SK KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KOTA KENDARI

DINAS KESEHATAN
BLUD UPTD PUSKESMAS POASIA
Jl. Bunggasi, No. Telp. (0401) 3193 670, Kendari.
e-mail : puskesmaspoasia19@gmail.com

KEPUTUSAN
NOMOR :

TENTANG

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIMPINAN BLUD UPTD PUSKESMAS POASIA

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pelayanan kesehatan


di Puskesmas yang bermutu dan professional,
maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan
pengendaliann infeksi;
b. bahwa agar pencegahan dan pengendalian
infeksi di Puskesmas dapat terlaksana dengan
baik perlu adanya kebijakan Pimpinan
Puskesmas sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi;
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2023 tentang Kesehatan;


2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 27 tahun 2017, tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 43 tahun 2022 tentang Akreditas Pusat
Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat
Praktik mandiri Dokter gigi;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2022
Tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan
Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, Klinik,
Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit,
Laboratorium Kesehatan, Dan Unit Transfusi Darah;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PIMPINAN BLUD UPTD PUSKESMAS
LABIBIA TENTANG KEBIJAKAN PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI BLUD
UPTD PUSKESMAS POASIA
KESATU : Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di BLUD UPTD Puskesmas Poasia sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
surat keputusan ini.
KEDUA : Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di lakukan baik secara lisan maupun tertulis oleh
setiap pelaksana program dan pelayanan dan di
sampaikan ke penanggung jawab program untuk
di teruskan sesuai dengan mekanisme yang ada di
Puskesmas.
KETIGA : Surat Keputuasan ini mulai berlaku
Sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Kendari
Pada Tanggal, 02 Januari 2023

PIMPINAN BLUD UPTD PUSKESMAS POASIA

NANANG MUSLIMIN, S.Si.T


LAMPIRAN : KEPUTUSAN PIMPINAN BLUD UPTD PUSKESMAS POASIA
NOMOR :
TANGGAL : 02 Januari 2024

KEBIJAKAN PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

A. Kebijakan Umum
1. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi wajib direncanakan,
dilaksanakan, domonitor, dievaluasi dan ditindaklanjuti dalam
upaya penyediaan pelayanan Puskesmas yang bermutu dan
professional.
2. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi tersebut meliputi
penerapan prinsip kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi, penggunaan antimikroba secara bijak,
bundles, dalam pelayanan kesehatan, dan surveilans pencegahan
dan pengendalian infeksi.

B. Kebjakan Pelaksanaan Kewaspadaan Standar


1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene

a. Semua karyawan Puskesmas, pasien dan pengunjung harus


menjaga kebersihan tangan dengan melakukan cuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun atau handrub
menggunakan cairan antiseptic berbasis alkohol.

b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu sebelum


kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptic,
setelah melakukan tindakan invasive yang berhubungan cairan
tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak
dengan lingkungan pasien.

c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun


dengan air menglir. Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan
dengan handrub cairan antiseptic berbasis alcohol.

d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah selama


40-60 detik, dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi
WHO.

e. Handrub dengan cairan antiseptic berbasis alcohol dilakukan


dengan benar 6 alngkah selama 20-30 detik, dengan prosedur
yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
f. Prosedur kebersihan tangan disusun dan disosialisasikan
dengan media edukasi dan diterapkan oleh tenaga medis,
tenaga kesehatan, dan karyawan puskesmas.

g. Disediakan fasilitas cuci tangan meliputi air mengalir, sabun,


tisu pengering tangan / handuk sekali pakai dan / atau
handrub berbasis alcohol yang ketersediaannya harus terjamin
di Puskesmas.

h. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui


survey terhadap seluruh petugas puskesmas setiap bulan.

i. Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja


belum memenuhi standar dilakukan sosialisasi / training ulang
kebersihan tangan pada ubit tersebut.

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

a. Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai


pelibdung barrier untuk melindungi dari mikroorganisme yang
ada dan petugas kesehatan.

b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang


berisiko menularkan penyakit infeksius wajib memakai APD
sesuai dengan prosedur yang benar.

c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptic harus


memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.

d. Jenis-jenis APD yaitu sarung tangan, masker, alat pelindung


mata (Googles plastic bening, kaca mata pengaman, pelindung
wjah dan visor), topi, gaun pelndung, apron, pelindung kaki
(sepatu boat karet atau sepatu kulit tertutup)

e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.


Umtuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang di tempat
sampah infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk APD
yang akan dipakai kembali, dilakukan penatalaksanaan sesuai
prosedur.

3. Pengelolaan limbah

a. Puskesmas berkewajiban menurunkan risiko infeksi, salah


satunya dengan cara pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi,
pemisahan, labeling, packing, penyimpanan, pengangkutan

4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan puskesmas atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya merupakan salah satu upaya pencegahan
pengendalian infeksi di BLUD UPTD Puskesmas Poasia
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat
diminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan,
disinfeksi permukaan lingkungan yang terkontaminasi dengan
darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan
peralatan medic dengan tepat, mempertahankan mutu air
bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.

5. Perlindungan Kesehatan karyawan

Karyawan BLUD UPTD Puskesmas Poasia diwajibkan menerapkan


prinsip-prinsip PPi yaitu kewaspadaan standard an kewaspadaan
berbasis transmisi sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan
tugasnyasehari-hari.

6. Prkatik menyuntik yang aman


a. Semua petugas medis dan paramedic BLUD UPTD Puskesmas
Poasia wajib melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai
dengan prosedur.
b. Praktik menyuntik menggunakan jarum yng steril, sekali pakai,
pada tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pada
peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan
sekali pakai karena jarum atau spoit yang dipakai ulang untuk
mengambil obat dalam vial multidose dapat menimbulkan
kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai
untuk pasien lain.

7. Hygiene respirasi (Etika Batuk)


a. Kebersihan pernafasan dan etika batuk adalah dua cara
penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi di
sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus
dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan
kebersihan pernafasan untuk mencegah sekresi pernafasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin
: tutup

8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien

a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien Yng dianjurkan untuk


mengurangi penularan oenyakit dari instrument yang kotor,
sarung tangan bedah, dan barang-barang habis pakai lainnya
adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan,
sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT)

b. Precleaning / prabilas : proses yang membuat benda mati lebih


aman untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan
(umpamanya menginaktifasi HBV, HBC dan HIV) dan
mengurangi, tapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme
yang mengkontaminasi. Proses ini adalah dengan melakukan
perendaman dengan memakai deterjen atau larutan enzimetik
sampai seluruh permukaan alat terendam.

c. Pembersihan : proses yang secara fisik membuang semua


kotoran, darah atau cairan tubuh lainnya dari benda mati
ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari mencuci
sepenuhnya dengan sabun atau deterjen dan air atau enzimetik,
membilas dengan air bersih, dan mengeringkan.

d. Disinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT) : proses menghilangkan semua


mikroorganisme, kecuali beberapa endospore bacterial dari
objek, dengan merebus, menguapakn dan memakai disinfektan
kimiawi.

e. Sterilisasi : proses menghilangkan semua mokroorganisme


(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospore bakteria
dari benda mati dengan uap tekanan tinggi (autoclave), panas
kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.

f. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan, maka dilakukan


kohorting (pasien dengan diagnose yang sama ditempatkan
secara berdekatan).

g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat


transportasi atau transfer, karena belum ada jalur khusus
pasien infeksius.

9. Kewaspadaan transmisi

a. Penempatan pasien

1) Pastikan pasien infeksius ditempatkan terpisah dengan


pasien noninfeksius

2) Bila tidak tersedia ruang sendiri dapat dilakukan penerapan


system kohorting dengan menempatkan tempat tidur pasien
dengan jarak 1 meter.

3) Mobilisasi pasien infeksius yang transmisinya melalui udara


agar dibatasi lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu
kepada yang lain.

