Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“TEORI TENTANG UANG DALAM ISLAM”


Diajukan untuk Dipresentasikan pada Mata Kuliah Model Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : M. Andriansyah, S.EI., ME

Di Susun Oleh :
Kelompok 4
1. Ahmad Syukron (211610238)
2. Ridho Rahadian (211610263)
3. Rahmawati (211610260)
4. Binti Nurchasanatul Jajiyah (211610278)

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANGHARI

1
TAHUN 2024

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah Swt atas segala rahmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah berjudul “Teori Tentang Uang Dalam Islam” dengan lancar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat lulus mata kuliah Model
Ekonomi Islam. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan saran atas penyusunan makalah ini :
1. Bapak M. Andriansyah, S.EI., ME, selaku dosen pengampu mata kuliah
Model Ekonomi Islam.
2. Semua rekan sekelas dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca.

Muara bulian, April 2024

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Uang.................................................................................. 3
B. Ciri-Ciri Uang........................................................................................ 4
C. Fungsi Uang......................................................................................... 4
D. Uang sebagai Public goods, modal sebagai Private Goods................. 4
E. Uang sebagai flow concept, modal sebagai Stock concept.................. 6
F. Time Value of Money............................................................................ 7
G. Economic value of time........................................................................ 7
H. Profitability, Actual Return, Risk And Return Sharing .......................... 8
I. Expented Average Return Dan Interest Rate Return............................. 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban perekonomian dunia. Posisi
uang sangat strategis dalam satu sistem ekonomi, dan sulit digantikan dengan
variabel lainnya. Bisa dikatakan uang merupakan bagian yang terintegrasi dalam
satu sistem ekonomi. Sepanjang sejarah keberadaannya, uang memainkan peranan
penting dalam perjalanan kehidupan modern. Uang berhasil memudahkan dan
mempersingkat waktu transaksi pertukaran barang dan jasa. Uang dalam system
ekonomi memungkinkan perdagangan berjalan secara efisien.1
Ketika jumlah manusia semakin bertambah, maka peradabannya pun akan
semakin maju sehingga kegiatan dan interaksi antarsesama manusia pun akan
meningkat. Jumlah dan jenis kebutuhan manusia juga akan semakin beragam. Maka
dari itu, diperlukan alat tukar yang dapat diterima semua pihak untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Alat tukar inilah yang disebut dengan uang. Pada zaman
sekarang ini banyak orang menyalah artikan tentang uang, apalagi dunia ini sudah
berabad-abad didoktrin oleh prinsip konvensional yang tidak mengenal arti haram
dan halal.
Bahkan uang juga bisa berfungsi untuk hal yang haram, bahkan di Indonesia
yang mayoritas masyarakatnya muslim mendefinisikan uang berdasarkan
konvensional yang mempunyai konsep yang salah. Padahal Islam mempunyai
konsep tentang uang yang lebih baik. Para ekonom konvensional bahkan berdebat
tentang konsep uang berdasarkan konvensional itu sendiri. Ini berarti konsep
konvensional itu tidak sesempurna dibandingkan dengan konsep Islam. Apalagi
mereka mengatakan bahwa modal sering diidentikkan dengan uang sedangkan
dalam konsep Islam uang adalah uang dan modal adalah modal.

