Anda di halaman 1dari 133

umsurabaya

Universitas Muhammadiyah
surabaya

SKRIPSI

EKSISTENSI PADA NOVEL LIMA CERITA KARYA DESI


ANWAR KAJIAN EKSISTENSIALISME JEAN PAUL
SARTRE

MUHAMMAD AFRIANTO PRATAMA PUTRA


NIM : 20191110008

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Ali Nuke Affandy, M.Si.
Insani Wahyu Mubarok, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2023
EKSISTENSIALISME PADA NOVEL LIMA CERITA KARYA
DESI ANWAR KAJIAN EKSISTENSIALISME JEAN PAUL
SARTRE

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT


MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN

MUHAMMAD AFRIANTO PRATAMA PUTRA


20191110008

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2022
MOTTO DAN PERSEMBAHASAN

Motto : Berpijak pada pilihan diri sendiri, saling topang pada diri
sendiri, serta saling memanjat tujuan hidup bersama diri sendiri.

Persembahan :

.Untuk kedua orang tua saya, adek saya, dan keluarga saya.
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Afrianto Pratama Putra telah


diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Tingkat Sarjana (S1)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surabaya sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada tanggal ………

Dosen Penguji Tanda Tangan Tanggal

I. …………………… ………………

II. . …………………… ………………

III …………………… ………………

Mengetahui,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surabaya

Dr. Ratno Abidin, M.Pd


ABSTRAK

Putra, Muhammad Afrianto Pratama. 2023. Eksistensialisme Pada


Novel Lima Cetita Karya Desi Anwar Kajian
Eksistensialisme Jean Paul Sartre. Skripsi, Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammaddiyah
Surabaya. Pembimbing I: Dr. Ali Nuke Affandy, M.Si.,
Pembimbing II: Insani Wahyu Mubarok, S.Pd., M.Pd.

Eksistensialisme adalah suatu filsafat yang berbeda aliran


dengan filsafat lain. Di dalam kajian eksistensialisme tidak
membahas tentang esensi manusia secara abstrak. Tetapi secara
khusus meneliti kenyataan pasti manusia sebagai manusia itu sendiri
pada dirinya sendiri. Pada Penelitian ini eksistensialisme fokus
melalui (1) subjektivitas tokoh pada novel Lima Cerita karya desi
anwar (2) tanggung jawab tokoh pada novel Lima Cerita karya Desi
Anwar (3) kebebasan tokoh pada novel Lima Cerita karya Desi
Anwar (4) mengejar pengalaman (Takut Mati) pada novel Lima
Cerita karya Desi Anwar. Eksistensialisme pada penelitian ini dikaji
dengan teori Eksistensialisme milik Jean Paul Sartre. Metode yang
digunakan pada penelisian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Sumber data pada penelitian ini adalah karya sastra Lima Cerita
karya Desi Anwar. Objek penelitian ini adalah kata, frasa, dan
kalimat yang terdapat pada karya sastra Lima Cerita karya Desi
Anwar yang berkaitan dengan fokus penelitian. Dari hasil analisis
disimpulkan bahwa (1) subjektifitas tokoh menunjukkan adanya
rancangan kehidupan tokoh dikemudian hari (2) tanggung jawab
tokoh menunjukkan adanya amanah yang harus dilakukan oleh tokoh
(3) kebebasan tokoh menunjukkan adanya rasa ingin memerdekakan
diri tokoh (4) mengejar pengalaman tokoh menjadikan tokoh
memiliki rasa ingin untuk meraih rasa keinginanya dikemudian hari.
Kata Kunci: eksistensialisme, subjektivitas, tanggung jawab,
kebebasan, kematian.

ABSTRACT

Putra, Muhammad Afrianto Pratama. 2023. Existentialism in the


Novel Lima Cetita by Desi Anwar Existentialism Study by
Jean Paul Sartre. Thesis, Indonesian Language and
Literature Education Study Program, Faculty of Teacher
Training and Education, Muhammaddiyah University,
Surabaya. Advisor I: Dr. Ali Nuke Affandy, M.Sc.,
Supervisor II: Insani Wahyu Mubarok, S.Pd., M.Pd.

Existentialism is an existentialism that is poured in a work


about subjectivity, responsibility, freedom, pursuit of experience. In
this study, existentialism was found through (1) the subjectivity of
the characters in the novel Lima Cerita by desi anwar (2) the
responsibility of the characters in the novel Lima Cerita by Desi
Anwar (3) the freedom of the characters in the novel Lima Cerita by
Desi Anwar (4) Chasing Experience (Fear Mati) in the novel Five
Stories by Desi Anwar. Existentialism in this study is studied by Jean
Paul Sartre's theory of Existentialism. The method used in this
research is descriptive qualitative method. The source of the data in
this study is the literary work Five Stories by Desi Anwar. The
objects of this research are words, phrases, and sentences contained
in Desi Anwar's Five Stories literary work which are related to the
research focus. From the results of the analysis it was concluded that
(1) the character's subjectivity indicates the existence of a character's
life plan in the future (2) the character's responsibility indicates the
existence of a mandate that must be carried out by the character (3)
the character's freedom indicates a sense of wanting to liberate the
character's self (4) Pursuing the character's experience makes The
character has a desire to achieve his desires in the future.

Keywords: existentialism, subjectivity, responsibility, freedom,


death.
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Eksistensialisme pada Novel Lima Cerita Karya Desi Anwar”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat kelulusan dan
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Selama penelitian dan penulisan skripsi ini penulis banyak
sekali mendapat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai
pihak, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Untuk itu
tiada yang layak penulis sampaikan selain ucapan terima kasih
khususnya kepada:
1. Dr. dr Sukadiono, M.M., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Surabaya
2. Dr. Ratno Abidin, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan
3. Suher M. Saidi, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
4. Dr. Ali Nuke Affandy, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I
5. Insani Wahyu Mubarok, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing
II
6. Bapak/ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
7. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna, penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun.
Tersusunnya skripsi ini, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat
bermanfaat terutama bagi penulis secara pribadi sebagai bekal di
kemudian hari, dan skripsi ini bermanfaat bagi orang lain.

Surabaya,

Muhammad Afrianto Pratama Putra

20191110008
DAFTAR ISI

i
MOTTO DAN PERSEMBAHASAN

iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

iv
ABSTRAK

vi
ABSTRACT

vii
KATA PENGANTAR

viii
DAFTAR ISI

x
DAFTAR TABEL

x
DAFTAR BAGAN

xi
DAFTARLAMPIRAN

xi
BAB I PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang..........................................................1
B. Fokus Penelitian........................................................6
C. Tujuan.......................................................................6
D. Manfaat Penelitian....................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

8
A. Kajian Teori...............................................................8
B. Kajian Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan
15
Pada penelitian ini tidak menggunakan kajian
eksistensialisme Jean Paul Sartre, tetapi menggunakan kajian
Martin Heidegger................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN

19
A. Jenis Penelitian.......................................................19
B. Desain Penelitian....................................................19
C. Sumber Data...........................................................21
D. Objek Penelitian......................................................22
E. Teknik Pengumpulan Data......................................22
F. Teknik Analisa Data.................................................23
G. Keabsahan Data......................................................24
BAB IV HASIL PENELITIAN

25
A. Deskripsi data.........................................................25
1. Subjektivitas Tokoh pada Novel Lima Cerita Karya
Desi Anwar...........................................................................25
2. Tanggung Jawab Tokoh pada Novel Lima Cerita
Karya Desi Anwar.................................................................33
3. Kebebasan Tokoh pada Novel Lima Cerita Karya
Desi Anwar...........................................................................42
4. Mengejar Pengalaman Tokoh pada Novel Lima
Cerita Karya Desi Anwar.......................................................51
B. Pembahasan...........................................................61
1. Subjektivitas Tokoh pada Povel Lima Cerita Karya
Desi Anwar...........................................................................62
2. Tanggung Jawab Tokoh pada Novel Lima Cerita
karya Desi Anwar.................................................................71
3. Kebebasan Tokoh pada Novel Lima Cerita Karya
Desi Anwar...........................................................................83
4. Mengejar Pengalaman (takut mati) Tokoh pada
Novel Lima Cerita Karya Desi Anwar....................................93
BAB V PENUTUP

105
A. Simpulan...............................................................105
B. Saran.....................................................................105
DAFTAR PUSTAKA

107
LAMPIRAN

110

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu...............................................


Table 4.1 Subjektivitas Tokoh pada Novel Lima Cerita Karya Desi
Anwar.................................................................................................................................
Table 4.3 Tanggung Jawab Tokoh pada Novel Lima Cerita Karya
Desi Anwar .......................................................................................................................
Table 4.4 Kebebasan Tokoh pada Novel Lima Cerita Karya Desi
Anwar.................................................................................................................................
Table 4.5 Mengejar Pengalaman Tokoh pada Novel Lima Cerita
Karya Desi Anwar..............................................................................................................
DAFTAR BAGAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sampul Buku Lima Cerita..............................................................................


Lampiran 2 Biografi Pengarang.........................................................................................
Lampiran 3 Kartu Bimbingan Skripsi................................................................................
Lampiran 4 Surat Permohonan Bebas Plagiasi..................................................................
Lampiran 5 Hasil Cek Plagiasi...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai individu yang hidup memiliki
tanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri dimasa depan
dan terhadap orang lain. Sebagai manusia yang memiliki
tanggung jawab penuh terhadap dirinya dan orang lain maka
bebas menentukan keputusannya. Selain itu manusia juga
harus siap menanggung segala akibat dari perbuatannya tanpa
bantuan orang lain. Konsep ini maka muncul pemikiran
bahwa kehidupan manusia ditangan dirinya sendiri. Akibat
dari pemikiran ini manusia selalu hidup dikeliling dengan rasa
sunyi, cemas, putus asa, dan takut serta selalu dipenuhi
bayangan harapan yang tak pernah terwujud dan berakhir.
Banyak kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari yang memperlihatkan manusia mengalami proses
perjalanan hidup yang panjang dan berliku. Tidak jarang hal
tersebut membuat manisia mengalami stress batin. Proses
perjalanan hidup yang mengantarkan pada fase dewasa
memang selalu berliku. Setiap manusia memiliki perjalanan
hidup yang berbeda-beda. Proses pendewasaan ini terjadi
beberapa konflik dalam kehidupan manusia salah satunya
perbedaan prinsip hidup.
Setiap orang memiliki cara berpikir yang berbeda-
beda, tidak jarang karena perspektif yang berbeda ini
menimbulkan konflik batin diantara salah satunya atau
keduanya. Dilansir dari berita Kompas.com pada hari Selasa
tanggal 15 bulan November tahun 2022, Herzaky mengatakan
Anies menjadi contoh bahwa elite politik mestinya membuka
komunikasi pada siapapun. Bahkan dengan pihak yang
memiliki perbedaan pandangan, dan didukung oleh partai
politik (parpol) yang berbeda. Bangsa kita ini delapan tahun
terakhir terlalu dijejali pandangan kalau beda pendapat harus
dimusuhi, beda posisi, harus diganyang. Padahal perbedaan
pandangan itu hal biasa, malah anugrah bagi negeri ini
(Guritno, 2022).
Banyaknya konflik yang terjadi disebabkan oleh
perbedaan pandangan antara individu maupun kelompok.
Konflik lain juga disebabkan oleh manusia yang dinilai oleh
masyarakat luas negatife karena mengakibatkan kesengsaraan
korban. Dilansir dari berita Kompas.com, Senin (21/11/2022),
seorang ibu di Tuban, Jawa Timur berinisial E (59), hendak
menjual ginjal demi membayar utang anak-anaknya yang
mencapai ratusan juta. Beliau mengakatan "Saya tahu kalau
jual ginjal itu dilarang, tapi terpaksa ingin menjual ginjal buat
melunasi utang anak saya sampai Rp 150 juta”. Dari kejadian
ini masyarakat menyayangkan aksi si ibu tersebut dan
melakukann perundungan untuk si anak karena tega melihat
ibunya sengsara hanya karena perlakukannya. Pengorbanan
ibu memang tidak ada batasnya. Dari kejadian ini terlihat
bahwa pengorbanan seorang ibu begitu besar untuk anaknya,
walaupun tidak selalu benar di mata anaknya sendiri maupun
orang lain (Hamim, 2022).
Perilaku masyarakat yang beragam membuat
kehidupan masyarakat selalu berwarna. Masyarakat menjalin
hubungan dengan masyarakat lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Mulai dari hubungan persaudaraan,
pasangan, sahabat maupun yang lain. Dari hubungan yang
terjalin tidak jarang akhirnya terjadi sebuah perbedaan
persepsi yang membuat salah satu diantanya merasa tidak
nyaman. Dari hal ini hubungan tersebut dapat dinamakan
sebagai hubungan yang tidak sehat atau toxic. Dilansir dari
berita Kompas.com, (08/11/2022), Hubungan toxic adalah
hubungan tak sehat yang berdampak buruk terhadap
kesehatan mental, sehingga penting untuk segera keluar dan
mengetahui ciri-ciri dari toxic relationship ini. Sesuai dengan
namanya, hubungan toxic merupakan hubungan beracun yang
biasanya tidak disadari dan tengah terperangkap dalam
hubungan seperti ini. Tidak hanya dapat membahayakan
kondisi kesehatan mental, hubungan toxic juga dapat
mengancam kesehatan fisik (Rasihan, 2022).
Banyaknya sudut pandang manusia tentang penilaian
kepada manusia lain membuat banyaknya seseorang yang
sedang mejalani proses pendewasaan merasa kurangnya
emosional. Dilansir dari berita Kompas.com, (03/01/2022),
Menilai kedewasaan seseorang tidak bisa hanya dilihat dari
usianya saja. Sebab, banyak anak muda yang ternyata lebih
dewasa daripada orang yang lebih tua. Misalnya saat anak
tersebut menghadapi masalah, atau membuat keputusan. Hal-
hal itulah yang berkaitan dengan kedewasaan emosional yang
ternyata tidak banyak dimiliki orang. Dewasa secara
emosional adalah kemampuan untuk merasakan, mengatur,
dan memproses emosi secara efektif. Selain itu, kedewasaan
emosional mengacu pada cara seseorang mengomunikasikan
emosi dengan pikiran terbuka untuk perspektif yang berbeda.
Pada intinya, kedewasaan emosional mencerminkan
kemampuan untuk introspeksi dan berkomunikasi secara
efektif dengan orang lain (Fernada, 2022).
Novel berjudul Lima Cerita karya Desi Anwar
merupakan novel kedua yang ditulisnya. Novel Lima Cerita
ini memiliki 5 bab diantaranya berjudul Kematian, Cerita
Delia, Pedihnya Pendewasaan, Cinta Sempurna, dan Ibu yang
Baik. Pada setiap bab memiliki alur cerita yang berbeda beda.
Dari bab satu hingga akhir cerita ini tidak saling berkaitan
tetapi menceritakan perjalanan hidup seorang tokoh.
Kehidupan tokoh yang problematik menjadikannya sosok
yang cukup unik dan menarik untuk dianalisis lebih jauh.
Dalam novel Lima Cerita pada cerita pertama berjudul
Kematian, pemeran utama diajak mengenang bagaimana
orang tua dan keluarga mereka berfungsi. Pada cerita kedua
berjudul Cerita Delia menceritakan Anak Sembilan belas
tahun yang ingin membebaskan dirinya daru cengkraman
ibunya, namun ibunya meminta ia untuk tinggal bersama
perempuan bernama Delia supaya terkena pantauan orang tua.
Pada cerita berikutnya dalam novel Lima Cerita
berjudul Pedihnya Pendewasaan dimana diceritakan tentang
proses pendewasaan yang melewati beberapa fase dihadapkan
dengan perasaan insecure terhadap banyak hal merasa
tertekan akan persepsi dan ekspetasi orang lain. Dalam cerita
terdapat anak yang menuntuk untuk diberikan kebebasan dari
orang tua yang banyak melupakan hal hal yang seharusnya
dari orang tuanya. Pada cerita Cinta Sempurna menceritakan
tentang Delia yang menjadi bucin. Pencapaian yang luar biasa
dan terjebak pada toxic relationship. Pada cerita yang terakhir
adalah ibu yang baik menceritakan tentang ibu yang baik
tidak ada penyesalan anak yang ditinggial meninggal oleh ibu
yang berkorban untuk mendidik seorang anak dalam mencari-
cari untuk mempersiapkan masa depan yang akan dihadapi di
hari-hari berikutnya.
Dari uraian tersebut novel ini menarik dianalisis lebih
jauh eksistensiaslisme pada novel Lima Cerita karya Desi
Anwar dari perjalanan hidup tokoh didalamnya. Dari novel
ini juga banyak pesan yang disampaikan oleh penulis dalam
proses pendewasaan. Setiap manusia pasti mengalami fase
kehidupan sehingga akan menemukan sedih, bahagia, marah,
kecewa, kegagalan, dan keberhasilan. dari novel ini juga
pembaca dapat mengambil banyak pelajaran yang dapat
diimplementasikan pada kehidupan sehari hari.
Desi Anwar yang biasa dipanggil Bu Desi lahir di
Bandung, Jawa Barat, Pada 11 Desember 1962. Karya Desi
Anwar sangat banyak, diantaranya adalah Hidup Sederhana:
Hadir di Sini & Saat Ini 2014, Lima Cerita: Kisah-kisah
Menjadi Dewasa 2019, Going offline: menemukan jati diri di
dunia penuh distraksi 2020, Apa yang Kita Pikirkan Ketika
Kita Sendirian 2020, THE ART OF SOLITUDE: What I
Think About When IÕm on My Own (ed. Bhs Inggris) 2021,
OFFLINE: Finding Yourself in the Age of Distractions 2020,
A Simple Life (Edisi Bahasa Inggris) 2015, Being
Indonesian: Life, Strife, and the Pursuit of Democracy in
Indonesia, 1997-2007 : Collected Essays 2016, Faces &
Places: A Traveler's Notes 2016, Faces & Places - 35 Tokoh
& 50 Tempat Yang Menginspirasiku 2016, Tweets for Life:
200 Wisdoms for a Happy, Healthy, and Balanced Life 2011,
148 Tips for Life 2016.
Desi Anwar merupakan seorang penulis, jurnalis
terkemuka, dan tokoh pertelevisian yang lebih dari dua
dasawarsa. Menurut seorang penulis blogger (Nunuz, 2022)
menyatakan “Emang ya tulisan Desi Anwar ini suka agak-
agak nendang pemikiran gitu. Out of the box dan membuka
wawasan, bahwa dalam setiap peristiwa kehidupan hadir
untuk menjadikan kita menjadi versi yang lebih baik di masa
yang akan datang.” Pendapat lain juga disampaikan oleh Dee
Lestari pada tulisan yang tertera pada sampul belakang buku
rangkaian cerita pendek yang membawa kita menyelami
rimba emosi nan subtil sekaligus akrab lewat peristiwa-
peristiwa relevan yang kita semua hadapi dalam hidup:
menghadapi kematian, menghadapi proses pendewasaan,
menghadapi jatuh cinta dan patah hati. Lima Cerita
merupakan debut fiksi Desi Anwar yang tak hanya
menjanjikan, tetapi juga mampu mengisi relung batin kita
dengan kepuasan."
Pada penelitian ini kajian yang digunakan adalah
eksistensialisme Jean Paul Sartre. Manusia sering menjadi
bahan penindasan dan sulit untuk menjadi dirinya sendiri.
Selain itu manusia tidak bisa mengekspresikan diri, potensi,
dan kualitasnya secara bebas. Pendapat lain dari (Muzairi,
2017:31) menjelaskan bahwa adanya titik fokus
eksistensialisme pada kebebasan manusia, selain tanggung
jawab, khususnya tentang keterasingan individu. Makna lain
diungkapkan oleh Sartre dalam (Martin, 2001:7) bahwa
eksistensialisme bukan hanya sekadar mode filsafat,
melainkan merupakan suatu doktrin yang mengajarkan bahwa
kebenaran dan tiap tindakan mengandung keterlibatan
lingkungan dan subjektivitas manusia. Dalam memandang
manusia, eksistensialisme menggambarkan jika manusia
adalah proses mencari makna yang utuh. Dengan proses
pencarian itulah manusia semakin lebih bermakna ketika
mencari identitas sejatinya dan menemukan dirinya.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka
fokus penelitian yang akan dibahas adalah
1. Subjektivitas tokoh pada novel Lima Cerita karya Desi
Anwar
2. Tanggung jawab tokoh pada novel Lima Cerita karya Desi
Anwar.
3. Kebebasan Tokoh pada novel Lima Cerita karya Desi
Anwar
4. Mengejar Pengalaman (takut mati) pada Novel Lima
Cerita karya Desi Anwar

C. Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus penelitian
di atas, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah
1. Mendeskripsikan subjektivitas tokoh pada novel Lima
Cerita karya Desi Anwar
2. Mendeskripsikan tanggung jawab tokoh pada novel Lima
Cerita karya Desi Anwar
3. Mendeskripsikan kebebasan tokoh pada novel Lima
Cerita karya Desi Anwar
4. Mendeskripsikan mengejar pengalaman (takut mati) tokoh
pada novel Lima Cerita karya Desi Anwar

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian berjudul “Eksistensialisme pada Novel
Lima Cerita Karya Desi Anwar Kajian Eksistensialisme Jean
Paul Sartre” diharapkan memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1. Manfaat teoritis
Dari segi teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk
mengembangkan penelitian dan ilmu bahasa dan sastra,
khususnya tinjauan eksistensialisme dalam sebuah karya
sastra yang dituliskan.
2. Manfaat praktis
Dari segi praktis dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dalam memahami karya sastra khususnya isi
novel Lima Cerita Karya Desi Anwar dari segi
eksistensialisme dalam sebuah karya sastra yang ditulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
Eksistensialisme adalah suatu filsafat yang berbeda
aliran dengan filsafat lain. Di dalam kajian eksistensialisme
tidak membahas tentang esensi manusia secara abstrak. Tetapi
secara khusus meneliti kenyataan pasti manusia sebagai
manusia itu sendiri pada dirinya sendiri. Esensi atau subtansi
menuju pada suatu hal yang umum, abstrak, statis, sehingga
menolak suatu hal yang konkrit, individual dan dinamis
(Abidin, 2007:33) Eksistensi sendiri berasal dari kata existre
(eks=keluar, sister=ada/berada). Dengan itu eksistensi
memiliki artian sebagai “sesuatu yang sanggup keluar dari
keberadaannya” Hanya manusia yang mempu keluar dari
dirinya serta melampaui keterbatas biologis juga lingkungan
fisiknya. Seseorang yang tidak dapat keluar dalam zona itu
tidak akan mempunyai ciri atau karakter existre. Oleh sebab
itu seseorang yang memiliki exitre disebut oleh para
eksitensialisme manusia sebagai suatu proses “menjadi”,
gerak dinamis dan aktif.
Jean Paul Sartre sangat terkenal dengan
Eksistensialisme, Sartre membuat filsafat eksistensialisme
menjadi luas penyebarannya. Disebabkan oleh kepintaran
berbicara Sartre yang luar biasa sebagai sastrawan. Sartre
menyajikan filsafatnya dalam dalam bentuk ruman dan pentas
dengan menggunakan bahasa yang mampu menampakkan
maksudnya kepada para pembacanya. Dengan cara itu filsafat
eksistensialisme dihubungkan dengan kenyataan hidup.
Dalam pemahaman Eksistansialisme, Sartre
menyatakan bahwa:
1. Manusia adalah Subjek yaitu manusia yang merencanakan
segala sesuatu untuk dirinya sendiri. Manusia adalah
individu yang akan membuat peraturan atau nilai untuk
dirinya sendiri bukan orang lain.
2. Manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Apapun akibat yang ditimbulkannya.
3. Kebebasan dan pilihan itu merupakan fakta sentral dari
eksistensi manusia.
4. Exitence precedes essence, terciptanya manusia di dunia
tanpa adanya tujuan hidup. Manusia berada di dunia
terlebih dahulu kemudia mencari manusia mencari makna
dalam hidupnya. Manusia mencari dengan berpetualang
ke berbagai tempat untuk menemui peristiwa yang terjadi
dalam masyarakat.
Berada untuk diri, bahwa manusia mempunyai
hubungan dengan keberadaanya, manusia bertanggung jawab
dalam fakta bahwa dia ada di dunia. Sebab itu manusia
bertanggung jawab untuk keberadaannya di dunia.
Berada dalam diri, filsafat berpangkal dari realitas
yang ada. Sesuatu yang dilihat dari sebuah fakta ada atau
tidak di depan mata. Seperti benda yang tercipta di bumi.
Eksistensi meliputi aspek kehidupan manusia di dalam
dunia. Setiap manusia lahir di dunia untuk mencari makna
hidup, dalam hal ini manusia melakukan atau melaksanakan
perjalanan dengan berkelana ke berbagai tempat untuk
mencari makna hidup. Jika seorang manusia memulai
berkelana dan menemukan peristiwa hidup yang dialami
maka manusia dapat menangkap makna dari peritiwa yang
ditemuinya.
Bagi Sartre. Keberadaan manusia mendahului
esensinya. Manusia memiliki bebas dalam arti bahwa
manusia tidak terikat oleh esensi atau tujuan tetap (Rizchald
Walidain, 2023). Esensi yang memiliki arti yang berkaitan
dengan sifat manusia. Kebebasan manusia sendiri adalah
esensi dari manusia. Dalam hal ini manusia memiliki sebuah
tanggung jawab penuh atas dirinya sendiri atas tindakan serta
pilihan hidupnya. Manusia tidak terikat oleh keterbatasan
apapun dan melikiki potensi untuk menjadi apapun yang
manusia pilih.
Pada umumnya peristiwa dalam hidup yang dialami
dan dilalui manusia dalam kaca Eksistensialisme mengandung
beberapa elemen, yakni ateis, kebebasan, tanggung jawab,
dan kematian. Berikut penjelasan dari setiap elemen
Penjelasan disetiap elemen.
a. Atheis
Atheisme sartre dijumpai suatu penolakan tentang
adanya tuhan. Tentang atheisme santre menjumpai
penolakan yakni penolakan adanya tuhan. Ateisme tentang
biografi pada kanak kanak. Dalam salah satu pengalaman
Sartre dapat dipelajari tentang cara mengkomunikasikan
gambaran tentang Tuhan terlebih pada anak-anak pada
pendidikan religius. Sifat maha adil dan maha tahu milik
tuhan ditekankan sedemikian cara, Sehingga ia nampak
sebagai hakim penghukum, yang dimaksud adalah ia
mampu memasuki ruang pribadi manusia, maka bukan
tidak mungkin gambaran ini akan membekas di hati
sanubari anak dan menimbulkan resistensi kelak bila ia
sudah dewasa.
Bertepatan dengan itu, argumentasi asas bagi
sebuah penolakan Tuhan dalam pemikiran Sartre adalah
filsafat ateistik. Dalam rancangannya mengatakan karena
manusia bebas dan harus sendiri bertanggung jawab, maka
tuhan dan segala penentunya tidak bolah ada. Jika tuhan
ada maka akan memberikan batasan kepada manusia
untuk kebebasan manusia itu sendiri. Dengan itu manusia
akan lebih taat kepada tuhan dan kebebasan tidak akan
mempunyai nilai nilai makna.
b. Kebebasan
Para pengikut eksistensialis secara umum
mengutamakan tentang pentingnya kebebasan manusia
dan pilihan yang berbasis kreatif yang bebas. Kebebasan
manusia muncul dalam eksistensialisme sebagai risiko
logis dari pernyataan existence precedes essence dalam
artian penegasan subjektivitas yang tidak didahului oleh
sesuatu yang disebut human nature atau juga skema
rasional tentang realitas; manusia sendiri yang
menentukan esensinya, sehingga para eksistensialis
menolak seluruh konsep yang deterministis baik oleh
hukum hukum biologis, social, fisiologis, dan historis.
Kebebasan bukan sesuatu yang harus dibuktikan atau
dibicarakan, tetapi sesuatu yang pasti dan harus dialami.
Kebebasan manusia dalam bertindak maupun dalam
memilih apa yang diputuskan, selalu melibatkan tanggung
jawab (Muzairi, 2017:181) Bebas memilih diantara
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Sartre memandang kebebasan identik dengan
kesadaran. Ia coba membuktikan bahwa kesadaran
mengandalkan kesadarang manusia dimana digunakan
untuk menjauh dari dunia sedemikian rupa sehingga
kesadaran diri seseorang terbebas dari hubungan-
hubungan penyebab yang meliputinya. Keberadaan
manusia yang asli adalah produk dari perbuatan perbuatan
bebas sendiri. Bentuk baik manusia menjadi diri sendiri
hanya mungkin jika manusia memilih sendiri dan
menentukan sendiri bentuk eksistensinya.
Sartre menyebut sisi dunia yang absurd. Dalam
pemahaman ini karena dunia tidak mempunyai alasan
untuk ada “Saya tahu itulah dunia, dunia telanjanglah
yang tiba tiba memunculkan dirinya sendiri, dan saya
telah menjadi gusar dengan kehidupan yang kotor dan
absurd ini.”(Faiuzia, 2013:3)
Menurut Miret dalam (Faiuzia, 2013:4) Dalam
menyelami kehidupan manusia memiliki pilihan berupa
kebebasan, Sartre memberikan pemahaman bahwa
manusia berbeda dari makhluk lain dikarenakan
kebebasannya. Dunia dibawah manusia hanya sekedar
ada, hanya disesuaikan, diberikan, sedang manusia
menciptakan dirinya sendiri dalam pengertian bahwa ia
menciptakan hakikat keberadaannya sendiri.
Dalam mendesain dirinya sendiri dengan sebuah
pilihan moralitasnya, manusia tidak memiliki ukuran yang
ia ikuti karena tuhan tidak mempunyai ukuran yang ia
ikuti karena tuhan tidak ada norma norma yang objektif.
Seseorang sepenuhnya memiliki dirinya sendiri, oleh
karena itu manusia harus memiliki keputusannya sendiri
dan juga harus memilih sendiri menurut dirinya sendiri.
Orang lain memberikan nasehat dan mencoba
menunjukkan suatu atau lebih cara, tetapi tidak satupun
dari mereka bisa menunjukkan kekuasaannya, menurut
Beauvoir dalam (Muzairi, 2017:150). Dalam hal itu setiap
manusia menjadi juri moralitas tertinggi karena setiap
orang merupakan penemu nilai.
c. Tanggung Jawab
Sartre mengatakan bahwa manusia mempunyai
sedararan atas dirinya sendiri. Dalam hal ini tidak dapat
diganti oleh orang lain karena yang berkewajiban adalah
dirinya sendiri. Manusia bukan apa apa tapi manusia
menciptakan dirinya sendiri. Dalam halnya subjektifitas
manusia hampir saja mendekatinya. Manusia menciptakan
desain dirinya sendiri seperti hal utama dalam
Eksistensialisme. Manusia selalu berusaha untuk
meciptakan desain hidup untuk dirinya sendiri
bagaimanapun manusia memiliki cara tersendiri dan
pilihan sendiri dalam hal mendesain hidup untuk masa
depannya. Kemudian manusia merencanakan bagaimana
kedepannya untuk dirinya sendiri menghadapi masa
depan. Manusia tidak berarti apapun tatami memiliki
rencana yang diperlukan. Manusia “ada” hanya sebagai
penegasan bahwasanya ia dapat memenuhi yang
dibutuhkan dirinya sendiri. Oleh karena itu manusia tidak
memiliki arti dari tindakan, kehidupan. Tetapi manusia
bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Dimanapun
manusia berada dimanapun itu tidak ada yang
bertanggung jawab kecuali dirinya sendiri.manusia berhak
memilih hidangan yang baik dan yang buruk bagi dirinya.
Dalam setiap pemilihan ia tidak dapat menyalahkan orang
lain dan juga bergantung pada tuhan.
Prinsip pandang Sartre, tersimpul bagaimana
manusia itu menjadikan diri dan tanggung jawab penuh
ada pada pundaknya dengan suatu tindakan nyata
(Muzairi, 2017:183). Manusia berbuat atas dirinya sendiri
dan untuk dirinya sendiri manusia tidak bisa dan tidak
boleh untuk menyalahkan orang lain apabila terjadi
kesalahan. Manusia menemukan sendiri nilai kehidupan di
dunia. Manusia berusaha tanpa aturan dan batasan apapun
walaupun agama yang dating dari tuhan. Manusia akan
mengabaikannya.
Manusia mengelilingi dunia bepergian untuk
mendapatkan makna hidup. Ia mendapatkannya apabila ia
berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Ia
belajar dari lingkungannya dan prilaku orang lain. Dalam
situasi itulah pemikiran ia terpengaruh. Dengan
pemikiranya ia memilih kemungkinan kemungkinan
kejadian yang ia jumpai dan berusaha untuk
merealisasikannya. Dan dalam hal itu menjadi tanggung
jawabnya.
d. Kematian
Setiap eksistensi akan diakhiri oleh datangnya
maut. Dalam hal ini maut menjadi salah satu tembok
pembatas untuk kebebasan manusia. Maut selalu melekat
pada eksistensinya menjadi bertentangan gagasan
kebebasan mutlak. Dikarenakan maut membuka
kebebasan menjadi terbatas pula. Bagi Sartre maut adalah
absurd, karena maut adalah kenyataan yang tidak bisa
ditunggu, melainkan kepastiannya yang akan datang pada
manusia sehingga kedatangan maut tidak dapat dipahami
dengan ambiguitas tetapi maut adalah kenyataan (Muzairi,
2017:164).
Manusia menciptakan nilai dan makna pada dirinya
sendiri dengan tindakan dan keputusannya. Kematian
adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia serta
kesadaran akan kematian berpengaruh pada cara kita
menjalani kehidupan.
Penekanan terhadap pentingnya eksistensi pribadi
membawakan penekanan terhadap pentingnya
kemerdekaan dan rasa tanggung-jawab. Kemerdekaan dan
tanggng jawab bukannya sesuatu yang harus dibuktikan
atau dibicarakan, tetapi harus dialami karena setiap
manusia mengalami rasa takut akan kematian, cemas,
bosan dan lain sebagainya. Dan untuk mengahadapinya,
manusia diharuskan untuk memilih dengan
kemerdekaannya dan bertanggung jawab atasnya (Najib &
Hudda, 2021)
Manusia memiliki hal penting dalam menyikapi
kematian. Yakni dengan tidak menyerah pada ketakutan
mati. Melainkan menggunakannya untuk menjadi
dorongan hidup dengan penuh kesadaran, mengambil
keputusan yang bagus, serta mencapai pencapaiian yang
ingin dituju dan berarti dalam kehidupan ini.
Sartre menggambarkan maut sebagai batasan yang
menyerupai tembok. Dimana manusia akan terbentur oleh
tembok itu dan itu diluar rencana manusia, sehingga
ketika manusia membentur tembok itu akan terputuslah
semua rencana manusia.(Muzairi, 2017:164). Sartre
mengambil contoh pengarang. Seseorang yang telah
mempersiapkan dirinya sebagai pengarang, dia tekun
belajar dan berlatih secara kontinyu, akan tetapi bisa saja
dia mati di luar rencananya bahkan sebelum menulis
halaman pertama. Dan itulah maut. Kematian adalah
kenyataan murni seperti halnya kelahiran.
Kematian membuat manusia merasakan tembok
yang membatasi atas dirinya sendiri. Rencana manusia
dikemudian hari atau pengalaman yang harus dikejar
manusia adalah cara manusia untuk menikmati
kehidupannya. Mengejar pengalaman adalah sebagai
bentuk terciptanya manusia di dunia tanpa adanya tujuan.
Manusia berpetualang bersama dirinya sendiri untuk
untuk menemukan hal hal baru dalam hidupnya seperti
menemui peristiwa peristiwa yang turut andil dalam
masyarakat.

B. Kajian Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan


Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan:
1. Pada penelitian (Faiuzia, 2013) dengan judul
Eksistensialisme dalam Novel The Zahir menjelaskan
bahwa penelitian ini mendeskripsikan novel The Zahir
telah memberikan pelajaran bagi pembaca dan masyarakat
luas untuk lebih memahami bahwa manusia memiliki
potensi yang besar untuk berkarya. Seseorang harus
memberikan makna pada kehidupannya. Dengan adanya
sebuah kebebasan, manusia bisa berfikit bijak dan dapat
mengetahui resiko dari pilihannya tersebut. Dari hal
tersebut seorang manusia dapat bertanggung jawab
terhadap apa yang dilakukan. Seorang eksistensialisme
tidak boleh menyalahkan orang lain atas apa yang telah
terjadi.
2. Pada penelitian (Mufidah, 2010) dengan judul Telaah
Eksistensialisme Tokoh Utama dalam Novel Ayah
Menyayangi Tanpa Akhir Karya Kirana Kejora
menjelaskan bahwa penelitian ini mendeskripsikan
eksistensialisme tokoh utamanya. Hasil penelitian ini
tergambar bahwa tokoh utama dalam novel mengalami
tekanan dan bdeban psikis yang berat dikarenakan
berbagai cobaan hidup yang dialaminya. Berbagai
pengalaman hidup seperti kebersamaan, cinta,
pertentangan, kesepian dan kematian menjadi bagian yang
tidak terlewatkan dalam perjalanan hidup tokoh. Namun,
melalui kesadarannya sebagai makhluk yang hidup di
dunia, tokoh utama selalu menunjukkan eksistensialisme
dalam menghadapi semua problematika kehidupannya.
Hal itu dibuktikannya dengan cara ber-ada dan menyadari
penuh keberadaannya sebagai makhluk hidup yang
senantiasa berkembang dengan kehadiran partner relasi
dan bertanggung jawab atas setiap keputusan yang telah
diambil.
3. Pada penelitian (Ikranegara, 2021) dengan judul
Eksistensialisme dalam Novel Bumi Manusia Karya
Pramoedya Ananta Tour menjelaskan bahwa penelitian
tersebut mendeskripsikan eksistensialisme Bumi Manusia
dan melakukan analisis lebih lanjut dalam paradigma
kritis. Hasil penelitian ini adalah 1). Eksistensialisme
Bumi Manusia adalah pergulatan manusia yang berbekal
pengetahuan dan kemerdekaan untuk berjuang keluar dari
berbagai kesulitan yang sedang dihadapi dengan berbagai
cara yaitu mampu berdiri pada kaki sendiri, dan tidak
menjadi kriminal dan lari dari tanggung jawabnya.
Konsep kemanusiaan dalam Bumi Manusia adalah
kemanusiaan yang disebut dengan humanis proletar atau
sosialis yang mengakar pada kondisi faktual sosial rakyat
kecil dan kaum tertindas. 2). Eksistensialisme Bumi
Manusia menempatkan kebebasan dan tanggung jawab
dalam posisi penting terkait eksistensi manusia.
Eksistensialisme Bumi Manusia bukanlah eksistensi yang
religius; Tuhan dan Agama tidak menjadi faktor penting
dalam mewujudkan eksistensi manusia.
Penelitian terdahulu relevan, yang sudah dijelaskan
dan didapatkan melalui studi pustaka, memiliki perbedaan
dan persamaan pada penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Berikut tabel terkait persamaan dan perbedaan:

