Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI

1 TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT


PASIEN HIPERTENSI DIMASA PANDEMI Dini Puspo Azizah
COVID-19

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI DENGAN


KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI DIMASA
PANDEMI COVID-19
CORRELATION BETWEEN SOCIO-ECONOMIC FACTORS AND
COMPLIANCE OF DRUG TREATMENT IN HYPERTENSION
PATIENTS DURING THE COVID-19 PANDEMIC

Dini Puspo Azizah1, Andriana Sari2, Sriyati Sipora3

Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan1


Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan2
Puskesmas Kalasan, Sleman3
Email: Andriesari@gmail.com
Naskah diterima:… Naskah direvisi:… Naskah disetujui:…

INTISARI
Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit kronis, sehingga kepatuhan
minum obat pasien menjadi faktor penting dalam keberhasilan terapi. Pandemi
COVID-19 mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek sosial
maupun ekonomi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosial-
ekonomi terhadap kepatuhan minum obat pasien hipertensi dimasa pandemi
COVID-19.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan teknik
pengambilan sampel accidental sampling (Mei-Juni 2021). Penelitian dilakukan
di Dusun Tundan dan Jarakan, Kalasan, Sleman. Menggunakan kuesioner MARS-
5 untuk mengukur kepatuhan pasien. Sampel penelitian ini adalah pasien
hipertensi usia ≥18 tahun. Jumlah sampel dihitung dengan rumus sampel minimal
penelitian survei. Data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis
bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil dan Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan 110 sampel. Hasil dari
penelitian, kepatuhan minum obat pasien hipertensi pada tahun 2021 (40,9%).
Hasil analisis bivariat, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
(p=0,502), status pekerjaan (p=0,468), pendapatan (p=0,306), keikutsertaan
asuransi kesehatan atau JKN (p=0,698), dukungan keluarga (p=0,251) dan peran
tenaga kesehatan (p=0,647) terhadap kepatuhan minum obat pasien
hipertensi.Tidak terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi (tingkat
pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, keikutsertaan asuransi kesehatan atau
JKN, dukungan keluarga dan peran tenaga kesehatan) dengan kepatuhan minum
obat pasien hipertensi dimasa pandemi COVID-19.

Kata kunci : hipertensi, COVID-19, kepatuhan minum obat, sosial, ekonomi


ABSTRACT
2
Media Farmasi Vol. X. No.X. Bulan 20XX: 1-11

Hypertension is a chronic disease, so patient medication adherence is an


important Hypertension is a chronic disease, so patient medication adherence is
an important factor in the success of therapy. The COVID-19 pandemic affects
various aspects of life, including social and economic aspects. Thus, this study
aims to determine the relationship of socio-economic factors to adherence to
medication for hypertension patients during the COVID-19 pandemic.This
research used cross sectional method with accidental sampling technique (May-
June 2021). The research was conducted at Hamlet Tundan and Jarakan,
Kalasan, Sleman. Using the MARS-5 questionnaire to measure patient
compliance. The sample of this study was hypertensive patients aged 18 years.
The number of samples is calculated by the survey minimal sample size formula.
Data were analyzed by univariate and bivariate analysis. Bivariate analysis using
c.hi-square test. This study obtained 110 samples. The results of the study show
that adherence to medication for hypertension patients in 2021 (40.9). The results
of the bivariate analysis showed that there was no relationship between education
level (p=0,502), employment status (p=0,468), income (p=0,306), participation in
health insurance or JKN (p=0,698), family support (p=0,251) and the role of
health workers (p=0.647) on medication adherence in hypertension
patients.There is no relationship between socio-economic factors (education
level, employment status, income, participation in health insurance or JKN,
family support and the role of health workers) on adherence to medication for
hypertension patients during the COVID-19 pandemic.
Keywords : hypertension, COVID-19, medication adherence, socio, economy
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI
3 TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT
PASIEN HIPERTENSI DIMASA PANDEMI Dini Puspo Azizah
COVID-19

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Menurut laporan RISKESDAS (2013) hipertensi memiliki proporsi kematian


6,8% dan menjadi penyebab kematian ke-3 di Indonesia pada semua umur
(Kementrian Kesehatan RI, 2013). Dalam laporan RISKESDAS (2018) di
Indonesia prevalensi hipertensi hingga 34,11% (penduduk dengan usia >18 tahun),
data ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Prevalensi
hipertensi di provinsi D.I.Yogyakarta mencapai 32,86% (Kementrian Kesehatan
RI, 2019). Jumlah tertinggi usia ≥15 tahun yang menderita hipertensi yaitu
Kabupaten Sleman (Dinkes DIY, 2020).

Hipertensi adalah penyakit kronis yang memerlukan terapi secara terus


menerus. Adanya pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease-2019) sejak Maret
2020, hipertensi menjadi salah satu penyakit kronis yang perlu diperhatikan. Selain
mudah terinfeksi karena perbedaan imunitas dan kondisi pembuluh darah,
hipertensi menjadi penyakit penyerta yang mungkin memperparah kondisi pasien
COVID-19 (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Kepatuhan minum obat pasien menjadi faktor penting dalam keberhasilan


terapi penyakit kronis. Kepatuhan minum obat yang baik pada pasien hipertensi
berhubungan dengan kontrol tekanan darah dan mengurangi resiko penyakit
kardiovaskular (Nguyen et al., 2017). Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
minum obat pasien salah satunya yaitu sosial-ekonomi (Haghdoost et al., 2019;
Pujiyanto, 2008). Menurut RISKESDAS (2018) proporsi minum obat anti
hipertensi (penduduk dengan usia ≥18 tahun) di D.I.Yogyakarta sebanyak 33,87%
tidak rutin dan 15,84% tidak minum obat. Salah satu alasan ketidakpatuhan minum
obat pasien hipertensi yaitu ketidakmampuan membeli obat (Kementrian
Kesehatan RI, 2019; Pujiyanto, 2008).