1
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Ekonomi Islam: Pengenalan Eksklusif (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm.239.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Uang ?
2. Apa saja Ciri-ciri Uang ?
3. Bagaimana Fungsi Uang ?
4. Bagaimana Uang sebagai Public goods, modal sebagai Private Goods ?
5. Uang sebagai flow concept, modal sebagai Stock concept t?
6. Time Value of Money ?
7. Economic value of time ?
8. Profitability, Actual Return, Risk And Return Sharing?
9. Expented Average Return Dan Interest Rate Return ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Uang.
2. Untuk mengetahui Ciri-ciri Uang.
3. Untuk mengetahui Fungsi Uang.
4. Untuk mengetahui Uang sebagai Public goods, modal sebagai Private Goods.
5. Untuk mengetahui Uang sebagai flow concept, modal sebagai Stock concept.
6. Untuk mengetahui Time Value of Money.
7. Untuk mengetahui Economic value of time.
8. Untuk mengetahui Profitability, Actual Return, Risk And Return Sharing.
9. Untuk mengetahui Expented Average Return Dan Interest Rate Return.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Uang
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu,
pengertiannya ada beberapa makna yaitu: al-naqdu berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, membedakan dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata
nuqud tidak terdapat dalam al-Quran dan hadis, karena bangsa Arab umumnya tidak
menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar
untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk
menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak. Mereka juga menggunakan wari’
untuk menunjukkan dirham perak, kata ‘ain untuk menunjukkan dinar emas.
Sedangkan kata fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang digunakan
untuk membeli barang-barang murah.
Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang dicetak, tapi
mencakup seluruh jenisnya dinar, dirham dan fulus.Untuk menunjukkan dirham dan
dinar mereka mengunakan istilah naqdain. Namun mereka berbeda pendapat
apakah fulus termasuk dalam istilah naqdain atau tidak.Menurut pendapat yang
mu’tamad dari golongan Syafi’iyah, fulus tidak termasuk naqd, sedangkan Mazhab
Hanafi berpendapat bahwa naqd mencakup fulus. Defenisi nuqd menurut Abu Ubaid
(wafat 224 H), seperti yang dikutip Ahmad Hasan dirham dan dinar adalah nilai
harga sesuatu. Ini berarti dinar dan dirham adalah standar ukuran nilai yang
dibayarkan dalam transaksi barang dan jasa.Senada dengan pendapat ini, Al-
Ghazali (wafat 595 H) menyatakan, Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai
hakim penengah diantara seluruh harta, sehinga seluruh harta bisa diukur dengan
keduanya. Ibn al-Qayyim (wafat 751 H) berpendapat dinar dan dirham adalah nilai
harga barang komoditas. Ini mengisyaratkan bahwa uang adalah standar unit ukuran
untuk nilai harga komoditas.
Pengertian uang secara konvensional atau kontemporer yaitu: Menurut
Robertson, uang adalah segala sesuatu yang diterima umum sebagai alat
pembayaran barang-barang. Menurut R.S Sayes mendefinisikan uang sebagai
segala sesuatu yang diterima umum untuk membayar hutang. Menurut A.C Pigou
memberikan definisi bahwa uang adalah segala sesuatu yang diterima umum untuk
dapat digunakan sebagai alat penukaran. Menurut Albert Gailort Hart, uang adalah
3
kekayaan yang mana pemiliknya dapat melunaskan hutangnya dalam jumlah yang
tertentu pada waktu itu juga. Dapat disimpulkan bahwa uang adalah benda-benda
yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar
menukar/perdagangan. Disetujui adalah terdapat kata sepakat di antara anggota-
anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat
perantara dalam kegiatan tukar menukar.2

B. Ciri-ciri Uang
Adapun ciri-ciri uang yaitu :
a. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
b. Mudah dibawa-bawa
c. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
d. Tahan lama
e. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih- lebihan)
f. Bendanya mempunyai mutu yang sama

C. Fungsi Uang
a. Uang sebagai perantara tukar menukar
b. Uang sebagai Ukuran Harga
c. Uang sebagai satuan nilai
d. Uang sebagai Media Transaksi
e. Uang sebagai alat bayaran tertunda
f. Uang sebagai alat penyimpan nilai
g. Uang Media Menyimpan Nilai

D. Uang sebagai Public goods, modal sebagai Private Goods


Dalam Islam, Capital is private goods, sedangkan money is pulic goods. Uang
ketika mengalir adalah publics goods (Flow concept), kemudian mengendap dalam
kepemilikan seseorang (stock concept), uang tersebut menjadi milik pribadi ( Pivate
goods). Pengertian tentang uang dan modal menurut jenis barangnya, yaitu uang
merupakan public goods artinya uang merupakan harta milik umum, Sedangkan
modal merupakan Private good artinya barang/harta milik pribadi. Artinya ketika
2
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.267.