Table 2.1
Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu
No. Judul Persamaan Kebaruan
Penelitian
1. Eksistensiali Pada penelitian Pada penelitian
sme dalam ini sama-sama ini, analisis data
Novel The mendeskripsikan tidak
Zahir eksistensialisme menggunakan
tokoh pada novel kutipan secara
dan menggunakan langsung pada
teori novel. Peneliti
eksistensialisme menganalisis dari
Jean Paul Sartre. cerita novel
secara
keseluruhan dan
mengaitkan
dengan teori yang
digunakan. Selain
itu fokus
penelitian ini
berbeda dengan
penelitian yang
sedang dilakukan.
No. Judul Persamaan Kebaruan
Penelitian
Pada penelitian
ini menggunakan
fokus tanggung
jawab dan
kematian
sedangkan
penelitian yang
sedang dilakukan
menggunakan
subjektifitas dan
tanggung jawab.
2. Telaah Pada penelitian Pada penelitian
Eksistensiali ini sama-sama ini tidak
sme Tokoh mendeskripsikan menggunakan
Utama eksistensialisme kajian
dalam Novel tokoh pada novel. eksistensialisme
Ayah Jean Paul Sartre,
Menyayangi tetapi
Tanpa Akhir menggunakan
Karya kajian Martin
Kirana Heidegger.
Kejora
3. Eksistensiali Pada penelitian Pada penelitian
sme dalam ini sama-sama ini tidak
Novel Bumi mendeskripsikan menggunakan
Manusia eksistensialisme kajian
Karya pada novel. eksistensialisme
Pramoedya Jean Paul Sartre,
Ananta Tour tetapi
menggunakan
kajian
eksistensialisme
Muhammad Iqbal.
Dari tiga penelitian yang relevan ini dapat
disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh
peneliti saat ini memiliki kesamaan dan juga perbedaan
pada penelitian sebelumnya. Kebaruan dalam penelitian
yang dilakukan adalah dengan mengetahui
eksistensialisme tokoh melalui subjektifitas dan tanggung
jawab tokoh pada novel Lima Cerita karya Desi Anwar
menggunakan kajian eksistensialisme Jean Paul Sartre.
Pada penelitian terdahulu beberapa peneliti tidak
menggunakan kajian teori dengan ahli yang sama. Selain
itu, untuk menemukan eksistensialisme tokoh pada novel
menggunakan fokus penelitian yang berbeda.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.
Metode pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksistensialisme Juan Paul Sartre. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam (Moleong, 2021:4) penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan
perilaku yang dapat diamati. Pendapat lain disampaikan oleh
Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

B. Desain Penelitian
Pada penelitian ini dibutuhkan rancangan dan
perencanaan agar penelitian dapat dilakukan dengan lancer
dan sistematis. Rancangan dan perencanaan ini disebuat
dengan desain penelitian. Menurut (Sekaran, 2017:109),
desain penelitian merupakan sebuah rencana untuk
pengumpulan, pengukuran dan analisis data berdasarkan
pertanyaan penelitian dari studi. Berikut bagan desain
penelitian kualitatif yang akan dilakukan peneliti pada saat
proses penelitian:

Eksistensi dalam Novel Lima Cerita Karya Desi Anwar Kajian


Eksistensialisme Jean Paul Sartre

Fokus 1 Fokus 2 Fokus 3 Fokus 4

Subjektfitas Tanggung Kebebasan Mengejar


dalam Novel jawab dalam dalam Novel Pengalaman (takut
Lima Cerita Novel Lima Lima Cerita mati) dalam Novel
Karya Desi Cerita Karya Karya Desi Lima Cerita
Anwar Desi Anwar Anwar Karya Desi Anwar

Eksistensialisme Jean Paul Sartre

Analisis data dari isi novel berdasarkan


kata, frasa, kalimat
bagan 3.1 Desain Penelitian
C. Sumber Data
Data merupakan informasi yang didapatkan oleh
penelitian yang kemudian diolah dan analisis menjadi
informasi baru. Menurut Lofland dan Lofland dalam
(Moleong, 2021:157) Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan sebuah tindakan. Sumber data
lain dari penelitian kualitatif seperti dokumen dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal itu, jenis data dibagi kedalam kata-kata,
tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Sumber data
pada penelitian ini ada dua sumber. Kedua sumber ini adalah
adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Berikut
sumber data primer dan sumber data sekunder pada penelitian
ini:
1. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan data yang
diperoleh atau didapatkan dari sumber pertama. Dalam
penelitian ini adalah buku Lima Cerita karya Desi Anwar.
Lima Cerita terbit pada tahun 2019. Cetakan pertama
februari 2019 dan cetakan kedua Mei 2019. Buku Lima
Cerita diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama Gedung
Gramedia Blok I, Lt. 5 Jl. Palmerah Barat 29-33, Jakarta
10270. Lima Cerita memiliki 307 halaman. Lima Cerita
memiliki nomor ISBN 978-602-06-1367-3 dan dicetak
pada cetakan pertama dan kedua pada bulan Februari dan
Mei tahun 2019 Sampul Lima Cerita berwarna toska,
coklat, merah, oren, biru di gambar sampulnya. Terdapat
gambar jantung yang memiliki banyak warna dan disetiap
warna memiliki bentuk yang berbeda beda. Dibagian
sampul belakang terdapat ulasan pembaca yang
memberikan pendapat terkait karya penulis dan penulis
Lima Cerita
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data
pendukung dari sumber data utama atau primer. Sumber
data sekunder dalam penelitian ini adalah buku dan
artikel. Buku dan artikel ini merupakan data dari
penelitian terdahulu yang relevan dan teori yang
digunakan dan sesuai dengan fokus penelitian. Teori yang
digunakan pada penelitian ini adalah eksistensialisme Jean
Paul Sartre.

D. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah suatu kondisi yang
menggambarkan atau menerangkan suatu situasi dari objek
yang akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas
dari suatu penelitian. Dalam novel Lima Cerita ini akan
diteliti eksistensialisme tokoh melalui fokus yang sudah
dipilih. Objek penelitian ini adalah frasa, kata dan kalimat
yang berhubungan dengan fokus penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan satu unsur yang
sangat penting (Moleong, 2021:157) pemerolehan data dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber.
Dalam penelitian kualitatif, pemerolehan dan pengumpulan
data dilakukan dengan natural setting (kondisi yang alamiah),
sumber data primer.Teknik pengumpulan data pada penelitian
ini yaitu studi pustaka dan dokumentasi.
1. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang
memiliki makna tertulis. Teknik pengumpulan data
dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
mencatat data-data yang telah ada (Sugiyono, 2017:240)
teknik pengumpulan data dokumentasi adalah cara untuk
mengumpulkan data melalui buku tentang pendapat, teori
atau yang lainnya berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan. Dokumen digunakan sebagai bahan penelitian
dan sumber data karena dokumen merupakan sumber data
yang stabil, kaya, dan mendorong.
2. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data
yang dapat dilakukan untuk pencarian data melalui
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto, gambar,
maupun dokumen tidak tertulis seperti elektronik yang
mendukung penelitian. Menurut (Sugiyono, 2017:224)
hasil penelitian semakin akurat apabila didukung oleh
foto-foto atau sebuah karya tulis akademik yang sudah
ada. Teknik studi pustaka menggunakan buku-buku,
literatur dan bahan pustaka yang relevan dengan penelitian
yang dilakukan. Pada penelitian ini menggunakan studi
pustaka dengan teknik baca catat.

F. Teknik Analisa Data


Analisis data merupakan langkah yang paling penting
dalam suatu penelitian. Data yang sudah diperoleh atau
didapatkan akan dianalisis pada tahap ini sehingga dapat
ditemukan kesimpulan. Dalam penelitian yang dilakukan
menggunakan teknik analisis model Miles and Huberman.
Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2017:247)
analisis data kualitatif dilakukan dengan interaktif dan
berlangsung secara terus menerus hingga tuntas dan selesai.
Aktivitas analisis data yaitu antara lain:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum,
memilih hal yang pokok dan memfokuskan pada hal yang
penting. Data yang direduksi akan memberikan gambaran
secara jelas dan mempermudah peneliti melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencari kembali data
jika masih diperlukan. Dalam penelitian ini, data di
peroleh melalui studi pustaka dan dokumentasi kemudian
di rangkum (Sugiyono, 2017:247)
2. Penyajian data
Langkah selanjutnya setelah reduksi data adalah
penyajian data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data
disajikan dengan uraian, bagan, hubungan antara kategori
dan sejenisnya, tetapi yang sering digunakan merupakan
teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan
dengan mengelompokkan data yang disesuaikan dengan
sub bab masing-masing. Data yang telah didapatkan dari
studi pustaka dan dokumentasi dikelompokkan (Sugiyono,
2017:249)
3. Simpulan dan verifikasi
Langkah terakhir dari penelitian kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Simpulan dalam
penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ditemukan pada penelitian
sebelumnya. Temuan ini dapat berupa deskripsi suatu
objek yang sebelumnya belum jelas dan menjadi jelas
ketika diteliti (Sugiyono, 2017:252)

G. Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang
diperbarui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan
(rehabilitas) menurut versi ‘positivisme’ dan disesuaikan
dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya
sendiri (Moleong, 2021:321). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan triangulasi teknik untuk menguji validitas data
yang diperoleh (Sugiyono, 2017:273). Triangulasi teknik
digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek dengan sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Data yang diperoleh dari teknik dokumentasi dan
studi pustaka baca catat, kemudian dicek kembali dengan
menggunakan teknik baca berulang-ulang dari sumber data
yang sama.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi data
Novel Lima Cerita Karya Desi Anwar dikaji
menggunakan teori eksistensialisme Jean Paul Sartre. Peneliti
mendeskripsikan (fokus) yang terdapat pada novel Lima
Cerita. Data yang sudah didapatkan dari hasil penelitian,
selanjutnya akan dideskripsikan dalam bentuk table sebagai
berikut:

1. Subjektivitas Tokoh pada Novel Lima Cerita Karya


Desi Anwar

Table 4.12 Subjektivitas Tokoh pada Novel Lima


Cerita Karya Desi Anwar
No Data Kodefikasi

1. Selagi mereka LC/ST/Anwar,2019:71


berbicara mengenai
rencana tempat
tinggalnya.
2. Untuk memulai LC/ST/Anwar,2019:80
kebiasaan baik
diperlukan
kesadaran diri dan
pengetahuan yang
memungkinkan
kita membuat
pilihan yang
No Data Kodefikasi

berdasar.
Mempraktikkan
kebiasaan baik
butuh disiplin dan
motivasi.

3. “Kita sama saja LC/ST/Anwar,2019:111


sekarang, kamu
dan aku,” Delia
tertawa, melihat ke
sekelilingnya, ke
kasur di lantai
berkarpet usang. ke
tumpukan kardus
berisi sedikit harta
yang dia bawa
dalam perjalanan
menyambut hidup
baru, “Ada banyak
sekali yang bisa
dilakukan dan
diharapkan.
Menurut kamu
begitu kan?
Bukankah ini
asyik?”

4. Dia mesti mengaku LC/ST/Anwar,2019:154


kepada Mrs Barnes
bahwa itu semua
sia- sia, dan
mempersiapkan
No Data Kodefikasi

gurunya untuk
menerima kabar
buruk.
Menyelamatkannya
dari kekecewaan.
Ya, itu yang harus
dia lakukan. Sudah
sepantasnya. Lebih
baik Mrs Barnes
kecewa sekarang
dari pada nanti,
sesudah ujian,
ketika menyadari
murid
kesayangannya
mendapat “F”
dalam ujian Bahasa
Inggris.

5. Cuaca sempurna LC/ST/Anwar,2019:161


untuk awal musim
panas. Dia tahu
pasti ke mana dia
harus pergi dan apa
yang dia harus
lakukan. Ketika itu
hari Jumat. Ujian
berikutnya
dijadwalkan hari
Senin. Dia tak
punya banyak
waktu untuk
No Data Kodefikasi

menghadapi si
binatang buas. Tapi
pertama-tama dia
harus menemukan
cara
melakukannya.

6. Sesudah mengakui LC/ST/Anwar,2019:163


bahwa dia
menderita beberapa
gejala dan
menemukan dia
baru ada di tahap
awal suatu
penyakit psikologis
yang dapat
memiliki
konsekuensi serius
bila dibiarkan
tanpa ditangani.
Setelah itu, dia
langsung menuju
bab cara
penanganannya.

7. Pada masa kini LC/ST/Anwar,2019:168


yang berlangsung
selamanya, dia
bebas, tak
dicengkeram apa
pun dan siapa pun.
Terserah
No Data Kodefikasi

kepadanya untuk
membentuk dan
menciptakan masa
kini, seperti apa
pun yang dia
inginkan.

8. Universitas pilihan LC/ST/Anwar,2019:174


pertamanya di
antara semua
pilihan lain. Tidak,
dia hanya bakal
menerima tawaran
tadi jika universitas
pilihan pertamanya
menolak.

9. Adela berkata
bahwa karena dia
bekerja lepas, dia
bisa liburan lebih
lama. Setidaknya
sampai dia
kehabisan baju.

10 Adela justru LC/ST/Anwar,2019:201


. memusatkan
perhatian pada apa
yang dapat dia lihat
langsung di
hadapannya, dan
berusaha
No Data Kodefikasi

memikirkan baik-
baik setiap
langkah, walau
tujuan akhirnya
belum jelas.

11 Adela hanya LC/ST/Anwar,2019:221


. menginginkan satu
hal. Menghabiskan
waktu bersama
caspar, jauh dari
semua orang lain
yang suara dan
percakapannya
mulai mengganggu
dia.

12 Adela terus LC/ST/Anwar,2019:233


. menyibukkan diri,
aktif, mencari
proyek-proyek
baru untuk digarap,
keahlian-keahlian
baru untuk
dipelajari, makin
banyak
pengetahuan untuk
diraih.

13 Adela bertekad LC/ST/Anwar,2019:235


. meresmikan cinta
mereka untuk
No Data Kodefikasi

selamanya. Untuk
memastikan tak
ada yang bisa
memisahkan
mereka,
menyerukan janji
suci untuk selalu
bersama, dalam
sakit maupun
sehat, sampai mati
dan sesudahnya.

14 Adela harus LC/ST/Anwar,2019:238


. membuka jalan
sendiri dengan
segala tantangan,
kesusahan, dan
kekecewaan.
15 Bukankah Mama LC/ST/Anwar,2019:244
. punya segala
macam rencana
untuk masa depan?
Banyak tempat
yang ingin
dikunjunginya dan
teman lama yang
ingin ditemuinya?

16 May LC/ST/Anwar,2019:279
. membayangkan
bahwa suatu hari
nanti dia akan
No Data Kodefikasi

menjadi Mama
juga, kalau bisa
dengan banyak
anak dengan nama-
nama panjang
eksotis, tak seperti
namanya.

17 Apa May bakal LC/ST/Anwar,2019:303


. berani melangkah
ke dunia nan luas
bila Mama tak
mengajari dia
untuk mandiri
sejak dini? Bila
Mama tak
membuka pintu
kemerdekaan dan
mendorong dia
menerima
kemerdekaan
dengan segenap
tantangan dan
kebingungannya?

Keterangan:
LC : Lima Cerita
ST : Subjektivitas tokoh
Penulis : Desi Anwar
Tahun terbit : 2019
Hal : Halaman

2. Tanggung Jawab Tokoh pada Novel Lima Cerita


Karya Desi Anwar

Table 4.23 Tanggung Jawab Tokoh pada Novel Lima


Cerita Karya Desi Anwar
No Data Kodevikasi
1. Kegiatan favorit LC/TJT/
Ayah. Ia biasa Anwar,2019:11
mengkhawatirkan hal-
hal terkecil karena
itulah gunanya hal-
hal kecil. Untuk
dikhawatirkan. Seperti
ketinggalan kereta.
Terlambat datang.
Roti bakar yang
gosong. Kekurangan
kue walaupun kami
punya cukup
simpanan untuk
sebulan dan bahkan
sudah bosan
memakannya.

2. Aku pun membuat LC/TJT/


catatan di benakku Anwar,2019:19
untuk jangan melepas
cincin, satu-satunya
benda berharga yang
No Data Kodevikasi
kubawa waktu itu.
Biasanya aku tidak
ceroboh, tetapi aku
tetap berjanji kepada
diri sendiri agar
jangan menaruh
barang sembarangan.

3. Yang membuat LC/TJT/


hubungan Delia dan Anwar,2019:75-76
Cam makin unik dan
dia sukai adalah rasa
saling percaya yang
tampaknya dimiliki
pasangan tersebut
sehingga mereka
masing-masing bisa
mengerjakan urusan
masing-masing pada
waktu yang
dikehendaki.
4. Tantangan tersulit LC/TJT/
yang Delia berikan Anwar,2019:85
sebagai bagian
pendidikan makan
sehat adalah berhenti
mengonsumsi gula.
Dia dibesarkan
sebagai gadis Inggris
yang doyan teh. Dia
bisa minum teh
beberapa kali sehari.
Karena minum teh
No Data Kodevikasi
bukan sekadar
kebiasaan. Minum teh
adalah ritual wajib.

5. Malam itu dia tak LC/TJT/


dapat tidur sedetik Anwar,2019:126
pun. Malam yang
terbukti menjadi yang
pertama dari banyak
malam berikutnya
tanpa tidur. Rasa sakit
terus meningkat. Hari
berikutnya, pada hari
ketiga ujian seni
murni ketika dia harus
menyelesaikan
portofolio, dia sadar
berada dalam masalah.
Rasa sakitnya sudah
merajalela waktu itu,
dan dengan bersusah
payah dia akhirnya
bisa menyerahkan
hasil karya. Karya
yang pada saat penting
itu justru tidak
menggambarkan
kemampuan sejatinya.

6. Ibunya menyarankan LC/TJT/


agar lebih santai, Anwar,2019:132
mendorongnya agar
pergi ke bioskop atau
No Data Kodevikasi
hiburan, jangan terus-
menerus memelototi
buku pelajaran.
Ibunya bahkan sampai
bilang dia bisa
mengulang ujian kalau
tak lulus. Tidak apa-
apa. Memangnya
siapa yang
mewajibkannya
masuk universitas?
Namun buat dia, itu
penting. Super
penting, jeritnya
dalam hati.

7. Dia menjadi ketua LC/TJT/


kelas selama dua Anwar,2019:143-144
tahun berturut-turut,
mengenakan pin di
kardigan dengan rasa
bangga dan rendah
hati. Bagaimanapun,
itu jabatan yang hanya
diberikan kepada
mereka yang dianggap
andal dan bertanggung
jawab.

8. Dia membaca satu bab LC/TJT/


di salah satu buku Anwar,2019:163
pinjaman, mengenai
teknik-teknik relaksasi
No Data Kodevikasi
yang bakal membantu
meredakan badai
dalam kepalanya, lalu
mencobanya.
Bagaimanapun, dia
murid serius yang
menyukai tantangan
asalkan dia tahu
tujuannya dan siap
menghadapinya.

