Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Pancasila sebagai Ideologi, Karakter dan Kepribadian Bangsa

Indonesia

Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen Pengampu Hidayat, SPd,. M.ce

Disusun Oleh :

Sehabudin

Egi Saputra

Rifa Ulfah

Yuni Sri Mulyani

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM K.H.BADRUZZAMAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat

Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta

membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di

dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar

negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

merupakan kepribadian, karakter dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji

kebenaran, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu

memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia

Harus kita sadari bahwa pembangunan karakter bangsa bukan merupakan

tindakan sederhana dan mudah dilaksanakan. Keterbukaan informasi tidak hanya

membawa nilai positif bagi kehidupan bangsa, tetapi juga negative. Simak saja

perilaku seksual yang dilakukan oleh sejumlah anak di bawah umur, dikatakan

karena dipengaruhi oleh meniru perilaku seksual artis tertentu yang beredar luas

dan mudah diakses telepon seluler. Perilaku penyimpangan tidak akan terjadi

apabila seseorang memiliki kepribadian dan karakter kuat yang mampu menjadi

penyaring (filter) terhadap stimulant nilai-nilai negative yang tidak atau kurang

sesui dengan nilai luhur yang didukung oleh masyarakat Indonesia.


Hal ini sesuai Pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutan – urutan

yang bertingkat-tingkat, di mana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di

dalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat di pindahkan.Bagi

bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari Pancasila adalah sebagai

pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar Negara. Kedua pengertian tersebut

sudah selayaknya kita pahami akan hakikatnya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas kita dapat menyempitkan pembahasan dengan

menarik rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana Maksud Pancasila Sebagai Identitas bangsa Indonesia?

2. Pancasila Merupakan Dasar Karakter Bangsa?

3. Bagaimana pembinaan karakter bangsa yang didasarkan pada pancasila?

4. Bagaimana Peran Pancasila dalam membentuk karakter bangsa?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui tentang bagaimana pembianaan karakter bangsa dengan

Pancasila

2. Untuk mengetahui maksud pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia

3. Untuk menjelaskan dan mengetahui bahwa pancasila merupakan karakter

bangsa Indonesia.
4. Untuk mengetahui peran pancasila dalam membentuk karakter bangsa.

5. Untuk mengetahui penarapan nilai nilai pancasila dalam kehidupan

masyarakat.

D. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjadi bahan bacaan dan

referensi untuk mahasiswa lainnya karena materi diperoleh dari jurnal dan buku

buku tentang pancasila sehingga teruji secara ilmiah.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pancasila

Secara etimologi, nama pancasila terdiri dari dua kata yang berasa dari

bahasa Sanskerta, yaitu pañca berarti lima dan śīla yang berarti prinsip, dasar

atau asas. Jadi secara harfiah, “Pancasila” dapat diartikan sebagai “lima dasar”.

Menurut Muhammad Yamin Pancasila berasal dari kata Panca yang

berarti lima dan Sila yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku

yang penting dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang

berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.

Menurut Natanegoro Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia,

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah

dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia

sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai

pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

Ir Soekarno mengemukakan pendapatnya bahwa Pancasila adalah isi jiwa

bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam bisu oleh

kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi

lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.


Pancasila sebagai dasar dan falsafah bangsa memiliki banyak sekali

fungsi, berikut ini beberapa diantaranya,

1. Sebagai Karakter dan Jiwa Bangsa Indonesia

2. Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

3. Sebagai Sumber dari Segala Hukum

4. Sarana Pemersatu Masyarakat

5. Sebagai Identitas Nasional

6. Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

7. Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia

8. Menjadi Falsafah Hidup Bangsa

9. Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

10. Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia

11. Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

B. Pengertian Karakter

W.B. Saunders, (1977: 126) karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang

ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.

Gulo W, (1982: 29) karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak

etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan

dengan sifat-sifat yang relatif tetap.


Kamisa, (1997: 281) "karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi

pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter

artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian".

Selain itu menurut Menurut Doni Kusuma, karakter merupakan ciri, gaya,

sifat, atau pun katakeristik diri seseorang yang berasal dari bentukan atau pun

tempaan yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia

Sebagaimana diketahui bahwa setiap bangsa mana pun di dunia ini pasti

memiliki identitas yang sesuai dengan latar belakang budaya masing masing.

Budaya merupakan proses cipta, rasa, dan karsa yang perlu dikelola dan

dikembangkan secara terus-menerus. Budaya dapat membentuk identitas suatu

bangsa melalui proses inkulturasi dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas

bangsa Indonesia merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi

tersebut.

Kebudayaan itu sendiri mengandung banyak pengertian dan definisi.

