Anda di halaman 1dari 14

Mengawal Pilkada Serentak 2024

Titi Anggraini
Anggota Dewan Pembina Perludem

IG: @tanggraini, Twitter: @titianggraini


YouTube: Titi Anggraini, TikTok: titianggraini79
Kinerja Menurun Demokrasi Indonesia
• The Economist Intelligence Unit (EIU).
• DEMOCRACY INDEX 2023 AGE OF CONFLICT.
• Memasukkan Indonesia dalam rezim demokrasi cacat
(flawed democracy) dari 4 tipe rezim yang ada (demokrasi
penuh (full democracy), demokrasi cacat atau flawed
democracy, rezim hibrida (hybrid regime), dan rezim otoriter
(authoritarian regime).
• Indonesia pada peringkat 56 dunia (menurun dua peringkat).
Electoral Integrity Global Report 2023
• Indonesia mendapat skor 64 (dari maksimal 100) yang menempatkannya
dibawah Taiwan, Jepang, Mongolia, Timor Leste, dan Bhutan.
• Seperti halnya indeks demokrasi, integritas pemilu tertinggi juga ada di
Eropa Barat, dengan negara-negara Nordik Denmark (87) dan Swedia (81),
bersama Austria (83) dan Slovenia (80).
• Pemilu dengan tingkat integritas pemilu terendah mencakup pemilu di
negara-negara Afrika Sub-Sahara, dengan Republik Kongo (27), Angola (31),
dan Guinea Ekuatorial (16).
• Indikator integritas lingkungan kampanye merupakan tahapan dengan skor
terendah dalam siklus pemilu, sedangkan dana kampanye dan media
kampanye menempati peringkat terbawah.
• Sebaliknya, prosedur pemilu, penghitungan suara, dan hasil secara
keseluruhan mempunyai nilai yang tinggi.
KERANGKA HUKUM PEMILU DAN PILKADA
PEMILU PEMILIHAN (PILKADA)

UU No. 7 Tahun 2017 tentang UU No. 1 Tahun 2015 tentang Penetapan


Pemilihan Umum (mengatur Perpu No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Penyelenggara Pemilu, Pilpres, Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi
dan Pileg) jo. UU 7/2023. Undang-Undang sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 8 Tahun 2015, UU No. 10
Tahun 2016, dan UU No. 6 Tahun 2020

1. Peraturan Komisi Pemilihan Umum


Regulasi 2. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum
3. Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
Teknis 4. Peraturan Mahkamah Konstitusi
5. Peraturan Mahkamah Agung
6. Peraturan Bersama Ketua Bawaslu, Kapolri, dan Jaksa
Agung tentang Sentra Gakkumdu
Mengawal Kesiapan Pilkada 2024
• Anggaran: tersedia dengan cukup dan dicairkan tepat waktu.
• Regulasi: tidak mepet waktu dan disosialisasikan dengan
baik.
• Personel: direkrut sesuai jadwal dan dilatih dengan optimal
untuk profesionalitas dan berintegritas penyelenggara
pemilu.
• Sosialisasi dan diseminasi informasi pilkada secara masif.
Khususnya karena ada pengaturan berbeda antara pemilu
dan pilkada agar tidak ada bias pemahaman publik soal
penyelenggaraan pilkada.
Jadwal Pilkada
• Putusan MK No.12/PUU-XXII/2024 dan No.27/PUU-XXII/2024: pilkada
harus dilakukan sesuai jadwal yang telah diatur dalam UU No.10 Tahun
2016 secara konsisten. Hal itu untuk menghindari adanya tumpang
tindih tahapan-tahapan krusial pilkada serentak 2024 dengan tahapan
pemilu 2024 yang belum selesai. Mengubah jadwal pilkada serentak
dianggap MK akan dapat mengganggu dan mengancam
konstitusionalitas penyelenggaraan pilkada serentak.
• Peraturan KPU No.2 Tahun 2024 tentang Tahapan dan Jadwal Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota Tahun 2024.
• KPU menetapkan Rabu, 27 November 2024 sebagai hari pemungutan
dan penghitungan suara di seluruh wilayah Indonesia.
• Pilkada akan berlangsung untuk memilih gubernur di 37 provinsi,
bupati di 415 kabupaten, dan walikota di 93 kota secara bersamaan
(545 daerah pilkada).
Tiga Tipologi Malapraktik Pemilu
Hasil pemilu bukan sekadar angka final yang serta merta valid dan tidak bisa dipersoalkan. Sebab,
angka perolehan suara juga bisa dihasilkan dari sebuah proses pemilu yang bermasalah, proses yang
melanggar asas dan prinsip pemilu demokratis.

Suatu pemilu bisa saja dihasilkan akibat adanya malapraktik pemilu.


a. The manipulation of rules (manipulasi aturan pemilu).
b. The manipulation of voters (manipulasi pemilih).
c. The manipulations of votes (manipulasi suara).

Maka itu, dalam pemilu dikenal skema keadilan pemilu (electoral justice) untuk memperjuangkan
hasil pemilu yang benar-benar murni dihasilkan dari suatu proses pemilu yang bebas dan adil
(genuine elections), kehendak bebas pemilih yang dibuat tanpa manipulasi apapun.

