Anda di halaman 1dari 2

Single and Happy

Ngomongin pergaulan remaja, belum lengkap rasanya tanpa kisah drama cintanya.
Lantaran pergaulan remaja selalu lintas gender. Cewek-cowok sering kedapetan asyik
berhaha-hihi atau seru-seruan bareng di tempat umum. Orang kebanyakan bilang ini wajar
aja. Masa pubertas remaja menuntut mereka untuk mengenal lawan jenis dengan segudang
perasaan yang menyertainya.
Namanya juga manusia. Sedari lahir, sang Pencipta sudah menciptakan manusia satu paket
dengan potensi kehidupan yang membuatnya terus beraktifitas. Salah satunya, ya rasa
cinta kepada lawan jenis itu. Rasa cinta inilah yang fitrahnya akan melestarikan keturunan
manusia hingga akhir dunia.
Sayangnya, banyak remaja muslim yang mensikapi rasa cintanya pada lawan jenis itu dari
sisi fitrahnya saja. Nggak dibarengi dengan pemahaman cara penyalurannya yang sesuai
dengan manual book dari sang Pencipta manusia. Walhasil, banyak malpraktek cinta remaja
yang salah kaprah. Salah satunya, budaya pacaran. Ups!

Nggak Pacaran, Menang Banyak Lho!


Budaya pacaran hari gini tak terpisahkan dalam keseharian remaja. Hingga dinobatkan
sebagai simbol pergaulan modern. Gak pacaran dianggap gak gaul, dibilang cupu, atau
dikalungi gelar pejabat alias pemuda/i jaman batu. Segitunya.
Padahal, sebagai remaja muslim yang kece kita diajarin kalo panutan kita sepanjang hidup
itu Rasul Muhammad saw. Malah sebagian kita dengan bangganya bilang, kami generasi
cinta Nabi. Itu artinya, kita siap untuk ngikutin apa yang diperintahkan Nabi dan menjauhi
apa yang dilarangnya.
Allah swt menegaskan dalam firman-Nya, “Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepada
kalian, maka ambillah. Dan apa saja yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (QS. al-Hasyr
ayat 7)
Imam Ibn Katsir rahimahullah, dalam kitab tafsir beliau menjelaskan makna ayat ini
adalah: “Jika Rasul memerintahkan sesuatu, maka lakukanlah, dan jika Rasul melarang
kalian dari sesuatu, maka jauhilah. Sesungguhnya Rasul hanya memerintahkan kepada
yang baik, dan melarang dari sesuatu yang buruk.”
Dan ternyata, kita mesti terima dengan lapang dada kalo dalam urusan ekspresi cinta
kepada lawan jenis Rasulullah saw nggak pernah pacaran. Karena pacaran itu sendiri
budaya orang kafir yang terbiasa bergaul bebas tanpa batas mendekati zina, bukan budaya
Islam. Kalo udah begini, seharusnya tak ada budaya pacaran dalam kamus hidup kita
sebagai muslim sesuai tuntunan Rasul.
Mungkin ada di antara kita yang dijauhi teman lantaran nggak ikut-ikutan pacaran. Nggak
usah bete. Justru kita patut berbahagia lantaran nggak pacaran malah menang banyak.

Pertama, remaja yang nggak pacaran dan menjaga pergaulan, hidup lebih tenang dan
fokus mikirin masa depan dunia dan akhiratnya. Hari-harinya nggak habis dipake ngurusin
demenan yang gak halal. Dengan begitu lebih banyak waktu untuk menimba ilmu,
mengenal Islam lebih dalam, mengasah skill, dan bantu orang tua. Mantap!

Kedua, terhindar dari keburukan. Sesuai tafsir ayat di atas, hanya kebaikan yang kita
dapatkan dengan menjauhi apa yang dilarang Rasulullah. Sebaliknya, kalo kita tetep cari
pembenaran untuk berpacaran, kita malah makin terperosok ke dalam jurang kemaksiatan.
Setan jingkrak-jingkrak kesenangan karena dapat banyak teman. Setiap hari, aktifis
pacaran hanya akan menabung dosa dan mengikis pahala. Rugi-rugi-rugi!
Rasul saw mengingatkan, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena
syaitan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua.” (HR. Ahmad)
Ketiga, lebih bahagia. Sebuah Riset dilakukan University of Georgia dan dirilis di The
Journal of School Health. Peneliti melakukan survei kepada 594 pelajar kelas 10 SMA.
Hasilnya, remaja yang enggak pacaran justru punya tingkat depresi rendah. Mereka yang
enggak pacaran juga memiliki kemampuan sosial dan kepemimpinan yang lebih baik.
Keempat, kemurnian akidah terjaga. Hari gini, remaja pacaran kerap ikut ambil bagian
dalam berbagai perayaan yang dijadikan momen kebersamaan bersama sang buah hati.
Mulai dari perayaan ulang tahun, hari jadi, tahun baruan dan yang nggak boleh ketinggalan,
Valentinan. Padahal jelas-jelas perayaan maksiat ini budaya orang kafir dan kalo ikut-
ikutan, keislaman kita jadi taruhan.
Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia menjadi
bagian dari mereka” (HR. Abu Dawud).

Memilih Untuk Tidak Memilih, Aman Kok!

Pacaran atau nggak pacaran, bagi remaja itu pertaruhan identitas lho. Banyak yang bela-
belain berburu pujaan hati biar dianggap eksis pas lagi ngumpul dengan besti. Banyak juga
yang maksain nyari gebetan biar gak dibilang cupu sama teman. Apalagi menjelang
valentinan. Gas poll!

Padahal, memilih untuk tidak memilih pacaran aman-aman aja bagi remaja muslim. Bagus
malah. Karena telah menutup salah satu pintu gerbang kemaksiatan. Tahu sendiri, pacaran
itu kan hubungan tanpa ikatan resmi alias ilegal. Makanya putus nyambung di antara aktifis
pacaran itu dianggap biasa. Sialnya, kebiasan itu sering kebawa dalam kehidupan rumah
tangganya di kemudian hari. Makanya angka perceraian terus meningkat. Gaswat!
Kita memilih untuk tidak memilih berpacaran juga aman dari segala bentuk kerugian cinta.
Mulai dari kekerasan fisik karena pacarnya posesif, cemburu, dan temperamen. Atau
kekerasan seksual yang mengarah pada zina. Atau pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, dan
mudah depresi akibat hubungan cintanya tak semulus jalan tol. Atau jadi korban kehamilan
yang tidak dikehendaki hingga penularan penyakit menular seksual. Malah ada yang tega
menggugurkan kandungan, membunuh jabang bayi, hingga terperosok ke dalam dunia
prostitusi. Ngeri!

Jadi, jangan takut bin baper memilih untuk tidak memilih. Bukannya kita tak punya pilihan
atau menafikan rasa cinta pada lawan jenis. Bukan itu. Hanya belum waktunya aja. Kalopun
udah saatnya, tentu kita akan memilih pasangan sesuai dengan spek yang Rasul saw
anjurkan. Lalu menjalani hubungan sebelum duduk di pelaminan dalam ikatan khitbah
(meminang) tanpa embel-embel pacara islami.

Kalo belum siap berumah tangga, jangan coba-coba bermain cinta. Kenali Islam lebih dalam
agar tak salah memaknai cinta. Jadilah bagian dari komunitas jojoba alias jomblo-jomblo
bahagia. Keep single and happy!

Anda mungkin juga menyukai