4) Hindari penggunaan peralatan yang digunakan kembali dan


pastikan bahwa peralatan sudah didisinfeksi dengan benar
sebelum digunakan pada pasien lain

5) Lakukan pembersihan berkala dan disinfeksi sesuai


kewaspadaan standar melalui pengelolaan lingkungan di
tempat-tempat umum.

a) Transport pasien

Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari


pasien dengn mengenakan masker pada pasien dan
menerapkan hygiene respirasi dan etika batuk.

b) Penggunaan APD petugas

Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter


terhadap pasien, saat kontak erat. Masker seyogyanya
melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memeriksa
pasien dengan infeksi saluran nafas.

c) Pengelolaan peralatan perawatan pasien

Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena


mikroba tidak bergerak jarak jauh.
C. BUNDLE HAI’s
1. Upaya pencegahan infeksi saluran kemih (ISK) terkait pemasangan
kateter
a. Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugasa yang memahami
dan terampil dalam tekhnik pemasangan secara aseptic dan
perawatan kateter sesuai prosedur.
b. Penggantian urine dilakukan pada keadaan tertentu.
c. Kateter dipasang pada saat diperlukan saja berdasarkan
indikasi.
2. Sdg
3. Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Tindakan bedah kecil dikerjakan oleh petugas yang memahami dan
terampil dalam tekhnik pemasangan secara aseptic dan perawatan
infus sesuai prosedur.
a. Paling banyak infeksi daerah operasi bersumber dari pathogen
flora endogenous kulit pasien, membran mukosa. Bila
membrane mukosa atau kulit diinsisi, jaringan terksprosur
risiko dengan flora endogenous.
D. Penyusunan ICRA
1. Dilakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas.
2. Meminimalkan risiko infeksi terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan di Puskesmas dan pastikan ketersediaan sarana
prasarana.
E. Penanganan Outbreak Infeksi
1. Menetapkan kebijakan tentang outbreak dan penaggulangannya
sesuai dengan wewenangnya untuk menjamin perlindungan kepada
petugas, pengunjung dan lingkungan pasien.
2. Melakukan penanggulanganm bila terjadi outbreak sesuai dengan
kebijakan, panduan, protocol kesehatan, dan prosedur yang telah
disusun.
LAMPIRAN 2 : KEPUTUSAN PIMPINAN BLUD UPTD PUSKESMAS
POASIA
NOMOR :
TANGGAL : 02 Januari 2023

TIM PPI BLUD UPTD PUSKESMAS

A. SUSUNAN KEPENGURUSAN TIM PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI

1. Koordinator : WARDANI, S.Tr.Keb


2. Anggota : 1. ANDRIANI, AM.Keb
2. SRI PANGESTUTIK ,AMK
3. HERFINA FARSAN, AMAK
4. HASTI LISTIANI MAKKA, S.Kep, Ns
5. GUSTIANI RIDWAN, SKM
6. AGUSTINA .K, SKM

B. STRUKTUR ORGANISASI
Pimpinan BLUD UPTD
NANANG MUSLIMIN, S.Si.T, M.Kes

PJ MUTU
dr.Hj. ZAHRA
Koordinator PPI
WARDANI. S.Tr.Keb

Anggota
ANDRIANI, AM.Keb
SRI PANGESTUTIK ,AMK
HERFINA FARSAN, AMAK
HASTI LISTIANI MAKKA, S.Kep, Ns
GUSTIANI RIDWAN, SKM
AGUSTINA .K, SKM

PIMPINAN BLUD UPTD PUSKESMAS POASIA

NANANG MUSLIMIN, S.Si.T, M.Kes


C. URAIAN TUGAS
1. PIMPINAN PUSKESMAS
a. Membentuk tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskesmas
dengan surat keputusan
b. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya penceghan dan pengendalian infeksi
c. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan
prasarana termasuk anggaran yang dibutuhkan
d. Mengesahkan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
e. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan oengendalian
infeksi
f. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotic yang
rasional dan disinfektan di Puskesmas berdasarkan saran dari tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskesmas
g. Mengesahkan standar operasional prosedur (SOP) untuk
pencegahan dan pengendalian infeksi Puskesmas
2. KETUA TIM POENCEGAHAN DAN OENGENDALIAN INFEKSI
a. Tanggung jawab :
Secara administrative dan fungsinal bertanggung jawab
seluruhnya terhadap pelaksanaan program pencegahan dan
pengendalian infeksi.
b. Tugas pokok :
Mengkoordinasi semua pelaksanaan kegiatan program pencegahan
dan pengendalian infeksi Puskesmas
c. Uraian Tugas :
1) Menyususn, merencanakan dan mengevaluasi program kerja
PPI
2) Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI
3) Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan PPI
4) Bekerja sama dengan tim PPIn dalam melakukan investigasi
masalah atau KLB HAI’s
5) Memberi usulan untk mengembangkan dan meningkatkan
cara pencegahan dan pengendalian infeksi
6) Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan Puskesmas
dan pelayanan kesehatan lainnyadalam PPI

7) Mengususlkan pengadaan alat dan bahan kesehatan, cara


pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen yang sesuai
dengan prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan
8) Mengidentifikasi sub temuan di lapangam dan mengusulkan
pelatihan untuk meningkatkan kemmpuan SDM Puskesmas
dalam PPI
9) Bertanggung jawab terhadap koordinasi dengan bagian unit
kerja yang terkait
10) Berkoordinasi dengan unit terkait PPI
11) Memimpin pertemuan rutin setiap bulan dengan anggota PPI
untuk membahas dan menginformasikan hal-hal penting yang
berkaitan dengan PPI
12) Meningkatkan pengetahuan anggota, membuat dan
memperbaiki cara
3. SEKRETARIS TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
MERANGKAP IPCN
a. Tanggung jawab :
Secara administrative dan fungsinal bertanggung jawab kepada
ketua tim PPI
b. Tugas Pokok :
Ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan program PPI
c. Uraian tuigas :
1) Mengatur rapat dan jadwal rapat PPI
2) Menyiapkan ruang rapat dna perlengkapan yang diperlukan
3) Menyususn kesimpulan sidang dan notulen rapat
4) Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian
infeksi yang terjadi dilingkungan puskesmas
5) Memponitor dan melaksanakan surveilans PPI, penerapan
SOP, kepatuhan petugas dalam menjalankan kewaspadaan
isolasi
6) Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada
ketua PPI
7) Bersama tim PPI memberikan pelatihan tentang PPI kepada
petugas di Puskesmas
8) Melakukan investigasi apabila terjadi KLB infeksi dan
beesama ketua PPI memperbaiki kesalahan yang ada

9) Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah


penularan infeksi dari petugas kesehatan ke pasien atau
sebaliknya
10) Bersama ketua PPI menganjurkan prosedur isolasi dan
memberi konsultasi tentang PPI yang diperlukan pada kasus
yang terjadi di Puskesmas
11) Audit pencegahan dan pengendalian Infeksi terhadap
prenatalaksanaan limbah, laundry, gizi, dan lain-lain
12) Memonitor kesehatan lingkungan puskesmas
13) Memonitor terhadap pengendalina pemakaian antibiotic yang
rasional
14) Memberikan saran desain ruangan puskesmas agar sesuai
dengan prinsip PPI
15) Memberkan motivasi dan teguran tentang pelqaksanaan
kapatuhan PPI
16) Melakukan edukasi kepada pasien, keluarga pasien dan
pengunjung puskesmas tentang PPI
17) Dhgas
18) Sebagai coordinator anta unit dalam mendeteksi, mencegah
dan mengendalikan infekasi di Puskesmas
19) Embuat laporan surveilans bulanan dan tahunan dan
melaporkan kepada tim PPI
4. ANGGOTA
a. Tanggung jawab :
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada
pimpinan PPI Puskesmas dalam pelaksanaan program kerja PPIRS
di setiap unitnya masing-masing
b. Tugas pokok :
Membantu pelaksanaan seua kegiatan di program PPIRS di unit
masing-masing
c. Uraian Tugas :
1) Melaksanakan semua kegiatan di Pprogram PPIRS di unit
masing-masing
2) Memonitoring pelaksanaan PPI, penerapan SOP terkait PPI di
unit masing-masing
3) Mengaudit pelaksanaan PPI di unit masing-masing
4) Membuat laporan evaluasi kegiatan program PPI di unitnya
5) Memberikan penyuluhan pendidikan kepada staf tentang
upaya-upaya PPI di unitnya

Anda mungkin juga menyukai