4
uang itu masih beredar di masyarakat dan belum mengendap pada masyarakat itu
berarti bisa dikatakan public goods. Dan ketika sampai ketangan masyarakat dan
mengendap itu dikatakan modal atau private goods. Konsep public goods belum
dikenal dalam teori ekonomi Islam sampai tahun 1980-an. Baru setelah muncul
ekonomi lingkungan, maka kita berbicara tentang externalities, publlic good, dan
sebagainya.
Dalam Islam, konsep ini sudah lama dikenal, yaitu ketika Rasulullah
mengatakan bahwa “Manusia mempunyai hak bersama dengan tiga hal: air, rumput
dan api” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah). Dengan demikian berserikat
dalam hal public goods bukan merupakan hal yang baru dalam ekonomi islam.
Untuk lebih jelasnya konsep private dan public goods masing-masing dapat
diilustrasikan dengan mobil dan jalan tol. Mobil adalah private goods (Capital) dan
jalan tol adalah public goods (money). Apabila mobil tersebut menggunakan jalan tol
baru kita dapat menikmati jalan tol. Namun, apabila mobil tersebut tidak
menggunakan jalan tol, maka kita tidak akan dapat menikmati jalan tol tersebut.
Dengan kata lain jika uang diinvestikan dalam proses produksi, maka kita
baru akan mendapatkan lebih banyak uang. Sedangkan dalam konsep konvensional
uang capital dapat menjadi private goods. Maka bagi mereka jika mobil diparkir
digarasi ataupun digunakan dijalan tol, maka mereka akan tetap menikmati manfaat
dari jalan tol tesebut. Apakah uang diinvestasikan pada proses tersebut maka
mereka akan mendapatkan uang yang lebih banyak. Disinilah letak keanehan bunga
yang dikemukakan oleh para ekonom konvensional. Semakin cepat perputaran uang
akan semakain baik. Seperti contoh pada aliran air masuk dan aliran air keluar.
Sewaktu air mengalir, disebut sebagai uang, sedangkan apabila air tersebut
mengendapa maka bisa dikatakan capital. Wadah tempat mengendapnya
merupakan private goods sedangkan air merupakan adalah public goods.
Uang seperti air, apabila air (uang) dialirkan maka air ( uang ) tersebut akan
bersih dan sehat (bagi ekonomi). Apabila air (uang) dibiarkan mengendap dalam
suatu tempat (menimbun uang) maka air tersebut akan keruh. Uang adalah adalah
public good/milik masyarakat, dan oleh karenanya penimbunan uang (atau dibiarkan
tidak produktif) berarti mengurangi jumlah uang beredar. Implikasinya, proses
pertukaran dalam perekonomian terhambat. Disamping itu penumpukan uang/harta
juga dapat mendorong manusia

5
cenderung pada sifat-sifat tidak baik seperti tamak, rakus dan malas beramal (zakat,
infak dan sadaqah). Sifat-sifat tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik
terhadap kelangsungan perekonomian. Oleh karenanya Islam melarang
penumpukan / penimbunan harta, memonopoli kekayaan, “al kanzu” sebagaimana
telah disebutkan dalam QS. At Taubah 34-35 berikut:َ

E. Uang sebagai flow concept, modal sebagai Stock concept


Konsep Islam menyatakan uang merupakan sesuatu yang bersifat flow
concept, dan capital merupakan stock concept. Definisikan uang dikatakan flow
concept merupakan uang, uang itu mengalir pada khalayak ramai, sedangkan modal
merupakan stock concept karena modal itu merupakan persediaan. Maksudnya
uang itu masih mengalir pada masyarakat, dan digunakan oleh masyarakat sebagai
alat tukar, dan bukan hanya sebagai investasi produksi, jadi tidak bisa dikatan
sebagai stock concept, sedangkan modal merupakan persediaan dan diinvestasikan
untuk kegiatan produksi, dan merupakan stock concept.

6
F. Time Value of Money
Dalam Islam tidak dikenal dengan adanya time value of money, yang dikenal
adalah economic value of time. Teori time value of money adalah sebuah
kekeliruan besar karena mengambil dari ilmu teori pertumbuhan populasi dan ilmu
finance. Dalam menghitung pertumbuhan populasi digunakan rumus :
Pt = Po(1 + r)
Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam ilmu finance sebagai teori bunga
majemuk, menjadi:
FV = PV(1 + r)
Jadi future value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-t, present
value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-0, sedangkan tingkat
suku bunga dianalogikan dengan tingkat pertumbuhan populasi. Jelas hal ini keliru
besar, karena uang bukanlah makhluk hidup yang dapat berkembang biak dengan
sendirinya.3