9. Dia sangat bagus LC/TJT/


dalam memotivasi diri Anwar,2019:200
dengan banyak
inisiatif dan rasa haws
pembelajaran. Kalau
merasa bosan, dia
menganggap itu tanda
untuk meningkatkan
kegiatan atau
mempelajari keahlian
baru. Dengan cara
demikian, dia jarang
menyia- nyiakan
waktu, dan
memastikan bahwa
setiap saat yang dilalui
itu digunakan dengan
baik.

10. Mesti diakui bahwa LC/TJT/ Anw


sepanjang cobaan itu ar,2019:209
tak sekali pun Jacob
No Data Kodevikasi
memprotes, merengut,
atau mengeluh. Dia
justru menanggung
semuanya dengan rasa
humor dan
keanggunan.

11. Dia bersifat romantis, LC/TJT/


dan selama bertahun- Anwar,2019:209
tahun bersama, dia
menjaga hubungan
seperti harta berharga.

12. Jacob jadi punya LC/TJT/


alasan untuk tak Anwar,2019:234
berbuat apa-apa, tak
berusaha lebih keras.
Itu jalan yang paling
gampang ketika
menghadapi tanggung
jawab kedewasaan dan
kebutuhan
membangun masa
depan. Dia justru
membiarkan tanggung
jawab itu dipikul
Adela yang giat

13. Mungkin ketika itu dia LC/TJT/


masih terlalu muda Anwar,2019:251
untuk mengerti
banyaknya tanggung
jawab sebagai ibu, dan
No Data Kodevikasi
dia berusaha sebaik
mungkin untuk
melakukan segala
kegiatan yang dia mau
lakukan sambil
membesarkan anak.
Atau barangkali itu
hanya kecenderungan
alami seseorang yang
tidak mau
mengorbankan waktu
dan tenaga demi
menjadi seorang ibu.

14. May pun belajar LC/TJT/


bahwa di rumah, Anwar,2019:256
perempuanlah yang
bertanggung jawab
atas hal-hal terpenting.
15. Karena keasyikan, LC/TJT/
May lupa membawa Anwar,2019:259
obat antimabuk dan
kantong plastik untuk
menampung muntah.
Bisa dimengerti
sebenarnya, kelalaian
biasa.

16. Mama tak jahat. Justru LC/TJT/


May sendiri yang Anwar,2019:269
salah karena terlalu
sensitif. Terlalu
dimanjakan pengasuh.
No Data Kodevikasi
Terlalu imajinatif dan
tak praktis. Mama
hanya melakukan apa
yang bakal dilakukan
orangtua,
menanamkan rasa
realitas, praktikalitas,
dan nalar dalam akal
May yang sedang
berkembang.

17. May adalah anak LC/TJT/


perempuan yang baik. Anwar,2019:284
Pintar, rajin, pekerja
keras, dan tak
melalaikan tugas. Dia
bertanggung jawab
dan perhatian, selalu
berprestasi di sekolah.

18. "Mama tidak perlu LC/TJT/


mempertanggung Anwar,2019:285
jawabkan ke siapa
pun," katanya. "Dan
jelas tidak ke kamu."
"Aku kan khawatir,"
May memprotes. "Aku
sendirian di rumah,
dan masih anak
sekolah."
"Itu masalahmu,"
balas Mama dengan
menyebalkan, "bukan
No Data Kodevikasi
masalah Mama."

19. May tetap diterima LC/TJT/


bekerja sebagai Anwar,2019:287
penjaga toko, dan dia
pun mesti berangkat
kerja.

20. May justru makin LC/TJT/


mahir membuat Anwar,2019:294
keputusan sendiri,
menimbang pro kontra
berbagai hal, dan
menghindari
mengambil risiko
yang tak dapat
dikendalikannya.
Kemandirian berarti
tanggung jawab. Dan
bertanggung jawab
berarti menerima
konsekuensi tindakan
sendiri. Artinya, dia
perlu memilih
tindakannya dengan
hati- hati.

21. Mama selalu LC/TJT/


memamerkan Anwar,2019:301
kekuatan,
menunjukkan bahwa
dia bisa mengurus diri
sendiri serta tak mau
No Data Kodevikasi
mengganggu dan
menumpang di rumah
anak-anaknya, bahkan
sesudah pensiun dan
menjanda.

Keterangan:
LC : Lima Cerita
TJT : Tanggung Jawab Tokoh
Penulis : Desi Anwar
Tahun terbit : 2019
Hal : Halaman

3. Kebebasan Tokoh pada Novel Lima Cerita Karya


Desi Anwar

Table 4.3 Kebebasan Tokoh pada Novel Lima Cerita


Karya Desi Anwar

No. Data Kodefikasi


1. Saling menghormati LC/KT/
privasi dan sikap tak Anwar,2019:10
saling meremehkan
bisa dipelihara serta
ditegakkan demi
kemaslahatan semua
orang.

2. Salah seorang LC/KT/


kakakku adalah Anwar,2019:11
pejabat pemerintah
bergelar doktor dan
berkedudukan tinggi,
No. Data Kodefikasi
sementara kakakku
yang satu lagi sedang
menyelesaikan kuliah
magister di Australia
di tengah kariernya
sebagai pegawai
negeri sipil. "Itu
semua bagus," kata
Ayah lagi. "Sudah
sesuai yang
diharapkan. Tidak
ada lagi yang perlu
dikhawatirkan."

3. la melakukannya LC/KT/
untuk menggangguku Anwar,2019:15
dan membuktikan
bahwa selama ini ia
benar. Bahwa ia
sebetulnya sudah
menetapkan pilihan
dan aku paenolak
mendengarkan.

4. Aku punya kehidupan LC/KT/


yang menyenangkan Anwar,2019:16
serta karier yang
sukses. Kami semua
begitu. Ayah pun
mengakuinya.
Semuanya berjalan
sesuai harapan, tanpa
ada yang perlu
No. Data Kodefikasi
dikhawatirkan. Kami
tidak tumbuh besar
jadi pecandu obat,
pecundang, orang
yang rumpang di
masyarakat, atau
terjebak di pekerjaan
buntu maupun
hubungan
menyedihkan
5. Aku percaya peramal. LC/KT/
Pada kesempatan- Anwar,2019:19
kesempatan
terdahulu, mereka
biasanya terbukti
benar, dan itulah
salah satu alasan aku
tak suka bicara
dengan peramal. Aku
sangat percaya bahwa
mengendalikan nasib
sendiri, biarpun
hasilnya tak pasti
atau misterius, masih
lebih baik daripada
menjalani nasib
sesuai ramalan yang
terbukti. Setidaknya
kita masih merasa
punya pilihan, bukan
sekadar menempuh
jalan yang telah
digariskan.
No. Data Kodefikasi

6. Semua orang punya LC/KT/


takdir sendiri yang Anwar,2019:48
mesti dijalani, jalan
serta cara hidup
sendiri. Kami
mengurusi urusan
masing-masing dan
mencoba tak saling
merepotkan. Oleh
karena itu, hubungan
kami tidak diwarnai
penghakiman keras,
saling menyalahkan,
harapan tak realistis,
bahkan kekecewaan
7. Biarkan aku berbuat LC/KT/
semauku Anwar,2019:50
8. Dia senang karena LC/KT/
dia bakal membayar Anwar,2019:72
sewanya sendiri dari
uang hibah
mahasiswa, sehingga
itu jadi pilihannya
sendiri.
Keputusannya
sendiri.

9. Sesudah hampir LC/KT/


sepuluh tahun ogah- Anwar,2019:110-111
ogahan menjalankan
riset, dia akhirnya
pasrah dan mengakui
No. Data Kodefikasi
bahwa tesis Ph.D.-
nya, sebagaimana
pernikahannya, telah
menjadi beban. Dan
seperti
pernikahannya, dia
telah memutuskan
untuk meninggalkan
tesis itu untuk
selamanya. Memulai
hidup baru, dengan
hal-hal baru untul
dituju, tak lagi
dibebani kewajiban
atau keterikatan masa
lalu.

10. Dia didesak sejumlah LC/KT/


guru agar tak Anwar,2019:125
mengikuti mata
pelajaran seni murni
karena sudah
mengambil terlalu
banyak mata
pelajaran, guru seni
justru membantah,
mengatakan dia bakal
kehilangan nilai "A".
Sayangnya, guru
tersebut benar. Dia
juga sebenarnya
menyukai seni,
terutama
No. Data Kodefikasi
menggambar model
langsung. Dan dia
baru saja mulai
menunjukkan potensi
dalam lukisan cat
minyak.

11. Kapan dia menyetujui LC/KT/


semua ini? Dia Anwar,2019:137
bertanya-tanya. Di
titik mana dalam
hidupnya dia setuju
dilemparkan ke dunia
ini ke dalam tubuh
ini, dan harus
melakukan al-hal
seperti bangun tidur,
menyikat gigi,
mengerjakan
pekerjaan rumah. dan
belajar di sekolah?
Apa itu semua
diputuskan sebelum
dia lahir? Karena dia
tak dapat mengingat
mendaftar ikut
sesuatu yang seperti
itu kapan pun
sepanjang masa
kanak- kanaknya.

12. Pada masa kini yang LC/KT/


berlangsung Anwar,2019:168
No. Data Kodefikasi
selamanya, dia bebas.
tak dicengkeram apa
pun dan siapa pun.
Terserah kepadanya
untuk membentuk
dan menciptakan
masa kini, seperti apa
pun yang dia
inginkan.

13. Adela sendiri tidak LC/KT/


bersemangat untuk Anwar,2019:206
merayakan lagi. Dia
hanya ingin
menikmati liburan
dan bersantai, kalau
bisa tanpa gangguan.
Tapi tidak demikian
adanya. Ibunya agar
ikut saja, karena
semua di luar kendali
mereka.

14. Sejak kecil, May LC/KT/


belajar untuk tak Anwar,2019:252
menghalangi ibunya.

15. May anak yang LC/KT/


berbahagia karena dia Anwar,2019:258
bebas memilih waktu
tidur, bebas pulang
kapan saja ke rumah
sesudah seharian
No. Data Kodefikasi
bermain di luar,
bebas makan kapan
pun dia lapar, bebas
menghabiskan waktu
seharian membaca
buku atau
menggambar.

16. May tak suka LC/KT/


rambutnya dipotong. Anwar,2019:270
Dia ingin punya
rambut panjang
seperti anak-anak
perempuan lain
ketika itu. Rambut
panjang sepunggung
yang bisa dikepang,
dikuncir, atau
dipercantik dengan
pita dan bando.

17. "Hak kamu. Kamu LC/KT/


yang mengendalikan. Anwar,2019:289
Ini uang kamu, bukan
uang Mama Kamu
bebas mau apa saja
dengan uang itu." "Itu
intinya bekerja,"
Mama melanjutkan
dengan tegas, siapa
tahu May tak
menangkapnya.
"Kamu jadi tak
No. Data Kodefikasi
tergantung siapa pun.
Kamu bisa berbuat
semaumu."

18. May justru tak perlu LC/KT/


lagi didorong Anwar,2019:293
meninggalkan sarang,
Dia siap membuka
jalan sendiri dan
memilih nasib
sendiri.

19. Dia bilang hidup LC/KT/


sendiri itu jauh lebih Anwar,2019:299
baik daripada
menikah tapi merana.

20. Menurut May: May LC/KT/


tumbuh menjadi Anwar,2019:302
seperti yang
diharapkan. Seperti
diri Mama. Tak
dibebani atau dibatasi
siapa pun. Tak
bergantung kepada
siapa pun. Perempuan
kuat, seperti Mama.

Keterangan:
LC : Lima Cerita
KT : Kebebasan Tokoh
Penulis : Desi Anwar
Tahun terbit : 2019
Hal : Halaman

4. Mengejar Pengalaman Tokoh pada Novel Lima


Cerita Karya Desi Anwar

Table 4.45Mengejar Pengalaman Tokoh pada Novel


Lima Cerita Karya Desi Anwar
No. Data Kodefikasi
1. Kupencet sederet LC/MPT/
nomor, menelepon Anwar,2019:2
kakak
perempuanku,
sambil menyadari
tumbuhnya
beberapa perasaan
sekaligus.
Perpaduan rasa
kesal karena
dibangunkan
mendadak dan risih
karena harus
menyampaikan
kabar buruk.
Pesanku singkat
dan padat.
"Ayahmu
meninggal," kataku,
dengan memberi
penekanan pada
kata "-mu". "Ayah"
sudah mulai terasa
tak nyata.
No. Data Kodefikasi

2. Waktu kutemui LC/MPT/


kakakku di bandara, Anwar,2019:3
matanya sembap.
Wajahnya murung
dan berantakan.
Aku bertambah
kesal. Pukul tujuh
pagi pun belum,
sudah terjadi drama
di mana- mana!
Kenapa pula dia
harus menangis
segala? Seharusnya
dia marah. Ayah,
entah karena alasan
apa, memutuskan
untuk pergi dan
mengubah hidup
kami selamanya.
Mati. Apa pun
artinya itu. Sebelum
hari itu, kematian
hanyalah sesuatu
yang terjadi di
keluarga orang lain,
atau di adegan film.

3. Seharusnya aku LC/MPT/


curiga ketika Ayah Anwar,2019:12
bilang tidak ada
lagi yang perlu
dikhawatirkan,
No. Data Kodefikasi
mungkin
sesungguhnya ia
sedang mengirim
pesan kepadaku.
Ucapan selamat
tinggal yang
tersembunyi,
barangkali? Bahwa
tak ada lagi yang
Ayah perlu lakukan
di planet ini karena
semua sudah pada
tempatnya? Bahwa
ia sudah
menunaikan
tugasnya sebagai
manusia dan
sebagai seorang
ayah? Buat apa lagi
Ayah mengatakan
hal-hal itu kalau
bukan karena
semesta tengah
mendorong Ayah
ke arah tertentu?

4. Ayah LC/MPT/
mengkhawatirkan Anwar,2019:13
apa yang mau Ayah
lakukan berikutnya
dalam hidup la suka
mengajar. Tapi,
usia pensiunku
No. Data Kodefikasi
makin dekat,
katanya. Aku
bilang, bukankah
Ayah sedang
menulis buku?
Membuat kamus?
Dan, bukankah usia
pensiun profesor
dinaikkan?
Ayah khawatir
pemberlakuan
peraturan itu bakal
terlambat baginya,
lalu ia bakal keburu
pensiun dan tidak
mengajar lagi.

5. Ayah berkata, "Jika LC/MPT/


tidak bisa mengajar Anwar,2019:14
lagi, buat apa saya
hidup?
6. Ayah sudah mulai LC/MPT/
menetapkan Anwar,2019:15
pendapatnya
mengenal satu hal
yang pasti dan tak
terelakkan itu.
Kematian.

7. Kalau Delia LC/MPT/


memberi nasihat, Anwar,2019:74-75
biasanya tidak
dengan menggurui
No. Data Kodefikasi
atau merendahkan.
Kata-katanya tak
berisi kritik atau
prasangka, lebih
sering berupa
undangan untuk
merenung. Delia
suka berbagi
gagasan
pengalaman,
sekaligus
pendengar yang
baik dan bijak.
Dengan kata lain, si
perempuan muda
memandang Delia
bukan lagi sebagai
orang tak menarik,
tak modis, dan tak
mengesankan
sebagaimana
penilaian dia ketika
mereka pertapa kali
bertemu, melainkan
sebagai sumber
kebijaksanaan dan
pengalaman yang
bisa memberi dia
banyak pelajaran.

8. Rutinitas harian LC/MPT/


Delia dan Anwar,2019:95
kegemaran Cam
No. Data Kodefikasi
melakukan hobi
juga mengilhami
dia untuk menjadi
lebih fokus dan
disiplin. Dia belajar
mengelola waktu
dengan baik karena
menyadari, waktu
mudah terbuang
jika dia tak hati-
hati. Terutama
karena kelas-
kelasnya, dibanding
ketika SMA, hanya
sedikit dan saling
berjauhan.

9. Kalau menghadapi LC/MPT/


kehidupan dan Anwar,2019:200
masa depan, meski
tak pasti dan tak
jelas,
kecenderungan
alami Adela adalah
memandang dengan
optimistis dan
penuh rasa ingin
tahu, sebagai orang
yang menganggap
semesta sebagai
Dan meski semesta
begitu besar dan
misterius, Adela
No. Data Kodefikasi
yakin dia cukup
mujur untuk
mendapat tempat
yang baik di
dalamnya, di masa
kini dan masa
depan. tempat
untuk membuat
penemuan dan
penuh petualangan.
Jadi ketika Adela
menjelajahi
berbagai jalan di
banyak kota, dia
selalu merasa asyik
dan terlibat. Ketika
bertemu orang baru,
dia biasa
menganggap
mereka menarik,
sumber gagasan dan
inspirasi baru.
Sedangkan bila dia
punya waktu, dia
suka memulai
kegiatan baru, baik
membuat karya
seni, menulis, atau
mempelajari
keahlian baru
seperti merajut atau
belajar bahasa baru.
No. Data Kodefikasi
10. Bertahun-tahun LC/MPT/
kemudian Adela Anwar,2019:240
akhirnya mengerti
bahwa makna hidup
bukanlah
menemukan dan
menjaga cinta
sempurna.

11. Hidup adalah LC/MPT/


pertumbuhan dan Anwar,2019:240
membuka diri ke
berbagai
pengalaman,
sebagian tak
menyenangkan,
banyak
menyakitkan,
sementara lainnya
biasa saja. Tak ada
yang namanya
kesempurnaan,
hanya perjuangan
menuju ke sana
dalam bentuk
pertumbuhan,
pencarian, dan
pembelajaran.
Kesempurnaan
hanyalah kata lain
untuk keadaan
ketika kehidupan
berhenti hadir.
No. Data Kodefikasi

12. Dia memulai LC/MPT/


perjalanan Anwar,2019:241
penemuan
sepanjang hidup:
penemuan
mengenai
kehidupan, semesta,
dan dirinya sendiri.
Penemuan bahwa
kesempurnaan
adalah
pertumbuhan tanpa
akhir dan menjalani
hidup seutuh-
utuhnya.

13. Bagaimanapun, LC/MPT/


bukankah Mama Anwar,2019:244
punya segala
macam rencana
untuk masa depan?
Banyak tempat
yang ingin
dikunjunginya dan
teman lama yang
ingin ditemuinya?
Karena
sepengetahuan
May, mati jelas tak
ada di agenda
ibunya.
No. Data Kodefikasi
14. May. "Beritahu aku, LC/MPT/
Mama. Apa rasanya Anwar,2019:279
melahirkan bayi?"

15. Mama justru senang LC/MPT/


dengan gagasan Anwar,2019:290
May bertualang
sendiri ke negara
antah berantah.
Dalam pandangan
Mama, karena May
membayari sendiri
perjalanannya, ia
tak berhak
mencampuri.

16. May sudah tahu apa LC/MPT/


yang dia perlu Anwar,2019:290
lakukan. Waktunya
meninggalkan
rumah untuk
seterusnya dan
menjadi
sepenuhnya
merdeka. Dia
memilih universitas
yang berada di luar
kota tempat tinggal
orangtuanya,
menerima beasiswa
penuh untuk biaya
kuliah dan biaya
hidup, dan
No. Data Kodefikasi
meninggalkan
rumah dengan
membawa sedikit
barangnya.

17. May berusaha agar LC/MPT/


selalu ramah, dan Anwar,2019:295
mengetahui bahwa
ujung ujungnya dia
memegang sendiri
nasibnya.

