KELOMPOK 3
LEMAK
DEFINISI
Lemak adalah salah satu komponen penting dalam nutrisi dan zat gizi yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup manusia dan hewan (Praditasari, 2018). Lemak terdiri dari asam lemak, yang
merupakan senyawa organik yang terdiri dari rangkaian karbon dan hidrogen. Dalam makanan,
terdapat dua jenis utama lemak yang dikonsumsi, yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh (Ramadhini,
2019).
JENIS LEMAK
Fosfolipida(satu molekul gliserol yang berikatan dengan dua molekul asam lemak dan satu gugus
fosfat) Glikolipida( satu molekul gliserol berikatan dengan dua molekul asam lemak dan satu atau dua
molekul gula seperti galaktosa) Trigliserida(Trigliserida terdiri dari satu molekul gliserol yang
berikatan dengan tiga molekul asam lemak) asam lemak konjugasi(asam lemak yang mempunyai
posisi ikatan rangkap berdekatan/bersebelahan dan terpisah hanya oleh satu ikatan jenuh.)
STRUKTUR LEMAK
Lemak sederhana, seperti triasilgliserol atau trigliserida, terdiri dari satu atau beberapa molekul asam
lemak yang terhubung dengan satu molekul gliserol. Jenis lemak ini dapat ditemukan dalam minyak,
lemak hewani, dan lemak tumbuhan.
Di sisi lain, lemak kompleks terdiri dari molekul-molekul yang lebih kompleks seperti fosfolipid,
glikolipid, dan kolesterol. Fosfolipid adalah salah satu jenis lemak kompleks yang sangat penting
dalam sel. Struktur fosfolipid terdiri dari satu molekul gliserol yang terikat pada dua molekul asam
lemak dan satu molekul fosfat. Fosfolipid membentuk lapisan ganda dalam membran sel dan
membantu menjaga integritas membran sel.
Dengan demikian, lemak sederhana terdiri dari asam lemak yang terikat pada gliserol, seperti
trigliserida, sedangkan lemak kompleks terdiri dari molekul-molekul yang lebih kompleks, termasuk
fosfolipid. Fosfolipid memiliki peran penting dalam membentuk lapisan ganda membran sel dan
mempertahankan keutuhan membran tersebut.
SIFAT LEMAK
Dalam hal sifat fisik, lemak memiliki beberapa karakteristik seperti titik leleh, titik didih, viskositas,
dan kepadatan.
Dari segi kimia, lemak memiliki sifat hidrofobik yang berarti tidak larut dalam air, namun larut dalam
pelarut organik seperti eter, kloroform, dan heksana.
Secara biologis, lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efisien dan dapat disimpan dalam
jaringan adiposa
TRANSPORT LEMAK
perpindahan lemak dari jaringan adiposa, atau jaringan lemak, ke jaringan lain dalam tubuh seperti
otot dan hati. Tujuan dari transport lemak ini adalah untuk menyediakan sumber energi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Dalam proses ini, lemak yang terdiri dari molekul seperti trigliserida,
kolesterol, dan fosfolipid diangkut melalui aliran darah. Molekul-molekul lemak ini berperan penting
dalam menyediakan energi yang efisien untuk berbagai kebutuhan tubuh.
Transport lemak melibatkan mekanisme kompleks yang melibatkan enzim dan protein transport
khusus. Molekul-molekul lemak, terutama trigliserida, dipecah menjadi asam lemak dan gliserol
dalam jaringan adiposa. Setelah itu, asam lemak dan gliserol diangkut melalui darah untuk mencapai
jaringan lain dalam tubuh. Di jaringan sasaran seperti otot, asam lemak akan digunakan sebagai
sumber energi untuk proses metabolisme, sedangkan gliserol dapat dimetabolisme dalam hati.
Transport lemak adalah proses yang penting dalam menjaga keseimbangan energi dalam tubuh dan
memenuhi kebutuhan metabolisme yang beragam.
HIDROLISIS LEMAK
Reaksi hidrolisis lemak, juga dikenal sebagai lipolisis, melibatkan pemecahan ikatan ester dalam
molekul lemak untuk melepaskan asam lemak bebas (free fatty acid) dari gliserin. Ada dua faktor
yang dapat memicu reaksi hidrolisis ini: aktivitas enzim lipase dan pemanasan.
Aktivitas enzim lipase merupakan mekanisme alami dalam tubuh yang bertanggung jawab untuk
mengkatalisis hidrolisis lemak. Lipase bekerja dengan mengikat substrat lemak dan memutus ikatan
ester, yang menghasilkan pemisahan asam lemak bebas dari gliserin. Enzim lipase umumnya
ditemukan dalam jaringan adiposa dan jaringan lainnya yang mengandung lemak.