Berbagai aspek kehidupan terkena dampak dari pandemi COVID-19.


Tantangan dalam akses dan kepatuhan terhadap obat diperburuk oleh pandemi
yang terjadi. Mereka yang berusia lanjut dihimbau tetap di rumah dan yang berusia
muda mengganggur. Sulitnya kondisi keuangan menghambat akses dan kepatuhan
terhadap pengobatan (Khera et al, 2020). Pandemi juga mengancam status
kesehatan masyarakat khususnya lansia yang menderita hipertensi bila tidak ada
penguatan dukungan keluarga (Oktaviani et al, 2021). Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosial-ekonomi dengan kepatuhan
minum obat pasien hipertensi dimasa pandemi COVID-19 dengan metode cross
sectional.
4
Media Farmasi Vol. X. No.X. Bulan 20XX: 1-11

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini ialah penelitian noneksperimental yaitu observasional analitik
dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini mempelajari hubungan antara
faktor sosial-ekonomi dengan kepatuhan minun obat dan pengukuran variabel di waktu
yang sama yaitu di masa pandemi COVID-19. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
yang didiagnosa oleh dokter menderita hipertensi di tuli dan tidak bersedia mengisi
kuesioner. Teknik pengambilan sampel Puskesmas Kalasan di Kabupaten Sleman yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi : pasien usia ≥18 tahun, pasien
telah didiagnosa hipertensi oleh dokter dan bertempat tinggal di Kabupaten Sleman.
Kriteria eksklusi : pasien penelitian ini, menggunakan teknik accidental sampling.
Perhitungan sampel dapat menggunakan rumus sampel minimal penelitian survei (Puspita,
2016) :
NZ 21−a /2 P (1−P) 110 x 1,962 x 0,5(1−0,44)
n= = = 54,38 sampel
N d 2 + Z21−a / 2 P(1−P) 110 x 0,12+ 1,962 x 0,5(1−0,44)
Maka, jumlah minimal sampel yang dibutuhkan yaitu 54 sampel
Keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar populasi = 110
Z1−a / 2 : Standar deviasi dengan derajat kepercayaan (95%) = 1,96
P : Perkiraan proporsi ketidakpatuhan = 0,44 (Data Puskesmas Kalasan
2019)
d : Data presisi absolute atau margin of error yang diinginkan diketahui
sisi presisi (10% = 0,1)

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner MARS-5 (5 item
Medication Adherence Rate Scale) dan faktor sosial-ekonomi terhadap kepatuhan minum
obat yang sudah diuji validitas dan reliabilitas. Kuesioner diadopsi dari penelitian Puspita
(2016) berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penderita Hipertensi
dalam Menjalani Pengobatan dan penelitian dari Cakrawardana (2018) berjudul Kepatuhan
Pasien Penderita Hipertensi di PUSKESMAS Pengasih 1 Kulonprogo. Bahan yang
digunakan adalah informasi sosial-ekonomi dan kepatuhan minum obat dari pasien
hipertensi.
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI
5 TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT
PASIEN HIPERTENSI DIMASA PANDEMI Dini Puspo Azizah
COVID-19

Jalannya Penelitian

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan terdiri dari pencarian literatur, pembuatan proposal, pengajuan


perizinan penelitian pada komisi etik penelitian, dan Dinas Kesehatan.

2) Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan indeks yang menunjukkan alat ukur itu mengukur apa
yang diukur dengan sebenar-benarnya (Puspita, 2016). Hasil uji validitas kuesioner
yang dilakukan oleh Cakrawardana (2018) pada 20 responden menggunakan uji
pearson product moment, dengan didapatkan nilai r tabel ≥ 0,3 atau sig. < 0,05
(valid). Hasil uji validitas kuesioner yang dilakukan oleh Puspita (2016) pada 30
responden menggunakan uji pearson product moment, dengan angka kemaknaan (α)
5% didapatkan nilai r tabel > 0,361 (valid).
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan seberapa jauh suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan untuk digunakan berkali-kali (Puspita,
2016). Hasil uji reliabilitas kuesioner yang dilakukan oleh Cakrawardana (2018)
pada 20 responden menggunakan uji Cronbach alpha coefficient. Didapatkan nilai r
Alpha (0,741) ≥ 0,7 (reliable). Hasil uji reliabilitas kuesioner yang dilakukan oleh
Puspita (2016) pada 30 responden menggunakan uji Cronbach alpha coefficient.
didapatkan nilai r Alpha (0,954) > 0,6 (reliable).

3) Tahap Pelaksanaan

a. Pengambilan data
Pengambilan data menggunakan kuesioner dan wawancara meliputi nama,
tempat tinggal (kabupaten/kota), tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
keikutsertaan asuransi swasta atau JKN, kepatuhan minum obat, dukungan
keluarga, dan peran tenaga kesehatan di salah satu Puskesmas di Kabupaten
Sleman.
b. Dokumentasi kegiatan penelitian.
c. Analisis data dengan bantuan perangkat lunak SPSS di komputer.
d. Pembahasan hasil penelitian dan membuat kesimpulan.
e. Penyusunan laporan hasil penelitian.
6
Media Farmasi Vol. X. No.X. Bulan 20XX: 1-11

Analisis Data
1. Analisis Univariat

Analisis ini mendeskripsikan atau menjelaskan karakteristik tiap variabel penelitian


(Puspita, 2016; Rusida et al., 2017; Pujasari et al., 2015). Menghasilkan distribusi frekuensi
dan persentase tiap variabel (Puspita, 2016; Pujasari et al., 2015). Data akan dideskripsikan
dalam bentuk grafik, tabel maupun narasi, untuk mengevaluasi besarnya proporsi dari tiap
variabel bebas yang diteliti (Puspita, 2016).

