembuatan
sayur dan buah.
kreasi sayur dan buah. Hal ini menunjukkan
belum berhasilnya edukasi gizi BERKAH ini.
Selain itu, didapatkan hanya 1 (17%) dari 6 siswa
perubahan rerata skor
pengetahuan yang mengalami peningkatan asupan sayur, serta
tidak didapati siswa yang mengalami peningkatan
asupan buah.
10
Variabel n %
1 Asupan Sayur
0 a. Mengalami peningkatan 1 17%
pre test post test b. Tidak mengalami 5 83%
peningkatan
pre test post test 2 Asupan Buah
a. Mengalami peningkatan 0 0%
Gambar 1. Grafik Rerata Peningkatan Skor
b. Tidak mengalami 6 100
Kuis pada Responden peningkatan %
Jika dilihat dari peningkatan skor kuis
setelah pemberian edukasi, didapatkan hasil Tabel 4. Peningkatan Asupan Sayur dan
sebagian besar (86%) siswa mengalami Buah Responden
peningkatan skor (Gambar 2). Secara
deskriptif dapat diketahui bahwa ada
perubahan skor pengetahuan siswa mengenai c. Edukasi Gizi Berkelanjutan melalui
sayur dan buah. Advokasi ke Stakeholder (VONIZ)

perubahan skor pengetahuan pada Untuk dapat mengadakan edukasi gizi


responden berkelanjutan, diperlukan adanya kerja sama
14% dengan pihak sekolah selaku stakeholder,
sehingga diisiniasikan adanya penyisipan
edukasi gizi pada mata pelajaran tematik melalui
86%
advokasi. Advokasi telah mendapatkan
kesepakatan dari kedua belah pihak (tim
pelaksana dan pihak sekolah), bahwa pesan gizi
mengalami peningkatan
seimbang pada anak sekolah terutama
tidak mengalami peningkatan peningkatan konsumsi sayur dan buah akan
Gambar 2. Grafik Perubahan skor disampaikan oleh wali kelas dalam tema terkait
pengetahuan pada responden dengan frekuensi minimal 1x pembelajaran pada

114
Ladiba, et al Vol. 5, No. 2, Nov 2021
satu semester. Media yang akan digunakan Program ini untuk memberikan edukasi
adalah poster dan buku. mengenai konsumsi sayur dan buah kepada
siswa melalui platform Zoom Meeting kelas 5C
PEMBAHASAN SDI Al Azhar 14 Semarang. Pelaksanaan
a. Karakteristik dan Masalah Gizi Responden program ini melibatkan wali kelas dan murid
kelas 5C. Pelaksanaan program bertujuan untuk
Sekolah Dasar Al-Azhar 14 Semarang meningkatan pengetahuan siswa terkait asupan
merupakan salah satu SD Swasta yang berada di sayur dan buah dengan indikator keberhasilan
Banyumanik, Semarang. Program gizi dilakukan 80% siswa mengalami peningkatan pengetahuan
pada siswa-siswi kelas 5C SDI Al-Azhar 14 mengenai sayur dan buah menggunakan media
Semarang. Sebagian besar siswa/i berusia antara permainan kuis online. Untuk mengevaluasi
10-11 tahun. Jumlah siswa/i kelas 5C adalah program edukasi ini dilakukan pre-test dan post-
sebanyak 29 orang, namun pada pelaksanaan test. Pre-test dan post-test dilakukan melalui
program hanya sebanyak 22 orang yang bersedia pemberian game atau permainan menggunakan
untuk berpartisipasi. Masalah gizi yang ada pada platform Kahoot! sehingga menarik minat dan
siswa/i kelas 5C SDI Al-Azhar 14 Semarang antusias dari siswa. Siswa terlihat sangat senang
disebabkan oleh beberapa hal seperti kebiasaan dan tertarik dengan program intervensi ini.
