Anda di halaman 1dari 12

Page|1

Jurnal Ilmiah Stikes YARSI Mataram (JISYM)


Vol 10 No 2, Juli 2020
P-ISSN : 1978-8940
Website:http://Journal.stikesyarsimataram.ac.id

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA


HIPERTENSI

Kurniati Prihatin1, Baiq Ruli Fatmawati2, Marthilda Suprayitna3


Program Studi Keperawatan, STIKES Yarsi Mataram, Indonesia
Email: syaefaturrahman@gmail.com

ABSTRAC
Background: Hypertension is a disease that requires long-term therapy, so that required
patients adherence in treatment to control blood pressure and reduce the complication risk. Rate of
adherence to treatment in Penimbung health care 2019 amounted to only 13% and the number of
non-adherence 86%. The type of research was descriptive analytic with cross-sectional design.The
population of this research were 1014 visit. Total samples taken were 84 patients was accidental
sampling. Adherence to hypertension treatment was maesured using Modified Morisky Adherence
Scale (MMAS). From these results it could be concluded that the factor of education level
(p=0,000),long suffered from hypertension (p=0,005),the level knowledge about hypertension
(p=0,000), familly suport (p=0,000),the role of the health officer (p=0,000),and motivation for
treatment (p=0,000) had associated with adherence of hypertension patients in
treatment.Gender,employment status,the participation of health insurance,access to health care are
not associated with adherence of hypertension patients in treatment (p>0,05).
Keywords : Hypertension; Adherence treatment
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit yang memerlukan terapi jangka panjang,
sehingga diperlukan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan untuk mengontrol tekanan
darah dan menurunkan risiko komplikasi. Angka kepatuhan melakukan pengobatan di Wilayah
Kerja Puskesmas Penimbung tahun 2019 hanya sebesar 13% dan angka ketidakpatuhan sebesar
86%. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dari
penelitian ini berjumlah 1014 kunjungan pasien. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 84
responden dengan cara accidental sampling. Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan
menggunakan kuesioner MMAS (Modified MoriskyAdherence Scale). Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa faktor tingkat pendidikan terakhir (p=0,000), lama menderita hipertensi
(p=0,005), tingkat pengetahuan tentang hipertensi (p=0,000), dukungan keluarga (p=0,000), peran
petugas kesehatan (p=0,000), motivasi berobat (p=0,000) memiliki hubungan dengan kepatuhan
dalam menjalani pengobatan hipertensi. Faktor jenis kelamin, status pekerjaan, keikutsertaan
asuransi kesehatan dan keterjangkauan akses ke pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi (p>0,05).
Kata kunci: Hipertensi; Kepatuhan Pengobatan

