Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH ILMU NUTRISI PERBANDINGAN METABOLISME LEMAK (Tugas Kelompok) Dosen Pengampu : Dr.

Limbang Kustiawan N, S.Pt., M.Sc

Oleh: Alifah Mafatikhul Jannah Atika Asiratu Zahra Eni Ekawati Giska Arifia Dewi Ismi Nisak Laila Z. Kholisotul Maghfiroh Latifah Hanun Novemia Fatmarischa Nur Faizin Prayogi Sunu Rizki Wahyu Kuncoro Siti Hamtiah Suseno Bayu Wina Metayani Harmoni

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU TERNAK PROGRAM PASCASARJANA - FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

PENDAHAULUAN

Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, meningkatnya kesadaran pentingnya gizi bagi kehidupan serta meningkatnya pendapatan masyarakat, maka permintaan protein hewani asal ternak yang rendah lemak dan kolesterol meningkat pula. Salah satu produsen protein hewani yang potensial adalah domba karena cukup potensial mengingat interval kelahirannya yang singkat. Kandungan kolesterol ransum ternyata ada hubungan-nya dengan kadar kolesterol daging domba. Ada indikasi bahwa meningkatnya konsentrasi kolesterol dalam ransum juga meningkatkan kadar kolesterol daging. Pendapat umum menyatakan bahwa kelebihan kadar kolesterol dapat diturunkan dengan mengurangi konsumsi kolesterol pakan dan menambah konsumsi asam lemak tak jenuh yang berikatan rangkap lebih dari satu. Salah satu caranya adalah dengan menambahkan minyak ikan yang banyak mengandung asam lemak omega 3 yang dalam hal ini terdapat pada minyak ikan lemuru (Sardinella longiceps) yang banyak terdapat di perairan laut dalam seperti selat Bali.

PEMBAHASAN Minyak ikan banyak mengandung asam lemak arachidonat (C20:4n-6) dan asam lemak tak jenuh rantai panjang seperti asam eikosa pentanoat (C20:5n-3) dan asam docosa heksanoat (C22:6n-3) di samping keberadaannya cukup melimpah serta pemanfaatannya yang belum optimal (Estiasih, 1996). Minyak ikan sangat berbeda dengan minyak lainya, yang dicirikan dengan : 1. Variasi asam lemaknya lebih tinggi dibandingkan dengan minyak atau lemak lainya. 2. Jumlah asam lemaknya lebih banyak : a. Panjang rantai karbon mencapai 20 atau 22.

b. Lebih banyak mengandung jenis asam lemak tak jenuh jamak ( ikatan rangkap sampai dengan 5 dan 6 ). c. Lebih banyak mengandung jenis omega-3 dibandingkan omega-6 (Stansby, 1982). Akan tetapi, penambahan minyak ikan dalam ransum ternak mengakibatkan permasalahan, diantaranya penyimpanan dan penanganan sebelum digunakan sebagai salah satu bahan pakan dan juga dibatasi penggunaanya dalam ransum sekitar 3 -5% karena jika berlebih pemanfaatanya di dalam ransum akan mempengaruhi kecernaan serat kasar, sedangkan lemak (PUFA) diberi dengan cara enkapsulasi dapat diberikan dari 5 %. Minyak ikan banyak mengandung asam lemak tidak jenuh yang menyebabkan mudah teroksidasi sehingga menyulitkan dalam penyimpanan dan pencampuran minyak ikan secara langsung pun akan lebih sulit karena terjadi penggumpalan , sehingga ransum tidak homogen, di samping itu juga penambahan sumber asam lemak omega-3 seperti minyak ikan pada ternak ruminansia tanpa diproteksi terlebih dahulu menyebabkan terjadinya biohidrogenasi di dalam rumen. Kejadian biohidrogenasi dalam rumen mengakibatkan sumber asam lemak tidak jenuh tersebut langsung diubah menjadi asam lemak jenuh tanpa diserap oleh usus halus ataupun disimpan dalam tubuh sebelum dimanfaatkan untuk organ sasaran. Kondisi ini membatasi penggunaan lemak hanya sebesar 3-4% lemak yang dapat diinkorposikan ke dalam makanan. Untuk itu dalam penangananya minyak ikan diperangkap dengan bahan penyalut, proses tersebut diistilahkan dengan mikroenkapulasi. Tujuan mikroenkapsulasi ini adalah untuk melindungi asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan dari oksidasi, mengubah minyak ikan menjadi tepung, menutupi aroma amis, melindungi minyak ikan dari hidrogenasi

mikroorganisme dan meningkatkan daya simpan. Untuk menghilangkan permasalahan dari penyimpanan dan penanganan serta menyelamatkan minyak ikan dari biohidrogenasi dalam rumen tersebut maka enkapsulasi minyak ikan dengan mikroenkapsulasi dianggap sebagai jalan keluarnya. Mikrokapsul minyak ikan adalah hasil dari proses perangkap minyak ikan dengan menggunakan bahan penyalut dan selanjutnya dikeringkan dengan pengeringan semprot. Secara fisik minyak ikan menjadi bentuk tepung, bau amisnya berkurang dan daya simpanya meningkat (Subramanian dan Stagniti, 2004).

Komponen mikrokapsul terdiri atas bahan inti dan bahan penyalut. Bahan inti yaitu bahan yang akan diperangkap atau dilindungi dalam proses mikroenkapsulasi sedangkan bahan penyalut adalah bahan yang dapat memerangkap dalam proses mikrokapsul. Penggunaan bahan penyalut dalam mikroenkapsulasi bertujuan untuk mempertahankan dan melindungi komponen aktif minyak ikan terhadap perlakuan panas selama proses pengeringan serta mempermudah atau mempercepat proses pengeringan. Dalam pembuatan minyak ikan selama ini menggunakan bahan pangan seperti gelatin, gum arab, dan maltodekstrin sebagai bahan penyalut. Karena bahan tersebut relatif mahal, untuk itu perlu dicari bahan penyalut yang tersedia di lokasi penelitian. Penelitian sebelumnya (Montesqrit, 2008) telah didapatkan hasil mikrokapsul minyak ikan dengan menggunakan komposisi bahan pakan yang terdiri dari tepung daging dan bungkil kelapa sebagai bahan penyalut. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan karakteristik mikrokapsul terbaik dengan nilai efisiensi enkapsulasi sebesar 75,32 %. Mikrokapsul minyak ikan yang dihasilkan dalam penelitian tersebut akan terlihat manfaatnya setelah diaplikasikan ke dalam ransum ternak. Gulati et al., (1997) telah mendemonstrasikan bahwa teknik yang paling efisien adalah enkapsulasi lemak dalam matrik yang dilindungi protein untuk menghasilkan feed additive lemak (LFA). Pemberian feed additive yang mengandung lemak yang dapat by-pass dalam rumen akan memberikan keuntungan antara lain: proteksi atau by pass rumen yang optimal sekitar 75 % in vivo, mengurangi level lemak bebas dalam rumen, mengurangi level asam lemak trans, tingkat konsumsi lemak dalam ransum dapat meningkat sampai 12%, memaksimalkan bioavailability asam lemak di usus halus untuk penyerapan.

KESIMPULAN Pemberian feed additive yang mengandung lemak yang dapat by-pass dalam rumen akan memberikan keuntungan diantaranya : 1) Proteksi atau by pass rumen yang optimal sekitar 75 % in vivo 2) Mengurangi level lemak bebas dalam rumen 3) Mengurangi level asam lemak trans

4) Tingkat konsumsi lemak dalam ransum dapat meningkat sampai 12% 5) Memaksimalkan bioavailability asam lemak di usus halus untuk penyerapan. 6) Mikrokapsul minyak ikan dengan menggunakan komposisi bahan pakan yang terdiri dari tepung daging dan bungkil kelapa sebagai bahan penyalut lebih murah daripada menggunakan bahan pangan seperti gelatin, gum arab, dan maltodekstrin

PUSTAKA

Montesqrit, 2008. Penggunaan Mikrokapsul Minyak Ikan dalam Ransum Ayam Petelur terhadap Performa Produksi dan Kualitas Telur. Jurnal Fakultas Peternakan Universitas Andalas, 2:199-207. Stansby, M. E, 1982, Properties of Fish Oils and their application to handling of fish and to nutritional and industrial in Martin, R.E, ( ed ), Chemistry and Biochemistry of Marine Food Products, AVI, Pub, Co., Westport Connecticut.

Anda mungkin juga menyukai