melewatkan sarapan, kurangnya konsumsi sayur
Media permainan kuis interaktif berbasis
dan buah, kebiasaan konsumsi fast food dan
online dengan ‘Kahoot!’ termasuk inovasi dalam
minuman kemasan, serta kebiasaan konsumsi
edukasi gizi. Sebelumnya, penggunaan kuis
selingan tinggi kalori. Penentuan prioritas
interaktif berbasis game Kahoot ini telah
determinan masalah juga dilakukan agar
diaplikasikan dalam meningkatkan minat dan
program gizi yang diberikan sesuai dengan
hasil belajar matematika pada siswa sekolah
kebutuhan siswa/i. Hasil penentuan prioritas
(Wigati, 2019). Berdasarkan hasil penelitian ini,
determinan masalah didapatkan bahwa
diketahui bahwa media permainan kuis interaktif
kurangnya konsumsi sayur dan buah adalah
berbasis online dengan ‘Kahoot!’ efektif dalam
determinan masalah yang perlu untuk
meningkatkan pengetahuan terkait edukasi
diintervensi. Hal ini sejalan dengan program
mengenai pentingnya konsumsi sayur dan buah
pemerintah yaitu Germas (Gerakan Masyarakat
pada siswa.
Hidup Sehat), dimana salah satu langkahnya
Terdapat berbagai pilihan jenis pertanyaan,
yaitu makan sayur dan buah. Sehingga, program
cara menentukan jawaban yang paling tepat,
gizi yang kami lakukan dapat mendukung
serta waktu yang diperlukan untuk menjawab
program dari pemerintah.
pertanyaan dalam permainan kuis interaktif
‘Kahoot!’, sehingga sangat aplikatif digunakan
b. Pengaruh pemberian media permainan kuis
pada siswa Sekolah Dasar. Peserta diminta
interaktif berbasis online dengan ‘Kahoot!’
terhadap konsumsi sayur dan buah siswa- memilih warna/gambar yang mewakili jawaban.
siswi Penggunaan metode permainan akan lebih
membekas dalam ingatan responden karena
Peningkatan pengetahuan, sikap dan responden berpartisipasi langsung dalam proses
perilaku sangat ditentukan oleh bentuk edukasi gizi dan simulasi permainan, sehingga
intervensi yang diberikan pada anak usia akan menimbulkan kesan yang mendalam dan
sekolah. Permainan merupakan salah satu mampu menarik perhatian yang dapat
bentuk intervensi yang dapat dipakai pada anak memberikan kesan nyaman bagi siswa untuk
usia sekolah. Bermain merupakan kegiatan yang mengikuti proses edukasi yang diberikan dan
menyenangkan karena anak terlibat secara mempermudah pemahaman materi yang telah
langsung dan bermain dengan banyak variasi disampaikan.
bentuk dan fungsi. Hal ini didukung dengan
pernyataan bahwa bermain merupakan salah satu
aspek penting dalam kognitif anak (Maranata c. Pemberian media audiovisual dengan video
and Widyatuti, 2020). edukasi animasi

115
Ladiba, et al Vol. 5, No. 2, Nov 2021
Media yang digunakan dalam program Media video edukasi menggunakan animasi
edukasi gizi berbasis sekolah ini termasuk mampu meningkatkan motivasi responden
audiovisual gerak yaitu menggunakan film dalam memahami materi yang diberikan.
animasi bergerak yang memberikan informasi Adanya partisipasi dan diskusi antar responden
berupa pentingnya konsumsi sayur dan buah. yang kemudian melalui permainan ini membuat
Penggunaan media tersebut sangat efektif untuk responden memiliki perasaan terbuka untuk
meningkatkan hasil belajar seseorang karena menerima informasi atau suatu hal positif yang
melibatkan banyak panca indera sehingga baru sehingga media edukasi efektif
informasi yang dilihat dan didengar mudah meningkatkan pengetahuan yang berdampak
diterima. Pemilihan audiovisual sebagai media pada konsumsi sayur dan buah siswa-siswi
penyuluhan kesehatan dapat diterima dengan menjadi lebih baik.