Coresponding author: Kurniati Prihatin


Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
Page|2

INTRODUCTION kunjungan dengan keluhan penyerta dari


Penyakit hipertensi merupakan salah penyakit hipertensi dan bukan kunjungan
satu faktor resiko utama yang mengarah rutin yang seharusnya dilakukan setiap
kepada penyakit kardiovaskuler seperti penderita. Angka kepatuhan melakukan
serangan jantung, gagal jantung, stroke dan pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas
penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 Penimbung tahun 2019 hanya sebesar 13%
penyakit-penyakit tersebut merupakan dan angka ketidakpatuhan sebesar 86%.
penyebab kematian utama di dunia (World Pengobatan hipertensi membutuhkan waktu
Health Organization, 2018) seumur hidup, dibutuhkan kepatuhan pasien
Prevalensi hipertensi tertinggi adalah di dalam menjalani pengobatannya. Kepatuhan
Afrika, yaitu 46% dari orang dewasa berusia berobat memiliki arti sejauh mana seseorang
di atas 25 tahun. Sedangkan prevalensi minum obat, mengikuti diet, dan menjalankan
terendah yaitu 35% di Amerika. Kaldara et al, perubahan gaya hidup sesuai dengan
(2015) mengatakan bahwa prevalensi rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan
hipertensi di dunia terus meningkat, (WHO, 2018).
diprediksidi tahun 2025 angka akanmencapai Kepatuhan pengobatan pasien hipertensi
1.56 miliar orang dengan perkiraan angka merupakan hal penting karena hipertensi
kematianakibat hipertensi dan komplikasi merupakan penyakit yang tidak dapat
sebanyak 9,4 juta orang. disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol atau
Data prevalensi hipertensi di Indonesia dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang
menurut Kementrian Kesehatan Republik dapat berujung pada kematian. Problem
Indonesia (Kemenkes RI, 2019) sebanyak ketidakpatuhan umum dijumpai dalam
65.048.110 jiwa (34,1%), sedangkan menurut pengobatan penyakit kronis yang memerlukan
data dari Riset Kesehatan Dasar di Indonesia pengobatan jangka panjang seperti hipertensi.
terdapat peningkatan prevalensi penderita Obat-obat antihipertensi yang ada saat ini telah
hipertensi dari tahun 2013-2018, dimana terbukti dapat mengontrol tekanan darah pada
pada tahun 2013 prevalensi hipertensi pasien hipertensi, dan juga sangat berperan dalam
berdasarkan hasil pengukuran penduduk usia menurunkan risiko berkembangnya komplikasi
lebih dari 18 tahun sebesar 25,8% menjadi kardiovaskular. Namun demikian, penggunaan
34,1% di tahun 2018. Sedangkan menurut antihipertensi saja terbukti tidak cukup untuk
Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah
(2018) angka kejadian hipertensi terus jangka panjang apabila tidak didukung dengan
mengalami peningkatan pada tahun 2018 kepatuhan dalam menggunakan antihipertensi
sebanyak 221.095 jiwa. tersebut (Saepudin dkk, 2011).
Hasil pengukuran tekanan darah penduduk Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor-
yang berusia lebih dari 18 tahun menurut faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan
jenis kelamin dan kabupaten di Provinsi NTB pengobatan penderita hipertensi di Wilayah Kerja
tahun 2018, persentase penderita hipertensi Puskesmas Penimbung. Penelitian ini diharapkan
di Lombok Barat sebesar (47, 64%) dan memberikan informasi mengenai faktor apa saja
merupakan yang tertinggi di NTB (Dinkes yang dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan
NTB, 2018). Adapun data penderita penderita hipertensi.
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Penimbung Desa Penimbung Lombok Barat RESEARCH METHOD
berdasarkan jumlah kunjungan pada tahun
2019 sebanyak 1014 kunjungan. Dimana Penelitian ini merupakan deskriptif korelasi
setelah dilakukan survey pendahuluan dengan pendekatan cross sectional, sampel
kebanyakan kunjungan dari penderita adalah berjumlah 84 orang yang ditetapkan dengan

Coresponding author: Kurniati Prihatin


Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
Page|3

actidental sampling. Penelitian ini


dilaksanakan di

Coresponding author: Kurniati Prihatin


Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
Page|4

Wilayah Kerja Puskesmas Penimbung pada Bulan Tingkat Kepatuhan


Januari-Februari 2020. Pengukuran kepatuhan Status Pekerjaan Tidak patuhPatuh Total P
dilakukan dengan menggunakan kuesioner MMAS value
(Modified MoriskyAdherence Scale). Uji korelasi F % f % f %
Tidak 27 51,9 25 48,1 52 100 0,872
antara masing-masing variabel bebas dan variabel
Bekerja
terikat dilakukan dengan uji statistik Chi-square. bekerja 18 56,2 14 43,8 32 100
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
RESEARCH METHOD bahwa nilai yang didapatkan yaitu p value =
Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 0,872 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada
berikut ini: hubungan antara status pekerjaan dengan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan
Table 1. Hubungan antara Jenis Kelamin
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
dengan Kepatuhan Pengobatan Pada
Penimbung.
Penderita Hipertensi
Tingkat Kepatuhan Tabel 4. Hubungan antara Lama Menderita
Jenis Tidak Patuh Total P Hipertensi dengan Kepatuhan Pengobatan
Kelamin patuh value Pada Penderita Hipertensi
f % f % f % Tingkat Kepatuhan

