ABSTRAK
Tradisi megengan merupakan ritual yang dilaksanakan sebelum datangnya bulan Ramadhan
sebagai prosesi penyambutan bulan Ramadhan. Megengan juga bisa berarti rasa syukur
karena diberi kesempatan hidup dan bertemu lagi dengan Ramadhan. Fokus penelitian ini
adalah makna simbol yang terdapat dalam Tradisi Megengan di Desa Kedungrejo, Waru-
Sidoarjodannilai-nilai yang terdapat dalam simbol Tradisi Megengan di Desa Kedungrejo,
Waru-Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbol, dan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya. Kajian teori yang digunakan adalah kajian semiotika Roland
Barthes. Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam tradisi megengan terdapat beberapa simbol yang yang wajib ada,
karena terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
232 | 2021
Eka Fauziyah, Yarno, R. Panji Hermoyo : Simbol pada Tradisi Megengan di Desa
Kedungrejo, Waru, Sidoarjo (Kajian Semiotika Roland Barthes)
ini lainya merujuk pada nilai-nilai Islam. dibagikan wajib terdapat kue apem dan
Simbol dalam tradisi yang kental kaitannya pisang sebagai syarat.
dengan kebudayaan sangat penting artinya Pada setiap prosesi pelaksanaan
bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan megengan, terdapat simbol-simbol yang
Geertz dalam Aibak (Aibak, 2010) yang memiliki makna serta filosofi. Hal ini
menyatakan simbol dalam budaya dikarenakan, budaya Jawa yang memang
masyarakat Jawa mempunyai makna yang kentalakan makna sehingga setiap hal yang
terwujud dalam bentuk ekspresi realitas dilakukan memiliki arti tersendiri, terlebih
hidup mereka, sehingga simbol-simbol ini lagi berkaitan dengan hubungannya ke
memiliki nilai yang sangat penting untuk Tuhan. Contohnya nasi tumpeng, secara
masyarakat tersebut. umum tumpeng bermakna sebagai ucapan
Simbol dalam tradisi yang berkaitan syukur kepada Allah atas rezeki yang telah
dengan ritual keagamaan cukup penting, dilimpahkan, dilihat dari bentuk tumpeng
karena hal tersebut berkaitan dengan nilai yang mengerucut, sebagai tujuan semua
kepuasan (Aibak, 2010). Simbol adalah mahkluk hidup adalah Allah. Berbagai
objek atau peristiwa apapun yang menunjuk macam lauk yang terdapat ditumpeng
pada sesuatu, dan meliputi dapat dirasakan melambangkan kehidupan manusia,
atau dialami (Sobur, 2009). Oleh karena itu tumbuhan, serta hewan. Nasi tumpeng
dalam ritual keagamaan simbol ini dibuat sebagai lambang keharmonisan
berkaitan dengan nilai kepuasan, yang hadir hubungan antara manusia denganTuhan,
karena masyarakat merasa bagian yang serta manusia dengan sekitarnya (Hafidz,
terpenting telah terlaksanakan. 2017)
Terdapat beberapa perbedaan tradisi Pemahaman akan simbol-simbol
megengandi Desa Kedungrejo, Waru, semacam ini penting, supaya generasi
Sidoarjo dengan daerah-daerah lain yang selanjutnya memahami esensi dari tradisi
melakukan tradisi megengan. Berdasarkan megengan, bukan hanya menganggapnya
hasil observasi, Desa Kedung rejo sebagai suatu warisan leluhur. Tradisi tanpa
mempunyai dua acara megengan. Acara adanya pemaknaanakan esensi dan simbol
pertama dilaksanakan lima hari sebelum di dalamnya, membuat tardisi tersebut lama
bulan Ramadhan. Tradisi ini berlangsung kelamaan akan hilang dan tidak lagi
dari pagi hingga sore hari, sedangkan pada dilestarikan. Simbol dalam tradisi warisan
malam harinya diadakan tumpengan serta leluhur bisa dimaknai berbeda oleh masing-
tahlilan yang biasanya dihadiri oleh kaum masing orang, hal ini berkaitan dengan
laki-laki. Sedangkan untuk doa yang sistem pengetahuan yang dimiliki oleh
dibacakan pada saat tumpengan tidak ada orang tersebut. Oleh karena itu pengetahuan
doa khusus, hanya sebagai peruwujudan akan tradisi penting untuk dibangun serta
rasa suyukur kepada Tuhan karena bisa diwariskan antar generasi.