2. Analisis Bivariat

Analisis ini untuk melihat hubungan atau korelasi antara variabel bebas dan terikat
pada penelitian (Puspita, 2016; Rusida et al., 2017; Pujasari et al., 2015). Tujuan dilakukan
analisis bivariat yaitu mengetahui hubungan variabel bebas yaitu tingkat pendidikan,
pekerjaan, dukungan keluarga, peran tenaga kesehatan, pendapatan, dan keikutsertaan
asuransi swasta atau JKN dengan variabel terikat yaitu kepatuhan minum obat. Analisis
dilakukan dengan uji chi-square, karena menggunakan data nominal (kategori) dengan
Confidence Interval (CI) atau tingkat kepercayaan 95%. Syarat penggunaan chi-square
pada penelitian ini memenuhi syarat apabila bahwa tidak ada sel yang memiliki nilai
expected count kurang dari 5 (0 cells have expected count less than 5). Jika tidak memenuhi
syarat, maka menggunakan Fisher’s Exact Test. Kedua variabel dikatakan memiliki
hubungan jika nilai sig. (2-sided) < 0,05 (Dahlan, 2015).
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI
7 TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT
PASIEN HIPERTENSI DIMASA PANDEMI Dini Puspo Azizah
COVID-19

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data Demografi Responden
Keterangan layak etik penelitian ini dikeluarkan oleh UNISA (Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta) dengan No.1769/KEP-UNISA/IV/2021. Pengambilan sampel
dilakukan pada Bulan Mei 2021 sampai Juni 2021. Responden penelitian merupakan
pasien hipertensi yang tinggal di Kalasan, Sleman tepatnya di Dusun Tundan dan
Dusun Jarakan. Jumlah total responden adalah 110 pasien. Data demografi atau
karakteristik dari responden pada penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Data Demografi atau Karakteristik Responden
Jumlah Persentase
Variabel Kategori (orang) (%)
N=110 100
Usia <60 tahun 47 42,7
≥60 tahun 63 57,3
Jenis Kelamin Laki-laki 25 22,7
Perempuan 85 77,3
Status Pendidikan Tidak Sekolah 23 20,9
Tidak Tamat SD 4 3,6
Tamat SD 27 24,5
Tamat SMP/MTs 19 17,3
Tamat SMA/SMK/MA 32 29,1
Tamat Perguruan Tinggi 5 4,5
Status Pekerjaan Tidak Bekerja 68 61,8
PNS 3 2,7
Pedagang 10 9,1
Pegawai Swasta 8 7,3
Petani/Buruh 17 15,5
Lainnya 4 3,6
Terdiagnosa Hipertensi <5 tahun 50 45,5
>5 tahun 60 54,5
Pendapatan <Rp1.765.000 86 78,2
>Rp1.765.000 24 21,8
Kepemilikan Asuransi Ya 103 93,6
Kesehatan Tidak 7 6,4
Terdapat 63 responden (dari 110 responden) dengan usia ≥60 tahun. Seiring
bertambahnya usia, terjadi peubahan fisiologis dan fungsional sehingga tubuh lebih
rentan. Perubahan ini salah satunya adalah penurunan fungsi jantung dan pembuluh
darah. Hal ini dikaitkan dengan sensitivitas natrium dan kekakuan pembuluh darah yang
meningkat (Ayuchecaria et al., 2018). Sehingga pada usia lanjut, resiko hipertensi
semakin tinggi. Menurut RISKESDAS 2007, usia >55 tahun, resiko hipertensi
meningkat >55% (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
8
Media Farmasi Vol. X. No.X. Bulan 20XX: 1-11

Dibandingkan jumlah responden laki-laki, jumlah responden wanita lebih besar.


Pada usia memasuki menopause atau bahkan usia >65 tahun, resiko hipertensi pada
wanita lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal ini disebabkan faktor hormonal
(Kementrian Kesehatan RI, 2013). Wanita menopause memiliki kadar esterogen yang
tinggi. Esterogen berperan dalam peningkatan HDL (High Density Lipoprotein) yang
mempengaruhi proses aterosklerosis sehingga tekanan darah meningkat (Rahmadani et
al., 2018).
Pada hasil kedua dusun, responden paling banyak memiliki status pndidikan
tamat SMA/SMK/MA (29,1%), tidak bekerja (61,8%), terdiagnosa hipertensi >5 tahun
(54,5%), berpendapatan <Rp1.765.000 dan memiliki asuransi kesehata (93,6%).
Responden dengan usia ≥60 tahun merupakan lansia, sehingga tidak bisa lagi bekerja
karena kondisi tubuh.
B. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
Distribusi jawaban responden pada tiap poin pertanyaan dukungan keluarga
dapat dilihat pada Tabel VII. Dihitung berapa banyak responden yang menjawab ya
dan tidak pada tiap poin jawaban.
Tabel VII. Distribusi Jawaban Responden pada Tiap Poin Pertanyaan Dukungan
Keluarga
Frekeansi Jawaban
N = 110
No Pertanyaan
Tidak
Ya (%)
(%)
Apakah keluarga anda menyarankan anda
6 80(72,7) 30(27,3)
untuk melakukan pengobatan hipertensi?
Apakah keluarga anda mengingatkan anda
7 85(77,3) 25(22,7)
untuk minum obat?
Apakah keluarga menegur anda, bila anda tidak
8 86(78,2) 24(21,8)
atau lupa dalam minum obat?
Apakah keluarga anda membantu segala 108(98,2
9 2(1,8)
pembiayaan pengobatan anda? )
Apakah keluarga anda selalu mengantarkan
10 94(85,5) 16(14,5)
anda untuk melakukan pengobatan hipertensi?