Laki-laki 18 62 11 38 29 100 0,366 Lama Tidak Patuh Total P


Perempuan 27 49 28 51 55 100 Menderita patuh value
Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil F % f % f %
bahwa nilai p value = 0.366 yang berarti tidak ⦤ 5 tahun 13 35,1 24 64,9 37 100 0,005
ada hubungan antara jenis kelamin dengan ⦤ 5 tahun 32 68,1 15 31,9 47 100
kepatuhan dalam menjalani pengobatan Berdasarkan tabel 4 diatas
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas didapatkan hasil nilai p value = 0,005
Penimbung. (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
antara lama menderita penyakit hipertensi
Table 2. Hubungan antara Tingkat
dengan kepatuhan dalam menjalani
Pendidikan Terakhir dengan Kepatuhan
pengobatan hipertensi.
Pengobatan Pada Penderita Hipertensi
Tabel 5. Hubungan antara Keikutsertaan
Tingkat Kepatuhan Penderita Hipertensi
Tingkat Pendidikan
Tidak patuh
Patuh Total P
value
f % f % f %
Tinggi 42 65,6 22 34,4 64 100 0,000
Rendah 3 15,0 17 85,0 20 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan


bahwa nilai p value=0,000 (p<0,05) dimana
berarti bahwa ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan kepatuhan dalam
menjalani pengobatan hipertensi. .

Table 3. Hubungan antara Status Pekerjaan


dengan Kepatuhan Pengobatan Pada
Coresponding author: Kurniati Prihatin
Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
Page|5

Asuransi Kesehatan dengan Kepatuhan


Pengobatan Pada Penderita Hipertensi
Tingkat Kepatuhan
Asuransi kesehatan
TidakPatuh patuh TotalP
value
F % f % f %
Tidak 22 64,7 12 35,3 34 100 0,143
Ya 23 46,0 27 54,0 50 100
Berdasarkan tabel 5 diatas
didapatkan hasil p value = 0,143 (p>0,05)
yang berarti bahwa tidak ada hubungan
antara keikutsertaan asuransi kesehatan
dengan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Penimbung.

Coresponding author: Kurniati Prihatin


Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
Page|6

Tabel 6. Hubungan antara Tingkat Berdasarkan tabel 8 didapatkan nilai p


Pengetahuan Tentang Hipertensi dengan value= 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa
Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita terdapat hubungan antara dukungan keluarga
Hipertensi dengan kepatuhan dalam menjalani
Tingkat Kepatuhan
pengobatan hipertensi pada responden di
Tingkat Tidak Patuh Total P Wilayah Kerja Puskesmas Penimbung.
Pengetahuan patuh value
f % f % f %
Rendah 35 72,9 13 27,1 48 100 0,000 Tabel 9. Hubungan antara Peran Petugas
Tinggi 10 27,8 26 72,2 36 100 Kesehatan dengan Kepatuhan Pengobatan
Berdasarkan tabel 6 di atas Pada Penderita Hipertensi
Tingkat Kepatuhan
didapatkan hasil nilai p value = 0,000
Peran Tidak Patuh Total P
(p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan Petugas patuh value
antara tingkat pengetahuan tentang penyakit Kesehatan
hipertensi dengan kepatuhan dalam f % f % f %
menjalani pengobatan hipertensi. Rendah 31 93,9 2 6,1 33 100 0,000
Tinggi 14 27,5 37 72,5 51 100
Tabel 7. Hubungan antara Keterjangkauan Berdasarkan hasil tabel 9 di atas didapatkan
Akses ke Pelayanan Kesehatan dengan bahwa nilai p value= 0,000 (p<0,05) atau
Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita dapat diartikan bahwa terdapat hubungan
Hipertensi antara peran petugas kesehatan dengan
Tingkat Kepatuhan kepatuhan dalam menjalani pengobatan
Jangkauan Tidak Patuh Total P hipertensi.
Akses patuh value
Yankes Tabel 10. Hubungan antara Motivasi
f % f % f %
Menjalani Pengobatan Pada Penderita
Kurang 19 67,9 9 32,1 28 100 0,104
baik Hipertensi
Baik 26 46,4 30 53,6 56 100 Tingkat Kepatuhan
Motivasi Tidak Patuh Total P
Berdasarkan tabel 7 di atas didapatkan nilai p berobat patuh value
value= 0,104 (p>0,05) yang berarti bahwa f % f % f %
tidak ada hubungan antara keterjangkauan Rendah 34 87,2 5 12,8 9 100 0,000
Tinggi 11 24,4 34 725,6 45 100
akses ke pelayanan kesehatan dengan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan Berdasarkan tabel 10, didapatkan nilai p
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas value= 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa
Penimbung. terdapat hubungan antara motivasi berobat
dengan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan hipertensi pada responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Penimbung.
Tabel 8. Hubungan antara Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan
Pada Penderita Hipertensi RESULTS AND DISCUSSION
Tingkat Kepatuhan
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan
Dukungan Tidak Patuh Total P
Keluarga patuh value Kepatuhan dalam Menjalani Pengobatan
f % f % f % Hipertensi
Rendah 31 91,2 3 8,8 34 100 0,000 Jenis kelamin berkaitan dengan peran
Tinggi 14 28,0 36 72,0 50 100 kehidupan dan perilaku yang berbeda antara
laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Coresponding author: Kurniati Prihatin
Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
Page|7