baik oleh responden karena media promosi Media edukasi dengan mengaplikasikan
kesehatan ini yang lebih menarik, tidak gambar dan suara lebih baik dalam memberikan
monoton, dan dapat meningkatkan pengetahuan informasi, seperti penelitian di Padang yang
kesehatan. membandingkan media booklet dan media video
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pada siswa MTS mengenai konsumsi sayur dan
media audiovisual dapat meningkatkan buah. Selain itu, media video dilaporkan lebih
pengetahuan, sikap, dan norma subjektif pada efektif dalam memperbaiki perilaku konsumsi
kelompok intervensi dibandingkan kelompok sayur buah (Rahmayanti, 2018). Media
kontrol (Rahman, Setyowati and Ifroh, 2019). audiovisual lebih baik dalam memberikan
Penelitian lain mengungkap bahwa penggunaan informasi, namun tergantung dari jenis informasi
media visual (gambar) buah dan sayur dapat yang diberikan (Martos-Cabrera et al., 2019;
meningkatkan konsumsi buah dan sayur, dan Rahman, Setyowati and Ifroh, 2019).
porsi buah dan sayur dalam gambar sajian Penerimaan materi edukasi dapat dipengaruhi
(banyak/sedikit) juga berpengaruh terhadap kemampuan literasi responden dalam menerima
kebiasaan makan anak (Sharps, Thomas and dan mengolah informasi gizi yang didapat untuk
Blissett, 2020). Komunikasi, Informasi dan nantinya mempengaruhi perilaku sehari-hari (de
Edukasi (KIE) Gizi dengan media leaflet, kartu Leeuw et al., 2015).
bergambar, tebak gambar, dan media lainnya d. Pemberian Video Edukasi Kreasi Masakan
juga terbukti dapat meningkatkan pengetahuan Sayur dan Buah
siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor
(Sartika, 2012). Program gizi yang kedua adalah edukasi
Hasil penelitian-penelitian tersebut sejalan orang tua siswa/i kelas 5C SDI Al-Azhar 14
dengan temuan pada penelitian ini. Program gizi Semarang. Progam ini dilakukan dengan
berbasis sekolah berupa edukasi mengenai memberikan video kreasi pengolahan dan
konsumsi sayur dan buah kepada siswa penyajian sayur dan buah yang dilakukan
bertujuan untuk meningkatan pengetahuan siswa dengan bekerja sama dengan wali kelas.
terkait asupan sayur dan buah telah mencapai Program ini bertujuan meningkatkan praktik
indikator keberhasilan > 80% siswa mengalami konsumsi sayur dan buah siswa dan
peningkatan pengetahuan mengenai sayur dan meningkatkan kreativitas orang tua dalam
buah setelah menonton video edukasi animasi mengolah dan menyajikan menu sayur dan buah
yang telah diberikan. Selain itu, selama proses dengan indikator keberhasilan adanya 50%
edukasi berlangsung, peserta sangat antusias partisipasi orang tua/wali murid dalam
mendengarkan dan menyimak video sehingga pembuatan kreasi sayur dan buah serta
informasi yang diberikan dapat diterima dengan peningkatan asupan sayur buah siswa/i.
mudah. Gabungan pemberian video edukasi Edukasi yang diberikan kepada pihak orang
setelah dilakukan permainan kuis interaktif tua berupa video kreasi pengolahan dan
berbasis online dengan ‘Kahoot!’ efektif dalam penyedian sayur dan buah. Tujuan dari
meningkatkan hasil nilai/poin dari kuis tersebut. pemberian video edukasi ini adalah dapat
meningkatkan kreativitas orang tua dalam

116
Ladiba, et al Vol. 5, No. 2, Nov 2021
mengolah dan menyajikan menu sayur dan buah berupa kurangnya berpartisipasi penuh dan
sehingga dapat meningkatkan praktik konsumsi komitmen dari kelompok sasaran. Dalam
sayur buah pada anak. Program edukasi penelitian ini, diketahui bahwa informasi gizi
diberikan karena orang tua merupakan salah yang diberikan kepada orang tua siswa/i belum
faktor yang mempengaruhi konsumsi sayur dan dapat diterima dan diolah dengan baik sehingga
buah pada anak. Ibu berperan penting dalam praktiknya juga belum sesuai harapan. Hal ini
semua aspek yang berkaitan dengan pengaturan dapat dikarenakan terbatasnya akses personal
makan keluarga. Peran ibu dapat dilihat dari ada langsung kepada orang tua dan sebagian besar
tidaknya pemberian dukungan kepada anak orang tua siswa/i bekerja dari pagi hingga sore
untuk mengkonsumsi sayur dan buah sesuai sehingga tidak memiliki waktu yang cukup
anjuran. Dukungan ibu dapat ditunjukkan untuk membuat kreasi sayur dan buah.