Berdasarkan frekuensi jawaban tidak, paling banyak anggota keluarga tidak


menyarankan untuk pengobatan hipertensi hal ini dapat disebabkan kurangnya
pengetahuan, sibuknya anggota keluarga dan sudah tidak tinggal bersama pasien.
Distrbusi responden berdasarkan dukungan keluarga dapat dilihat pada Tabel VIII.
Setiap poin pertanyaan dinilai 1 jika menjawab ya dan 0 jika menjawab tidak.
Dukungan Keluarga dinilai rendah jika hasil skor total dari pengisian kuesioner <3
dan dinilai tinggi jika skor total 3-5.
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI
9 TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT
PASIEN HIPERTENSI DIMASA PANDEMI Dini Puspo Azizah
COVID-19

Tabel VIII. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga


Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Rendah 23 20,9
Tinggi 87 79,1
Jumlah 110 100

Berdasarkan data yang didapat (Tabel VIII) menunjukkan jumlah responden


dengan dukungan keluarga yang tinggi lebih besar (79,1%). Sebagian besar
responden merupakan lansia, dimana mereka cenderung membutuhkan bantuan
dalam berbagai hal salah satunya minum obat antihipertensi secara rutin. Menurut
hasil wawancara secara langsung dengan responden, keluarga akan membantu
mengingatkan waktu minum obat, membantu dalam ketepatan aturan cara minum
obat dan nama obat.
C. Distribusi Responden Bersdasarkan Peran Tenaga Kesehatan
Distribusi jawaban responden pada tiap poin pertanyaan peran tenaga kesehatan
dapat dilihat pada Tabel IX. Dihitung berapa banyak resonden yang menjawab ya
dan tidak pada tiap poin jawaban.
Tabel. IX. Distribusi Jawaban Responden pada Tiap Poin Pertanyaan Peran Tenaga
Kesehatan
Frekuensi Jawaban
No Pertanyaan N = 110
Ya (%) Tidak (%)
Apakah petugas kesehatan (dokter, perawat,
11 apoteker) pernah menjelaskan/memberikan 94(85,5) 16(14,5)
penyuluhan tentang penyakit yang anda derita?
Apakah petugas kesehatan mendengarkan
keluhan serta memberikan penjelasan mengenai
12 110(100) 0
penyakit anda dan cara meminum obat dengan
jelas?
Apakah petugas kesehatan selalu mengingatkan
13 anda untuk periksa ulang (kontrol) tekanan darah 102(92,7) 8(7,3)
setelah obat habis?
Apakah petugas kesehatan pernah
14 menyampaikan bahayanya apabila tidak minum 89(80,9) 21(19,1)
obat secara teratur?
Apakah petugas kesehatan menanyakan
15 kemajuan yang anda peroleh selama melakukan 104(94,5) 6(5,5)
pengobatan?

Berdasarkan jawaban responden, tenaga kesehatan kurang dalam


menyampaikan bahaya apabila tidak minum obat secara teratur. Hal ini yang
mungkin dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien. Distrbusi responden
10
Media Farmasi Vol. X. No.X. Bulan 20XX: 1-11

berdasarkan dukungan keluarga dapat dilihat pada Tabel X. Setiap poin pertanyaan
dinilai 1 jika menjawab ya dan 0 jika menjawab tidak.. Peran Tenaga Kesehatan
dinilai rendah jika hasil skor total dari pengisian kuesioner <3 dan dinilai tinggi jika
skor total 3-5.
Tabel X. Distribusi Responden Berdasarkan Peran Tenaga Kesehatan
Dukungan Tenaga Kesehatan Frekuensi Persentase (%)
Rendah 5 4,5
Tinggi 105 95,5
Jumlah 110 100

Berdasarkan data yang didapat (Tabel X) menunjukkan jumlah responden


dengan peran tenaga kesehatan yang tinggi lebih besar (95,5%). Peran tenaga
kesehatan dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu informasional (informasi, nasihat, ide
dan arahan lainnya), emosional (kepercayaan, simpatik, empati dan perhatian),
instrumental (perlengkapan dan obat) dan penilaian (apresiasi) (Martiningsih, 2015).
D. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepatuhan
Distribusi jawaban responden pada tiap poin pertanyaan MARS-5 dapat
dilihat pada Tabel XI. Dihitung berapa banyak resonden yang menjawab sering,
selalu, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah pada tiap poin jawaban.
Tabel XI. Distribusi Jawaban Responden pada Tiap Poin Pertanyaan MARS-5 (5
item Medication Adherence Rate Scale)
Frekuansi Jawaban (%)
N = 110
NO Pertanyaan
Kadang- Tidak
Selalu Sering Jarang
kadang Pernah
1 Saya lupa minum obat 0 1 (0,9) 3(2,7) 42(38,2) 64(58,2)
Saya mengubah dosis minum
2 0 0 0 0 110(100)
obat
Saya berhenti minum obat
3 18(16) 7 (6,7) 1(0,9) 1(0,9) 83(75,5)
sementara
Saya memutuskan untuk minum
4 0 0 0 0 110(100)
obat dengan dosis lebih kecil
Saya minum obat kurang dari
5 0 0 0 0 110(100)
petunjuk sebenarnya

Berdasarkan frekuensi distribusi jawaban responden tiap poin pertanyaan


MARS-5 (Tabel XI) selain jawaban tidak pernah, paling banyak pasien lupa
mengonsumsi obat (38,2%) pada jawaban jarang. Alasan lainnya memutuskan tidak
lagi mengonsumsi dengan alasan tidak adanya gejala dan kekhawatiran terjadinya
ESO (Efek Samping Obat) jika mengonsumsinya dalam jangka panjang. Tingkat
kepatuhan pasien hiperteni dilihat berdasarkan skor total dari pengisian kuesioner
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI
11 TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT
PASIEN HIPERTENSI DIMASA PANDEMI Dini Puspo Azizah
COVID-19