Dalam hal menjaga kesehatan, biasanya kaum dengan kepatuhan pengobatan hipertensi
perempuan lebih memperhatikan (p=0,001).
kesehatanya dibandingkan dengan laki-laki.
Hal ini dikarenakan sifat-sifat dari Hubungan antara Status Pekerjaan dengan
perempuan yang lebih memperhatikan Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita
kesehatan bagi dirinya dibandingkan laki-laki Hipertensi
(Depkes RI,2013). Menurut Thomas yang dikutip oleh
Berdasarkan hasil analisis menunjukan Nursalam (2003), pekerjaan adalah sesuatu
tidak ada hubungan yang signifikan antara yang harus dilakukan terutama untuk
jenis kelamin dengan kepatuhan dalam menunjang kehidupannyadan keluarga
menjalani pengobatan hipertensi di (A.Wawan dan Dewi M, 2010: 17). Orang yang
Puskesmas Penimbung dengan nilai p=0,366 bekerja cenderung memiliki sedikit waktu
(p>0,05). Hasil penelitian juga menunjukan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan
bahwa mayoritas responden adalah berjenis sehingga akan semakin sedikit pula
kelamin perempuan yaitu sebesar 65,5% dan ketersediaan waktu dan kesempatan untuk
berjenis kelamin laki-laki sebesar 34,5%. melakukan pengobatan (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Berdasarkan hasil analisis bivariat
yang dilakukan Saepudin dkk (2011) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
menunjukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara status pekerjaan dengan
antara jenis kelamin dengan kepatuhan kepatuhan dalam menjalani pengobatan
penggunaan obat pada pasien hipertensi hipertensi di Puskesmas Penimbung dengan
dengan nilai p=0,826. Hal ini dikarenakan nilai p=0,872 Hasil penelitian juga
tidak adanya perbedaan yang bermakna menunjukan mayoritas responden adalah
antara responden perempuan yang patuh mereka yang tidak bekerja (61,9%) dan
(66%) dan responden laki-laki yang patuh 38,1% lainya memiliki pekerjaan.
(61%). Artinya baik responden perempuan Berdasarkan penelitian dilapangan,
maupun laki-laki keduanya sama-sama ditemukan bahwa dari 52 responden yang
memiliki kesadaran untuk patuh dalam tidak bekerja, sebanyak 25 responden
penggunaan obat hipertensi. (48,1%) patuh melakukan pengobatan dan
dari 32 responden yang bekerja 14
Hubungan antara Tingkat Pendidikan responden (43,8%) patuh menjalani
Terakhir dengan Kepatuhan Pengobatan pengobtan. Sehingga dapat disimpulkan
Pada Penderita Hipertensi bahwa tidak ada perbedaan kepatuhan antara
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau responden yang bekerja maupun tidak
proses pembelajaran untuk mengembangkan bekerja. Tidak adanya perbedaan ini
atau meningkatkan kemampuan tertentu dikarenakan sebagian besar responden yang
sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri bekerja adalah disektor non-formal yang
sendiri (Notoatmodjo,2010). tidak ditentukan batasan waktu kerja,
Berdasarkan hasil analisis menunjukan sehingga responden yang bekerjapun tetap
bahwa ada hubungan antara tingkat memiliki kesempatan dan ketersediaan
pendidikan terakhir dengan kepatuhan dalam waktu yang sama dengan responden yang
menjalani pengobatan hipertensi dengan nilai tidak bekerja untuk melakukan pengobatan
p=0,000. Hasil penelitian ini diperkuat hipertensi yang dijalaninya.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Vincent Boima (2015) yang menyatakan Hubungan antara Lama Menderita
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan Hipertensi dengan Kepatuhan Pengobatan
Pada penderita Hipertensi
Coresponding author: Kurniati Prihatin
Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
Page|8