melalui upaya ibu dalam mengenalkan beragam
jenis sayur dan buah kepada anak, memberikan
e. Advokasi Program Gizi dengan Pihak
informasi terkait manfaat sayur dan buah pada
Sekolah
anak serta melakukan upaya dalam membujuk
anak ketika anak menolak untuk mengkonsumsi Program gizi yang selanjutnya adalah
sayur dan buah (Maranata and Widyatuti, 2020). advokasi dengan pihak sekolah SDI Al - Azhar
Penelitian lain melaporkan adanya 14 Semarang. Program ini dilakukan dengan
hubungan antara peran orang tua dengan memberikan advokasi mengenai penyisipan
konsumsi buah dan sayur pada anak sekolah materi gizi pada proses pembelajaran
(Nisa et al., 2020). Orang tua dapat berperan menggunakan booklet dan pemberian poster
sebagai promotor dalam pendidikan gizi pada terkait gizi kepada pihak sekolah yang bertujuan
siswa sekolah. Orang tua juga dapat berperan meningkatkan partisipasi sekolah dalam
aktif dalam meningkatkan iklim sekolah yang penerapan gizi seimbang pada siswa dengan
baik terkait gizi melalui advokasi. Pelatihan indikator keberhasilan pihak sekolah
yang dilakukan kepada orang tua siswa terbukti menyepakati adanya penyisipan materi gizi pada
dapat meningkatkan self-efficacy, pengetahuan, proses pembelajaran. Metode yang digunakan
dan sikap untuk mengadvokasi praktik kesehatan agar advokasi tercapai ialah dengan melakukan
di lingkungan sekolah (Jara et al., 2014). komunikasi dengan baik serta melakukan
Pelaksanaan program edukasi kepada orang lobbying dengan pembuat keputusan yang dalam
tua siswa/i dalam program ini dapat dikatakan hal ini ialah kepala sekolah SD Islam Al-Azhar
tidak tercapai sesuai target yang telah ditetapkan 14 Semarang. Tim pelaksana menyampaikan
sebelumnya. Hal ini dapat dikarenakan target gagasan terkait program yang diajukan dan
yang ditetapkan adalah praktik (perubahan menyediakan beberapa opsi pilihan program
perilaku) yang tidak dapat terjadi dalam waktu yang memungkinkan untuk dilakukan.
yang singkat. Menurut WHO perubahan perilaku Kesepakatan yang diperoleh yakni pihak sekolah
terdiri dari perubahan alami, terencana, dan menerima dan bersedia mendukung program
kesediaan untuk berubah. Perubahan alamiah kami.
dapat disebabkan oleh kejadian alamiah, Advokasi adalah upaya atau proses yang
perubahan terencana adalah perubahan yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
terjadi karena direncanakan sendiri oleh subjek, komitmen dan dukungan dari pihak yang
sedangkan kesediaan untuk berubah disebabkan memiliki kewenangan (Notoatmodjo, 2012).
