64-Article Text-57-1-10-20210128
64-Article Text-57-1-10-20210128
ABSTRAC
Background: Hypertension is a disease that requires long-term therapy, so that required
patients adherence in treatment to control blood pressure and reduce the complication risk. Rate of
adherence to treatment in Penimbung health care 2019 amounted to only 13% and the number of
non-adherence 86%. The type of research was descriptive analytic with cross-sectional design.The
population of this research were 1014 visit. Total samples taken were 84 patients was accidental
sampling. Adherence to hypertension treatment was maesured using Modified Morisky Adherence
Scale (MMAS). From these results it could be concluded that the factor of education level
(p=0,000),long suffered from hypertension (p=0,005),the level knowledge about hypertension
(p=0,000), familly suport (p=0,000),the role of the health officer (p=0,000),and motivation for
treatment (p=0,000) had associated with adherence of hypertension patients in
treatment.Gender,employment status,the participation of health insurance,access to health care are
not associated with adherence of hypertension patients in treatment (p>0,05).
Keywords : Hypertension; Adherence treatment
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit yang memerlukan terapi jangka panjang,
sehingga diperlukan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan untuk mengontrol tekanan
darah dan menurunkan risiko komplikasi. Angka kepatuhan melakukan pengobatan di Wilayah
Kerja Puskesmas Penimbung tahun 2019 hanya sebesar 13% dan angka ketidakpatuhan sebesar
86%. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dari
penelitian ini berjumlah 1014 kunjungan pasien. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 84
responden dengan cara accidental sampling. Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan
menggunakan kuesioner MMAS (Modified MoriskyAdherence Scale). Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa faktor tingkat pendidikan terakhir (p=0,000), lama menderita hipertensi
(p=0,005), tingkat pengetahuan tentang hipertensi (p=0,000), dukungan keluarga (p=0,000), peran
petugas kesehatan (p=0,000), motivasi berobat (p=0,000) memiliki hubungan dengan kepatuhan
dalam menjalani pengobatan hipertensi. Faktor jenis kelamin, status pekerjaan, keikutsertaan
asuransi kesehatan dan keterjangkauan akses ke pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi (p>0,05).
Kata kunci: Hipertensi; Kepatuhan Pengobatan
Dalam hal menjaga kesehatan, biasanya kaum dengan kepatuhan pengobatan hipertensi
perempuan lebih memperhatikan (p=0,001).
kesehatanya dibandingkan dengan laki-laki.
Hal ini dikarenakan sifat-sifat dari Hubungan antara Status Pekerjaan dengan
perempuan yang lebih memperhatikan Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita
kesehatan bagi dirinya dibandingkan laki-laki Hipertensi
(Depkes RI,2013). Menurut Thomas yang dikutip oleh
Berdasarkan hasil analisis menunjukan Nursalam (2003), pekerjaan adalah sesuatu
tidak ada hubungan yang signifikan antara yang harus dilakukan terutama untuk
jenis kelamin dengan kepatuhan dalam menunjang kehidupannyadan keluarga
menjalani pengobatan hipertensi di (A.Wawan dan Dewi M, 2010: 17). Orang yang
Puskesmas Penimbung dengan nilai p=0,366 bekerja cenderung memiliki sedikit waktu
(p>0,05). Hasil penelitian juga menunjukan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan
bahwa mayoritas responden adalah berjenis sehingga akan semakin sedikit pula
kelamin perempuan yaitu sebesar 65,5% dan ketersediaan waktu dan kesempatan untuk
berjenis kelamin laki-laki sebesar 34,5%. melakukan pengobatan (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Berdasarkan hasil analisis bivariat
yang dilakukan Saepudin dkk (2011) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
menunjukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara status pekerjaan dengan
antara jenis kelamin dengan kepatuhan kepatuhan dalam menjalani pengobatan
penggunaan obat pada pasien hipertensi hipertensi di Puskesmas Penimbung dengan
dengan nilai p=0,826. Hal ini dikarenakan nilai p=0,872 Hasil penelitian juga
tidak adanya perbedaan yang bermakna menunjukan mayoritas responden adalah
antara responden perempuan yang patuh mereka yang tidak bekerja (61,9%) dan
(66%) dan responden laki-laki yang patuh 38,1% lainya memiliki pekerjaan.