Berdasarkan hasil analisis bivariat apabila sakit (UU No.40/2014). Ketersediaan


menunjukan bahwa ada hubungan antara atau keikutsertaan asuransi kesehatan
lama menderita hipertensi dengan kepatuhan berperan sebagai faktor kepatuhan berobat
dalam menjalani pengobatan hipertensi pasien, dengan adanya asuransi kesehatan
dengan nilai p=0,005. Hasil penelitian ini didapatkan kemudahan dari segi pembiayaan
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh sehingga lebih patuh dibandingkan dengan
Suwarso (2010) yang menunjukan bahwa ada yang tidak memiliki asuransi kesehatan.
hubungan antara lama pasien mengidap Semakin lama pengobatan yang harus dijalani
hipertensi terhadap ketidakpatuhan pasien akan semakin tinggi pula biaya pengobatan
hipertensi dengan nilai p velue=0,002. Hal ini yang harus ditanggung pasien, terutama
berdasarkan hasil penelitian bahwa pasien pasien yang tidak memiliki asuransi
yang menderita hipertensi >5 tahun kesehatan. Hal ini akan menimbulkan
cenderung tidak patuh dalam melakukan kecenderungan ketidakpatuhan pasien dalam
pengobatanya, sama halnya dengan pengobatan yang mereka jalani (Djuhaeni
penelitian Suwarso, pada penelitian ini 2007:9).
responden yang menderita hipertensi >5 Berdasarkan hasil analisis menunjukan
tahun ditemukan lebih banyak untuk tidak bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
patuh (68,1%) dalam melakukan pengobatan antara keikutsertaan asuransi kesehatan
hipertensi yang dijalaninya. dengan kepatuhan dalam menjalani
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori pengobatan hipertensi dengan nilai p value=
yang menyatakan bahwa semakin lama 0,143. Hasil penelitian ini sejalan dengan
seseorang menderita hipertensi maka tingkat penelitian yang dilakukan oleh Timothy
kepatuhanya makin rendah (Ketut Gama et al, L.Lash dkk (2006) dari Departement of
2014). Hal ini disebabkan kebanyakan Epidemiology Boston University dimana
penderita akan merasa jenuh menjalani didapatkan banyak pasien yang tidak patuh
pengobatan sedangkan tingkat kesembuhan melakukan pengobatan adalah mereka yang
yang telah dicapai tidak sesuai dengan yang memiliki asuransi kesehatan.
diharapkan. Hal ini juga terkait dengan Hal tersebut disebabkan salah satunya
jumlah obat yang diminum, pada umumnya oleh karena kemudahan dalam melakukan
pasien yang telah lama menderita hipertensi pengobatan sudah ada pada program Prolanis
tapi belum kunjung mencapai kesembuhan, dengan jadwal pengambilan obat 1 bulan
maka dokter yang menangani pasien tersebut sekali, namun tidak semua pasien yang
biasanya akan menambah jenis obat ataupun memiliki BPJS ikut dalam program tersebut.
akan meningkatkan sedikit dosisnya. Hanya ada±30 pasien hipertensi pemilik BPJS
Akibatnya pasien tersebut cenderung untuk yang ikut serta menjadi anggota dari program
tidak patuh untuk berobat. prolanis setiap bulanya. Prolanis dapat diikuti
oleh responden ber-BPJS dengan PPK-1
Hubungan antara Keikutsertaan Asuransi (Pemberi Pelayanan Kesehatan) tingkat
Kesehatan dengan Kepatuhan Pengobatan pertama yang terdaftar di Puskesmas
Pada Penderita Hipertensi Penimbung, namun tidak semua PPK-1 BPJS
Asuransi kesehatan merupakan asuransi responden terdaftar di Puskesmas
yang obyeknya adalah jiwa, tujuan asuransi Penimbung sehingga masih ada pasien
kesehatan adalah memperalihkan risiko biaya pemilik asuransi kesehatan BPJS yang tetap
sakit dari tertanggung (pemilik) kepada melakukan kontrol serta mengambil obat
penanggung. Sehingga kewajiban penanggung dengan jangka waktu 3-5 hari. Hal inilah yang
adalah memberikan pelayanan (biaya) menyebabkan tidak adanya perbedaan hasil
perawatan kesehatan kepada tertanggung
Coresponding author: Kurniati Prihatin
Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
Page|9