oleh adanya inovasi dalam masyarakat. Edukasi Advokasi dalam program gizi di sekolah ini
dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dilakukan kepada pihak sekolah. Isi advokasi
terjadi proses internal dalam diri individu dan yang disampaikan dan telah disepakati adalah
mendorong kesiapan untuk berubah. Namun, hal penyisipan materi gizi seimbang saat kegiatan
ini tentunya sangat variatif dan perlu waktu belajar mengajar. Materi gizi akan diberikan
cukup banyak dalam menciptakan perilaku baru dalam bentuk media poster dan buku kepada
yang tahan lama (Notoatmodjo, 2012). Dalam pihak sekolah guna membantu wali kelas dalam
pelaksanaan program ini juga terdapat kendala

117
Ladiba, et al Vol. 5, No. 2, Nov 2021
penyampaian materi terkait gizi. Materi gizi sekolah. Program edukasi gizi mengenai sayur
yang diberikan mengenai gizi seimbang meliputi dan buah menunjukan bahwa 85,7% siswa
4 pilar gizi seimbang, pesan khusus gizi mengalami peningkatan pengetahuan setelah
seimbang untuk anak sekolah, dan panduan gizi program dilakukan. Pelaksanaan program
berupa tumpeng gizi seimbang dan piring advokasi gizi (Voniz) juga berjalan sesuai
makanku. indikator keberhasilan yang ditentukan. Akan
Pendidikan gizi pada usia sekolah dasar tetapi, program edukasi kreasi sayur dan buah
perlu dilakukan karena pendidikan gizi yang (Berkah) tidak berjalan sesuai dengan indikator
dilakukan pada anak usia sekolah efektif untuk keberhasilan program yaitu peningkatan praktik
mengubah pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi sayur dan buah siswa serta
makanan. Anak usia sekolah lebih mudah untuk peningkatan kreativitas wali murid dalam
mengubah perilaku dibandingkan dengan orang mengolah dan menyajikan sayur dan buah.
dewasa. Pendidikan gizi yang diberikan Saran yang kami berikan yaitu perlu adanya
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan komunikasi secara personal dengan wali murid
anak usia sekolah dasar mengenai pedoman gizi dan perlu mengadakan program konseling
seimbang. Selanjutnya, diharapkan pengetahuan kepada wali murid sehingga penyebab
tersebut dapat mempengaruhi sikap dan praktik permasalahan gizi pada anak dapat diketahui
sebagaimana penelitian sebelumnya bahwa secara personal dan solusi yang diberikan sesuai
pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan dengan penyebab permasalahan gizi serta waktu
praktik gizi seimbang dalam keseharian (Kim et pelaksanaan lebih fleksibel menyesuaikan
al., 2019). Penyisipan materi gizi pada kegiatan dengan kondisi wali murid. Optimalisasi strategi
belajar mengajar diharapkan dapat berjalan juga diperlukan dengan melibatkan guru, orang
secara terus menerus dan dapat memberikan tua, dan siswa untuk menciptakan kebiasaan
pengetahuan yang lebih kepada siswa/i terkait makan yang baik pada siswa Sekolah Dasar.
gizi, mengingat di SDI Al-Azhar 14 Semarang
belum pernah melakukan edukasi gizi baik DAFTAR PUSTAKA
kepada siswa/i maupun pihak wali murid. Burhaein, E. 2017. Aktivitas Fisik Olahraga
Sebuah penelitian melaporkan bahwa untuk Pertumbuhan dan Perkembangan
diperlukan adanya strategi dalam peningkatan Siswa SD. Indonesian Journal of
kebiasaan makan yang sehat pada siswa Sekolah Primary Education. 1(1), p. 51..
Dasar yang melibatkan guru, orang tua, dan Dakhi, A. 2019. Hubungan Pendapatan
siswa. Perlu adanya pendidikan gizi bagi guru Keluarga, Pendidikan, dan Pengetahuan
Sekolah Dasar, pendekatan terhadap kurikulum Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian
Stunting pada Anak Umur 6-23 Bulan di
belajar (pendidikan gizi dapat diintegrasikan
Wilayah Kerja Puskesmas Jati Makmur
dalam matematika, sains, dan Bahasa inggris),
Binjai Utara. Jurnal Kesehatan
perlu adanya penguatan melalui penyediaan Masyarakat Indonesia. VIII, pp. 3–77.
