Akhlak Islami
Akhlak Islami
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Muhammad Rangga (2384130095)
2. Hanifiyyah Muthohharoh (2384130098)
3. Luxyana Permata putri (2384130117)
Kelas: BKI 2C
1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2020) hal. 126.
2
Ibd. hal. 126.
3
Ibd. hal. 126-127.
2
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
sang pencipta. Terdapat beberapa alasan mengapa manusia perlu berakhlak
kepada Allah. Pertama, karena Allah telah menciptakan manusia. Berdasarkan
QS. Al-Mu’minun: 12-13, Allah mengatakan bahwa manusia diciptakan dari
tanah yang kemudian diproses menjadi benih lalu disimpan dalam rahim,
sehingga terbentuk menjadi segumpal darah lalu segumpal daging, akhirnya
terbentuknya tulang yang dibalut dengan daging yang selanjutnya diberi roh.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita berterimakasih kepadang sang pencipta.
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan kesempurnaan dengan
melengkapinya pancaindera berupa penglihatan, pendengaran, akal pikiran
serta hati, disamping anggota badan yang kokoh. (Berdasarkan QS An-
Nahl:78). Ketiga, sebab Allah telah menyediakan berbagai fasilitas yang
diperlukan bagi keberlangsungan hidup manusia, seperti adanya makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, adanya air, udara, binatang ternak dan
sebagainya. (Berdasarkan QS Al-Jatsiyah: 12-13). Keempat, Allah telah
memuliakan manusia dengan diberi kemampuan untuk menguasai daratan dan
lautan. (Berdasarkan QS Al-Isra’:70). Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
berakhlak kepada Allah, diantaranya dengan tidak menyekutukan-Nya,
senantiasa bertawakkal kepada-Nya, ikhlas dan ridha dengan semua kehendak-
Nya, serta dengan beribadah dan bertaubat.
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Salah satu bentuk berakhlak kepada sesama manusia yaitu dengan tidak
melakukan hal-hal yang negatif dan merugikan, seperti membunuh, menyakiti
fisik maupun hati seseorang serta menceritakan aib seseorang. Selain itu, tidak
berprasangka buruk kepada seseorang, dan menjadi seseorang yang pemaaf serta
dapat mengendalikan nafsu amarah.
3. Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan disini yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia, baik itu binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak
bernyawa. Salah contoh satu akhlak kepada tumbuh-tumbuhan yaitu dengan
tidak memetik bunga sebelum mekar ataupun memetik buah yang belum matang,
3
karena hal ini tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai
tujuan penciptaanya. Hal ini berarti manusia dituntut untuk menghormati proses
yang sedang berjalan serta agar tidak membuat kerusakan.
4
Samsul Munir A, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016) hal. 64.
4
ajaran akhlak dalam Islam akan dipatuhi oleh pemeluknya, karena mereka merasa
harus melaksanakan kewajiban agama sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini tentu
berbeda dengan akhlak yang diciptakan oleh hasil pemikiran manusia.
5. Pengawasan yang Menyeluruh
Agama merupakan pengawas yang kuat dan menyeluruh. Sama halnya dengan hati
nurani dan akal yang hidup berdasarkan bimbingan agama juga merupakan
pengawas. Akal dan hati Nurani dapat dijadikan ukuran dalam menetapkan hukum
dan ikhtiar. Misalnya dalam memberikan keputusan dan petunjuk kepada yang baik,
yang hak dan yang halal terhadap suatu perkara yang tidak dijelaskan dalam nash.
Oleh karena itu, akhlak dalam Islam pengawasannya bersifat menyeluruh bagi
seluruh umat manusia pemeluk agama Islam. Pengawasan tersebut berasal dari
ajaran agama, maka setiap pemeluk agama harus mengetahui nilai-nilai akhlak yang
sesuai dengan ajaran Islam.
5
Mahjuddin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000) hal. 25.
6
Ibd. hal. 26.
5
turunan dari ayah atau ibunya. Dan kadang anak mewarisi kecerdasan (sifat al-
aqliyah) dari ayahnya, lalu mewarisi sifat baik (sifat al-khuluqiyah) dari ibunya
ataupun sebaliknya.
3. Faktor Lingkungan dan Adat Kebiasaan
Pembentukan akhlak manusia, sangat ditentukan oleh lingkungan alam dan
lingkungan sosial (faktor adat kebiasaan). Dalam ilmu pendidikan disebut dengan
faktor empiris (pengalaman hidup manusia). Pertumbuhan dan perkembangan
manusia, ditentukan oleh faktor dari luar dirinya, yaitu faktor pengalaman yang
disengaja, maupun yang tidak. Pengalaman yang disengaja, termasuk pendidikan
dan pelatihan, sedangkan yang tidak disengaja yakni termasuk lingkungan alam.
Faktor dalam diri manusia yaitu pembawaan yang selalu membentuk akhlak baik
manusia, sedangkan faktor dari luar yaitu pengaruh dari lingkungan alam dan
lingkungan sosialnya, ada kalanya berpengaruh baik, dan ada kalanya berpengaruh
buruk. Ketika manusia lahir di lingkungan yang baik, maka akan berpengaruh pada
akhlak yang baik, begitupun sebaliknya. Dengan demikian, pentingnya pendidikan
dan bimbingan akhlak sangat diperlukan untuk membentuk akhlak yang baik bagi
manusia agar tidak terpengaruh lingkungan.
4. Faktor Agama (Kepercayaan)
Agama sebagai suatu sistem kepercayaan, maka ia harus selalu menjadi pegangan
dalam kehidupan spiritual yang berbentuk ajaran keimanan dan ketakwaan, yang
akan menjadi motivasi dan pengendali dalam setiap sikap dan perilaku hidup
manusia.
6
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. (2020). Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Depok: PT Raja
Grafindo Persada.