Sarah Birch, Electoral Malpractice (Oxford: Oxford University Press, 2011).


JUMLAH PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA PEMILU
PEMILIHAN 2018 PEMILU 2019 PEMILIHAN 2020

68
PUTUSAN
361
PUTUSAN
174PUTUSAN

TREN PUTUSAN: • TREN PUTUSAN: • TREN PUTUSAN:

• Netralitas kepala Desa & ASN, Pasal • Politik Uang, Pasal 523 & Pasal • Netralitas kepala Desa & ASN, Pasal
188 Jo. Pasal 71 (33 Putusan) 521 (83 Putusan) 188 Jo. Pasal 71 (73 Putusan)
• Menggunakan fasilitas pemerintah, • Mencoblos lebih dari sekali, Pasal • Politik Uang, Pasal 187A (23 Putusan)
tempat ibadah & Pendidkan, Pasal 187 516 & 533 (65 Putusan) • Memberi suara lebih dari sekali, Pasal
ayat (3) (7 Putusan) • Menyebabkan suara tidak bernilai, 178B (13 Putusan)
• Politik Uang, Pasal 187A (6 Putusan) adanya tambahan atau • Menggunakan fasilitas pemerintah,
• Kampanye di luar jadwal, Pasal 187 pengurangan hasil suara, Pasal tempat ibadah & Pendidkan, Pasal 187
ayat (1) (4 Putusan) 532 (43 Putusan) ayat (3) (10 Putusan)
• Netralitas kepala Desa, Pasal 490
(31 Putusan)
PENGATURAN TERKAIT ASN PADA UU PEMILU DAN PEMILIHAN
UU PEMILU UU PEMILIHAN GUB, BUP, WALKOT
1. Pasal 93, Bawaslu bertugas : huruf f, mengawasi netralitas aparatur sipil
negara, netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas 1. Pasal 7 ayat (2) huruf t, Calon Gubernur dan
anggota Kepolisian Republik Indonesia;
2. Bakal Calon anggota DPR, DPD, DPRD harus mengundurkan diri sebagai Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon
ASN, yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon
ditarik kembali (Pasal 182 huruf k, dan Pasal 240 ayat (2) huruf h)
3. Pasal 280 ayat (2) huruf f, Pelaksana dan/atau tim kampanye dalam
Wakil Walikota harus menyatakan secara
kegiatan Kampanye Pemilu dilarang mengikutsertakan: aparatur sipil tertulis pengunduran diri sebagai Pegawai
negara; ayat (3), setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Negeri Sipil sejak ditetapkan sebagai
dilarang ikut serta sebagai pelaksana dan tim Kampanye pemilu;
4. Pasal 282, Pejabat negara, pejabat strukural, dan pejabat fungsional pasangan calon peserta Pemilihan;
dalam jabatan negeri, serta kepala desa dilarang membuat keputusan 2. Pasal 70 ayat (1) huruf b, Dalam kampanye,
dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu Peserta Pemilu selama masa Kampanye. pasangan calon dilarang melibatkan aparatur
5. Pasal 283 (1) Pejabat negara, pejabat stuktural dan pejabat fungsional sipil Negara;
dalam jabatan negeri serta aparatur sipil negara lainnya dilarang
mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
3. Pasal 71 ayat (1), Pejabat aparatur sipil negara
Peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa Kampanye; ayat dilarang membuat keputusan dan/atau
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan, tindakan yang menguntungkan atau
ajakan, imbauan, seruan atau pemberian barang kepada aparatur sipil
negara dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan merugikan salah satu pasangan calon;
masyarakat.
Ekses Politisasi ASN
• Akan diikuti malapraktik pemilu lainnya.
• Distorsi terhadap proses demokrasi: terciderainya praktik pemilu yang
bebas dan adil.
• Melemahnya transparansi dan akuntabilitas tata kelola pemerintahan.
• Tidak optimal dan efektifnya pelayanan publik.
• Potensi terjadi praktik korupsi dalam tata kelola pemerintahan daerah
sangat tinggi (rentan korupsi politik).
• Konflik dan benturan antarmassa sebagai ekses ketidakpuasan publik.
• Tujuan pembangunan dan kemajuan daerah tidak bisa tercapai
optimal.
Warga Berdaya untuk Pemilu Bebas dan Adil
• Memperkuat pengawasan pemilu dan akuntabilitas: KASN, Bawaslu,
Ombudsman, dll.
• Mengukuhkan warga negara berdaya untuk membentuk kultur
politik antikorupsi, melalui:
1) AKTIVISME/GERAKAN SOSIAL. Melalui berbagai gerakan
berbasis komunitas untuk literasi politik dan kontrol terhadap
pemerintahan dan pelayanan publik.
2) AKTIVISME HUKUM. Memanfaatkan saluran hukum yang
tersedia sebagai bentuk kontrol warga negara. Misal,
melaporkan ASN yang tidak netral.
3) Dengan dukungan AKTIVISME DIGITAL untuk perluasan
efektivitas jangkauan advokasi dan Gerakan pengawasan ASN
netral.

Anda mungkin juga menyukai