kafetaria yang sehat, dan De, P. and Chattopadhyay, N., 2019. Effects of
keikutsertaan/keterlibatan orang tua untuk malnutrition on child development:
meningkatkan pendidikan gizi di Sekolah Dasar Evidence from a backward district of
(Perera et al., 2015). Optimalisasi strategi India. Clinical Epidemiology and
diperlukan untuk menciptakan kebiasaan makan Global Health, 7(3), pp.439-445.
yang baik pada siswa Sekolah Dasar. Fanzo, J., Hawkes, C., Udomkesmalee, E.,
Afshin, A., Allemandi, L., Assery, O.,
Baker, P., Battersby, J., Bhutta, Z.,
KESIMPULAN Chen, K. and Corvalan, C., 2018. 2018
Tiga program gizi yang dilaksanakan terdiri Global Nutrition Report: Shining a light
dari edukasi gizi mengenai sayur dan buah to spur action on nutrition.
(Barbar 5C) untuk siswa 5C, edukasi kreasi Finantaka, D. D. et al. 2015. Hubungan
sayur dan buah (Berkah) untuk wali murid, dan Kebiasaan Jajan di sekolah dengan
program advokasi gizi (Voniz) untuk pihak Status Kesehatan Siswa di Sekolah

118
Ladiba, et al Vol. 5, No. 2, Nov 2021
Dasar Negeri 013 Kelurahan Sanipah nursing staff: A systematic review’,
Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai International Journal of Environmental
Kartanegara. Research and Public Health, 16(17), pp.
Fuglestad, A. J., Rao, R. and Georgieff, M. K. 1–13. doi: 10.3390/ijerph16173039.
2006. The role of Nutrition in cognitive Mumpuni SDP (2012) Gambaran Perilaku
development. Nutrition and Cognitive Picky Eater dan Faktor yang
Development, pp. 612–626. Melatarbelakanginya pada Siswa
Hanson, K. L. et al. 2019. Fruit and Vegetable PAUD Kasih Ananda Bekasi Tahun
Preferences and Practices May Hinder 2012. University of Indonesia.
Participation in Community-Supported Nisa, S. H. et al. (2020) ‘Peran Orang Tua
Agriculture Among Low-Income Rural Berhubungan dengan Konsumsi Buah
Families. Journal of Nutrition dan Sayur pada Siswa SMP Hang Tuah
Education and Behavior, 51(1), pp. 57– 2 Jakarta’, ARGIPA, 5(1), pp. 44–54.
67. doi: 10.22236/argipa.v5i1.3894.
Herliana Endang Supriyatini, P.M., S. F. and Notoatmodjo, S. (2012) Promosi Kesehatan dan
Rahfiludin, Z. (2013) ‘Faktor Risiko Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Gizi Lebih pada Anak Umur 9-11 Tahun Cipta.
di Sekolah Dasar Marsudirini Semarang Nuryani, N. and Rahmawati, R. (2018)
Tahun 2016 `’, Jurnal Kesehatan ‘Kebiasaan jajan berhubungan dengan
Masyarakat (E-Journal), 53(9), pp. status gizi siswa anak sekolah di
1689–1699. Kabupaten Gorontalo’, Jurnal Gizi
Jara, E. A. et al. (2014) ‘Child, Adolescent, and Indonesia (The Indonesian Journal of
School Health Focus Issue. Effects of a Nutrition), 6(2), pp. 114–122. doi:
Promotor Training on Local School 10.14710/jgi.6.2.114-122.
Wellness Advocacy Capacity’. doi: Perera, T. et al. (2015) ‘Improving Nutrition
10.1177/1524839912465877. Education in U . S . Elementary
Kesehatan, K. (2018) ‘Hasil Utama Schools : Challenges and
RISKESDAS 2018’. Opportunities’, Journal of Education
Kim, J. et al. (2019) ‘nutrients E ff ectiveness of and Practice, 6(30), pp. 41–50.