Salahsatu defisini kebudayaan adalah sebagai berikut: ”suatu desain untuk hidup

yang merupakan suatu perencanaan dan sesuai dengan perencanaan itu masyarakat

mengadaptasikan dirinya pada lingkungan fisik, sosial, dan gagasan”

(Sastrapratedja, 1991: 144).

Apabila definisi kebudayaan ini ditarik ke dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, maka negara Indonesia memerlukan suatu rancangan masa depan bagi

bangsa agar masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan

baru, yakni kehidupan berbangsa yang mengatasi kepentingan individu atau

kelompok.
Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan hasil inkulturasi, yaitu proses

perpaduan berbagai elemen budaya dalam kehidupan masyarakat sehingga

menjadikan masyarakat berkembang secara dinamis.

(J.W.M. Bakker, 1984:22) menyebutkan adanya beberapa saluran

inkulturasi, yang meliputi: jaringan pendidikan, kontrol, dan bimbingan keluarga,

struktur kepribadian dasar, dan self expression. Kebudayaan bangsa Indonesia juga

merupakan hasil akulturasi sebagaimana yang ditengarai Eka Dharmaputera dalam

bukunya Pancasila: Identitas dan Modernitas. Haviland menegaskan bahwa

akulturasi adalah perubahan besar yang terjadi sebagai akibat dari kontak

antarkebudayaan yang berlangsung lama. Hal-hal yang terjadi dalam akulturasi

meliputi:

1. Substitusi; penggantian unsur atau kompleks yang ada oleh yang lain yang

mengambil alih fungsinya dengan perubahan structural yang minimal;

2. Sinkretisme; percampuran unsur-unsur lama untuk membentuk sistem baru;

3. Adisi; tambahan unsur atau kompleks-kompleks baru;

4. Orijinasi; tumbuhnya unsur-unsur baru untuk memenuhi kebutuhan situasi

yang berubah;

5. Rejeksi; perubahan yang berlangsung cepat dapat membuat sejumlah besar

orang tidak dapat menerimanya sehingga menyebabkan penolakan total atau

timbulnya pemberontakan atau gerakan kebangkitan (Haviland, 1985: 263).

Pemaparan tentang Pancasila sebagai identitas bangsa atau juga disebut

sebagai jati diri bangsa Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai literatur, baik dalam
bentuk bahasan sejarah bangsa Indonesia maupun dalam bentuk bahasan tentang

pemerintahan di Indonesia. As’ad Ali dalam buku Negara Pancasila; Jalan

Kemashlahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila sebagai identitas kultural

dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.

Karena tradisi dan kultur bangsa Indonesia dapat diitelusuri melalui peran agama-agama

besar, seperti: peradaban Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen.

Agama-agama tersebut menyumbang dan menyempurnakan konstruksi

nilai, norma, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam

masyarakat. Misalnya, konstruksi tradisi dan kultur masyarakat Melayu,

Minangkabau, dan Aceh tidak bisa dilepaskan dari peran peradaban Islam.

Sementara konstruksi budaya Toraja dan Papua tidak terlepas dari peradaban

Kristen. Demikian pula halnya dengan konstruksi 63 budaya masyarakat Bali

yang sepenuhnya dibentuk oleh peradaban Hindu (Ali, 2010: 75).

B. Pancasila Sebagai Karakter bangsa

1. Pancasila Adalah Dasar Karakter Bangsa

Pancasila sejak masa Orde Baru runtuh sampai sekarang ini dianggap

sebelah mata oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyimpangan yang

dilakukan oleh pemerintah dan telah melanggar nilai-nilai dari Pancasila.

Penyimpangan terbesar dan yang paling sulit untuk dibasmi adalah masalah

KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), masalah yang seolah-olah sudah

menjadi penyakit mendarah daging di Indonesia ini.


Pancasila yang sejak dahulu diciptakan sebagai dasar negara dan

sudah sejak nenek moyang kita digunakan sebagai pandangan hidup sudah

seharusnya dijadikan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan

bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Demikian juga bagi generasi muda,

Pancasila yang mulai kehilangan pamornya di kalangan generasi muda

diharapkan akan muncul kembali kejayaannya jika generasi muda mulai sadar

dan memahami fungsi Pancasila serta melaksanakan dalam kehidupan sehari-

hari. Akhir-akhir ini mulai banyak dibicarakan atau dipertanyakan tentang

wawasan kebangsaan generasi muda.