MARS-5 (5 item Medication Adherence Rate Scale). Setiap poin pertanyaan dinilai
1= selalu, 2= sering, 3= kadang-kadang, 4=jarang dan 5=tidak pernah. Tingkat
kepatuhan dibagi menjadi 2 kategori yaitu patuh apabila skor total sebesar 25 dan
tidak patuh jika skor total <25. Distribusi responden berdasarkan tingkat kepatuhan
dapat dilihat pada Tabel XII.
Tabel XII. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepatuhan
Frekuensi
Tingkat Kepatuhan
2021a 2019b
Patuh 45 (40,9%) 61 (55,5%)
Tidak Patuh 65 (59,1%) 49 (44,5%)
Jumlah 110 (100%)
Ket : a.dilakukan peneliti; b.dilakukan pihak puskesmas
Apabila dibandingkan dengan data hasil penelitian pihak Puskesmas Kalasan
menggunakan kuesioner MMAS-8 pada tahun 2019 kepatuhan pasien hipertensi di
Kalasan, Sleman dengan tahun 2021 ini mengalami penurunan. Berdasarkan data
yang didapat (tabel XII) dimasa pandemi COVID-19, jumlah responden atau pasien
hipertensi yang tidak patuh minum obat lebih besar. Terdapat berbagai alasan yang
menyebabkan kurang patuhnya pasien dalam minum obat.
E. Analisis Hubungan Faktor Sosial Ekonomi terhadap Kepatuhan
Minum Obat Pasien Hipertensi
Hasil uji chi-square tabel 2x2 dalam menguji hubungan faktor sosial ekonomi dengan
kepatuhan minum obat pasien hipertensi dapat dilihat pada tabel XIII.
Tabel XIII. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi terhadap Kepatuhan Minum Obat
Pasien Hipertensi
Kepatuhan Nilai Exact sig.
Nilai Sig. (2-
Faktor sosial (2-sided
Kategori Tidak sided) pearson
ekonomi Patuh Fisher’s Exact
patuh Chi-Square
Test)
37 50
Sekolah
(33,6%) (45,5%)
Tingkat Pendidikan 0,502 -
Tidak 15
8 (7,3%)
Sekolah (65,2%)
19 23
Bekerja
(17,3%) (20,9%)
Status Pekerjaan 0,468 -
26 42
Tidak Bekerja
(23,6%) (38,2%)
Pendapatan <Rp1.765.000 33 53 0,306 -
(30,0%) (48,2%)
12
Media Farmasi Vol. X. No.X. Bulan 20XX: 1-11

12 12
>Rp1.765.000
(10,9%) (10,9%)

Keikutsertaan 43 60
Ya
asuransi kesehatan / (39,1%) (54,5%) - 0,698
JKN Tidak 2 (1,8%) 5 (4,5%)
16
Rendah 7 (6,4%)
Dukunngan (14,5%)
0,251 -
Keluarga 38 49
Tinggi
(34,5%) (44,5%)
Rendah 1 (0,9%) 4 (3,6%)
Peran Tenaga
44 61 - 0,647
Kesehatan Tinggi
(40,0%) (55,5%)

Tidak ada perbedaan yang berarti antara kepatuhan responden yang


bersekolah dan tidak sekolah Hasil statistik menunjukkan tidak ada hubungan
dengan nilai sig. (2-sided) pearson chi-square yaitu 0,502 (>0,05). Begitu juga
hasil uji chi-square hubungan status pekerjaan dengan kepatuhan minum obat
pasien hipertensi yaitu 0,468 (>0,05), hubungan antara pendapatan dengan
kepatuhan minum obat yaitu nilai. sig. (2-sided) 0,306 (>0,05) dan hubungan antara
dukungan keluarga yaitu 0,251 (>0,05). Hasil uji hubungan keikutsertaan asuransi
kesehatan dengan kepatuhan minum obat pasien hipertensi dan hubungan peran
tenaga kesehatan dengan kepatuhan minum obat pasien hipertensi terdapat 2 sel
yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 (0 cells have expected count less
than 5) berarti penggunaan uji chi-square pada penelitian ini tidak memenuhi
syarat. Maka, kesimpulan dari hasil uji dapat diambil dari nilai Exact sig. (2-sided)
Fisher’s Exact Test yaitu 0,698 dan 0,647. Nilai ini lebih dari 0,05 dapat diartikan
tidak ada hubungan antara kepemilikan asuransi kesehatan dan peran tenaga
kesehatan dengan kepatuhan minum obat pasien hipertensi dimasa pandemi
COVID-19. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian relevan yang telah
disebutkan yaitu penelitian Puspita (2017), Muthmainnah (2019) dan Shi (Shi) yang
menyatakan adanya hubungan siginfikan antara tingkat pendidikan, status
pekerjaan, dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan dengan kepatuhan
pengobatan. Terdapat juga hasil dalam penelitian Cho (2014) yang tidak sejalan,
menyatakan adanya hubungan keikutsertaan asuransi dengan kepatuhan pengobatan
di Portugal.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, seseorang dianggap lebih mudah dalam
menangkap informasi termasuk pentingnya kepatuhan minum obat antihipertensi.
Diharapkan pasien dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki kepatuhan yang baik.
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI
13 TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT
PASIEN HIPERTENSI DIMASA PANDEMI Dini Puspo Azizah
COVID-19