18. Mama LC/MPT/


mengajarinya Anwar,2019:304
bahwa orangtua tak
akan ada terus
untuk selamanya.
Dan bergantung
kepada orangtua
terus itu keliru Pada
satu titik, orang
harus tumbuh dan
menghadapi
kehidupan sendiri.
Lebih baik
menerima
kenyataan itu lebih
cepat daripada lebih
lambat.

Keterangan:
LC : Lima Cerita
MPT : Mengejar Pengalaman Tokoh
Penulis : Desi Anwar
Tahun terbit : 2019
Hal : Halaman

B. Pembahasan
Data yang telah diperoleh dari penelitian terhadap
novel Lima Cerita karya Desi Anwar akan dianalisis
menggunakan teori eksistensialisme untuk menemukan
eksistensialisme pada novel Lima Cerita karya Desi Anwar

1. Subjektivitas Tokoh pada Povel Lima Cerita Karya


Desi Anwar
Subjektivitas merupakan rencana kehidupan di
masa depan seseorang. Subjektivitas tokoh pada novel
Lima Cerita dapat diketahui dari data yang didapat
diketahui dari data yang sudah ditemukan.
Mereka turun lagi untuk melanjutkan minum
teh; dan dia mulai berpikir. Bagian-bagian lain
rumah agak berantakan, tapi kotor. Malah
terasa menyenangkan dan bikin betah. tipe
tempat yang enak didiami sesudah seharian di
luar. (LC/ST/Anwar,2019:71)
Gambaran rumah impian yang dibayangkan
oleh tokoh tersebut merupakan bagian dari rencana
yang ingin diwujudkan. Tokoh dalam kutipan cerita
tersebut memiliki impian memiliki hunian yang
nyaman untuk ditinggali, bahkan saat seharian
penghuninya harus meninggalkan rumah untuk
melakukan aktifitas. Saat kembali, rumah tersebut
menjadi tempat ternyaman dan obat dari segala
kelelahan yang telah dirasakan. Subjektivtas lainnya
ditemukan pada data selanjutnya.
Untuk memulai kebiasaan baik diperlukan
kesadaran diri dan pengetahuan yang
memungkinkan kita membuat pilihan yang
berdasar. Mempraktikkan kebiasaan baik butuh
disiplin dan motivasi. (LC/ST/Anwar,2019:80)

Kebiasaan baik merupakan hal yang harus


selalu dilakukan setiap orang. Hal-hal kecil yang baik
dapat berdampak besar bagi diri sendiri dan orang
disekitarnya. Dengan menerapkan disiplin, seseorang
bisa melakukan hal yang baik menjadi kebiasaan. Dari
kebiasan-kebiasaan baik ini dapat menjadikan kita
sebagai manusia yang lebih baik setiap harinya. Pada
kutipan diatas dijelaskan bahwa tokoh dalam novel
melakukan kesadaran tinggi untuk melakukan
kebiasaan baik agar kehidupan dimasa yang akan
datang menjadi lebih baik. Subjektivitas tokoh pada
kehidupan hal lain ditemukan pada data berikutnya.

"Kita sama saja sekarang, kamu dan aku," Delia


tertawa, melihat ke sekelilingnya, ke kasur di
lantai berkarpet usang. ke tumpukan kardus
berisi sedikit harta yang dia bawa dalam
perjalanan menyambut hidup baru, "Ada
banyak sekali yang bisa dilakukan dan
diharapkan. Menurut kamu begitu kan?
Bukankah ini asyik?" (LC/ST/Anwar,2019:111)

Kutipan cerita diatas menjelaskan tentang tokoh


yang akan memulai hidup baru dengan pasangannya.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan “Delia tertawa,
melihat ke sekelilingnya, ke kasur di lantai berkarpet
usang. ke tumpukan kardus berisi sedikit harta yang
dia bawa dalam perjalanan menyambut hidup baru”.
Subjektivitas tokoh yang ditemukan pada data tersebut
menunjukkan bahwa tokoh sedang mempersiapkan
segala hal untuk menyambut kehidupan yang baru
dengan seorang pasangan hidup. Untuk memulai hidup
baru, setiap orang pasti memiliki persiapan yang baik
berupa perlengkapan, kesiapan jiwa dan raga.
Perjalanan untuk menyambut hidup baru penting bagi
setiap manusia mempersiapkan dan merencanakan
kehidupan yang akan datang. Kehidupan yang akan
datang harus diterima dengan kelapangan hati dan diri
serta kesiapan. Rencana kehidupan yang dimiliki oleh
tokoh pada novel Lima Cerita begitu beragam, data
selanjutnya mengenai subjektivitas tokoh mengenai
kondisi yang dialami.

Dia mesti mengaku kepada Mrs Barnes bahwa


itu semua sia- sia, dan mempersiapkan gurunya
untuk menerima kabar buruk.
Menyelamatkannya dari kekecewaan. Ya, itu
yang harus dia lakukan. Sudah sepantasnya.
Lebih baik Mrs Barnes kecewa sekarang dari
pada nanti, sesudah ujian, ketika menyadari
murid kesayangannya mendapat “F” dalam
ujian Bahasa Inggris. (LC/ST/Anwar,2019:154)

Tokoh “dia” memiliki rencana untuk


memberikan kabar kepada gurunya mengenai kondisi
yang sedang dialaminya. Tokoh “dia” akan
memberitahu dengan memberanikan dirinya. Harapan
yang dimiliki oleh tokoh “dia” adalah gurunya Mrs
barnes mengetahui hal yang selama ini
disembunyikan. Hal ini dilakukan agar sang guru tidak
merasakan kecewa jika sesuatu hal yang buruk akan
terjadi dikemudian hari. Subjektivitas lain ditemukan
pada data selanjutnya,

Cuaca sempurna untuk awal musim panas. Dia


tahu pasti ke mana dia harus pergi dan apa yang
dia harus lakukan. Ketika itu hari Jumat. Ujian
berikutnya dijadwalkan hari Senin. Dia tak
punya banyak waktu untuk menghadapi si
binatang buas. Tapi pertama-tama dia harus
menemukan cara melakukannya.
(LC/ST/Anwar,2019:161)

Digambarkan pada kutipan cerita diatas bahwa


tokoh “dia” memiliki rencana untuk mengisi waktu
pada awal musim panas. Kegiatan selanjutnya sudah
dijadwalkan. Tokoh “dia” telah merencanakan hal
yang akan dilakukan untuk mengisi waktu yang tidak
banyak itu. Perkiraan waktu pada rencana kegiatan
perlu dibuat oleh siapapun untuk melakukan kegiatan
menjadi lebih terstruktur. Merencakan sesuatu menjadi
hal yang penting bagi setiap orang. Rencana hidup
juga disebuat desain hidup memang sangat perlu
dibuat sebagai penopang tentang apa yang dilakukan
dikemudian hari. Perencanaan dibuat untuk kehidupan
dengan jangka waktu yang panjang maupun pendek.
Salah satunya adalah perencanaan yang harus
dilakukan untuk penanganan terhadap sebuah
permasalahan yang terjadi saat ini.

Sesudah mengakui bahwa dia menderita


beberapa gejala dan menemukan dia baru ada di
tahap awal suatu penyakit psikologis yang
dapat memiliki konsekuensi serius bila
dibiarkan tanpa ditangani. Setelah itu, dia
langsung menuju bab cara penanganannya.
(LC/ST/Anwar,2019:163)

Setelah mengetahui apa yang sedang


dideritanya bahwa terdapat penyakit psikologis, tokoh
“dia” segera mencari cara untuk menangani
penyakitnya tersebut. Dalam hal ini, tokoh “dia”
menginginkan penyakitnya dapat segera ditangani dan
disembuhkan. Penyakit psikologi memang bukan
penyakit yang sepele. Kesehatan mental memang perlu
dijaga. Jika kesehatan mental mulai terganggu, maka
penanganan perlu dilakukan secepatnya agar tidak
berujung pada hal yang negatif. Dalam hal ini tokoh
“dia” akan menerima konsekurensi apapun saat proses
penanganan dan penyembuhan penyakit yang dialami.
Begitu banyak subjektivitas tokoh pada novel Lima
Cerita tersebut. Data selanjutnya juga masih mengenai
subjektivitas tokoh “dia” dalam merencakanan
kehidupan masa depan.

Pada masa kini yang berlangsung selamanya,


dia bebas, tak dicengkeram apa pun dan siapa
pun. Terserah kepadanya untuk membentuk dan
menciptakan masa kini, seperti apa pun yang
dia inginkan. (LC/ST/Anwar,2019:168)

Setiap orang memiliki kendali sepenuhnya atas


keputusan hidupnya. Kehidupan masa kini dan masa
depan, Semunya ada pada genggamannya sendiri.
Masa depan adalah suatu hal yang akan diterima oleh
setiap orang. Waktu berjalan terus menerus dan setiap
harinya memiliki variasi yang berbeda-beda. Setiap
orang menginginkan masa depan yang cerah dan baik.
Oleh karena itu tokoh “dia” merencanakan segala
sesuatu untuk digapai dimasa depan seperti yang
diinginkan. Subjektivitas tentang kehidupan dimasa
depan juga terjadi pada persoalan mengenai jenjang
pendidikan selanjutnya.

Universitas pilihan pertamanya di antara semua


pilihan lain. Tidak, dia hanya bakal menerima
tawaran tadi jika universitas pilihan pertamanya
menolak. (LC/ST/Anwar,2019:174)

Ada tujuan yang diinginkan tokoh “dia” untuk


dapat melanjutkan pendidikan di universitas terbaik
pilihannya. Selain universitas ini, tokoh “dia” juga
sudah mempersiapkan pilihan universitas lain jika
memang universitas pilihan terbaiknya tidak
menerima. Setiap sekolah memang memberikan
fasilitas terbaik untuk menunjang pendidikan. Namun,
setiap orang juga berhak memiliki pilihan sesuai
dengan harapan dan impian yang diinginkan. Tidak
lupa juga menyiapkan perencanaan lain. Sehingga
tidak bingung jika rencana pertama tidak sesaui
harapan. Subjektivitas tokoh lainnya ditemukan pada
tokoh Adela.

Adela berkata bahwa karena dia bekerja lepas,


dia bisa liburan lebih lama. Setidaknya sampai
dia kehabisan baju. (LC/ST/Anwar,2019:182)

Hari libur memang sangat dinantikan oleh


setiap orang. Setelah merasakan kelelahan saat bekerja
keras, akhirnya tiba juga hari dimana kita bisa
beristirahat. Selain itu hari libur juga menjadi momen
untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Beberapa kegitan dapat dilakukan untuk menikmati
hari libur. Pada hal ini Tokoh Adela memiliki rencana
untuk menghilangkan lelah dengan berlibur lebih
lama. Liburan ini dilakukan untuk menghilangkan
rasa lelah saat bekerja sehingga siap melakukan
aktivitas selanjutnya usai liburan. Rencana selanjutnya
juga dimiliki oleh Adela pada perencanaan lain.
Adela justru memusatkan perhatian pada apa
yang dapat dia lihat langsung di hadapannya,
dan berusaha memikirkan baik-baik setiap
langkah, walau tujuan akhirnya belum jelas.
(LC/ST/Anwar,2019:201)

Setiap langkah dalah hidup perlu dipikirkan


walaupun belum pasti akan berhasil. Sebaiknya semua
harus dipikirkan lebih matang sebelum dilakukan.
Seperti yang dikutip pada data “berusaha memikirkan
baik-baik setiap langkah, walau tujuan akhirnya belum
jelas.” Kutipan ini menjelaskan bahwa tokoh Adela
berusaha terlebih dahulu dan merencanakan setiap
langkah walaupun masih ditemani ketidak jelasan.
Subjektivitas lain terdapat pada data selanjutnya yang
menjelaskan tentang waktu dan kesempatan.

Adela hanya menginginkan satu hal.


Menghabiskan waktu bersama caspar, jauh dari
semua orang lain yang suara dan
percakapannya mulai mengganggu dia.
(LC/ST/Anwar,2019:221)

Keinginan tokoh Adela adalah menghabiskan


waktu bersama Caspar. Sebuah rencana untuk
menghabiskan waktu bersama orang yang Adela
cintai. Adela menginginkan juga untuk jauh dari
semua orang yang berpotensi mengganggu waktu
mereka berdua. Adela ingin menikmati waktu berdua
tanpa adanya orang lain karena menurutnya orang lain
dapat mengganggu. Rencana ini dimiliki oleh Adela
untuk bisa menghabsikan waktu berdua. Subjektivitas
Adela lainnya, juga ditemukan pada data berikut.
Adela terus menyibukkan diri, aktif, mencari
proyek-proyek baru untuk digarap, keahlian-
keahlian baru untuk dipelajari, makin banyak
pengetahuan untuk diraih.
(LC/ST/Anwar,2019:233)

Tokoh Adela pada kutipan data diatas,


digambarkan sedang mengupgrade diri. Adela
disibukkan dengan mencari peluang untuk dikerjakan
sesuai dengan keahliannya. Dari hal tersebut, Adela
juga mendapatkan banyak keahlian dan pengetahuan
yang baru. Subjektivitas tokoh Adela ini dilakukan
untuk menjadi manusia yang berkembang. Menjadi
manusia yang memiliki kemampuan lebih banyak dan
pengalaman yang luas. Rencana selanjutnya dimiliki
oleh Adela mengenai hubungan yang lebih serius.

Adela bertekad meresmikan cinta mereka untuk


selamanya. Untuk memastikan tak ada yang
bisa memisahkan mereka, menyerukan janji
suci untuk selalu bersama, dalam sakit maupun
sehat, sampai mati dan sesudahnya.
(LC/ST/Anwar,2019:235)

Tokoh Adela memiliki rencana untuk menikah


dengan tujuan tertentu seperti yang ada pada kutipan
data “meresmikan cinta mereka untuk selamanya.
Untuk memastikan tak ada yang bisa memisahkan
mereka, menyerukan janji suci untuk selalu bersama,
dalam sakit maupun sehat, sampai mati dan
sesudahnya” Dari hal ini terlihat bahwa tokoh Adela
memiliki keinginan untuk memiliki cinta sejati. Dari
tujuan tersebut Adela ingin meresmikan cintanya.
Adela berharap dengan tujuan tersebut ia dan
pasangannya bisa saling membersamai dalam setiap
fase kehidupan yang terjadi. Begitu banyak
subjektivitas Adela yang digambarkan pada novel
Lima Cerita. Data selanjutnya masih tentang rencana
Adela dalam mewujudkan impiannya untuk kehidupan
yang baru.

Adela harus membuka jalan sendiri dengan


segala tantangan, kesusahan, dan kekecewaan.
Petualangan baru. (LC/ST/Anwar,2019:238)

Adela merencanakan sebuah usaha untuk


membuka jalur baru dan siap dengan segala tantangan
yang ada dihadapannya. Segala tantangan, kesusahan
dan kekecewaan akan dihadapi untuk memulai
petualangan baru. Tokoh Adela yakin bahwa segala
rintangan yang ada dapat dihadapi dengan baik.
Keyakinan yang baik dimiliki oleh Adela untuk dapat
merubah hidupnya. Data yang ditemukan selanjutnya
adalah subjetivitas tokoh Mama.

Bukankah Mama punya segala macam rencana


untuk masa depan? Banyak tempat yang ingin
dikunjunginya dan teman lama yang ingin
ditemuinya? (LC/ST/Anwar,2019:244)

Tokoh Mama memiliki segala rencana untuk


hidup dikemudian hari. Tokoh Mama memiliki banyak
tempat yang ingin dikunjungi dan teman teman lama
yang ingin ditemuinya. Mama adalah sosok yang
memiliki banyak rencana untuk membahagiakan
dirinya di masa depan. Rencana mama mengunjungi
tempat dan menemui teman teman lamanya akan
membuat dia bahagia karena rencana itu sudah lama
dan mama menginginkannya. Subjetivitas lain
ditemukan pada tokoh May.
May membayangkan bahwa suatu hari nanti dia
akan menjadi Mama juga, kalau bisa dengan
banyak anak dengan nama-nama panjang
eksotis, tak seperti namanya.
(LC/ST/Anwar,2019:279)

Menjadi seorang ibu yang baik adalah hal yang


diimpikan oleh setiap anak perempuan. Begitu mulai
perjuangan dan tugas ibu, hingga menjadikan semua
anak perempuan memiliki impian yang hampir sama.
Tokoh May membayangkan bahwa suatu hari nanti
dirinya akan menjadi sesorang ibu dan memiliki
rencana untuk mempunyai banyak anak dengan nama
panjang eksotis dan melebihi namanya sendiri.
Subjektvitas selanjutnya dari tokoh mama.

Apa May bakal berani melangkah ke dunia nan


luas bila Mama tak mengajari dia untuk mandiri
sejak dini? Bila Mama tak membuka pintu
kemerdekaan dan mendorong dia menerima
kemerdekaan dengan segenap tantangan dan
kebingungannya? (LC/ST/Anwar,2019:303)

Tokoh mama memiliki rencana untuk anaknya


(May). Dalam kutipan cerita diatas, tokoh mama
menjadikan anaknya (May) untuk menjadi mandiri
sejak dini. Hal ini dilakukan ternyata memiliki tujuan
agar anaknya dapat berani melangkah kedunia yang
luas dan keras. Tokoh mama yakin, saat anaknya
menghadapi segala tantangan yang dialami dengan
sendiri, May mampu menjadi manusia yang mandiri
dan kuat. Dari hal tersebut akhirnya tokoh May
menyadari bahwa Mamanya telag menjadikan dirinya
menjadi pribadi yang mandiri.
2. Tanggung Jawab Tokoh pada Novel Lima Cerita
karya Desi Anwar
Manusia mempunyai sedararan atas dirinya
sendiri. Dalam hal ini tidak dapat diganti oleh orang
lain karena yang berkewajiban adalah dirinya sendiri.
Manusia berbuat atas dirinya sendiri dan untuk dirinya
sendiri manusia tidak bisa dan tidak boleh untuk
menyalahkan orang lain apabila terjadi kesalahan.
Manusia menemukan sendiri nilai kehidupan di dunia.
Tanggung jawab tokoh ditemukan pada data berikut:

Kegiatan favorit Ayah. Ia biasa


mengkhawatirkan hal-hal terkecil karena itulah
gunanya hal- hal kecil. Untuk dikhawatirkan.
Seperti ketinggalan kereta. Terlambat datang.
Roti bakar yang gosong. Kekurangan kue
walaupun kami punya cukup simpanan untuk
sebulan dan bahkan sudah bosan memakannya.
(LC/TJT/ Anwar,2019:11)

Tokoh “Ayah” pada novel Lima Cerita


memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Bahkan
ayah selalu mengkhawatirkan hal-hal kecil. Memang
sepela semua yang ayah khawatirkan. Bahkan hampir
tidak perlu bagi anaknya sendiri. Namun, ayah begitu
teliti hingga memperhatikan setiap hal kecil yang
terjadi. Sebagai seorang ayah memang memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya.
Apapun yang terjadi menjadi tanggung jawab ayah
sebagai kepala rumah tangga. Jadi, tidak heran jika
ayah tidak pernah bosan memikirkan hal tersebut.
Tanggung jawab lain ditemukan pada data selanjutnya.