G. Economic value of time


Dari penjelasan tersebut nilai uang tidak bisa didasarkan pada bertambahnya
waktu karena uang itu sendiri sebenarnya tidak memiliki nilai waktu. Namun,
waktulah yang memiliki nilai ekonomi (economic value of time). Keadaan seperti
inilah yang ditolak oleh ekonomi syariah, yaitu keadilan “al qhumu bi qhurmi’’
(mendapatkan hasil tanpa memperoleh resiko) dan “al kharaj bi la dhama”
(memperoleh hasil tanpa mengeluarkan biaya). Seperti yang telah diuraikan di atas,
dalam Islam tidak mengenal time volue of money, yang dikenal adalah economic
value of time. Contohnya dalam menghitung nisbah bagi hasil di Bank Syariah.4
Dalam proses penentuan nisbah ini, return on capital harus diperhitungkan.
Return on capital ini tidak sama dengan return on money. Return on capital
tergantung kepada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sector riil, sedangkan
return on money berkaitan dengan interest rate. Penentuan nisbah bagi hasil harus
ditentukan di awal, dan untuk itu digunakan projected return. Jika kemudian hari
ternyata actual return dari bisnis yang dibiayai tidak sama dengan angka
proyeksinya, maka yang digunakan angka aktual, bukan angka proyeksi. Hal ini
menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal time value of money. Time mempunyai
3
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami : Edisi 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008). hlm.,
87.
4
Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah, (Jakarta: Media Kita, 2011), hlm. 14.

7
economic value jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi
yang lain, sehingga menjadi capital dan dapat memperoleh return.5
Perbedaan antara konsep Islam dengan konsep konvensional

H. Profitability, Actual Return, Risk And Return Sharing


a. Definisi Profitability
Profitability yaitu konsep bagi hasil yang terdapat dalam system ekonomi
syariah. Dalam konsep ini bagi hasil yang nyata, resiko dan keuntungan ditanggung
bersama. Hasil yang nyata maksudnya pembagian hasil dibagi setelah kedua pihak
atau lebih yang sudah mendapatkan sharing (keuntungan).5
b. Mengukur profitabilitas
Mengukur profitabilitas atas investasi modal merupakan indicator penting atas
kekuatan perusahaan dalam jangka panjang.Angka ini menggunakan ukuran
ringkasan dari laporan laba rugi dan neraca untuk menilai profitabilitas. Untuk
mengukur profitabilitas ini ada beberapa keunggulan dibandingkan ukuran kekuatan
jangka panjang lainnya atau solvabilitas yang hanya mengandalkan pos neraca,
misalnya rasio utang terhadap ekuitas. Angka ini dapat mengungkapkan
pengembalian atas investasi modal secara efektif dari berbagai perspektif kontributor
pendanaan yang berbeda (kreditor dan pemegang saham).6
c. Definisi Risk

5
Karim, Ekonomi Makro, hlm. 88
6
6K.R. Subramanyam dan John J.Wild, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : Salemba Empat,
2011), hlm.143

8
Risiko dalam sistem profit-share (bagi hasil) tidak terdapat suatu fixed
andcertain return sebagaimana bunga, tetapi dilakukan loss and profit sharing
berdasarkan produktifitas nyata dari dana tersebut. Meskipun nisbah bagi hasil
disepakati pada saat awal, tetapi perolehan riil dari bagi hasil ini baru diketahui
setelah dana benar-banar menghasilkan. Jadi, hal yang bersifat pasti dari sistem ini
adalah nisbah bagi hasilnya, bukan nilai riil bagi hasilnya. Terdapat kemungkinan
fluktuasi dalam bagi hasil yang nyata, tergantung pada produktifitas nyata dari
pemanfaatan dana. Dalam industry keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon
“high risk bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih
besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam
investasi saham.
Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham secara tajam akan
membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika
harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung.
Dalam syariah kerugian dan keuntungan itu ditanggung bersama. Definisi Risk
(resiko) menurut para ahli
1) Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, Risiko adalah uncertainty about
future event
2) Joel G.Siegel dan Jae K.Sim mendefinisikan risiko pada 3 hal: a) Keadaan
yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat diperoleh
dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan. b) Variasi
dalam keuntungan penjualan atau variabel keuangan lainnya. c) Kemungkinan dari
sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau
posisi keuangan.
3) David K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet, Mengatakan
bahwa risiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated
assets and liabilities. Sehingga secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk
keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan
keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan.
4) Menurut salah satu definisi, risiko (risk) adalah sama dengan
ketidakpastian (uncertainty). Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu
keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan
yang merugikan.
5) Risiko investasi
9
Resiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan
antara actual return dan expected return, sehingga setiap investor dalam mengambil
keputusan investasi harus selalu berusaha meminimalisasi berbagai risiko yang
timbul, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap perubahan kondisi
ekonomi baik mikro ataupun makro akan mendorong investor untuk melakukan
strategi yang harus diterapkan untuk tetap memperoleh return.
d. Definisi Return Sharing
Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,
individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J.
Shook, return merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau deviden.
Hubungan Pengertian Risiko dan Tingkat Pengembalian Riskand return adalah
kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan individu dalam keputusan
investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan dalam suatu periode akuntansi.
Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:
 Bersifat linear atau searah.
 Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko.
 Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka
semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
 Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.