penelitian antara pasien pemilik asuransi mendukung (enabling factor), yang terdiri
kesehatan maupun tidak memiliki. atas tersedianya fasilitas kesehatan,
kemudahan untuk menjangkau sarana
Hubungan antara Pengetahuan tentang kesehatan serta keadaan sosial ekonomi dan
Hipertensi dengan Kepatuhan Pengobatan budaya. Rendahnya penggunaan fasilitas
Pada Penderita Hipertensi kesehatan seperti Puskesmas, rumah sakit
Penderita yang mempunyai pengetahuan dan sebagainya, seringkali kesalahan atau
tinggi cenderung lebih patuh berobat penyebabnya dilemparkan pada faktor akses
daripada penderita yang berpengetahuan ke pelayanan kesehatan (baik itu akses
rendah (Notoatmodjo,2010). tempuh dan jarak ke fasilitas kesehatan).
Berdasarkan hasil analisis bivariat Keterjangkauan akses yang dimaksud dalam
menunjukan bahwa ada hubungan antara penelitian ini dilihat dari segi jarak, waktu
pengetahuan tentang hipertensi dengan tempuh dan kemudahan transportasi untuk
kepatuhan dalam menjalani pengobatan mencapai pelayanan kesehatan. Semakin jauh
hipertensi (p=0,000). Hal ini sesuai dengan jarak rumah pasien dari tempat pelayanan
teori Lawrence Green yang menyatakan kesehatan dan sulitnya transportasi maka,
bahwa perilaku patuh itu dipengaruhi oleh akan berhubungan dengan kepatuhan
faktor-faktor predisposisi, salah satunya berobat.
pengetahuan responden Berdasarkan hasil analisis bivariat
(Notoatmodjo,2010:59). menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
Hasil penelitian ini diperkuat oleh signifikan antara keterjangkauan akses ke
penelitian yang telah dilakukan Ekarini pelayanan kesehatan dengan kepatuhan
(2011) yang menunjukan bahwa ada dalam menjalani pengobatan hipertensi di
hubungan antara pengetahuan dengan Puskesmas Penimbung dengan nilai
kepatuhan berobat pada pasien hipertensi (p=0,104). Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan (p=0,002). Dalam penelitianya Ekarini penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2013)
menyebutkan adanya hubungan antara yang menyatakan tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan berobat ini keterjangkauan pelayanan kesehatan dengan
dikarenakan adanya upaya yang telah kepatuhan berobat hipertensi di Puskesmas
dilakukan oleh petugas kesehatan (p=0,063).
diantaranya dengan mensosialisasikan Hal ini dikarenakan responden dengan
pentingnya menjalani pengobatan yang akses ke pelayanan kesehatan yang baik,
teratur bagi klien hipertensi, penyuluhan tidak memiliki perbedaan yang bermakna
kesehatan mengenai penyakit hipertensi, antara responden yang patuh (53,6%) dan
pemberian brosur tentang penyakit responden yang tidak patuh (46,4%).
hipertensi. Ketidakpatuhan pada responden dengan
akses ke pelayanan kesehatan baik ini terjadi
Hubungan antara Keterjangkauan Akses karena sebagian besar responden (55%)
ke Pelayanan Kesehatan dengan mengaku sudah menderita hipertensi > 5
Kepatuhan Pengobatan Pada penderita tahun, sehingga meskipun jarak dan akses ke
Hipertensi pelayanan kesehatan mudah namun mereka
Keterjangkauan akses ke pelayanan merasa jenuh terhadap pengobatan yang
kesehatan adalah mudah atau sulitnya dijalaninya, sehingga mereka akan datang
seseorang untuk mencapai tempat pelayanan untuk berobat jika merasakan adanya
kesehatan. Niven (2002) menyatakan bahwa keluhan.
salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan berobat adalah faktor yang
Coresponding author: Kurniati Prihatin
Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
P a g e | 10