Penelitian dari Pujasari (2015) juga menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan ketidakpatuhan dengan nilai p>0,05. Hasil ini juga sejalan
dengan penelitian Rasajati (2015) yaitu tingkat pendidikan tidak berhubungan
dengan kepatuhan pengobatan hipertensi (p=0,232).
Walaupun responden memiliki informasi terkait hipertensi dan bahaya dari
ketidakpatuhan minum obat, responden tetap tidak patuh. Meski memahami
informasi terkait hipertensi, namun kekhawatiran akan terjadinya ESO dan
kepercayaan pada obat herbal lebih tinggi. Keyakinan diri (personal beliefs) dan
kepercayaan budaya (cultural beliefs) terkait penyakit secara signifikan
mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien (Shahin et al., 2019). Keyakinan diri
meliputi kepercayaan kognitif (kepercayaan akan penyakit dan gejala hingga
persepsi terkait penyebab kondisi diri seseorang) dan perasaan yang muncul akibat
penyakit seperti depresi dan kecemasan (Shahin et al., 2019). Kepercayaan budaya
yaitu pikiran dan perilaku di suatu kelompok masyarakat yang diturunkan ke
generasi selanjutnya (Shahin et al., 2019). Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi
keputusan pasien dalam pengobatan.
Selaras dengan hasil penelitian dari Cho (2014) menyatakan bahwa tidak ada
hasil statistik yang signifikan antara status pekerjaan dengan ketidakpatuhan pasien.
Penelitian dari Pujasari (2015) juga menyatakan tidak ada hubungan antara
pekerjaan dengan ketidakpatuhan dengan nilai p>0,05. Penelitian Asnawi (2019)
menyatakan salah satu faktor yang tidak berhubungan dengan kepatuhan minum
obat adalah pekerjaan.
Bekerja atau tidak bekerja bukan menjadi faktor yang mempengaruhi
kepatuhan minum obat responden. Terdapat responden yang tidak bekerja seperti
usia yang sudah lanjut atau ibu rumah tangga tetapi tetap mengonsumsi obatnya
dengan rutin. Terdapat juga responden yang bekerja memutuskan tidak
mengonsumsi obat atau tidak membeli obat meski sudah diresepkan selain alasan
ekonomi, merasa tubuh sudah sehat dan bisa bekerja seperti biasa, dapat juga karena
kesibukan sehingga lupa meminum obat. Terdapat pasien yang sibuk bekerja namun
tetap mengonsumsi obatnya untuk menjaga kondisi tubuh tetap stabil dan bisa
bekerja dengan baik. Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti
antara kepatuhan responden yang bekerja dan tidak bekerja.
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian dari Cho (2014)
menyatakan bahwa tidak ada hasil statistik yang signifikan antara pendapatan
dengan ketidakpatuhan pasien. Penelitian Rasajati (2015) juga menyatakan
pendapatan tidak berhubungan dengan kepatuhan pengobatan hipertensi (p=1,000).
Sebagian besar pendapat responden <Rp1.765.000 atau dibawah UMP.
Pasien dengan pendapatan rendah cenderung memiliki ketidakpatuhan yang tinggi
(Cho et al., 2014; Dhar et al., 2017). Responden akan lebih memilih membeli
keperluan utama terlebih dahulu seperti makanan dan keperluan rumah tangga.
Selain itu, di masa pandemi ini terdapat pasien yang mengalami penurunan omset
dari dagangan atau usaha. Sehingga responden tidak membeli obat jika tidak
14
Media Farmasi Vol. X. No.X. Bulan 20XX: 1-11

merasakan gejala hipertensi. Alasan lainnya, seperti ketakutan efek samping obat
dan jarak ke fasilitas kesehatan yang jauh membuat responden enggan untuk kontrol
dan konsultasi pada tenaga kesehatan. Maka dengan alasan seperti ini, seberapa
besar pendapatan tidak mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien.
Hasil penelitian dari Cho (2014) juga menyatakan bahwa tidak ada hasil
statistik yang signifikan antara kepemilikan asuransi kesehatan dengan
ketidakpatuhan pasien. Seperti yang terjadi di Korea, hal ini disebabkan karena
sebagian besar biaya kesehatan ditanggung oleh asuransi (Cho et al., 2014)
Penelitian Adisa (2017) juga menyimpulkan dukungan keluarga dan
dukungan finansial tidak secara positif mempengaruhi kepatuhan pasien. Namun,
hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Oktaviani (2021) dimana dukungan
keluarga terbukti dapat mengontrol kepatuhan lansia minum obat antihipertensi
(p<0,05).
Walaupun hasil dukungan keluarga tinggi dan biaya ditanggung oleh asuransi,
responden tidak patuh tetap lebih banyak. Kebanyakan dari pasien terkadang lupa untuk
meminum obat. Terdapat pernyataan apabila responden tidak merasakan gejala apapun,
maka tidak meminum obat. Sebagian pasien lanjut usia hidup sendiri di rumah, sehingga
dukungan keluarga pun tidak setiap hari didapatkan. Maka, motivasi untuk meminum obat
juga berkurang, serta jarak puskesmas yang jauh membuat responden lanjut usia tidak
mampu untuk pergi ke puskesmas. Alasan lainnya, adanya kepercayaan yang lebih tinggi
terhadap obat turun-temurun seperti jamu dan herbal dalam mengobati penyakit didalam
keluarga.

Selaras dengan penelitian dari Martiningsih (2015) bahwa tidak terdapat hubungan
peran petugas kesehatan terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi pada penderita
hipertensi dengan nilai p=0,649 (p>0,05). Peran tenaga kesehatan di tempat penelitian
sudah cukup baik. Terdapat program di salah satu dusun yang dibantu oleh kader desa
dalam pengambilan obat ke puskesmas serta cek tekanan darah dari rumah ke rumah setiap
2 minggu. Namun, terkadang responden lupa untuk meminum obat. Di desa lainnya
terdapat program cek kesehatan (termasuk tekanan darah) sebulan sekali oleh tenaga
kesehatan. Namun, tidak selalu ada dokter yang praktek sehingga pasien tidak mendapat
resep obat. Serta ada kekhawatiran untuk pergi ke fasilitas kesehatan (puskesmas, rumah
sakit, klinik) dimasa pandemi COVID-19. Alasan-alasan ini yang membuat ketidakpatuhan
pasien tetap tinggi meski peran tenaga kesehatan memiliki hasil yang tinggi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis sampel dalam penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan anatara faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan,
keikutsertaan asuransi kesehatan atau JKN, dukungan keluarga dan peran tenaga kesehatan)
terhadap kepatuhan minum obat pasien hipertensi dimasa pandemi COVID-19 (p>0,05).
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI
15 TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT
PASIEN HIPERTENSI DIMASA PANDEMI Dini Puspo Azizah
COVID-19
16
Media Farmasi Vol. X. No.X. Bulan 20XX: 1-11

DAFTAR PUSTAKA
Adisa R, Olajide OO, Fakeye TO, 2017, Social Support, Treatment Adherence and
Outcome among Hypertensive and Type 2 Diabetes Patients in Ambulatory Care
Settings in southwestern Nigeria, Ghana Med Journal, 2017;51(2):64–77.