Aku pun membuat catatan di benakku untuk


jangan melepas cincin, satu-satunya benda
berharga yang kubawa waktu itu. Biasanya aku
tidak ceroboh, tetapi aku tetap berjanji kepada
diri sendiri agar jangan menaruh barang
sembarangan. (LC/TJT/ Anwar,2019:19)

Tanggung jawab tokoh “aku” selalu melekat


untuk tidak sembarangan meletakkan benda yang
menurutnya berharga. Tokoh “aku” berjanji pada diri
sendiri untuk tidak ceroboh serta tidak seenaknya
sendiri untuk meletakkan barang barang berharga.
Menjaga barang berharga milik pribadi memang
tanggung jawab kita sendiri. Kecerobohan kita sebagai
manusia seringkali terjadi. Dengan adanya rasa
tanggung jawab yang besar terhadap barang berharga
milik sendiri, menjadikan kita selalu menjaga barang
tersebut dengan baik. Rasa tanggung jawab yang besar
juga dimiliki oleh tokoh Delia dan Cam.

Yang membuat hubungan Delia dan Cam


makin unik dan dia sukai adalah rasa saling
percaya yang tampaknya dimiliki pasangan
tersebut sehingga mereka masing-masing bisa
mengerjakan urusan masing-masing pada
waktu yang dikehendaki. (LC/TJT/
Anwar,2019:75-76)

Delia dan Cam memiliki rasa saling percaya


satu sama lainnya. Keduanya bebas melakukan
tugasnya sesuai dengan waktu yang dikehendaki.
Dengan adanya rasa saling percaya membuat mereka
tidak terbebani satu sama lainnya. Perkerjaan dan
tanggung jawab mereka bisa dikendalikan dengan baik
tanpa melibatkan masalah lain. Rasa tanggung jawab
lain tokoh Delia ditemukan pada data berikutnya.
Tantangan tersulit yang Delia berikan sebagai
bagian pendidikan makan sehat adalah berhenti
mengonsumsi gula. Dia dibesarkan sebagai
gadis Inggris yang doyan teh. Dia bisa minum
teh beberapa kali sehari. Karena minum teh
bukan sekadar kebiasaan. Minum teh adalah
ritual wajib.(LC/TJT/ Anwar,2019:85

Tokoh Delia memilih hidupnya untuk memakan


makanan sehat. Tokoh Delia memiliki tanggung jawab
atas dirinya sendiri. Delia ingin merubah kebiasaan
buruknya mengkonsumsi gula yang berlebihan.
Dikutip dari data “Dia dibesarkan sebagai gadis
Inggris yang doyan teh. Dia bisa minum teh beberapa
kali sehari. Karena minum teh bukan sekadar
kebiasaan. Minum teh adalah ritual wajib”,
menjelaskan bahwa Delia memang mengkonsumsi
gula secara berlebihan akibat dari kebiasaanya
meminum teh. Kebiasaan ini akan diubah oleh Delia
untuk menciptakan gaya hidup sehat. Tanggung jawab
lain dirasakan oleh tokoh “dia” pada data selanjutnya.

Malam itu dia tak dapat tidur sedetik pun.


Malam yang terbukti menjadi yang pertama
dari banyak malam berikutnya tanpa tidur. Rasa
sakit terus meningkat. Hari berikutnya, pada
hari ketiga ujian seni murni ketika dia harus
menyelesaikan portofolio, dia sadar berada
dalam masalah. Rasa sakitnya sudah merajalela
waktu itu, dan dengan bersusah payah dia
akhirnya bisa menyerahkan hasil karya. Karya
yang pada saat penting itu justru tidak
menggambarkan kemampuan sejatinya.
(LC/TJT/ Anwar,2019:126)
Usaha untuk menyelesaikan hasil karyanya,
menjadikan tokoh “dia” merasa susah tidur. Karena
hal tersebut akhirnya membuatnya menjadi lebih sakit.
Tokoh “dia” merasa sakitnya merajalela dan membuat
ia terganggu untuk dapat menyelesaikan portofolio.
Karena rasa tanggung jawab yang besar, ia berusaha
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugasnya
dengan baik walaupun pada akhirnya tidak
menggambarkan kemampuannya secara maksimal.
Masih tentang rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh
tokoh “dia” yang ditemukan pada data selanjutnya.

Ibunya menyarankan agar lebih santai,


mendorongnya agar pergi ke bioskop atau
hiburan, jangan terus-menerus memelototi buku
pelajaran. Ibunya bahkan sampai bilang dia bisa
mengulang ujian kalau tak lulus. Tidak apa-apa.
Memangnya siapa yang mewajibkannya masuk
universitas? Namun buat dia, itu penting. Super
penting, jeritnya dalam hati. (LC/TJT/
Anwar,2019:132)

Ibu dari tokoh “dia” berusaha menenangkan


tokoh dengan beberapa cara seperti pada kutipan
“Ibunya menyarankan agar lebih santai,
mendorongnya agar pergi ke bioskop atau hiburan,
jangan terus-menerus memelototi buku pelajaran.”
Dalam kutipan tersebut ibunya menginginkan anaknya
untuk lebih bersantai, tidak mati-matian berusaha dan
gelisah akibat ingin masuk universitas impiannya.
Namun, karena rasa tanggung jawab anak untuk dapat
lolos masuk universitas impiannya, ia berusaha sangat
keras dan menjadikan hal tersebut tujuan yang sangat
penting bagi dirinya. Kembali ditemukan tanggung
jawab tokoh “dia” pada kutipan cerita berikut ini.

Dia menjadi ketua kelas selama dua tahun


berturut-turut, mengenakan pin di kardigan
dengan rasa bangga dan rendah hati.
Bagaimanapun, itu jabatan yang hanya
diberikan kepada mereka yang dianggap andal
dan bertanggung jawab. (LC/TJT/
Anwar,2019:143-144)

Tokoh “dia” diberikan amanah untuk menjadi


ketua kelas selama dua tahun berturut-turu. Hal ini
memang bukan tanpa sebab. Tokoh “dia” dipilih
menjadi ketua kelas karena dianggap bisa dihandalkan
dan mampu bertanggung jawab atas tugasnya oleh
teman-teman dan gurunya. Dengan jabatan yang sudah
diterima, maka tokoh “dia” memiliki tanggung jawab
lebih daripada hanya sekedar murid biasa. Dengan rasa
bangga dan rendah hati, tokoh “dia” selalu
menjalankan tugasnya dengan maksimal. Tanggung
jawab tokoh “dia” sebagai murid kembali ditemukan
pada data selanjutnya.

Dia membaca satu bab di salah satu buku


pinjaman, mengenai teknik-teknik relaksasi
yang bakal membantu meredakan badai dalam
kepalanya, lalu mencobanya. Bagaimanapun,
dia murid serius yang menyukai tantangan
asalkan dia tahu tujuannya dan siap
menghadapinya. (LC/TJT/ Anwar,2019:163)

Setiap pilihan hidup pasti terdapat tantangan


untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam hal ini, tokoh
“dia” memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri.
Tokoh “dia” memilih untuk menyukai tantangan
sedangkan dia sudah memahami terkait
konsekuensinya. Dengan serius, “dia” melakukan apa
yang dia inginkan dan siap menerima konsekuensinya
untuk tujuan yang ingin dicapai. Banyak tanggung
jawab yang digambarkan tokoh “dia” pada novel Lima
Cerita, seperti pada data berikutnya.

Dia sangat bagus dalam memotivasi diri dengan


banyak inisiatif dan rasa haus pembelajaran.
Kalau merasa bosan, dia menganggap itu tanda
untuk meningkatkan kegiatan atau mempelajari
keahlian baru. Dengan cara demikian, dia
jarang menyia- nyiakan waktu, dan memastikan
bahwa setiap saat yang dilalui itu digunakan
dengan baik. (LC/TJT/ Anwar,2019:200)

Rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh tokoh


“dia” begitu besar terhadap apapun itu. Pada kutipan
data diatas menjelaskan bahwa tokoh “dia” mencoba
untuk mengerti dan memahami diri sendiri. Dia
memahami bahwa motivasi terbesar ada pada dirinya
sendiri. Tokoh “dia” selalu ingin meningkatkan diri
dengan mempelajari keahlian baru. Mengisi waktu
luang dengan kebermanfaatan adalah hal yang ingin
dilakukan tanpa menyia-nyiakan waktu karena waktu
memang sangat berharga dan berjalan begitu cepat.
Rasa tanggung jawab tokoh lain ditemukan pada data
selanjutnya.

Mesti diakui bahwa sepanjang cobaan itu tak


sekali pun Jacob memprotes, merengut, atau
mengeluh. Dia justru menanggung semuanya
dengan rasa humor dan keanggunan. (LC/TJT/
Anwar,2019:209)
Hidup selalu menemukan cobaan-cobaan
didalamnya. Begitu juga yang dialami oleh Jacob,
banyak cobaan yang datang dalam hidupnya. Namun
hal itu tidak pernah menjadikan Jacob menjadi
mengeluh dan bersedih. Cobaan yang datang dihadapi
olehnya dengan tenang, santai dan juga candaan. Jacob
mencoba kuat melewati cobaan yang datang karena
Jacob ingin menanggung semua hal yang terjadi pada
dirinya dengan lapang dada. Rasa tanggung jawab juga
ditemukan pada data berikutnya.

Dia bersifat romantis, dan selama bertahun-


tahun bersama, dia menjaga hubungan seperti
harta berharga. (LC/TJT/ Anwar,2019:209)

Digambarkan pada kutipan cerita diatas bahwa


tokoh “dia” memiliki rasa tanggung jawab yang besar
terhadap hidupnya, salah satunya adalah menjaga
hubungan dengan pasangannya. Adanya rasa tanggung
jawab yang ia miliki, menjadikannya selalu menjaga
hubungan ini seperti harta yang berharga bagi dirinya.
Rasa tanggung jawab lain ditemukan pada tokoh
Adela.

Jacob jadi punya alasan untuk tak berbuat apa-


apa, tak berusaha lebih keras. Itu jalan yang
paling gampang ketika menghadapi tanggung
jawab kedewasaan dan kebutuhan membangun
masa depan. Dia justru membiarkan tanggung
jawab itu dipikul Adela yang giat (LC/TJT/
Anwar,2019:234)

Tanggung jawab perlu dimiliki oleh setiap


orang. Namun, hal ini tidak terjadi pada Jacob. Ia tidak
memiliki rasa tanggung jawab. Padahal tanggung
jawab ini perlu dilakukan untuk membangun hidup
yang dewasa dimasa depan. Jacob tidak pernah
berusaha apapun dan malah melemparkannya kepada
Adela untuk memikul tanggung jawab sendiri.
Tanggung jawab seorang “ibu” ditemukan pada data
selanjutnya.

Mungkin ketika itu dia masih terlalu muda


untuk mengerti banyaknya tanggung jawab
sebagai ibu, dan dia berusaha sebaik mungkin
untuk melakukan segala kegiatan yang dia mau
lakukan sambil membesarkan anak. Atau
barangkali itu hanya kecenderungan alami
seseorang yang tidak mau mengorbankan waktu
dan tenaga demi menjadi seorang ibu. (LC/TJT/
Anwar,2019:251)

Menjadi seorang ibu memang tidak mudah.


Bahkan jika peran ibu diterima saat usia yang belum
matang. Kesiapan mental dan raganya belum
maksimal. Tanggung jawab yang dimiliki menjadi
semakin besar. Namun, dengan penuh keterbatasan ini,
seorang ibu tidak pernah lelah untuk belajar setiap
harinya. Hal ini sama dengan yang dirasakan oleh
tokoh “dia” saat peran ibu dimilikinya. Saat menjadi
seorang ibu, tokoh “dia” berusaha semaksimal
mungkin untuk anaknya dan rela mengorbankan waktu
dengan tenaganya. Rasa tanggung jawab yang dimiliki
tokoh May, ditemukan pada data berikutnya.

May pun belajar bahwa di rumah,


perempuanlah yang bertanggung jawab atas
hal-hal terpenting.( LC/TJT/ Anwar,2019:256)
Seorang perempuan memiliki tanggung jawab
terpenting ketika berada di rumah, Berdasarkan
kutipan cerita diatas “May pun belajar bahwa di
rumah, perempuanlah yang bertanggung jawab atas
hal-hal terpenting” menjelaskan bahwa perempuan
bisa belajar tentang hal-hal kecil yang terjadi dirumah.
Karena semua itu memang menjadi tanggung
jawabnya. Masih tentang rasa tanggung jawab tokoh
May yang ditemukan pada data selanjutnya.

Karena keasyikan, May lupa membawa obat


antimabuk dan kantong plastik untuk
menampung muntah. Bisa dimengerti
sebenarnya, kelalaian biasa. (LC/TJT/
Anwar,2019:259)

Memahami kondisi tubuh merupakan tanggung


jawab semua orang. Salah satunya adalah ketika
seseorang memiliki kebiasaan buruk atau sakit. Orang
tersebut harusnya selalu mempersiapkan kebutuhannya
sendiri. Namun, sebagai manusia kita kadang lalai
akan tanggung jawab kita karena sibuk dengan yang
lainnya.

Mama tak jahat. Justru May sendiri yang salah


karena terlalu sensitif. Terlalu dimanjakan
pengasuh. Terlalu imajinatif dan tak praktis.
Mama hanya melakukan apa yang bakal
dilakukan orangtua, menanamkan rasa realitas,
praktikalitas, dan nalar dalam akal May yang
sedang berkembang. (LC/TJT/
Anwar,2019:269)

May berbicara tentang tindak mamanya yang


tidak jahat. Bahkan hal itu memang baik dan sudah
menjadi tanggung jawab orang tua untuk menanamkan
nlai realistis, praktis dan nalar yang kritis pada
anaknya. Pada masa kanak-kanak May saja yang
terlalu dimanjakan oleh pengasuh, dan menyebabkan
May menjadi lebih sensitif. Tanggung jawab May
sebagai anak ditemukan pada dari berikut.

May adalah anak perempuan yang baik. Pintar,


rajin, pekerja keras, dan tak melalaikan tugas.
Dia bertanggung jawab dan perhatian, selalu
berprestasi di sekolah. (LC/TJT/
Anwar,2019:284)

Tokoh May bertanggung jawab untuk dirinya.


Seperti yang dikutip dari data “May adalah anak
perempuan yang baik. Pintar, rajin, pekerja keras, dan
tak melalaikan tugas. Dia bertanggung jawab dan
perhatian, selalu berprestasi di sekolah.” Menjelaskan
bahwa May memiliki rasa tanggung jawab yang besar
terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab ini
menjadikan May menjadi perempuan yang hebat dan
berprestasi. Masih tentang rasa tanggung jawab yang
ditemukan pada tokoh May dan mama.

"Mama tidak perlu mempertanggung jawabkan


ke siapa pun," katanya. "Dan jelas tidak ke
kamu.” "Aku kan khawatir," May memprotes.
"Aku sendirian di rumah, dan masih anak
sekolah." "Itu masalahmu," balas Mama dengan
menyebalkan, "bukan masalah Mama."
(LC/TJT/ Anwar,2019:285)

Tokoh May menghawatirkan dirinya sendiri


ketika ditinggal sendiri di rumah oleh mamanya, May
sangat khawatir tentang hal itu, May meminta
perlindungan kepada mamanya. Namun, mamanya
memberikan pelajaran dan pengertian bahwa hal itu
merupakan tanggung jawab May saat ini agar menjadi
sosok yang mandiri. Rasa tanggung Jawab May
akhirnya terlihat pada data berikutnya.

May tetap diterima bekerja sebagai penjaga


toko, dan dia pun mesti berangkat kerja.
(LC/TJT/ Anwar,2019:287)

Tokoh May menunjukkan tanggung jawabnya


untuk berangkat kerja karena tokoh sudah diterima
kerja. May harus mempertanggung jawabkan apa yang
sudah menjadi pilihannya dengan baik dan maksimal.
Walaupun mungkin ada rasa keberatan yang dirasakan
oleh May. Dengan berbagai hal yang sudah dialami
oleh May, menjadikan May memahami makna
tanggung jawab. Hal ini ditemukan juga pada data
berikutnya.

May justru makin mahir membuat keputusan


sendiri, menimbang pro kontra berbagai hal,
dan menghindari mengambil risiko yang tak
dapat dikendalikannya. Kemandirian berarti
tanggung jawab. Dan bertanggung jawab
berarti menerima konsekuensi tindakan sendiri.
Artinya, dia perlu memilih tindakannya dengan
hati- hati. (LC/TJT/ Anwar,2019:294)

Dari segala macam peristiwa yang sudah


dialami oleh May, menjadikan May tumbuh dengan
rasa tanggung jawab yang besar. Dalam kutipan data
“May justru makin mahir membuat keputusan sendiri”
dengan ini May sudah memiliki kemandirian dan
tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Kemandirian
May untuk mengambil risiko dapat diartikan bahwa
May memiliki tanggung jawab semakin besar pada
dirinya dan siap dengan segala konsekuensi yang akan
diterima. Tanggung jawab tokoh mama ditemukan
kembali pada data berikutnya.

Mama selalu memamerkan kekuatan,


menunjukkan bahwa dia bisa mengurus diri
sendiri serta tak mau mengganggu dan
menumpang di rumah anak-anaknya, bahkan
sesudah pensiun dan menjanda. (LC/TJT/
Anwar,2019:301)

Menjadi seorang mama memang memiliki


tanggung jawab yang besar. Dengan tanggung jawab
ini menjadikan seorang perempuan tersebut menjadi
manusia paling kuat. Dari segala yang sudah
dialaminya. Mama menunjukkan kepada dunia bahwa
ia merupakan mama yang hebat. Ia mampu mengurus
anaknya bahkan saat masa pension. Bahkan mama
tidak pernah merepotkan orang lain dalam masalah ini.
Hal ini dilakukan mama sebagai rasa bangga atas
dirinya sendiri.

3. Kebebasan Tokoh pada Novel Lima Cerita Karya


Desi Anwar
Kebebasan manusia muncul dalam
eksistensialisme sebagai risiko logis dari pernyataan
existence precedes essence dalam artian penegasan
subjektivitas yang tidak didahului oleh sesuatu yang
disebut human nature atau juga skema rasional tentang
realitas; manusia sendiri yang menentukan esensinya,
sehingga para eksistensialis menolak seluruh konsep
yang deterministis baik oleh hukum hukum biologis,
social, fisiologis, dan historis. Kebebasan bukan
sesuatu yang harus dibuktikan atau dibicarakan, tetapi
sesuatu yang pasti dan harus dialami. Kebebasan
manusia dalam bertindak maupun dalam memilih apa
yang diputuskan, selalu melibatkan tanggung jawab
(Muzairi, 2017:181) Bebas memilih diantara
kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Saling menghormati privasi dan sikap tak


saling meremehkan bisa dipelihara serta
ditegakkan demi kemaslahatan semua orang.
(LC/KT/Anwar,2019:10)

Hidup dinegara Indonesia, setiap warga negara


memiliki hak dan kewajiban. Hak-hak yang bisa
didapatkan dan kewajiban yang harus dilakukan. Jika
kedua hal tersebut didapatkan dan dilakukan dengan
baik, maka hidup bermasyarakat menjadi damai. Salah
satu contohnya adalah menghormati privasi setiap
orang. Setiap orang berhak melakukan apapun yang
menurutnya baik tanpa melenceng dari aturan atau
melanggar hukum. Setiap orang juga wajib
memberikan luang privasi bagi orang lain. Tidak selalu
ingin tau tentang apa yang dilakukan oleh orang lain.
Kebebasan inilah yang dimiliki setiap orang.
Kebebasan lain yang digambarkan pada novel Lima
Cerita terdapat pada data selanjutnya.