Hubungan antara Dukungan Keluarga


dengan Kepatuhan Pengobatan Pada Hubungan antara Peran Tenaga Kesehatan
Penderita Hipertensi dengan Kepatuhan Pengobatan Pada
Teori dukungan keluarga menurut penderita Hipertensi
Friedman (2010:65) dukungan keluarga Menurut teori Lawrence Green (1980)
adalah sikap, tindakan dan penerimaan faktor yang berhubungan dengan perilaku
keluarga terhadap penderita yang sakit. kepatuhan berobat diantaranya ada faktor
Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh yang memperkuat atau mendorong
seorang penderita, karena seseorang yang (reinforcing factor ) yaitu berupa sikap atau
sedang sakit tentunya membutuhkan perilaku petugas kesehatan yang mendukung
perhatian dari keluarga. Keluarga dapat penderita untuk patuh berobat (Notoatmodjo,
berperan sebagai motivator terhadap anggota 2010:60). Teori ini sesuai dengan hasil
keluarganya yang sakit (penderita) sehingga penelitian yang menunjukan bahwa ada
mendorong penderita untuk terus berpikir hubungan antara peran petugas kesehatan
positif terhadap sakitnya dan patuh terhadap dengan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan yang dianjurkan oleh tenaga pengobatan hipertensi dengan nilai p=0,000.
kesehatan. Hasil penelitian ini didukung oleh Violita
Berdasarkan hasil analisis bivariat (2015) yang menyatakan ada hubungan
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang antara dukungan petugas kesehatan dengan
signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat antihipertensi
kepatuhan dalam menjalani pengobatan (p=0,025). Hal ini karena baik dalam
hipertensi di Puskesmas Penimbung dengan penelitian ini maupun penelitian yang
nilai (p=0,000). Hasil penelitian ini sejalan dilakukan oleh Violita menunjukan
dengan penelitian Violita (2015) yang responden dengan peran pertugas kesehatan
menunjukan terdapat hubungan antara yang baik ditemukan lebih tinggi
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum dibandingkan dengan peran petugas
obat hipertensi. Hal ini dikarenakan kesehatan yang kurang. Dukungan dari
responden yang dinyatakan patuh lebih petugas kesehatan yang baik inilah yang
banyak adalah mereka yang memiliki menjadi acuan atau referensi untuk
dukungan keluarga yang baik. Sama halnya mempengaruhi perilaku kepatuhan
dalam penelitian Violita (2015), pada responden.
penelitian ini responden yang patuh (72%)
pada responden yang memiliki dukungan Hubungan antara Motivasi Berobat
keluarga tinggi. dengan Kepatuhan Pengobatan Pada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penderita Hipertensi
anggota keluarga yang memberikan Pengertian motivasi tidak terlepas dari
dukungan secara baik serta menunjukkan kata kebutuhan atau keinginan. Motivasi pada
sikap caring kepada anggota keluarga yang dasarnya merupakan interaksi seseorang
menderita hipertensi memiliki peran penting dengan situasi tertentu yang dihadapinya.
dalam kepatuhan berobat. Perhatian anggota Motivasi dalam diri seseorang dapat
keluarga mulai dari mengantarkan ke ditimbulkan, dikembangkan, dandiperkuat.
pelayanan kesehatan, membantu pembiayaan Makin kuat motivasi seseorang, makin kuat
berobat, mengingatkan minum obat, terbukti pula usahanya untukmencapai tujuan.
lebih patuh menjalani pengobatan Demikian pula makin orang mengetahui
dibandingkan dengan penderita hipertensi tujuan yang akan dicapai dengan jelas apalagi
yang kurang mendapatkan perhatian dari kalau tujuan dianggap penting, makin kuat
anggota keluarganya.
Coresponding author: Kurniati Prihatin
Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
P a g e | 11