Anonim, 2003, Undang-Undang Republik Indonesa Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta : Bidang DIKBUD KBRI Tokyo.
Anonim, 2020, Keputusan Gubernur DIY nomor 319/KEP/2020 tentang penetapan UMP
DIY 2021, D.I.Yogyakarta : Biro Hukum.
Anonim, Orang dengan Penyakit Tidak Menular Berisiko Tinggi Terinfeksi Covid-19,
2020, https://www.kemkes.go.id/article/view/20070500003/orang-dengan-penyakit-
tidak-menular-berisiko-tinggi-terinfeksi-covid-19.html, diakses pada tanggal 2
November 2020
Asnawi, Irmayanti, 2019, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Hipertensi di Puskesmas Ceger Jakarta Timur Tahun 2018,
https://journal.ugm.ac.id/jmpk/article/view/41677, diakses pada tanggal 07 Juli 2021.
Ayuchecaria, N., Khairah, S. N., & Feteriyani, R., 2018, Tingkat Kepatuhan Minum Obat
Pasien Hipertensi di Puskesmas Pekauman Banjarmasin, Jurnal Insan Farmasi
Indonesia, 1(2), 234-242.
Cakrawardana, M. Adjie, 2018, Kepatuhan Pasien Penderita Hipertensi di PUSKESMAS
Pengasih 1 Kulonprogo, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta.

Chan, A. H. Y., Horne, R., Hankins, M., & Chisari, C., 2020, The Medication Adherence
Report Scale: A measurement tool for eliciting patients' reports of
nonadherence, British Journal of Clinical Pharmacology.
Cho, S. J., & Kim, J., 2014, Factors associated with nonadherence to antihypertensive
medication, Nursing & health sciences, 16(4), 461-467.
Cutler, R. L., Fernandez-Llimos, F., Frommer, M., Benrimoj, C., & Garcia-Cardenas, V.,
2018, Economic impact of medication non-adherence by disease groups: a systematic
review, BMJ open, 8(1), e016982.
Dahlan, Mohammad Sopiyudin, 2015, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta:
Epidemiologi Indonesia.
Departemen Kesehatan, 2006, Pharaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi, Jakarta :
Direktorat Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI
17 TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT
PASIEN HIPERTENSI DIMASA PANDEMI Dini Puspo Azizah
COVID-19

Dhar, L., Dantas, J. and Ali, M., 2017, A Systematic Review of Factors Influencing
Medication Adherence to Hypertension Treatment in Developing Countries, Open
Journal of Epidemiology, 7, 211-250.

Dinas Kesehatan DIY, 2020, Profil Kesehatatan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2019,
Yogyakarta : Dinas Kesehatan DIY.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2019, Profil Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2018,
Yogyakarta : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.
Fithria, F., & Isnaini, M., 2014, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Berobat pada Penderita Hipertensi di Klinik Sumber Sehat Indrapuri Aceh Besar, Idea
Nursing Journal, 5(2), 56-66.
Haghdoost, A. A., Baneshi, M. R., Razzaghi, A., & Noori, A., 2019, The Impact of Socio
Economic Factors on the Adherence of Patients with Gestational Diabetes Mellitus to
Medical Recommendations, Iranian journal of public health, 48(9), 1690.
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Infodatin Hipertensi, Jakarta: Pusat Data dan Informasi,
Kemenkes.
Kementerian Kesehatan RI, 2019, Laporan Nasional Riskesdas 2018, Jakarta: Badan
Litbangkes, Kemenkes.
Kementrian Kesehatan RI, 2013, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi,
Jakarta : Direktorat Pengendalian penyakit Tidak Menular, Kemenkes.
Kementrian Kesehatan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta : Litbangkes,
Kemenkes.
Khera A, Baum SJ, Gluckman TJ, et al., 2020, Continuity of care and outpatient
management for patients with and at high risk for cardiovascular disease during the
COVID-19 pandemic: A scientific statement from the American Society for Preventive
Cardiology, Am J Prev Cardiol, 2020;1:100009. doi:10.1016/j.ajpc.2020.100009.
Lailatushifah, S. N. F., 2012, Kepatuhan pasien yang menderita penyakit kronis dalam
mengkonsumsi obat harian, Jurnal psikologi Mercubuana online,
http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/Noor-
Kepatuhan...pdf , diakses pada tanggal 15 Juni 2020.
Lam, W. Y., & Fresco, P., 2015, Medication Adherence Measures: An Overview, Biomed
Research International, 2015, 217047-217047.
Liberty, I. A., Pariyana, P., Roflin, E., & Waris, L., 2017, Determinan Kepatuhan Berobat
Pasien Hipertensi Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat I, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 58-65.
18
Media Farmasi Vol. X. No.X. Bulan 20XX: 1-11