Salah seorang kakakku adalah pejabat


pemerintah bergelar doktor dan berkedudukan
tinggi, sementara kakakku yang satu lagi
sedang menyelesaikan kuliah magister di
Australia di tengah kariernya sebagai pegawai
negeri sipil. "Itu semua bagus," kata Ayah lagi.
"Sudah sesuai yang diharapkan. Tidak ada lagi
yang perlu dikhawatirkan."
(LC/KT/Anwar,2019:11)

Kebebasan dalam memilih profesi sesuai yang


diinginkan. Dalam kutipan cerita diatas, digambarkan
bahwa para kakak dari tokoh “aku” memiliki profesi
yang berbeda-beda. Ayah selaku orang tua
memberikan tanggapannya bahwa semuanya sudah
bagus dan sudah sesuai harapan. Dari hal ini dapat
dilihat bahwa ayah sebagai orang tua memberikan
kebebasan kepada anaknya memilih profesi apapun
sesuai dengan keinginanan anaknya. Bahkan saat
profesi anaknya yang beragam, orang tua tidak
merasakan kekhawatiran karena yakin bahwa yang
terjadi adalah memang yang terbaik untuk anaknya.
Kebebasan tokoh lain digambarkan pada data
selanjutnya.

la melakukannya untuk menggangguku dan


membuktikan bahwa selama ini ia benar.
Bahwa ia sebetulnya sudah menetapkan pilihan
dan aku menolak mendengarkan.
(LC/KT/Anwar,2019:15)

Ada seseorang yang mencoba untuk


mengganggu waktu dari tokoh “aku”. Hal ini
dilakukan untuk membuktikan sesuatu yang
menurutnya salah. Namun, dalam hal ini tokoh “aku”
melakukan kebebasannya untuk menolak segala
penjelasan dari tokoh lain. Tokoh “aku” memilih untuk
bebas dari gangguan orang yang mengganggu
kenyamannya. Kebebasan lain tokoh “aku” ditemukan
pada data selanjutnya.
Aku punya kehidupan yang menyenangkan
serta karier yang sukses. Kami semua begitu.
Ayah pun mengakuinya. Semuanya berjalan
sesuai harapan, tanpa ada yang perlu
dikhawatirkan. Kami tidak tumbuh besar jadi
pecandu obat, pecundang, orang yang rumpang
di masyarakat, atau terjebak di pekerjaan buntu
maupun hubungan menyedihkan.
(LC/KT/Anwar,2019:16)

Kebebasan yang dimiliki seorang anak untuk


memilih karier yang dinginkan diberikan oleh sang
ayah. Dengan kebebasan ini anaknya dapat
mendapatkan karier yang baik dan menjalaninya
dengan penuh kebahagiannya tanpa ada tekanan
sedikitpun. Kebebasan yang diberikan oleh ayah
kepada anaknya, menjadikan anak tersebut menjadi
pribadi yang bebas mengeksplor dirinya. Dengan hal
itu anaknya tidak tumbuh menjadi pecandu obat,
pecundang dan lainnya. Kebebasan yang diberikan
orang tua kepada anak nyatanya berdampak sangat
baik terhadap pertumbuhan dan perjalanan anak.
Kembali dengan tokoh “aku” yang memiliki banyak
cerita kebebasan pada dirinya.

Aku percaya peramal. Pada kesempatan-


kesempatan terdahulu, mereka biasanya
terbukti benar, dan itulah salah satu alasan aku
tak suka bicara dengan peramal. Aku sangat
percaya bahwa mengendalikan nasib sendiri,
biarpun hasilnya tak pasti atau misterius, masih
lebih baik daripada menjalani nasib sesuai
ramalan yang terbukti. Setidaknya kita masih
merasa punya pilihan, bukan sekadar
menempuh jalan yang telah digariskan.
(LC/KT/Anwar,2019:19)

Tokoh “aku” memiliki pilihan untuk tidak suka


berbicara dengan peramal. Hal ini dapat dibuktikan
dari kutipan “mereka biasanya terbukti benar, dan
itulah salah satu alasan aku tak suka bicara dengan
peramal” Walaupun tokoh “aku” percaya bahwa
peramal memang benar tapi ia memilih untuk tidak
berbicara dengan peramal. Dalam hal ini tokoh “aku”
memiliki keyakinan bahwa menjalani hidup walaupun
misterius lebih baik daripada menjalani sesuai dengan
hasil ramalan yang sudah pasti. Kebebasan dalam hal
ini adalah sebagai manusia kita bebas memilih jalan
hidup kita walaupun memang hasilnya masih
misterius. Dengan kebebasan ini, hidup akan lebih
menyenangkan karena didalamnya berisi banyak
perjuangan dan cerita. Masih tentang perjalaan hidup,
kebebasan lain ditemukan pada data berikutnya.

Semua orang punya takdir sendiri yang mesti


dijalani, jalan serta cara hidup sendiri. Kami
mengurusi urusan masing-masing dan mencoba
tak saling merepotkan. Oleh karena itu,
hubungan kami tidak diwarnai penghakiman
keras, saling menyalahkan, harapan tak
realistis, bahkan kekecewaan
(LC/KT/Anwar,2019:48)

Gambaran kutipan diatas menjelaskan bahwa


setiap orang memiliki takdir yang berbeda-beda. Dari
takdir yang berbeda ini, menjadikan setiap orang
memiliki urusan yang berbeda pula. Kebebasan untuk
melakukan hal sesuai dengan kehendaknya. Tidak
mengurusi urusan orang lain, dan tidak merepotkan
urusannya terhadap orang lain. Kebebasan ini
menjadikan manusia hidup dengan damai. Hidup tanpa
menghakimi kekerasan dan saling menyalahkan.
Kebebasan lain dialami oleh tokoh “aku” yang
ditemukan pada data selanjutnya.

Biarkan aku berbuat semauku


(LC/KT/Anwar,2019:50)

Kebebasan dimiliki oleh setiap manusia.


Kebebasan perpendapat, kebebasan kekreasi dan
kebebasan bertindak. Semuanya menjadi baik jika
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku. Salah
satunya kutipan cerita diatas. Tokoh menginginkan
kebebasan atas dirinya sendiri. Kebebasan dari tokoh
lain ditemukan pada data berikutnya.

Dia senang karena dia bakal membayar


sewanya sendiri dari uang hibah mahasiswa,
sehingga itu jadi pilihannya sendiri.
Keputusannya sendiri.
(LC/KT/Anwar,2019:72)

Tokoh “dia” merasakan kebahagiaan karena


telah membayar sewa dengan hasil jerih payahnya
sendiri. Hal ini menjadi pilihan tokoh “dia” sendiri
untuk dapat hidup dengan bebas sesuai dengan
keputusan yang sudah diambil. Kebebasan lain tokoh
“dia” digambarkan pada data berikutnya.

Sesudah hampir sepuluh tahun ogah-ogahan


menjalankan riset, dia akhirnya pasrah dan
mengakui bahwa tesis Ph.D.-nya, sebagaimana
pernikahannya, telah menjadi beban. Dan
seperti pernikahannya, dia telah memutuskan
untuk meninggalkan tesis itu untuk selamanya.
Memulai hidup baru, dengan hal-hal baru untul
dituju, tak lagi dibebani kewajiban atau
keterikatan masa lalu.
(LC/KT/Anwar,2019:110-111)

Kebebasan lain tokoh “dia” digambarkan pada


data diatas. Dari banyaknya lika-liku yang dialaminya,
akhirnya tokoh “dia” memilih kekebasan untuk
melepaskan kewajibannya untuk berhenti mengerjakan
tesisnya. Pilihan itu memang tidak dibenarkan. Tapi
tokoh “dia” bebas memilih jalan hidupnya sendiri.
Tokoh “dia” melepaskan beban yang menjeratnya dari
masa lalu dan melanjutkan hidupnya dengan lebih
tenang. Data selanjutnya menjelaskan tentang tokoh
“dia” yang memilih jalan sesuai yang dihekendakinya.

Dia didesak sejumlah guru agar tak mengikuti


mata pelajaran seni murni karena sudah
mengambil terlalu banyak mata pelajaran, guru
seni justru membantah, mengatakan dia bakal
kehilangan nilai "A". Sayangnya, guru tersebut
benar. Dia juga sebenarnya menyukai seni,
terutama menggambar model langsung. Dan dia
baru saja mulai menunjukkan potensi dalam
lukisan cat minyak. (LC/KT/Anwar,2019:125)

Tokoh “dia” tidak diberikan kebebasan untuk


memilih pelajaran terlalu banyak. Namun, tokoh “dia”
mampu membuktikan bahwa pilihannya memang tepat
dan sesuai dengan kemampuannya. Tokoh “dia”
memang mampu mengikuti pelajaran seni karena
menyukai gambar dan lukisan. Kebebasan tokoh “dia”
terhadap kehidupan ditemukan pada data selanjutnya.
Kapan dia menyetujui semua ini? Dia bertanya-
tanya. Di titik mana dalam hidupnya dia setuju
dilemparkan ke dunia ini ke dalam tubuh ini,
dan harus melakukan hal-hal seperti bangun
tidur, menyikat gigi, mengerjakan pekerjaan
rumah. dan belajar di sekolah? Apa itu semua
diputuskan sebelum dia lahir? Karena dia tak
dapat mengingat mendaftar ikut sesuatu yang
seperti itu kapan pun sepanjang masa kanak-
kanaknya. (LC/KT/Anwar,2019:137)

Pada kutipan data diatas, tokoh “dia”


merasakan kebebasannya pada masa kanan-kanak
tidak ada. Dia tidak pernah menyetujui hidup seperti
ini. Melakukan aktivitas harian yang rutin dan
menjalani sesuatu lainnya pada masa kanak-kanak. Dia
tidak merasakan kebebasan pada masa itu. Tidak
pernah ada ingatan tentang orang lain yang meminta
pendapatnya. Kebabasan yang tidak dimiliki pada
masa kanak-kanak diwujudkan tokoh “dia” pada masa
kininya.

Pada masa kini yang berlangsung selamanya,


dia bebas. tak dicengkeram apapun dan siapa
pun. Terserah kepadanya untuk membentuk dan
menciptakan masa kini, seperti apa pun yang
dia inginkan. (LC/KT/Anwar,2019:168)

Setelah kehilangan kebebasan pada masa


kanak-kanak. Akhirnya tokoh “dia” menemukan
kebebasan pada masa kini. Kehidupan saat ini semua
ada ditangannya. Ia berhak melakukan apapun.
Mewujudkan segala impiannya yang sudah lama
dipendam. Kebebasan lain ditemukan pada tokoh May.
Sejak kecil, May belajar untuk tak menghalangi
ibunya. (LC/KT/Anwar,2019:252)

May merupakan salah satu tokoh yang ada pada


novel Lima Cerita. Pada data diatas digambarkan
bahwa tokoh May memberikan kebebasan untuk
ibunya melakukan apapun. Tokoh May juga tidak
pernah menghalangi ibunya berbuat apapun itu. Selain
May yang memberikan kebebasan, May juga
memperoleh kebebasan terhadap hidupnya sendiri.

May anak yang berbahagia karena dia bebas


memilih waktu tidur, bebas pulang kapan saja
ke rumah sesudah seharian bermain di luar,
bebas makan kapan pun dia lapar, bebas
menghabiskan waktu seharian membaca buku
atau menggambar. (LC/KT/Anwar,2019:258)

May merupakan salah satu anak yang memiliki


kebebasan dimasa kanak-kanaknya. May bebas
memilih waktu tidurnya, bebas pulang kapan saja saat
selesai bermain bebas makan kapanpun dan bebas
melakukan aktivitas lain yang menyenangkan. Orang
tua May tidak memberikan aturan tertentu terhadap
dirinya. Hal ini menjadikan May merasa bahagia pada
masa itu. Selain kebebasan untuk melakukan aktivitas.
May juga bebas berpendapat.

May tak suka rambutnya dipotong. Dia ingin


punya rambut panjang seperti anak-anak
perempuan lain ketika itu. Rambut panjang
sepunggung yang bisa dikepang, dikuncir, atau
dipercantik dengan pita dan bando.
(LC/KT/Anwar,2019:270)
Pada masa kanak-kanak May juga bebas
memilih gaya rambunya. May ingin memiliki rambut
seperti anak-anak lain. Rambut yang panjang dan
dikepang. Dipercantik dengan pita dan bando juga.
Bagi May hal ini sangat menyenangkan karena May
yakin ia menjadi lebih cantik saat berpenampilan
seperti ini. Kebebasan May lain ditemukan pada data
berikutnya.

"Hak kamu. Kamu yang mengendalikan. Ini


uang kamu, bukan uang Mama Kamu bebas
mau apa saja dengan uang itu." "Itu intinya
bekerja," Mama melanjutkan dengan tegas,
siapa tahu May tak menangkapnya. "Kamu jadi
tak tergantung siapa pun. Kamu bisa berbuat
semaumu." (LC/KT/Anwar,2019:289)

Saat masa dewasa, May diberikan kebebasan


oleh Mamanya untuk melakukan segala sesuatu yang
diinginkan. Bebas mengendalikan yang dan membeli
apapun itu asal dengan uangnya sendiri. Untuk
mendapatkan uang, May perlu bekerja. Mama May
memberikan kebebasan kepada May untuk dapat hidup
sesuai dengan kemauan May. Dengan hal ini
menjadikan May menjadi anak yang bebas terhadap
segala pilihannya.

May justru tak perlu lagi didorong


meninggalkan sarang, Dia siap membuka jalan
sendiri dan memilih nasib sendiri.
(LC/KT/Anwar,2019:293)

Sekarang saatnya May untuk siap membuka


jalan sendiri dan memilih nasibnya sendiri. May sudah
siap menghadapi segala rintangan yang ada didepan.
Siap menjalani kehidupan sesuai dengan pilihannya
sendiri. Kebebasan memang selalu dirasakan oleh
tokoh May. Kebebasan lain ditemukan pada tokoh
“dia”

Dia bilang hidup sendiri itu jauh lebih baik


daripada menikah tapi merana.
(LC/KT/Anwar,2019:299)

Kutipan data diatas menjelaskan bahwa tokoh


“dia” memilih untuk hidup sendiri daripada menikah
tapi tidak bisa bahagia. Tokoh “dia” menginginkan
kebebasan pada dirinya. Ia tidak menginginkan jika
pernikahan menghalangi kebebasannya dalam hal
apapun. Kebebasan tokoh May ditemukan kembali
pada data selanjutnya.

Menurut May: May tumbuh menjadi seperti


yang diharapkan. Seperti diri Mama. Tak
dibebani atau dibatasi siapa pun. Tak
bergantung kepada siapa pun. Perempuan kuat,
seperti Mama. (LC/KT/Anwar,2019:302)

May menginginkan hidup seperti mamanya.


Menjadi Wanita yang kuat dan hidup sesuai apa yang
diinginkannya. Tidak pernah dibatasi oleh siapapun
itu. Tidak bergantung kepada siapapun juga. Sebagai
perempuan May ingim hidup bebas.

4. Mengejar Pengalaman (takut mati) Tokoh pada


Novel Lima Cerita Karya Desi Anwar
Exitence precedes essence, terciptanya manusia
di dunia tanpa adanya tujuan hidup. Manusia berada di
dunia terlebih dahulu kemudia mencari manusia
mencari makna dalam hidupnya. Manusia mencari
dengan berpetualang ke berbagai tempat untuk
menemui peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.

Kupencet sederet nomor, menelepon kakak


perempuanku, sambil menyadari tumbuhnya
beberapa perasaan sekaligus. Perpaduan rasa
kesal karena dibangunkan mendadak dan risih
karena harus menyampaikan kabar buruk.
Pesanku singkat dan padat. "Ayahmu
meninggal," kataku, dengan memberi
penekanan pada kata "-mu". "Ayah" sudah
mulai terasa tak nyata.(LC/MPT/
Anwar,2019:2)

Tokoh “aku” menemukan pengalaman baru


dihidupnya yang tidak pernah disangka. Saat itu ia
sedang menyampaikan pesan buruk kepada kakaknya
tentang kabar kematian ayahnya. Dengan waktu yang
sangat mendadak ini ia tidak merasakan kenyamanan.
Bahkan ia tidak tahu bagaimana kabar itu disampaikan
dengan baik. Dengan terburu-buru akhirnya tokoh
“aku” mengirimkan pesan kepada kakaknya. Isi pesan
tersebut terasa tidak nyata. Pengalaman buruk tentang
kematian ayah pada tokoh “aku” ditemukan juga pada
data selanjutnya.

Waktu kutemui kakakku di bandara, matanya


sembap. Wajahnya murung dan berantakan.
Aku bertambah kesal. Pukul tujuh pagi pun
belum, sudah terjadi drama di mana- mana!
Kenapa pula dia harus menangis segala?
Seharusnya dia marah. Ayah, entah karena
alasan apa, memutuskan untuk pergi dan
mengubah hidup kami selamanya. Mati. Apa
pun artinya itu. Sebelum hari itu, kematian
hanyalah sesuatu yang terjadi di keluarga orang
lain, atau di adegan film.(
LC/MPT/Anwar,2019:3)

Selanjutnya, tokoh “aku” masih dibingungkan


oleh kebar kematian ayahnya. Bahkan ia tidak
mengerti hidupnya akan seperti apa setelah ini.
Kematian ayahnya merubah hidup dia dan kakaknya
untuk selamanya. Tidak pernah disangka sebelumnya.
Semuanya terasa tidak nyata. Bahkan semua seperti
mimpi. Begitu hancur hati tokoh “aku” saat kepergian
ayahnya sekarang. Data selanjutnya masih mengenai
kepergian dari tokoh “aku”.

Seharusnya aku curiga ketika Ayah bilang tidak


ada lagi yang perlu dikhawatirkan, mungkin
sesungguhnya ia sedang mengirim pesan
kepadaku. Ucapan selamat tinggal yang
tersembunyi, barangkali? Bahwa tak ada lagi
yang Ayah perlu lakukan di planet ini karena
semua sudah pada tempatnya? Bahwa ia sudah
menunaikan tugasnya sebagai manusia dan
sebagai seorang ayah? Buat apa lagi Ayah
mengatakan hal-hal itu kalau bukan karena
semesta tengah mendorong Ayah ke arah
tertentu?( LC/MPT/Anwar,2019:12)

Sebelum kepergiannya sang ayah telah


mengirimkan pesan untuk anaknya. Sang ayah
memberikan pesan selamat tinggal kepadanya dengan
kalimat tersirat. Namun tokoh “aku” tidak pernah
memahami itu sebelumnya. Tidak ada rasa curiga
didalamnya. Sejak kepergian ayahnya saat itu, tokoh
“aku” mencoba mengingat hal-hal yang dilalui
sebelumnya bersama sang ayah. Momen tersebut
dijadikan sebuah pengalaman sebagai orang yang akan
ditinggal selamanya oleh orang terkasih. Tanda-tanda
yang diberikan oleh ayah sebelum pergi ditemukan
pada data selanjutnya.

Ayah mengkhawatirkan apa yang mau Ayah


lakukan berikutnya dalam hidup la suka
mengajar. Tapi, usia pensiunku makin dekat,
katanya. Aku bilang, bukankah Ayah sedang
menulis buku? Membuat kamus? Dan,
bukankah usia pensiun profesor dinaikkan?
Ayah khawatir pemberlakuan peraturan itu
bakal terlambat baginya, lalu ia bakal keburu
pensiun dan tidak mengajar lagi.
(LC/MPT/Anwar,2019:13)

Tokoh ayah memiliki impian-impian yang ingin


digapai. Tokoh ayah selalu menghawatirkan apa yang
akan ayah lakukan di hari esok. Ayah memiliki
beberapa impian yang sedang dikerjakan diantaranya
menulis buku, membuat kamus. Kekhawatiran terbesar
ayah yaitu usia pensiun yang tidak dinaikkan. Ayah
khawatir ia segera menginjak usia pensiun dan tidak
bisa mengajar lagi. Tokoh ayah selalu memiliki impian
dimasa depan. Seperti yang ditemukan kembali pada
data berikutnya.