pula usahauntuk mencapainya (Notoatmodjo, Boima, Vincent et al, 2015, Factors


2010). Associated with Medication
Berdasarkan hasil analisis bivariat Nonadherence Among Hypertensive
menunjukan bahwa ada hubungan antara in Ghana and Nigeria, Volume 2015,
motivasi berobat dengan kepatuhan dalam Article ID 205717,
menjalani pengobatan hipertensi dengan nilai http://www.internationaljournalofh
p value (0,000). Hasil penelitian ini sesuai ypertension
dengan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI, 2013, Pedoman
Ekarini (2011) yang menunjukan bahwa ada Teknis Penemuan dan Tatalaksana
hubungan antara tingkat motivasi dengan Penyakit Hipertensi, Jakarta:
tingkat kepatuhan klien hipertensi dengan Direktorat pengendalian penyakit
nilai p=0,001. tidak menular.
Tingginya motivasi dalam penelitian ini Dinkes NTB. (2018). Profil Kesehatan NTB
dipengaruhi oleh dorongan dari orang lain 2018. Journal of Chemical Information
dalam hal ini adalah keluarga, karena 91% and Modeling, 53(9), 1689–1699.
responden dengam motivasi tinggi adalah Ekarini, Diyah 2011, Faktor-faktor yang
mereka yang menerima dukungan yang baik Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan
dari keluarganya. Motivasi yang tinggi Klien Hipertensi dalam Menjalani
terbentuk karena adanya hubungan antara Pengobatan di Puskesmas Gondangrejo
dorongan, tujuan dan kebutuhan untuk Karanganyar, diakses tanggal 5 Februari
sembuh. Dengan adanya kebutuhan untuk 2015,
sembuh, maka pasien hipertensi akan (http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id
terdorong untuk patuh dalam menjalani )
pengobatan secara rutin. Friedman, Marilyn. M, 2010, Buku Ajar
Keperawatan Keluarga:Riset, Teori dan
CONCLUSION Praktek Edisi 5, EGC, Jakarta
Penelitian ini menunjukkan bahwa Kaldara, E., Sanoudou, D., Adamopoulos, S., &
beberapa faktor seperti tingkat pendidikan, Nanas, J. N. (2015). Outpatient
lama menderita penyakit hipertensi, tingkat management of chronic heart failure.
pengetahuan, dukungan keluarga dan Expert Opinion on Pharmacotherapy,
motivasi merupakan faktor yang dapat 16(1), 17–41.
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan https://doi.org/10.1517/14656566.201
pengobatan pada penderita hipertensi. 5.978286
Sedangkan beberapa faktor seperti jenis Kemenkes RI. (2019a). Hipertensi Si
kelamin, status pekerjaan, keterjangkauan Pembunuh Senyap. Kementrian
akses ke pelayanan kesehatan dan faktor Kesehatan RI, 1–5.
keikutsertaan dalam asuransi kesehatan tidak https://pusdatin.kemkes.go.id/resource
memeliki pengaruh yang signifikan dalam s/download/pusdatin/infodatin/infodat
kepatuhan pengobatan penderita hipertensi. in-hipertensi-si-pembunuh senyap.pdf
Kemenkes RI. (2019b). Profil Kesehatan
Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
REFERENCES
2018].
A Wawan dan Dewi M, 2010, Teori dan http://www.depkes.go.id/resources/do
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan wnload/pusdatin/profil-kesehatan-
Perilaku Manusia, Nuha Medika, indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-
Yogyakarta. Kesehatan-Indonesia-2018.pd
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Metodologi
Coresponding author: Kurniati Prihatin
Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940
P a g e | 12

Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,


Jakarta.

Notoatmodjo, S, Anwar, H, Ella, NH, & Tri, K


(2012). Promosi kesehatan di sekolah.
Jakarta: rineka cipta, staff.ui.ac.i
Saepudin dkk, 2011, Jurnal Farmasi
Indonesia: Kepatuhan Penggunaan Obat
pada Pasien Hipertensi di Puskesmas, Vol
6, No 4, Juli 2013, ISSN: 1412-1107, Hal
246-253.
Suwarso, W, 2010, Analisis faktor yang
Berhubungan dengan Ketidakpatuhan
Pasien Penderita Hipertensi pasa Pasien
Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik,
Universitas Sumatera Utara, Medan
UU RI No.40 tahun 2014, Undang-undang
Republik Indonesi Nomor 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian.
Violita Fajrin, 2015, Faktor yang Berhubungan
dengan Kepatuhan Minum Obat
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Segeri, Universitas Hasanuddin
World Health Organization. (2018). Guidelines
on second-and third-line medicines and
type of insulin for the control of blood
glucose levels in non-pregnant adults
with diabetes mellitus.

Coresponding author: Kurniati Prihatin


Email corresponding author:
syaefaturrahman@gmail.com Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi
Mataram, Vol 10 NO 2, Juli 2020 P-ISSN : 1978-8940

Anda mungkin juga menyukai