I. Expented Average Return Dan Interest Rate Return


Bisa dikatakan konsep ini merupakan konsep bunga yang ada di ekonomi
konvesional. Yaitu penetapan keuntungan penambahan nilai uang atau disebut
dengan bunga.Pembagian bunga ditentukan diawal sebelum adanya capital atau
keuntungan.jadi dalam konsep ini dipersentasikan dari rata-rata uang yang dipinjam
dalam beberapa waktu. Dalam konsep ini kerugian ataupun keuntungan tidak
ditanggung bersama tetapi ditanggung oleh pihak peminjam, sehingga pemodal
mendapatkan keuntungan berdasarkan persentasi yang telah di sepakati, jadi dalam
aplikasinya tidak mengenal risk dan return sharing. Besarnaya bunga (keuntungan)
ditentukan pada saat akad sehingga terdapat asumsi pemakaian dana pasti
mendapatkan keuntungan.
Dalam penentuan bunga berdasarkan dengan presentase atas modal (pokok
pinjaman). Besarnya bunga biasanya lebih ditentukan berdasarkan tingkat bunga
pasar (market interests rate). Sehingga dalam pembayarannya tetap sebagaimana
10
yang terdapat dalam perjanjian tidak terpengaruh pada hasil riil dari pemanfaatan
dana. Sebenarnya dalam ekonomi konvensional, penerapan time value of money
tidak senaif yang dibayangkan, misalnya dengan mengabaikan ketidak pastian
return yang akan diterima. Bila unsur ketidakpastian return ini dimasukkan, ekonomi
konvensioanal menyebut kompensasinya sebagai discount rate. Jadi, istilah discount
rate lebih bersifat umum dibandingkan istilah interest rate.
Jadi, dalam ekonomi konvensional ketidakpastian return dikonversi menjadi
suatu kepastian melalui premium for uncertainty. Dalam setiap investasi tertentu
selalu ada probabiliti untuk mendapatkan positif return, negatif return, dan no return.
Adanya probabiliti inilah yang menimbulkan uncertainty (ketidakpastian) dengan
sesuatu yang pasti, yaitu premium for uncertainty. Katakanlah probabiliti positive
return dan negative return masing masing sebesar 0,4; sedangkan probabiliti no
return sebesar 0,2. Yang dilakukan dalam perhitungan discount rate adalah
mempertukarkan probabiliti negative return (0,4) dan probabiliti no return (0,2) ini
dengan premium for uncertainty, sehingga yang tersisa tinggal probabiliti untuk
positive return (1,0). Keadaan inilah yang ditolak dalam ekonomi islam syari’ah, yaitu
keadaan al ghunmu bi la ghurmi (gaining return without responsible for any risk) dan
al kharaj bi la dhaman (gaining income without responsible for any expense).
Sebenarnya keadaan ini juga ditolak oleh teori finance, yaitu dengan menjelaskan
adanya hubungan antara risk dan return.
Dalam ekonomi syariah, penggunaan sejenis discount rate dalam
menentukan harga mu’ajjal (bayar tangguh) dapat digunakan. Hal ini dapat
dibenarkan:
 Jual beli dan sewa menyewa adalah transaksi yang termasuk dalam sektor riil
yang menimbulkan economic value added (nilai tambah ekonomis).
 Tertahannya hak sipenjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan
kewajibannya (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia tidak dapat
melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain.
Discound rate dapat pula digunakan dalam menentukan nisbah bagi hasil.
Dalam hal ini, nisbah dikalikan dengan actual return, bukan dengan expected return.
Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau transaksi sewa
menyewa, karena dalam transaksi bagi hasil hubungannya bukan antara penjual dan
pembeli, atau penyewa dan yang menyewakan. Yang ada adalah hubungan antara
pemodal dan yang memproduktifkan modal tersebut.Jadi, tidak ada pihak yang telah
11
melaksanakan kewajibannya, tapi masih tertahan haknya. Sipemodal telah
melaksanakan kewajibannya, yaitu memberikan sejumlah modal, yang
memprodukifkan modal juga telah melaksankan kewajibannya, yaitu
memproduktifkan modal tersebut. Hak bagi mereka berdua akan timbul ketika usaha
memproduktifkan modal tersebut telah menghasilkan pendapatan atau keuntungan
tersebut. Sesuai dengan kesepakantan awal, apakah bagi hasil itu akan dilakukan
berdasarkan pendapatan (ravanue sharing) atau berdasarkan keuntungan
(profitsharing).
Dengan kata lain, actual return tidak dipaksakan harus sama dengan
expected returnnya. Discount rate ditentukan atas dasar ekspektasi keuntungan, dan
digunakan untuk menentukan nisbah bagi hasil. Bagi hasil yang harus dibayar
adalah nisbah bagi hasil yang dikalikan dengan actual returnnya. Dengan kata lain
actual returnnya tidak harus sama dengan expected returnnya. Expected Rate of
Return adalah tidak ada investasi yang akan dilakukan kecuali tingkat pengembalian
yang diharapkan cukup tinggi untuk mengkompensasi investor untuk risiko dianggap
investasi. Misalnya, investor akan bersedia untuk membeli saham perusahaan jika
pengembalian yang diharapkan lebih tinggi dari tingkat bunga deposito bank.