bertemu lagi dengan bulan Penelitian ini bertujuan untuk
Ramadhan.Acara kedua dilaksanakan dua mendeskripsikan simbol yang terdapat
minggu sebelum lebaran tiba. Pada pagi dalam Tradisi Megengan di Desa
hari hingga sore hari diadakan ater-ater atau Kedungrejo, Waru-Sidoarjo. Deskripsi ini
memberikan berkatata umakanan pada berupa penjabaran simbol, makna simbol,
tetangga sekitar. Dalam ater-ater yang serta nilai-nilai yang terkandung di
233 | 2 0 2 1
Eka Fauziyah, Yarno, R. Panji Hermoyo : Simbol pada Tradisi Megengan di Desa
Kedungrejo, Waru, Sidoarjo (Kajian Semiotika Roland Barthes)
dalamnya. Hal ini dilakukan supaya Simbol adalah suatu konsep yang
masyarakat di Desa Kedungrejo, Waru- berada di dunia ide atau pikiran kita kita
Sidoarjo, bisa memahami makna serta (Chaer, 2002,38). Salah satu karakteristik
esensi dari tradisi megengan bukan hanya simbol adalah tak pernah benar-benar
sebatas upaya melestarikan warisan leluhur. arbitrer. Bukannya tanpa, karena ada
Semiotika merupakan cabang ilmu ketidaksempurnaan ikatan alamiah antara
yang mempelajari tentang tanda. Secara penanda dan petanda. Simbol mempunyai
luas, (Eco, 2011) mendefinisikan semiotika kemampuan untuk mempengaruhi serta
sebagai suatu ilmu yang memiliki mempunyai makna yang dalam, seperti
keterkaitan dengan segala hal yang yang ditunjukkan oleh penganut Saussure
dianggap sebagai tanda. Semiotika tidak jika dilihat secara konvensional (Embon,
hanya memandang kata dalam percakapan 2019). Simbol diasosiasikan serta dipahami
sehari-hari sebagai objek kajiannya, pengertiannya dikaitkan dengan semua
melainkan berbagai bentuk tanda yang lain, jenis kejadian, pengalaman, dan hal lainnya
seperti suara, intonasi, gambar, gerak tubuh, yang mempunyai pengaruh emosional besar
maupun benda atau objek. bagi orang-orang tertentu
Makna konotasi yang berubah Zoest(1993,45–46) menjelaskan
menjadi mitos, bisa menjadi sebuah bahwa tanda bisa dibedakan menjadi
ideologi dalam masyarakat lama kelamaan alamiah dan tanda non-intensional. Tanda
dalam masyarakat. Ideologi ini alamiah merupakan bagian dari dunia fisik
direkonstruksi dari tanda-tanda denotasi dan tanda ini berupa makna manusia
pada tahap pertama, sehingga terbentuklah dengan tanda alami. Simbol ini digunakan
suatu sistem yang bisa diterima oleh sebagai sarana komunikasi, dan makna ini
masyarakat secara luas, dan dipandang bisa dipahami karena adanya hukum sebab–
sebagai identitas masyarakat tersebut oleh akibat, misalnya seperti asap yang
masyarakat luar (Rijal, 2020). (Berikut merupakan tanda alami dari api, atau tanah
gambaran peta semiotika Barthes mengenai yang basah menandakan adanya guyuran air
rekonstruksi petanda dan penanda. hujan. (Pramiyanti & Christin, 2014).
(Ambarani dan Nazia,2012). Makna dari symbol ini mempunyai
hubungan kausal dengan apa yang
direpresentasikan.
Megengan merupakan salah satu
tradisi yang masih eksis hingga saat ini
dilaksanakan secara rutin oleh masyarakat
Jawa (Safi’i, 2018). Tradisi ini dilakukan
Pada peta tersebut terlihat bahwa setiap menjelang bulan Ramadhan. Namun
tanda denotatif Barthes sebagai dua buah uniknya, tradisi ini tidak hanya dikhususkan
tanda, yaitu makna denotasi sendiri serta untuk masyarakat beragama Islam saja.
makna tahap pertama untuk konotasi. Jadi Masyarakat nonmuslim juga diperbolehkan
konotasi adalah makna berlapis, sebab mengikuti tradisi ini.
konotasi sebagai makna kedua setelah Kata megengan merupakan kata
denotasi. bahasa Jawa yang berasal dari kata megeng
yang berarti ngampet atau menahan. Hal ini
234 | 2 0 2 1
Eka Fauziyah, Yarno, R. Panji Hermoyo : Simbol pada Tradisi Megengan di Desa
Kedungrejo, Waru, Sidoarjo (Kajian Semiotika Roland Barthes)
dikaitkan dengan makna puasa sebagai penelitian ini berada di Desa Kedungrejo,
sarana menahan diri, menahan, nafsu, Waru-Sidoarjo.