Selain itu, pemanasan juga dapat memicu hidrolisis lemak. Ketika lemak dipanaskan, energi panas
dapat menyebabkan pemutusan ikatan ester dalam molekul lemak. Ini mengakibatkan pelepasan asam
lemak bebas dan gliserin.
Dalam kedua kasus, baik melalui aktivitas enzim lipase maupun pemanasan, reaksi hidrolisis lemak
menghasilkan pelepasan asam lemak bebas. Setiap pelepasan satu molekul asam lemak bebas
membutuhkan satu molekul air untuk memfasilitasi pemutusan ikatan ester.
Secara keseluruhan, reaksi hidrolisis lemak adalah proses penting dalam metabolisme lipid di tubuh.
Ini memungkinkan pemecahan molekul lemak menjadi asam lemak bebas yang dapat digunakan
sebagai sumber energi atau untuk sintesis komponen lain dalam tubuh.
1. apa dampak jika pada ternak jika kandungan lemak nya terlalu banyak dan apa solusi agar
seimbang
Jika kandungan lemak dalam pakan ternak terlalu tinggi, ini dapat memiliki beberapa dampak
negatif pada ternak. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
Gangguan pencernaan: Konsumsi pakan yang kaya lemak dapat menyebabkan gangguan
pencernaan pada ternak. Lemak yang berlebihan dapat mengganggu penyerapan nutrisi,
menyebabkan diare, dan mengurangi efisiensi pakan.
Penurunan produksi: Kandungan lemak yang berlebihan dalam pakan dapat mengganggu
produksi ternak, terutama pada hewan yang dipelihara untuk menghasilkan susu atau telur.
Lemak yang berlebihan dapat menggantikan sebagian energi yang seharusnya digunakan
untuk produksi susu atau telur.
Kesehatan reproduksi yang buruk: Diet tinggi lemak dapat mempengaruhi kesehatan
reproduksi ternak. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kesuburan, peningkatan risiko
abortus, dan gangguan siklus reproduksi.
Untuk menjaga keseimbangan nutrisi pada ternak, berikut adalah beberapa solusi yang bisa
Anda terapkan:
Evaluasi pakan: Penting untuk menguji kandungan nutrisi dalam pakan ternak, termasuk
lemak. Dengan mengetahui komposisi nutrisi, Anda dapat menyesuaikan jumlah lemak yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak.
Emulsi lemak: Proses emulsi lemak adalah langkah awal dalam pencernaan lemak di saluran
pencernaan hewan. Lemak dipecah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil oleh emulsi
lemak yang dihasilkan oleh emulsi lemak dari empedu yang diproduksi oleh hati. Partikel-
partikel lemak yang lebih kecil ini kemudian dapat dicerna dan diserap lebih efisien.
Hidrolisis lipase: Lipase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk menghidrolisis lemak
menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Lipase diproduksi oleh pankreas dan kelenjar
pencernaan lainnya. Hidrolisis lemak yang efisien memungkinkan pemecahan PUFA dan
KUFA menjadi asam lemak bebas yang lebih mudah diserap.
Mikroba rumen: Pada hewan pengerumunan (ruminant), sebagian besar pencernaan lemak
terjadi dalam rumen. Bakteri rumen memainkan peran penting dalam menghidrolisis lemak
kompleks menjadi asam lemak rantai pendek yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh
ternak.
Transportasi melalui membran sel: Setelah lemak dipecah menjadi asam lemak bebas, asam
lemak tersebut diserap melalui membran sel usus halus. Transportasi lemak melintasi
membran sel terjadi melalui mekanisme difusi dan difusi terfasilitasi. Membran sel usus halus
memiliki protein transporter yang memfasilitasi penyerapan lemak.
Penting untuk diingat bahwa PUFA dan KUFA dapat bersaing dengan asam lemak jenuh
dalam proses penyerapan. Keseimbangan antara asam lemak jenuh, PUFA, dan KUFA dalam
pakan ternak dapat mempengaruhi tingkat penyerapan dan ketersediaan PUFA dan KUFA.
Selain itu, kualitas dan komposisi pakan juga dapat memengaruhi penyerapan PUFA dan
KUFA. Sumber pakan yang kaya akan PUFA dan KUFA, seperti minyak ikan atau minyak
nabati tertentu, dapat meningkatkan penyerapan PUFA dan KUFA oleh ternak.
beberapa contoh sumber pakan yang mengandung ketiga jenis lemak tersebut:
Minyak ikan: Minyak ikan adalah salah satu sumber pakan yang kaya akan PUFA, terutama
asam lemak omega-3 seperti asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic
(DHA). Minyak ikan juga mengandung asam lemak jenuh dan KUFA dalam jumlah yang
lebih kecil.