BAB III
12
PENUTUP

Dari pembahasan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa, Ekonomi Islam
adalah ekonomi yang berbasis bagi hasil. Uang adalah benda-benda yang disetujui
oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar menukar/
perdagangan. Disetujui adalah terdapat kata sepakat di antara anggota- anggota
masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara
dalam kegiatan tukar menukar. Perbedaan konsep uang dalam ekonomi Islam dan
konvensional terdapat pada uang yang tidak identik dengan modal, uang adalah
public goods, modal adalah private goods, uang adalah flow concept, dan modal
adalah stock concept dalam konsep uang secara Islam.
Sedangkan konsep uang dalam konvensional yaitu uang seringkali
diidentikkan dengan modal, uang (modal) adalah private goods, Uang (modal)
adalah flow concept, dan Uang (modal) adalah stock concept. Dalam ekonomi bagi
hasil, maka yang digunakan untuk mekanisme ekonominya adalah nisbah bagi hasil
dan return usaha yang terjadi secara riil. Inilah, maknanya ajaran Islam yang
menganjurkan menggunakan konsep Economic Value of Time. Artinya, waktulah
yang memiliki nilai ekonomi, bukan uang memiliki nilai waktu. Faktor yang
menentukan nilai waktu adalah bagaimana seseorang memanfaatkan waktu itu.
Semakin efektif (tepat guna) dan efisien (tepat cara), maka akan semakin tinggi nilai
waktunnya.
Profitability (Profitable) yaitu konsep bagi hasil yang terdapat dalam system
ekonomi syariah. Dalam konsep ini bagi hasil yang nyata, resiko dan keuntungan
ditanggung bersama. Risiko dalam sistem profit-share (bagi hasil) tidak terdapat
suatu fixed andcertain return sebagaimana bunga, tetapi dilakukan loss and profit
sharing berdasarkan produktifitas nyata dari dana tersebut. Return atau
pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan institusi
dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
13
Nasution, Mustafa Edwin, dkk, Ekonomi Islam: Pengenalan Eksklusif (Jakarta:
Kencana, 2010)
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi: Teori Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)
Karim, Adiwarman A., Ekonomi Makro Islam, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
2006)
_________________., Ekonomi Makro Islami : Edisi 2, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008).
Subramanyam dn John J.Wild. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta : Salemba
Empat, 2011)
Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah, (Jakarta: Media Kita, 2011

14

Anda mungkin juga menyukai