(61%). Artinya baik responden perempuan Berdasarkan penelitian dilapangan,
maupun laki-laki keduanya sama-sama ditemukan bahwa dari 52 responden yang
memiliki kesadaran untuk patuh dalam tidak bekerja, sebanyak 25 responden
penggunaan obat hipertensi. (48,1%) patuh melakukan pengobatan dan
dari 32 responden yang bekerja 14
Hubungan antara Tingkat Pendidikan responden (43,8%) patuh menjalani
Terakhir dengan Kepatuhan Pengobatan pengobtan. Sehingga dapat disimpulkan
Pada Penderita Hipertensi bahwa tidak ada perbedaan kepatuhan antara
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau responden yang bekerja maupun tidak
proses pembelajaran untuk mengembangkan bekerja. Tidak adanya perbedaan ini
atau meningkatkan kemampuan tertentu dikarenakan sebagian besar responden yang
sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri bekerja adalah disektor non-formal yang
sendiri (Notoatmodjo,2010). tidak ditentukan batasan waktu kerja,
Berdasarkan hasil analisis menunjukan sehingga responden yang bekerjapun tetap
bahwa ada hubungan antara tingkat memiliki kesempatan dan ketersediaan
pendidikan terakhir dengan kepatuhan dalam waktu yang sama dengan responden yang
menjalani pengobatan hipertensi dengan nilai tidak bekerja untuk melakukan pengobatan
p=0,000. Hasil penelitian ini diperkuat hipertensi yang dijalaninya.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Vincent Boima (2015) yang menyatakan Hubungan antara Lama Menderita
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan Hipertensi dengan Kepatuhan Pengobatan
Pada penderita Hipertensi
Coresponding author: Kurniati Prihatin
Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
Page|8
penelitian antara pasien pemilik asuransi mendukung (enabling factor), yang terdiri
kesehatan maupun tidak memiliki. atas tersedianya fasilitas kesehatan,
kemudahan untuk menjangkau sarana
Hubungan antara Pengetahuan tentang kesehatan serta keadaan sosial ekonomi dan
Hipertensi dengan Kepatuhan Pengobatan budaya. Rendahnya penggunaan fasilitas
Pada Penderita Hipertensi kesehatan seperti Puskesmas, rumah sakit
Penderita yang mempunyai pengetahuan dan sebagainya, seringkali kesalahan atau
tinggi cenderung lebih patuh berobat penyebabnya dilemparkan pada faktor akses
daripada penderita yang berpengetahuan ke pelayanan kesehatan (baik itu akses
rendah (Notoatmodjo,2010). tempuh dan jarak ke fasilitas kesehatan).
Berdasarkan hasil analisis bivariat Keterjangkauan akses yang dimaksud dalam
menunjukan bahwa ada hubungan antara penelitian ini dilihat dari segi jarak, waktu
pengetahuan tentang hipertensi dengan tempuh dan kemudahan transportasi untuk
kepatuhan dalam menjalani pengobatan mencapai pelayanan kesehatan. Semakin jauh
hipertensi (p=0,000). Hal ini sesuai dengan jarak rumah pasien dari tempat pelayanan
teori Lawrence Green yang menyatakan kesehatan dan sulitnya transportasi maka,
bahwa perilaku patuh itu dipengaruhi oleh akan berhubungan dengan kepatuhan
faktor-faktor predisposisi, salah satunya berobat.
pengetahuan responden Berdasarkan hasil analisis bivariat
(Notoatmodjo,2010:59). menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
Hasil penelitian ini diperkuat oleh signifikan antara keterjangkauan akses ke
penelitian yang telah dilakukan Ekarini pelayanan kesehatan dengan kepatuhan
(2011) yang menunjukan bahwa ada dalam menjalani pengobatan hipertensi di
hubungan antara pengetahuan dengan Puskesmas Penimbung dengan nilai
kepatuhan berobat pada pasien hipertensi (p=0,104). Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan (p=0,002). Dalam penelitianya Ekarini penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2013)
menyebutkan adanya hubungan antara yang menyatakan tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan berobat ini keterjangkauan pelayanan kesehatan dengan
dikarenakan adanya upaya yang telah kepatuhan berobat hipertensi di Puskesmas
dilakukan oleh petugas kesehatan (p=0,063).
diantaranya dengan mensosialisasikan Hal ini dikarenakan responden dengan
pentingnya menjalani pengobatan yang akses ke pelayanan kesehatan yang baik,
teratur bagi klien hipertensi, penyuluhan tidak memiliki perbedaan yang bermakna
kesehatan mengenai penyakit hipertensi, antara responden yang patuh (53,6%) dan
pemberian brosur tentang penyakit responden yang tidak patuh (46,4%).
hipertensi. Ketidakpatuhan pada responden dengan
akses ke pelayanan kesehatan baik ini terjadi
Hubungan antara Keterjangkauan Akses karena sebagian besar responden (55%)
ke Pelayanan Kesehatan dengan mengaku sudah menderita hipertensi > 5
Kepatuhan Pengobatan Pada penderita tahun, sehingga meskipun jarak dan akses ke
Hipertensi pelayanan kesehatan mudah namun mereka
Keterjangkauan akses ke pelayanan merasa jenuh terhadap pengobatan yang
kesehatan adalah mudah atau sulitnya dijalaninya, sehingga mereka akan datang
seseorang untuk mencapai tempat pelayanan untuk berobat jika merasakan adanya
kesehatan. Niven (2002) menyatakan bahwa keluhan.
salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan berobat adalah faktor yang
Coresponding author: Kurniati Prihatin
Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
P a g e | 10