Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

Dengan sediaan natif (darah segar) dapat diamati bentuk sel darah ataupun mikroorganisme dalam darah. Rouleaux ialah suatu formasi eritrosit yang saling berdekatan satu sama lain membentuk deretan seperti deretan uang logam. Bentuk ini sering terlihat pada darah kuda, babi, anjing dan kucing yang sehat, sedang pada darah sapi, kambing, dan domba jarang terdapat. Mikroorganisme dalam darah juga dapat dilihat dalam darah natif, misalnya larva Dirofilaria immitis pada anjing, Trypanosoma pada vertebrata berenang di antara sel-sel darah. Dengan mewarnai sediaan apus darahdengan zat warna yang bersuasana asam dan basa, mis. Giemsa, Wright, Hematoksilin-eosin, maka sel-sel darah yang bersuasana asam akan berwarna merah, dan yang basa akan berwarna biru, atau biru keunguan. Oleh karena itulah dengan mikroskop dapat dilakukan penghitungan (prosentase) sel-sel darah putih. Tujuan dilakukannya

praktikum ini adalah untuk mempelajari, mengetahui, dan memahami Mengamati darah tanpa diproses lebih lanjut (sediaan natif) yaitu memperhatikan bentuk sel-sel darah eritrosit, leukosit), bentuk kerput (krenasi), berbaris-jajar (rouleaux), dan ada tidaknya mikroorganisme (parasit atau bakteria). mempelajari cara membuat sediaan apus, dan mengamati bentuk-bentuk sel darah dan putih, serta menghitung sel-sel darah putih (leukosit) II. Materi dan Metode Alat dan bahan Darah manusia dan antikoagulans NaCl fisiologis Cat giemsa Xylol dan metil alkohol atau methanol Metode : - natif : pengamatan secara mikroskopis langsung dengan mikroskop cahaya - apus : usapan pada obyek glass - identifikasi : dengan pengecatan Giemsa Buffer fosfat Kaca benda (obyec glass) dan penutup (cover glass Mikroskop dan minyak imersi

III. Tata kerja A. Sediaan natif darah Disediakan satu kaca benda yang bersih dari lemak dan diteteskan NaCl fisiologis 1/4 tetes di atasnya, kemudian ditesteskan darah 1/5 tetes (atau dengan batang korek api diambil darah. Diaduk dengan ujung pipet atau batang korek, setelah rata ditutup dengan kaca penutup. Meletakkan di bawah mikroskop (posisi mikroskop tidak boleh miring) dan meamati dengan pembesaran 10X, 250X dan 400X. Diperhatikan apa yang terlihat (menggambar sel darah merah dan putih 1-3 sel dan mikroorganisme bila ada) B. Sediaan apus darah a. Teknis pembuatan sediaan apus darah 1. Disiapkan dua gelas benda yang bersih dari lemak/minyak (dibersihkan dengan kertas tissue yang dibasahi dengan alkohol 70%) 2. Meneteskan darah dengan lidi di ujung kanan (1,5 cm dari tepi kanan) pada gelas benda 1, dan memegang gelas benda tersebut dengan ibu dan telunjuk jari tangan kiri pada kedua ujungnya. Kemudian gelas benda ke 2 dipegang dengan ibu dan telunjuk jari tangan kanan. Lalu salah satu ujung datar gelas benda ke-2 tersebut diletakkan pada sebelah kiri tetesan darah tadi membentuk sudut 30o ( makin besar sudut, makin tebal sidiaan apusnya). Seperti Gambar 1 dibawah ini.

3. Gelas benda ke-2 tersebut ditarik ke kanan sampai menyentuh tetesan darah, Di tunggu sampai darah merata keseluruh sudut gelas. Bila sudah rata segera dorong gelas ke-2 (gelas yang ditangan kanan) tersebut tanpa mengangkatnya, maka akan terbentuklah lapisan atau sediaan apus darah yang tipis. 4. Sediaan apus dikeringkan di udara bebas (atau kipas-kipaskan), lalu diwarnai dengan Giemsa.