Minyak nabati: Beberapa jenis minyak nabati, seperti minyak biji bunga matahari, minyak
kanola, minyak jagung, dan minyak kedelai, mengandung campuran asam lemak jenuh,
PUFA, dan KUFA. Komposisi lemaknya bervariasi tergantung pada jenis minyak nabati yang
digunakan.
Biji-bijian: Biji-bijian seperti biji bunga matahari, biji rami, biji rami, biji bunga matahari, dan
biji bunga matahari mengandung lemak yang mengandung asam lemak jenuh, PUFA, dan
KUFA dalam proporsi yang bervariasi. Namun, jumlah lemak dalam biji-bijian cenderung
lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati murni.
Untuk unggas, terutama ayam, beberapa jenis lemak yang disarankan dalam pakan mereka
adalah sebagai berikut:
Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acids): Lemak jenuh adalah sumber energi yang penting
untuk unggas. Ini termasuk asam lemak seperti asam laurat, asam miristat, dan asam palmitat.
Lemak jenuh membantu dalam pembentukan membran sel dan merupakan sumber energi
yang mudah digunakan.
Asam lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acids): Asam lemak tak jenuh
tunggal seperti asam oleat ditemukan dalam minyak zaitun, minyak biji anggur, dan minyak
kanola. Lemak ini memiliki efek positif pada kesehatan jantung dan membantu menjaga
elastisitas membran sel.
Asam lemak tak jenuh ganda (Polyunsaturated Fatty Acids): Unggas membutuhkan asam
lemak tak jenuh ganda, terutama asam lemak omega-3 dan omega-6. Asam lemak omega-3
dapat ditemukan dalam minyak ikan, sementara asam lemak omega-6 dapat ditemukan dalam
minyak biji bunga matahari, minyak jagung, dan minyak kedelai. Asam lemak tak jenuh
ganda membantu menjaga kesehatan sistem saraf, sistem pernapasan, dan sistem reproduksi
unggas
Lemak yang terlalu tinggi dalam pakan ruminansia dapat mengurangi nafsu makan, ganggu
pencernaan mikroba rumen, penurunan produksi susu, penurunan konversi pakan, dan
gangguan keseimbangan energi. Penting untuk memperhatikan komposisi pakan yang tepat
dan berkonsultasi dengan ahli nutrisi ternak.
Lemak Jenuh: Lemak jenuh, terutama asam lemak jenuh rantai panjang, memiliki potensi
lebih tinggi untuk meningkatkan risiko gangguan kesehatan pada ruminansia. Konsumsi
lemak jenuh yang berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya asidosis rumen, gangguan
metabolik, dan masalah kesehatan lainnya. Lemak jenuh juga cenderung memiliki efek
negatif pada kualitas susu dan penampilan reproduksi hewan.
Lemak Tak Jenuh: Lemak tak jenuh, terutama asam lemak tak jenuh tidak jenuh tunggal
(MUFA) dan tidak jenuh ganda (PUFA), cenderung lebih menguntungkan untuk ruminansia.
Lemak tak jenuh memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas lemak susu, meningkatkan
efisiensi pakan, dan membantu dalam pemeliharaan kesehatan yang baik. Asam lemak tak
jenuh esensial, seperti asam linoleat dan asam linolenat, juga penting untuk pertumbuhan dan
fungsi normal hewan.
Metabolisme ruminansia terjadi pada hewan seperti sapi, domba, dan kambing yang memiliki
sistem pencernaan empat kompartemen. Mereka menggunakan fermentasi mikroba dalam
rumen untuk mencerna serat kasar dan menghasilkan nutrisi seperti asam lemak volatil dan
protein mikroba.
Metabolisme nonruminansia terjadi pada hewan seperti babi, ayam, dan manusia yang
memiliki sistem pencernaan yang lebih sederhana. Mereka menggunakan enzim pencernaan
sendiri untuk mencerna nutrisi dalam bentuk yang lebih sederhana seperti karbohidrat,
protein, dan lemak.
Perbedaan utama adalah hewan ruminansia mengandalkan fermentasi mikroba dalam rumen,
sedangkan hewan nonruminansia mengandalkan enzim pencernaan sendiri. Ini mempengaruhi
komposisi pakan yang diberikan kepada keduanya.
Metabolisme pada unggas melibatkan sistem pencernaan yang efisien dengan lambung yang
relatif kecil. Mereka memiliki tingkat metabolisme tinggi dan efisiensi pemanfaatan pakan
yang baik. Untuk pertumbuhan, kesehatan, dan produksi yang baik, unggas membutuhkan
pakan dengan kandungan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang sesuai.
Faktor lingkungan seperti suhu dan stres juga mempengaruhi metabolisme unggas.
Perancangan pakan oleh ahli nutrisi ternak sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dan mendukung kesehatan serta kinerja unggas.