Listiana, D., Effendi, S., & Saputra, Y. E., 2020, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Penderita Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan di Puskesmas Karang
Dapo Kabupaten Muratara, Journal of Nursing and Public Health, 8(1), 11-22.
Martiningsih, Utari, R. Fidi, K. F. Faisal, 2015, Hubungan Peran Tenaga Kesehatan
Terhadap Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi pada Penderita Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Parit H. Husin II Kota Pontianak, Skripsi, Program Studi
Keperawatan Universitas Tanjungpura.
Muthmainnah, M., Kunoli, F. J., & Nurjanah, N., 2019, Hubungan Peran Keluarga dan
Peran Tenaga Kesehatan dalam Kepatuhan Pengobatan Penderita Hipertensi di
Wilayah Kerja PUSKESMAS Sangurara Kota Palu, Jurnal Kolaboratif Sains, 1(1).
Neal, M.J., 2006, Farmakologis Medis edisi kelima, diterjemahkan oleh Surapsari, Juwalita,
Jakarta : Erlangga.
Nguyen, T. P. L., Schuiling-Veninga, C. C., Nguyen, T. B. Y., Vu, T. H., Wright, E. P., &
Postma, M. J., 2017, Adherence to hypertension medication: Quantitative and
qualitative investigations in a rural Northern Vietnamese community, PloS one, 12(2),
e0171203.
Ningrum, S. P., 2019, Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien
Hipertensi di PUSKESMAS Seyegan Sleman Yogyakarta, Doctoral dissertation, Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta : 9218.
Oparil, S., Acelajado, M. C., Bakris, G. L., Berlowitz, D. R., Cífková, R., Dominiczak, A.
F., Grassi, G., Jordan, J., Poulter, N. R., Rodgers, A., & Whelton, P. K., 2018,
Hypertension, Nature reviews, Disease primers, 4, 18014,
https://doi.org/10.1038/nrdp.2018.14, diakses pada tanggal 20 September 2020.
Pratiwi, R. I., & Perwitasari, M., 2017, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Pasien Hipertensi Dalam Penggunaan Obat Di RSUD Kardinah,
In Prosiding 2nd Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT) 2017, Vol. 2, No. 1, pp.
204-208.
Pujasari, A. S., Susanto, H. S., & Udiyono, A., 2015, Faktor–faktor internal ketidakpatuhan
pengobatan hipertensi di puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 3(3), 99-108.
Pujiyanto, P., 2008, Faktor Sosio Ekonomi yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat
Antihipertensi, Kesmas: National Public Health Journal, 3(3), 139-144.
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI
19 TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT
PASIEN HIPERTENSI DIMASA PANDEMI Dini Puspo Azizah
COVID-19

Puspita, E., Oktaviarini, E., & Santik, Y. D. P., 2017, Peran Keluarga Dan Petugas
Kesehatan Dalam Kepatuhan Pengobatan Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Gunungpati Kota Semarang, Jurnal kesehatan masyarakat Indonesia, 12(2), 25-32.
Puspita, Exa, 2016, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penderita
Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan (Studi Kasus di Puskesmas Gunungpati Kota
Semarang), Skripsi, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang,
Semarang.
Rahmadani, M.A., Sari, A., 2018, Kepatuhan Terhadap Pengobatan pada Pasien Hipertensi
dengan Komplikasi Diabetes Melitus di PUSKESMAS Yogyakarta, Media Farmasi,
Vol .15 No.2 September 2018 : 105-112.
Rasajati, Qorry P., Raharjo B.B., Ningrum D.N.A, 2015, Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang, Unnes Journal of Public Health, UJPH 4(3) (2015),
ISSN 2252-6528.
Reach G, Guedj-Meynier D, Darné B, Herpin D., 2015, Facteurs associés à la non-
observance chez les hommes et chez les femmes hypertendus non contrôlés : étude
ODACE [Factors associated with medication non-adherence in uncontrolled
hypertensive males and females: ODACE study], Ann Cardiol Angeiol (Paris). 2015
Jun;64(3):222-6. French. doi: 10.1016/j.ancard.2015.04.012. Epub 2015 Jun 2. PMID:
26047871, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26047871/ , diakses pada tanggal 27
Oktober 2020.
Rusida, E. R., Adhani, R., & Panghiyangani, R., 2017, Pengaruh Tingkat Pengetahuan,
Motivasi dan Faktor Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi di
Puskesmas Kota Banjarbaru Tahun 2017, Jurnal Pharmascience, 4(2).
Sastroasmoro, Sudigdo, dan Ismael, S., 2011, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis
edisi ke-4 2011, Jakarta : Sagung Seto.
Settineri, S., Frisone, F., Merlo, E. M., Geraci, D., & Martino, G., 2019, Compliance,
adherence, concordance, empowerment, and self-management: five words to manifest a
relational maladjustment in diabetes, Journal of multidisciplinary healthcare, 12, 299.
Shahin, W, Kennedy GA, Stupans I., 2019, The impact of personal and cultural beliefs on
medication adherence of patients with chronic illnesses: a systematic review, Dove
Spress Journal, doi: 10.2147/PPA.S212046, PMID: 31303749; PMCID: PMC6611718.
Shi, S., Shen, Z., Duan, Y., Ding, S., & Zhong, Z., 2019, Association Between Medication
literacy and medication adherence among patients with hypertension, Frontiers in
Pharmacology, 10.
20
Media Farmasi Vol. X. No.X. Bulan 20XX: 1-11

Surahman, Rachmat, M., dan Supardi, S., 2016, Metodologi Penelitian, Jakarta : Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes.
Triguna, I. P. B., & Sudhana, I. W., 2013, Gambaran Kepatuhan Minum Obat
Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja PUSKESMAS Petang II,
Kabupaten Badung Periode Juli–Agustus 2013,
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/13833/9514 diakses pada
tanggal 16 Oktober 2020.
Wawan A, Dewi M, 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wells, Barbara G., Joseph T. DiPiro, Terry L. Schwinghammer, Cecily V. DiPiro, 2017,
Pharmacoteraphy Handbook tenth edition, United States of America : The McGraw-
Hill.
Yulanda, G., & Lisiswanti, R., 2017, Penatalaksanaan Hipertensi Primer, Jurnal
Majority, 6(1), 28-33.

Anda mungkin juga menyukai