menahan amarah, dan lain sebagainya. Sumber data primer dalam
Pengertian tersebut dijelaskan oleh Lestari penelitian ini adalah prosesi tradisi
(Rahayu & Lestari, 2019) bahwa megengan megengan di Desa Kedungrejo yang sesuai
merupakan suatu pengingat datangnya dengan fokus penelitian. Tradisi ini bagian
bulan Ramadhan, dimana umat muslim dari warisan nenek moyang yang sudah
menjalankan ibadah puasa yang identic dilakukan secara turun temurun selama satu
dengan kewajiban untuk megeng atau tahun sekali. Sumber data sekunder dalam
menahan hawa nafsu. penelitian ini berupa buku-buku, artikel,
ataupun skripsi yang masih relevan dengan
METODE PENELITIAN topic penelitian. Objek penelitian ini
Dalam penelitian ini peneliti adalah simbol yang ada dalam prosesi
menggunakan metode penelitian deskriptif tradisi megengan di Desa Kedungrejo.
kualitatif. Metode penelitian kualitatif Teknik pengumpulan data ini
adalah metode penelitian yang menggunakan observasi, dokumentasi, dan
berlandaskan pada filsafat postpositivisme wawancara. Jenis observasi yang digunakan
digunakan atau interpretif, digunakan untuk dalam penelitian ini adalah partisipasi aktif
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, yaitu jenis observasi dimana peneliti datang
dimana peneliti adalah sebagai instrument di tempat kegiatan orang yang di amati dan
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Selain
secara triangulasi, data yang diperoleh itu juga instrumen yang digunakan dalam
cenderung data kualitatif, analisis data observasi ini antara lain panduan observasi,
bersifat induktif atau kualitatif dan hasil alat dokumentasi, dan yang terakhir adalah
penelitian kualitatif bersifat untuk catatan.
memahami makna, memahami keunikan, Uji keabsahan data yang dilakukan
mengkrontruksi fenomena, dan menemukan pada penelitianiniadalahcredibility,
hipotesis (Sugiyono, 2017). transferability, dependability, dan
Metode deskriptif adalah penelitian confirmability. dalam penelitian ini peneliti
yang melukiskan, mengambarkan, atau menggunakan teknik analisis data yaitu
memaparkan keadaan objek yang diteliti model Mails dan Huberman dalam
sebagai apaadanya, sesuai dengan situasi Sugiyono (2017) dengan tahapan
dan kondisi ketika penelitan tersebut pengumpulan data yaitu: (1) data collection,
dilakukan (Sugiyono, 2017). Pendekatan (2) data reduction, (3) data display, (4) data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah classification.
pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (2015) analisis
Waktu yang digunakan peneliti data dalam penelitian kualitatif ini juga
untuk penelitian ini dilaksanakan dua dimulai dengan menyiapkan dan
minggu sebelum bulan ramadan tiba, yaitu mengorganisasikan data untuk analisa.
pada tanggal 01 April 2021. Waktu yang Kemudian mereduksi data tersebut menjadi
dibutuhkan kurang lebih 2 (dua) bulan, 2 tema melalui proses pengkodean dan
minggu untuk pengumpulan data dan 6 peringkasan kode, dan terakhir menyajikan
minggu untuk pengolahan data. Tempat data dalam bentuk bagan, tabel, atau
235 | 2 0 2 1
Eka Fauziyah, Yarno, R. Panji Hermoyo : Simbol pada Tradisi Megengan di Desa
Kedungrejo, Waru, Sidoarjo (Kajian Semiotika Roland Barthes)
236 | 2 0 2 1
Eka Fauziyah, Yarno, R. Panji Hermoyo : Simbol pada Tradisi Megengan di Desa
Kedungrejo, Waru, Sidoarjo (Kajian Semiotika Roland Barthes)
237 | 2 0 2 1
Eka Fauziyah, Yarno, R. Panji Hermoyo : Simbol pada Tradisi Megengan di Desa
Kedungrejo, Waru, Sidoarjo (Kajian Semiotika Roland Barthes)
238 | 2 0 2 1
Eka Fauziyah, Yarno, R. Panji Hermoyo : Simbol pada Tradisi Megengan di Desa
Kedungrejo, Waru, Sidoarjo (Kajian Semiotika Roland Barthes)
239 | 2 0 2 1