Teacher-Led Nutritional Lessons in Pratiwi, R. and Mardiyati, N. L. (2018) ‘Screen
Altering Dietary Habits and Nutritional time dengan konsumsi sayur dan buah
Status in Preschool Children : Adoption serta kenaikan berat badan pada
of a NASA Mission’, nutrients MDPI, mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan’,
11(1590). Jurnal Nutrisia, 20(2), pp. 53–60. doi:
Koyuncuo, N. (2014) ‘Overweight and Obesity 10.29238/jnutri.v20i2.10.
in Children and Adolescents’, J Clin Res Putra, H. P., Taufiq, A. R. and Juliani, A. (2013)
Pediatr Endocrinol, 6(3), pp. 129–143. ‘Studi Hubungan antara Tingkat
de Leeuw, A. et al. (2015) ‘Using the theory of Pendidikan dan Pendapatan Keluarga
planned behavior to identify key beliefs terhadap Sikap dalam Pengelolaan
underlying pro-environmental behavior Sampah Rumah Tangga’, Jurnal Sains
in high-school students: Implications for dan Teknologi Lingkungan, 5(2), pp.
educational interventions’, Journal of 91–101.
Environmental Psychology, 42(June), Putra, W. K. (2009) Faktor yang Berhubungan
pp. 128–138. doi: dengan Tingkat Konsumsi Sayuran pada
10.1016/j.jenvp.2015.03.005. Anak Sekolah Dasar (SD) Kembang
Maranata, R. and Widyatuti (2020) ‘Efektifitas Arum 01/02 Kecamatan Semarang
Intervensi Bermain Terhadap Konsumsi Barat, Kota Semarang. Universitas
Sayur Dan Effectiveness of Play Negeri Semarang.
Intervention on Consumption of Rachmi, C. N. et al. (2018) ‘Food choices made
Vegetables and Fruit in School-Aged by primary carers (mothers/
Children’, 10(2), pp. 251–256. grandmothers) in West Java, Indonesia’,
Martos-Cabrera, M. B. et al. (2019) ‘Hand Appetite, 130(38), pp. 84–92. doi:
hygiene teaching strategies among 10.1016/j.appet.2018.08.005.

119
Ladiba, et al Vol. 5, No. 2, Nov 2021
Rahman, W., Setyowati, D. L. and Ifroh, R. H. 7(2), pp. 76–82.
2019. Effect of Health Education of Sharps, M. A., Thomas, E. and Blissett, J. M.
Safety Riding Using Audiovisual Media 2020. Using pictorial nudges of fruit and
on Knowledge, Attitudes and Subjective vegetables on tableware to increase
Norms of Junior High School Students children’s fruit and vegetable
in Samarinda Indonesia. Public Health consumption. Appetite, 144(June 2019),
of Indonesia, 5(3), pp. 54–61. p. 104457. doi:
Rahmayanti, N. 2018. Pengaruh Edukasi Gizi 10.1016/j.appet.2019.104457.
Dengan Metode Video Dan Booklet Swaminathan, S., Edward, B. S. and Kurpad, a
Terhadap Perubahan Perilaku Konsumsi V.2013. Micronutrient deficiency and
Buah Dan Sayur Pada Siswa Mtsn 1 cognitive and physical performance in
Kota Padang Tahun 2018. Universitas Indian children. European Journal of
Andalas. Clinical Nutrition, 67(5), pp. 467–74.
Rahmiwati, A. et al. 2019. Determinan Obesitas Wigati, S. 2019. Penggunaan Media Game
Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Kahoot Untuk Meningkatkan Hasil Dan
Kesehatan. 11(2), pp. 25–34. Minat Belajar Matematika. AKSIOMA:
Sartika, R. A. D. (2012) ‘Penerapan Komunikasi Jurnal Program Studi Pendidikan
, Informasi , dan Edukasi Gizi terhadap Matematika, 8(3), pp. 457–464.
Perilaku Sarapan Siswa Sekolah Dasar’,
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,

120

Anda mungkin juga menyukai