Ayah berkata, "Jika tidak bisa mengajar lagi,


buat apa saya hidup?
(LC/MPT/Anwar,2019:14)

Tokoh memiliki impian dan tekad yang kuat.


Beliau selalu bersemangat untuk mengajar. Bahkan
mengajar dijadikannya sebagai kegiatan yang paling
bermakna baginya. Ayah memang mencintai profesi
ini. Hingga ayah memiliki pemikiran bahwa bua tapa
hidup jika beliau tidak bisa mengajar. Karena dengan
mengajar, ayah dapat memberikan ilmu kepada
siapapun. Pengalaman-pengalaman ayah selama
mengajar juga menjadikan ayah sebagai orang yang
mencintai pekerjaannya.

Ayah sudah mulai menetapkan pendapatnya


mengenal satu hal yang pasti dan tak terelakkan
itu. Kematian. (LC/MPT/Anwar,2019:15)

Sebuah takdir kematian memang tidak pernah


jauh dari hidup ayah. Segala impian yang mulai
dikerjakan oleh ayah menjadi bekal ayah menuju
kematian. Banyak persiapan yang sudah disiapkan
ayah untuk menunggu waktu tersebut. Hingga ia
benar-benar pergi selamanya. Data selanjutnya
menjelaskan tentang pengalaman dari tokoh lainnya.

Kalau Delia memberi nasihat, biasanya tidak


dengan menggurui atau merendahkan. Kata-
katanya tak berisi kritik atau prasangka, lebih
sering berupa undangan untuk merenung. Delia
suka berbagi gagasan pengalaman, sekaligus
pendengar yang baik dan bijak. Dengan kata
lain, si perempuan muda memandang Delia
bukan lagi sebagai orang tak menarik, tak
modis, dan tak mengesankan sebagaimana
penilaian dia ketika mereka pertapa kali
bertemu, melainkan sebagai sumber
kebijaksanaan dan pengalaman yang bisa
memberi dia banyak pelajaran.
(LC/MPT/Anwar,2019:74-75)
Delia merupakan salah satu tokoh dalam novel
Lima Cerita yang memiliki kepribadian baik. Delia
tidak pernah menggurui dan merendahkan siapapun
saat memberikan nasehat. Semua nasehat yang
diberikan Delia berdasarkan gagasannya dan
pengalaman hidupnya sendiri. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pengalaman hidup orang lain
sangat berharga bagi dirinya sendiri dan orang
disekitanya. Pengalaman merupakan guru terbaik.
Dengan adanya pengalaman itu kita bisa belajar
tentang kehidupan yang lebih luas lagi. Pengalaman
Delia lain ditemukan pada data selanjutnya.

Rutinitas harian Delia dan kegemaran Cam


melakukan hobi juga mengilhami dia untuk
menjadi lebih fokus dan disiplin. Dia belajar
mengelola waktu dengan baik karena
menyadari, waktu mudah terbuang jika dia tak
hati-hati. Terutama karena kelas-kelasnya,
dibanding ketika SMA, hanya sedikit dan saling
berjauhan. (LC/MPT/Anwar,2019:95)

Ada sesuatu yang ditemukan dari hobi yang


dilakukan oleh Delia dan Cam. Pengalaman ini
ditemukan bukan tanpa sebab. Dengan menjalankan
hobinya mereka bahkan bisa menjadi orang yang lebih
fokus dan disiplin. Selain itu keduanya mampu
mengelola waktu dengan baik. Banyak kejadian yang
telah dialami oleh mereka. Dari kejadian tersebut
menjadikan pengalamannya untuk menjadi orang yang
tidak membuang-buang waktu dengan sia-sia.
Pengalaman lain Adela ditemukan pada data
selanjutnya.
Kalau menghadapi kehidupan dan masa depan,
meski tak pasti dan tak jelas, kecenderungan
alami Adela adalah memandang dengan
optimistis dan penuh rasa ingin tahu, sebagai
orang yang menganggap semesta sebagai Dan
meski semesta begitu besar dan misterius,
Adela yakin dia cukup mujur untuk mendapat
tempat yang baik di dalamnya, di masa kini dan
masa depan. tempat untuk membuat penemuan
dan penuh petualangan. Jadi ketika Adela
menjelajahi berbagai jalan di banyak kota, dia
selalu merasa asyik dan terlibat. Ketika bertemu
orang baru, dia biasa menganggap mereka
menarik, sumber gagasan dan inspirasi baru.
Sedangkan bila dia punya waktu, dia suka
memulai kegiatan baru, baik membuat karya
seni, menulis, atau mempelajari keahlian baru
seperti merajut atau belajar bahasa baru.
(LC/MPT/Anwar,2019:200)

Petualangan baru dimulai oleh Delia dari masa


kini hingga masa depan. Adela ingin menghadapi
masa kini dan masa depan dengan cara berpetualang
untuk membuat penemuan baru dalam hidupnya. Pada
perjalanan mengejar pengalaman, Adela bertemu
dengan orang baru dan Adela merasa itu adalah hal
yang menarik. Karena menurut Adela menemui
banyak orang bisa memberikan gagasan dan inspirasi
baru untuk dirinya. Serta membuat seni, menulis, atau
mempelajari keahlian baru seperti merajut atau belajar
bahasa baru adalah pengalaman yang mengesankan.
Pengalaman lain Adela ditemukan pada data
berikutnya.
Bertahun-tahun kemudian Adela akhirnya
mengerti bahwa makna hidup bukanlah
menemukan dan menjaga cinta sempurna.
( LC/MPT/Anwar,2019:240)

Pengalaman baru didapatkan oleh Adela berupa


merasakan hal yang tidak diinginkan seperti sebuah
kepastian tentang “cinta”nya yang kunjung datang.
Seperti yang dikutip pada data “Bertahun-tahun
kemudian Adela akhirnya mengerti bahwa makna
hidup bukanlah menemukan dan menjaga cinta
sempurna”. Adela merasakan patah hati akibat
cintanya. Kemudian Adela merasakan bahwa makna
hidup tidak ditemukan dari cinta yang sempurna.
Pengalaman lain didapatkan tokoh lain pada data
berikutnya.

Hidup adalah pertumbuhan dan membuka diri


ke berbagai pengalaman, sebagian tak
menyenangkan, banyak menyakitkan,
sementara lainnya biasa saja. Tak ada yang
namanya kesempurnaan, hanya perjuangan
menuju ke sana dalam bentuk pertumbuhan,
pencarian, dan pembelajaran. Kesempurnaan
hanyalah kata lain untuk keadaan ketika
kehidupan berhenti
hadir.(LC/MPT/Anwar,2019:240)

Makna hidup ditemukan oleh tokoh dalam


novel Lima Cerita ini saat dirinya menemukan banyak
hal yang suda dilalui. Perjalanan hidup yang tidak
selalu mulus tapi juga banyak rintangan didalamnya.
Perjuangan untuk menghadapi lika-lika kehidupan
menjadi jalan kita untuk menuju pertumbuhan,
pencarian dan pelajaran. Perjalanan hidup yang berliku
memberikan pelajaran dan pengalaman hidup pada
tokoh yang menjalaninya. Penemuan baru yang
dimiliki oleh tokoh lain ditemukan pada data
berikutnya.

Dia memulai perjalanan penemuan sepanjang


hidup: penemuan mengenai kehidupan,
semesta, dan dirinya sendiri. Penemuan bahwa
kesempurnaan adalah pertumbuhan tanpa akhir
dan menjalani hidup seutuh-utuhnya.
(LC/MPT/Anwar,2019:241)

Setiap orang akan melakukan perjalananya


untuk mencari tahu sesuatu yang ingin dicari olehnya.
Dikutip pada data “Dia memulai perjalanan penemuan
sepanjang hidup: penemuan mengenai kehidupan,
semesta, dan dirinya sendiri. Penemuan bahwa
kesempurnaan adalah pertumbuhan tanpa akhir dan
menjalani hidup seutuh-utuhnya”dijelaskan bahwa
tokoh “dia” memulai perjalanan untuk sebuah
penemuan sepanjang hidup. Tokoh “dia” mencari
sebuah penemuan mengenai kehidupan, semesta, serta
dirinya sendiri. Hingga akhirnya benar-benar
mengetahui bahwa kesempurnaan yang dikejar adalah
pertumbuhan tanpa akhir dan menjalani hidup secara
utuh. Data selanjutnya menjelaskan tentang sebuah
kematian.

Bagaimanapun, bukankah Mama punya segala


macam rencana untuk masa depan? Banyak
tempat yang ingin dikunjunginya dan teman
lama yang ingin ditemuinya? Karena
sepengetahuan May, mati jelas tak ada di
agenda ibunya. (LC/MPT/Anwar,2019:244)
Dalam hidupnya mama memiliki banyak tujuan
yang ingin dicapai. Beberapa agenda dan tujuan telah
disusun rapi olehnya. Bahkan semua agenda ditulis
dan direncanakan secara rinci. Dengan agenda-agenda
padat yang dibuat oleh mamanya, membuat May
beranggapan bahwa hanya mati saja yang tidak ada
diagenda mamanya itu. Data selanjutnya ditemukan
pada tokoh “May”.

May. "Beritahu aku, Mama. Apa rasanya


melahirkan bayi?" (LC/MPT/Anwar,2019:279)

Saat itu May sedang mencari tahu bagaimana


rasanya melahirkan bayi. May ingin mengetahui
perjuangan sebesar apa yang dilakukan oleh para ibu
untuk melahirkan anaknya. Dengan cerita itu
barangkali bisa dijadikan May pelajaran sebelum
menjadi sosok ibu yang akan melahirkan anaknya.
Masih dengan pengalaman-pengalaman May didata
yang ditemukan berikutnya.

Mama justru senang dengan gagasan May


bertualang sendiri ke negara antah berantah.
Dalam pandangan Mama, karena May
membayari sendiri perjalanannya, ia tak berhak
mencampuri. (LC/MPT/Anwar,2019:290)

May memiliki keinginan untuk mengejar


pengalaman dengan cara yang baru. Tokoh mama
menunjukkan rasa senang dengan pilihan anaknya itu
untuk mencari dan mengejar pengalaman baru dengan
cara yang diinginkan oleh anaknya. Berpetualang ke
beberapa negara didunia akan menjadi pengalaman
tidak terharga bagi dirinya. Petualangan May akan
segera dimulai.
May sudah tahu apa yang dia perlu lakukan.
Waktunya meninggalkan rumah untuk
seterusnya dan menjadi sepenuhnya merdeka.
Dia memilih universitas yang berada di luar
kota tempat tinggal orangtuanya, menerima
beasiswa penuh untuk biaya kuliah dan biaya
hidup, dan meninggalkan rumah dengan
membawa sedikit barangnya.
(LC/MPT/Anwar,2019:290)

Waktu untuk May mengejar pengalaman sudah


tiba. Sekarang May sudah siap untuk menemukan
hidup baru dengan kuliah diluar kota. Dengan
berkuliah ini May akan meninggalkan rumah dengan
merdeka. Kehidupan mandiri akan dihadapi oleh May
saat ini. Menemukan makna kehidupan yang berbeda
dengan kemandirian. Nyatanya May memang siap
dengan hidup barunya. Hal ini ditemukan pada data
berikutnya.

May berusaha agar selalu ramah, dan


mengetahui bahwa ujung ujungnya dia
memegang sendiri nasibnya.
(LC/MPT/Anwar,2019:295)

Setelah May meninggalkan rumahnya untuk


pergi merantau. Kehidupan baru menyambut May
dengan hangat. Sejak saat ini May akan berusaha
untuk memegang sendiri nasibnya. Semua hidupnya
ada dikendalinya. Data selanjutnya menjelaskan
tentang keberadaan orang tua.

Mama mengajarinya bahwa orangtua tak akan


ada terus untuk selamanya. Dan bergantung
kepada orangtua terus itu keliru Pada satu titik,
orang harus tumbuh dan menghadapi kehidupan
sendiri. Lebih baik menerima kenyataan itu
lebih cepat daripada lebih lambat.(LC/MPT/
Anwar,2019:304)

Tokoh mama memberikan pelajaran kepada


anaknya tentang perjalanan hidup yang baru. dikutip
dari data “Mama mengajarinya bahwa orangtua tak
akan ada terus untuk selamanya. Dan bergantung
kepada orangtua terus itu keliru, pada satu titik”
menjelaskan bahwa orang tua tidak harus selalu ada
disamping anaknya. Jadi anak harus bisa hidup
mandiri. Saat kita hidup jauh dari orang tua, kita dapat
mengendalikan hidup dengan baik. Pelajaran ini
diterima oleh May dari mamanya.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh penulis
mengenai eksistensialisme pada novel Lima Cerita karya
Desi Anwar kajian eksistensialisme Jean Paul Sartre yang
diketahui melalui empat fokus yaitu subjektivitas tokoh,
tanggung jawab tokoh, kebebasan tokoh, dan mengejar
pengalaman tokoh pada novel Lima Cerita dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Subjektivitas tokoh pada novel Lima Cerita karya Desi
Anwar menunjukkan bahwa tokoh memiliki
subjektivitasnya masing masing untuk diterapkan di
kemudian hari seperti mendatangi tempat tempat, dan
memiliki rencana untuk melangkah ke dunia yang luas.
2. Tanggung jawab tokoh pada novel Lima Cerita karya
Desi Anwar menunjukkan adanya amanah yang harus
dilakukan oleh tokoh dan bertanggung jawab atas
dirinya pribadi. Tanggung jawab memberikan
pengetahuan, tanggung jawab pada pekerjaan yang
profesional.
3. Kebebasan tokoh pada novel Lima Cerita karya Desi
Anwar menunjukkan adanya rasa ingin memerdekakan
diri dalam segala tindakan. Memilih waktu, memilih
karier.
4. Mengejar pengalaman tokoh pada novel Lima Cerita
menjadikan tokoh memiliki rasa ingin tahu untuk meraih
banyak rasa, banyak harapan, dan keinginan di
kemudian hari.

B. Saran
Berdasarkan uraian hasil penelitian yang membahas
eksistensialisme pada novel Lima Cerita karya Desi Anwar
kajian eksistensialisme Jean Paul Sartre, peneliti memberikan
saran-saran antara lain:
1. Bagi peneliti sendiri supaya lebih memperkuat teori
eksistensialisme Jean Paul Sartre pada karya sastra Lima
Cerita sehingga lebih kritis dalam mengkaji analisis
Eksistensialisme yang terjadi dalam karya sastra.
2. Bagi para pembaca supaya penelitian ini digunakan
sebagai referensi dalam memahami eksistensialisme
pada karya sastra menggunakan teori eksistensialisme.
3. Bagi para meneliti selanjutnya untuk membahas lebih
kritis lagi mengenai eksistensialisme pada karya sastra
sehingga memberikan banyak referensi.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2007). Analisis Eksistensial. In Jakarta: Raja


Grafindo. Raja Grafindo.

Faiuzia, N. (2013). Eksistensialisme Dalam Novel the Zahir.


Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra, 7(2), 1.

Fernada, E. (2022). Tanda Dewasa Secara Emosional.


Kompas.Com.
https://amp.kompas.com/parapuan/read/533076289/bukan-
soal-umur-ini-7-tanda-seseorang-sudah-dewasa-secara-
emosional

Guritno, T. (2022). Puji Pertemuan Anies-Gibran, Demokrat:


Kami Memilih Berkomunikasi, Bukan Imtimidasi.
Kompas.Com. https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/nasional/
read/2022/11/15/19590481/puji-pertemuan-anies-gibran-
demokrat-kami-memilih-berkomunikasi-bukan?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp

Hamim. (2022). Penjual Gorengan di Tuban Tawarkan


Ginjalnya di Pinggir Jalan untuk Bayar Utang Anak.
Kompas.Com. https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/surabaya/
read/2022/11/21/222109978/penjual-gorengan-di-tuban-
tawarkan-ginjalnya-di-pinggir-jalan-untuk-bayar?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=

Ikranegara, D. D. (2021). Eksistensialisme dalam Novel Bumi


Manusia Karya Pramoedya Ananta Tour. In UIN FAS
BENGKULU.

Martin, V. (2001). Filsafat Eksistensialisme. Pustaka Pelajar.


Moleong, P. D. L. J. (2021). Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Remaja Rosdakarya.

Mufidah, A. (2010). Telaah Eksistensialisme Tokoh Utama


dalam Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir Karya Kirana
Kejora. In Universitas Muhammadiyah Malang.
Universitas Muhammadiyah Malang.

Muzairi, M. (2017). Eksistensialisme Jean Paul Sartre (Sumur


Tanpa Dasar Kebebasan Manusia). Pustaka Pelajar.

Najib, A., & Hudda, S. A. (2021). Human Being Dalam


Diskursus Eksistensialisme Barat Dan Islam: Komparasi
Pemikiran Jean-Paul Sartre, Gabriel Marcel, Mulla ….
Jurnal Pemikiran Dan Kebudayaan Islam Vol. 30 No. 2
Juli 2021, 91–104.
https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/empirisma/article/vi
ew/3463

Nunuz. (2022). Review Lima Cerita Kaya Desi Anwar. Kelanaku.


https://kelanaku.com/2021/07/19/review-lima-cerita-karya-
desi-anwar/

Rasihan, F. F. (2022). Hubungan Toxic adalah Hubungan Tidak


Sehat. Kompas.Com. https://buku-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/buku.kompas.com/amp/2697/
hubungan-toxic-adalah-hubungan-yang-tidak-sehat-simak-
ciri-cirinya-berikut-ini?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=

Rizchald Walidain, M. (2023). Gambaran Pemikiran


Eksistensialisme Sartre Dalam Karakter Utama Komik One
Piece Karya Oda Eichiro. Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, Januari, 2023(1), 229–238.
https://doi.org/10.5281/zenodo.7519876.

Sekaran, U. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis. Salemba


Empat.

Sugiyono, P. D. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. ALFABETA.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Sampul Buku Lima Cerita
SAMPUL BUKU LIMA CERITA

Halaman depan

Halaman belakang
Lampiran 2 Biografi Pengarang
BIOGRAFI PENGARANG

Nama Lengkap : Desi Anwar

Nama Lain : Bu Desi


Tempat, : Bandung, 11 Desember 1962
tanggal lahir
Profesi : Pembawa berita, Jurnalis, Pembawa
acara televisi, dan penyiar berita
Indonesia
Pendidikan : School of Oriental and African Studies,
The University of London (Honorary
Fellows) (2013-2013), University of
Sussex (BA French European Studies)
(1982-1985), School of Oriental and
African Studies U of London (MA
Indonesian & Malay Studies(1987-
1989), Jefferson Fellowship Joumatism A
program by East-West Center Honolulu,
Hawaii (1999-1999), MIT Sloan School of
Management (2011-2012)
Karya Tulis : 12 buku telah diterbitkan

Lampiran 3 Kartu Bimbingan Skripsi


KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
Lampiran 4 Surat Permohonan Bebas Plagiasi
SURAT PERMOHONAN BEBAS PLAGIASI
Lampiran 5 Hasil Cek Plagiasi
HASIL CEK PLAGIASI

Anda mungkin juga menyukai