Banyak momentum dilakukan, mulai dari seminar, lokakarya sampai

kongres Pancasila yang sampai sekarang sudah dilaksanakan sebanyak 4 kali

(I –IV). Semua momentum tersebut selalu melibatkan generasi muda sebagi

subyek pengembang nilai-nilai Pancasila yang diharapkan dapat memberikan

peran dan kontribusinya bukan hanya sekarang tapi juga yang akan datang

menjadi aktor dan pelaku dalam pembangunan nasional.

Menurut Rajasa (2007), generasi muda mengembangkan karakter

nasionalisme melalui tiga proses yaitu:

1.Pembangun Karakter (character builder) yaitu generasi muda berperan

membangun karakter positifr bangasa melalui kemauan keras, untuk

menjunjung nilai-nilai moral serta menginternalisasikannya pada kehidupan

nyata.

2.Pemberdaya Karakter (character enabler), generasi muda menjadi role

model dari pengembangan karakter bangsa yang positif, dengan berinisiatif


membangun kesadaran kolektif denhgan kohesivitas tinggi, misalnya

menyerukan penyelesaian konflik.

3.Perekayasa karakter (character engineer) yaitu generasi muda berperan dan

berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta terlibat dalam

proses pembelajaran dalam pengembangan karakter positif banmgsa sesuai

dengan perkembangan zaman.

Dari konsep Rajasa tersebut dapat dianalisa bahwa generasi muda

sebagai pilar bangsa memiliki peran yang sangat penting. Masa depan bangsa

tergantung dari para generasi muda dalam bersikap dan bertindak.

Menjunjung nilai-nilai moral yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan

melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sangat penting dilakukan. Rasa

nasionalisme yang harus ditumbuhkan di kalangan generasi muda bukan

nasionalisme yang sempit, akan tetapi nasionalisme yang menjunjung tinggi

bangsa dan negara sendiri akan tetapi masih menghargai bangsa lain.

Pembangunan karakter suatu bangsa tidak cukup dalam esensi

pembangunan fisik saja tetapi dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat yaitu

suatu landasan dasar atau pondasi pembangunan karakter bangsa tersebut.

Sehingga esensi fisik dari pembangunan berawal pada internalisasi nilai-nilai

untuk menuju pada pembangunan tata nilai atau sebaliknya pembangunan

yang berorientasi pada tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat

peningkatan tata nilai sosio-kemasyarakatan dan budaya. Dalam hal ini

Indonesia memiliki landasan pancasila sebagai dasar untuk melakukan

pembangunan karakter bangsa Indonesia.


2. Hubungan Pancasila dan karakter Bangsa Indonesia

Jatidiri merupakan fitrah manusia yang merupakan potensi dan

bertumbuh kembang selama mata hati manusia bersih, sehat, dan tidak

tertutup. Jati diri yang dipengaruhi lingkungan akan tumbuh menjadi karakter

dan selanjutnya karakter akan melandasi pemikiran, sikap dan perilaku

manusia. Oleh karena itu, tugas kita adalah menyiapkan lingkungan yang

dapat mempengaruhi jati diri menjadi karakter yang baik, sehingga perilaku

yang dihasilkan juga baik.

Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang merupakan

perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai

luhur bangsa terdapat dalam dasar negara Negara Kesatuan Republik

Indonesia yakni Pancasila, yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945

yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,

Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Membangun jatidiri bangsa

Indonesia berarti membangun jatidiri setiap manusia Indonesia, yang tiada

lain adalah membangun Manusia Pancasila.

Karakter pribadi-pribadi akan berakumulasi menjadi karakter

masyarakat dan pada akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan

Negara Republik Indonesia, diperlukan karakter yang tangguh, kompetitif,

berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis,

berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh


iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karakter yang berlandaskan

falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila

Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

· Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah bentuk kesadaran

dan perilaku iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi

bangsa Indonesia. Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang

tercermin antara lain hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan

penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah

sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama dan

kepercayaannya kepada orang lain.

· Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yaitu

sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab

diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antarwarga negara sebagai

karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kemanusiaan seseorang

tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan

kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena terhadap

orang lain; gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; menjunjung tinggi nilai

kemanusiaan; berani membela kebenaran dan keadilan; merasakan dirinya

sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta mengembangkan sikap

hormat-menghormati.

· Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, adalah

bangsa yang memiliki komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan


persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan

golongan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter

kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap menempatkan persatuan,

kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi

atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara; bangga

sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menunjung tinggi

bahasa Indonesia; memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa

yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

· Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi

Manusia, yaitu sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan

semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan /perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga negara

Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang

mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; tidak memaksakan

kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk mufakat

dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama; beritikad baik dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama; menggunakan

akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah; berani mengambil

keputusan yang secara moral dapat di pertanggung jawabkan kepada Tuhan

Yang Maha Esa serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

· Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan, yaitu bangsa

yang memiliki komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan

kesejahteraan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter


berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang

mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; sikap

adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban; hormat terhadap hak-

hak orang lain; suka menolong orang lain; menjauhi sikap pemerasan terhadap

orang lain; tidak boros; tidak bergaya hidup mewah; suka bekerja keras;

menghargai karya orang lain.

Jadi, antara karakter bangsa dengan pancasila tidak dapat terpisahkan.

Karena sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman kepada pancasila

dan setiap kegiatan harus memuat nilai-nilai yang ada dalam pancasila dari

itulah diharuskan pula tumbuh nilai-nilai pancasila dalam pribadi setiap

masyarakat dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila adalah harga mati bagi setiap warga negara Indonesia, yang harus

dipatuhi dan tidak boleh bertentangan dengan pancasila.

3. Pembinaan karakter Bangsa berdasarkan pancasila

Ketika suatu bangsa mulai membangun, maka yang pertama kali

menjadi korban adalah kelembagaan keluarga berikut seluruh tatanan nilai

kekeluargaan yang ada di dalamnya.Maksud dari penyataan diatas adalah

pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa seringkali membutuhkan

pengorbanan yang sangat besar termasuk mengorbankan keluarga atau bahkan

kebersamaan dalam keluarga.

Bukti nyata yang dapat kita lihat terutama berada di negara - negara

industri maju, dimana fenomena hilangnya kohesivitas keluarga terlihat

sangat jelas sejalan dengan semakin meningkatnya modernisasi di negara-


negara maju tersebut.Pembangunan yang baik tentu tidak harus

mengorbankan keluarga atau bahkan bangsanya sendiri. Sehingga dalam

melaksanakan pembangunan dan pembinaan karakter suatu bangsa

dibutuhkan pemahaman yang lebih baik, khususnya dalam menjadikan

pembangunan fisik suatu bangsa sebagai salah satu instrumen dalam

pembinaan karakter bangsanya agar menjadi lebih baik pula dengan

berlandaskan pada suatu nilai.

Aspek lain yang tidak kalah penting untuk diperhitungkan dalam

melakukan pembinaan karakter bangsa adalah pengaruh dari kemajuan

kapasitas berpikir manusia itu sendiri yang pada umumnya diartikulasikan

dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu teknologi

informasi dan telekomunikasi. Kedua jenis teknologi tersebut secara radikal

telah mengakselerasi proses interaksi antar manusia dari berbagai bangsa dan

memberikan dampak adanya amalgamasi berbagai kepentingan lintas bangsa

(globalisasi).

(Nurani Soyomukti, 2010) Dan salah satu unsur yang ada dalam proses

amalgamasi kepentingan antar manusia adalah daya saing atau

competitiveness. Pentingnya kemampuan daya saing bagi suatu bangsa untuk

dapat menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi tersebut sehingga

dibutuhkan suatu pembinaan karakter bangsa termasuk juga bagi bangsa

Indonesia.

Menurut Michael Porter (1999), dalam bukunya Daya Saing sebuah

Bangsa (The Competitiveness of A Nation), pemahaman daya saing sebagai


salah satu keunggulan yang dimiliki suatu entitas dibandingkan dengan entitas

lainnya. Keunggulan yang dimaksud dapat berkembang ke berbagai

pengertian maupun penerapan. Keunggulan tersebut dapat diartikan sebagai

keunggulan ekonomi, keunggulan politik, keunggulan militer dan lain-lain.

Sedangkan, daya saing pada esensinya dapat diartikan sebagai sebuah rantai

dari suatu nilai proses yang dapat dikendalikan dengan proses pembelajaran

kontinyu atau continuous learning. Sehingga, arti dan makna pembinaan

karakter bangsa di era globalisasi yang sarat dengan daya saing adalah

menyangkut tiga hal pokok yaitu:

1. Artikulasi karakter bangsa adalah mengacu pada tingkat peningkatan

kapasitas pengetahuan dari bangsa tersebut untuk terus melakukan

pembelajaran agar semakin meningkat daya saingnya di era globalisasi.

2. Pembinaan karakter bangsa akan diarahkan agar kapasitas pengetahuan

yang terbangun dapat meningkatkan daya saing suatu bangsa, dengan kondisi

dimana daya saing tersebut akan memungkinkan adanya kemajuan kolektif

atau kemajuan bersama bagi bangsa Indonesia.

3. Pemaknaan dari karakter positif bangsa seharusnya diarahkan untuk

mencapai dua hal pokok di atas.

Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki karakter positif bangsa yang

seharusnya terus ditumbuh-kembangkan untuk menjadi bangsa yang mandiri

di era globalisasi ini. Karakter positif yang telah dimiliki oleh bangsa

Indonesia tersebut antara lain adalah karakter pejuang yang juga telah diakui
oleh masyarakat internasional karena Indonesia mendaparkan

kemerdekaannya melalui perjuangan tumpah darah bangsa Indonesia.

Selain itu, bangsa Indonesia juga memiliki karakter pemberani dan

sejumlah karakter positif lainnya yang harus ditumbuh-kembangkan sebagai

bekal untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan

mandiri di era globalisasi. Seluruh karakter positif yang telah dimiliki oleh

bangsa Indonesia tersebut harus dimaknai dalam konteks peningkatan daya

saing untuk menghadapi globalisasi. Sehingga pembinaan karakter positif

bangsa dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam

era globalisasi.Namun disisi lain, bangsa Indonesia masih didera oleh

sejumlah permasalahan dalam pembinaan karakter bangsa bahkan yang paling

kritis justru yang menyangkut masalah daya saing bangsa Indonesia, sebuah

parameter yang semakin meningkat nilai pentingnya di era globalisasi saat ini.

Meskipun demikian, pembinaan karakter bangsa Indonesia terus

dilaksanakan secara terus-menerus demi terciptanya generasi muda penerus

bangsa yang memiliki mental saing kuat dalam menghadapi globalisasi.

Pembinaan karakter bangsa Indonesia juga dilandasi oleh nilai-nilai dasar

pancasila yang akan penulis kaji dalam pembahasan berikutnya.

4. Peran Pancasila dalam Membentuk Kepribadian Bangsa

Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya

nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan

diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Sikap
mental, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia mempunyai ciri khas,

artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain.

Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena

tidak ada pribadi yang benar-benar sama. Setiap pribadi mencerminkan

keadaan atau halnya sendiri, demikian pula halnya dengan ideologi bangsa

(Bakry, 1994: 157).

Meskipun nilai ketuhanan,kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan

keadilan juga terdapat dalam ideologi bangsa-bangsa lain, tetapi bagi bangsa

Indonesia kelima sila tersebut mencerminkan kepribadian bangsa karena

diangkat dari nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia sendiri dan

dilaksanakan secara simultan.

Di samping itu, proses akulturasi dan inkulturasi ikut memengaruhi

kepribadian bangsa Indonesia dengan berbagai variasi yang sangat beragam.

Kendatipun demikian, kepribadian bangsa Indonesia sendiri sudah terbentuk

sejak lama sehingga sejarah mencatat kejayaan di zaman Majapahit,

Sriwijaya, Mataram, dan lain-lain yang memperlihatkan keunggulan

peradaban di masa itu. Nilainilai spiritual, sistem perekonomian, politik,

budaya merupakan contoh keunggulan yang berakar dari kepribadian

masyarakat Indonesia sendiri.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu fungsi pancasila adalah sebagai karakter dan kepribadian

bangsa yang berarti pancasila merupakan pencerminan dari jati diri dan tingkah

laku bangsa Indonesia yang mana hal itu adalah pembanding antara bangsa kita

dengan bangsa lain. Karakter bangsa Indonesia harus tercerminkan dari nilai-

nilai yang terkandung dalam Pancasila

. Di era arus globalisasi yang semakin maju akan menjadi tantangan

tersendiri untuk membentuk karakter bangsa ini, harus dengan bertahap dan di

dukung oleh semua elemen agar pembentukan karakter dapat berjalan dengan

baik.

Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus menjadikan pengamalan

Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Pengamalannya pun harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia

sampai penyelenggara pemerintahan, sehingga semua komponen dalam suatu

negara mampu melestarikan nilai-nilai pancasila, agar bangsa kita tidak

mudah terpengaruh oleh budaya-budaya asing yang masuk dan tidak sesuai

dengan kepribadian bangsa Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila

merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap warga negara


Indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila

tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Agar pancasila tidak

terbatas pada coretan tinta belaka tanpa makna.


DAFTAR PUSTAKA

Galih Manunggal Putra.2011. Pancasila sebagai karakter dan jati diri bangsa.

Bandung; Yrama Widya.

Fajar Priyautama dkk. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.

Tanpa nama.2015. Pancasila Diperguruan Tinggi.kendari:UHO

Kaelan.2013. Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, filosofil, yuridis dan

aktualisasi. Yogiyakarta:Penerbit Paradigma.

Ginting.Heryansyah. 2017. Peranan Pancasila Dalam Menumbuhkan Karakter

Bangsa Pada Generasi Muda Di Era Global.vol 1.No 1. Halaman 197-201

Anda mungkin juga menyukai