I II

Gambar 1. Cara membuat sediaan apus darah b. Teknis pewarnaan Giemsa 1. Memaasukan/merendam atau meteteskan sediaan apus darah yang kering dengan metilalkohol untuk fiksasi selama 5 menit. 2. Mengangkat dan dikeringkan di udara (dikipas-kipaskan). Bila sudah kering ditaruh di atas rak bak pencuci, dan ditetesi dengan cat Giemsa sampai merata di atas apus darah, ditunggu 30 mnt. 3. Sediaan dicuci dengan air mengalir dari kran atau pipet sehingga cat Giemsanya bersih.

4. Mengeringkan di udara bebas (dikipas-kipaskan) atau bisa diisap dengan kertas tissu secara pelan dan hati-hati. Bila telah kering dapat dilihat dibawah mikroskop dengan kebesaran 1000X (apus darah ditetesi minyak imersi pakai llidi) C. Identifikasi Sel Darah Putih Menentukan salah satu leuksit dan mengamati secara seksama ciri-ciri sel tersebut yaitu a. Agranulosit = sel lebih besar daripada granulosit, meliputi - Limfosit : inti bulat, biru tua, ditengah, sitoplasma sedikit - Monosit : inti melekuk, biru tua, sitoplasma banyak b. Granulosit = sel lebih kecil daripada agranulosit, meliputi : - Neutrofil : granula netral, inti berlekuk/bersegmen (tua), seperti batang (muda) - Basofil : granula biru tua, inti berlekuk/bersegmen. - Eosinofil : granula kemerahan, inti berlekuk/bersegmen

III HASIL PENGAMATAN Sediaan Natif No Pengamatan 1 Butir darah : a. Merah (eritrosit) b. Putih (leukosit) 2 Sel lain (mis. keping darah, SRE) 3 Mikroorganisme (protozoa) Identifikasi butir darah putih Jenis Leukosit : 1. Agranulosit a. Limfosit b. Monosit 2. Granulosit a. Neutrofil Inti : Plasma : Inti : b. Basofil c. Eosinofil Plasma : Inti : Plasma : Inti : Plasma : Inti : Plasma : Gambar Keterangan

Gambar

IV. BAHASAN Praktikum histologi yang dilakukan dengan menggunakan darah manusia sebagai objeknya menghasilkan banyak perbedaan terhadap tiap tiap pengamatan yang dilakukan masing masing kelompok. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak factor, diantaranya sebagian kelompok objek darah yang digunakan terjadi menggumpalan sehingga menyulitkan pengamatan terhadap darah tersebut, kurang tipisnya objek darah yang digunakan pada praktikum sehingga sel darah terlihat bertumpuk dan menyebabkan sulitnya pengamatan yang di lakukan. Hal hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan pengamatan darah yang dilakukan saat paraktikum fisiologi darah.

V. SIMPULAN

Kesimpulan praktikum kali ini membuktikan bahwa darah terdiri dari bagian padat dan cair atau plasma darah. Bagian padat darah dapat diamati secara mikroskopik melalui mikroskop. Bagian padat darah yang dapat dilihat dengan mikroskop diantaranya adalah: 1. Se darah merah (erytrhosite) Mempunyai ciri : - tidak berinti Sel darah berbentuk bikonkaf Berwarna merah opaque

2. Sel darah putih ( leukosite ) Memiliki ciri : - memiliki inti. Berukuran lebih besar dari pada erytrhosite. Berwarana putih dengan inti ditengah. Bentuk tidak beraturan

Sel darah merah terbagi atas dua macam yaitu sel darah merah granulosite (bergranula) dan agranulosite(tidak bergranula). Granulosite terdiri atas neutrofil, basofil dan eusinofil. Agranulosite terdiri atas limfosit dan monosite. 3. Keping darah. Memiliki ciri : tidak berwarna berukuran sangat kecil

pada pengamatan praktikum fisiologi darah tidak diemukan adanya organisme atau bakteri pada objek darh tersebut.

KEPUSTAKAAN 1. Wiwi Isnaeni (2006). Fisiologi Hewan. Kaninus. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai