Anda di halaman 1dari 52

MENTORING BOOK PANDUAN PEMENTOR SMAN 1 PARUNG

MATERI MENTORING KELAS X BAB 1. TAWAZUN BAB 2. MAKNA BASMALLAH BAB 3. IKHLASSUNNIYAH BAB 4. MAKNA HAMDALAH BAB 5. PENTINGNYA AKHLAK ISLAMI BAB 6. BIRRUL WALIDAIN BAB 7. KEPRIBADIAN MUSLIM

TAWAZUN TUJUAN : Peserta memahami makna dan hakikat tawazun Peserta mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri manusia dan kebutuhan-kebutuhannya Peserta mengetahui contoh-contoh manusia yang tidak tawazun

RINCIAN BAHASAN Tawazun artinya seimbang. Allah telah mengisyaratkan agar kita hidup seimbang, sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan. (QS.67:3) Manusia dan agama Islam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah yang telah Allah tetapkan. Mustahil Allah menciptakan agama Islam untuk manusia yang tidak sesuai dengan fitrah tersebut (QS.30:30). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memilki naluri beragama (agama tauhid : al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits,"Tiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah (Islam) orangtuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi."). Sesuai dengan fitrah Allah,manusia memiliki tiga potensi, yaitu al-jasad (jasmani), al-aql (akal), dan ar-ruh (ruhani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS.55:7-9. Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing, yaitu sbb : 1. Jasmani Jasmani atau fisik adalah amanah dari Allah swt,karena itu harus kita jaga . Dalam sebuah hadits dikatakan ,"Mu'min yang kuat itu lebih baik atau disukai Allah daripada mu'min yang lemah."(HR.Muslim), maka jasmani pun harus dipenuhi kebutuhannya agar menjadi kuat. Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halalan thoyyiban (halal dan baik) (QS.80:24,2:168), beristirahat (QS.78:9), kebutuhan biologis (QS.30:20-21) dan hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat. 2. Akal Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenali hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardhi (wakil Allah di atas bumi) (QS.2:30;33:72). Kebutuhan akal adalah ilmu (QS.3:190) untuk pemenuhan sarana kehidupannya. 3. Ruh (hati) Kebutuhannya adalah dzikrullah (QS.13:28;62:9-10). Pemenuhan kebutuhan ruhani sangat penting, agar ruh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya. Dengan keseimbangan, manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan ni'mat Allah, karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala ketawazunan akan menempatkan umat Islam menjadi umat pertengahan / ummatan wasathon (QS.2:143), yaitu umat yang seimbang. Kebahagiaan pada diri manusia itu dapat berupa: Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa (QS.13:28) Kebahagiaan dzahir/gerak, dalam bentuk kesetabilan, ketenangan ibadah, bekerja dan aktivitas lainnya. Dengan menyeimbangkan dirinya, maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri ni'mat Allah. Hamba/manusia seperti inilah yang disebut manusia seutuhnya.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar). Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani/materi saja. Manusia Pantheis (kebatinan): bersandar pada hati/batinnya saja.

DISKUSI 1. Banyak artis yang hidup dengan kemewahan, namun akhirnya dia mati bunuh diri akibat over dosis obat-obatan terlarang (NAZA). Menurut kamu, apa sebenarnya arti kebahagiaan itu? 2. Sejujurnya, apakah kamu selama ini sudah hidup seimbang? 3. Coba diskusikan dengan temanmu, usaha-usaha apa saja yang sudah dan akan kamu lakukan agar hidup kamu seimbang?

REFERENSI Al-Qadiry, Seimbanglah dalam Beragama,Jakarta:GIP

MAKNA BASMALLAH TUJUAN : Peserta memahami makna Bismillah Peserta memahami makna ar-Rahman dan ar-Rohim Peserta mengetahui pengaruh membaca basmalah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh

RINCIAN BAHASAN Ayat Basmalah termasuk dalam surat al-Fatihah. Hadits, dari ad-Da'ru Quthni dari Abu Hurairah ra., ia berkata Rasulullah saw bersabda, "Jika kalian membaca surat al-Fatihah, hendaklah kalian membaca bismillahirrohmanirrohim, karena ia termasuk ke dalam surat al-Fatihah. Sedangkan surat al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat, dan bismillahhirrohmanirohim termasuk ke dalam salah satu ayatnya." Makna Bismillah Preposisi "Bi" = aku memulai Al-Ism = nama,menunjuk pada sesuatu/person yang dinamai Allah = nama Tuhan, berasal dari kata al-Illah Bismillah memiliki dua makna 1. Sebagai kalimat IZIN Bismillah bukan sebagai penukar kenikmatan, contohnya makan nasi dengan membaca bismillah akan sama ni'matnya dengan makan nasi tanpa membaca bismillah, tapi bismillah merupakan kalimat izin bagi hamba Allah yang merasa hidupnya hanya sekadar "numpang", karena sesungguhnya semua yang ada di atas dunia ini milik Allah dan manusia diberi kenikmatan untuk memakai fasilitas Allah tsb. 2. Sebagai kalimat PENGAKUAN OTORITAS Yaitu pengakuan otoritas bagi hamba Allah yang menyadari bahwa sesungguhnya yang memiliki wewenang/otoritas hanyalah Allah.Manusia hanya sebagai wakil Allah dimuka bumi ini, bukan sebagai penguasa. Bila seseorang mengucapkan bismilhirohmanirohim ia telah menandai kehambaannya dengan nama Allah, ia mengokohkan jiwanya - yang dinisbahkan kepada hakikat kehambaan - dengan salah satu dari tanda-tanda Allah. Makna ar-Rahman Ar-Rahman (Maha Pengasih), merupakan rahmat Allah dalam bentuk sarana hidup. Dilihat dari segi etimologisnya, ar-Rahman berwazan "fa'laan" yang menunjukkan banyak. Oleh karena itu rahmat Allah yang berupa sarana hidup ini diberikan untuk semua makhluk di alam semesta (rahmatan lil'alamiin) baik manusia maupun binatang, baik muslim maupun kafir. Makna ini digunakan dalam al-Quran (QS.20:5;19:75). Makna ar-Rahim Ar-Rahim: Maha Penyayang merupakan rahmat Allah dalam bentuk petunjuk hidup. Dilihat dari segi bahasanya, ar-Rahim berwazan (berpola) "fa'iil" yang menunjuk ketetapan dan kekekalan. ArRahim berupa rahmat Allah dalam bentuk petunjuk hidup, diberikan hanya untuk orang-orang yang beriman, menunjukkan keni'matan yang terus-menerus dan kekal. Dalam al-Quran makna ar-Rahim seperti terdapat pada QS.33:43;9:117. Ar-Rahman dan ar-Rahim Allah berikan bersama-sama kepada hamba-hambaNya sesuai pengucapannya yang utuh dan lengkap (selalu bismilahirohmanirohim). Allah telah memberikan kepada manusia selain sarana hidup juga petunjuk hidup (hidayah). Tinggal manusia yang berusaha menggapai petunjuk hidup (hidayah) tersebut. Fenomena sekarang, manusia umumnya menikmati sarana hidup tapi lupa/ mencampakkan petunjuk hidup yang berharga.Manusia lupa, siapa yang memberikan sarana hidup tersebut, manusia menganggapnya semata-mata atas usaha mereka, padahal semua sarana hidup tersebut Allah berikan gratis dan bersifat menyeluruh.

Rasulullah menerangkan keutamaan seseorang yang mengucapkan basmalah dalam HR.Abu Daud dan dihasankan oleh Ibnu Shalah : "Setiap urusan yang baik yang tidak diawali dengan bismilahirrohmanirrohim maka tidak akan mendapat barokah." Bila pengucapan basmalah dilakukan dengan sadar dan sungguh-sungguh akan menghasilkan tiga kebaikan,yaitu: 1. Akan terjaga dari syaitan, karena dengan menyebut nama Allah akan mendorong seorang mu'min mempertimbangkan apakah ia dibenarkan mengkaitkan nama Allah dengan niat dan perbuatan yang buruk. 2. Dengan menyebut nama Allah akan timbul pada dirinya sikap yang benar dan membawa dirinya ke arah yang benar. 3. Orang tersebut akan menerima pertolongan dan ridho Allah dan akan dilindungi dari godaan syaitan, karena Allah menerima perbuatan seorang mu'min bila ia beribadah kepada-Nya.

DISKUSI Sebelum mengerjakan soal-soal ulangan fisika, Rahmat mengucapkan basmalah. Namun ketika menemukan soal yang sulit ia mencontek ke teman sebangkunya. Bagaimana menurutmu terhadap tindakan Rahmat tersebut?

REFERENSI Paket BP Nurul Fikri, Setetes Basmalah dan Hamdalah Hasan Al-Bana, Kunci memahami Al Quran

IKHLASSUNNIYAH TUJUAN : Peserta memahami makna ikhlassunniyah baik secara bahasa maupun istilah Peserta memahami pentingnya ikhlassunniyah dalam beramal Peserta mengetahui cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas

RINCIAN BAHASAN Secara bahasa ikhlas berasal dari kata khalasha yang berarti bersih/murni. Sedangkan niat berarti al-qoshdu artinya, maksud atau tujuan. Ikhlassunniyah berarti membersihkan maksud dan motivasi kepada Allah dari maksud dan niat lain. Hanya mengkhususkan Allah azza wajalla sebagai tujuan dalam berbuat. Allah telah memerintahkan kita untuk ikhlas dalam beramal dan beribadah kepadanya seperti yang tercantum dalam QS.98:5; 7:29; 18:110. Pentingnya Ikhlassunniyah 1. Merupakan ruhnya amal karena seperti badan yang tidak ada ruhnya, maka tanpa ikhlas amal; sebagus apapun tidak ada artinya. 2. Salah satu syarat diterimanya amal."Allah azza wajalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhoannya semata"(HR.Abu Daud dan Nasai) 3. Syarat diterimanya amal atau perbuatan: Bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya Ikhlas dalam berniat Sesuai dengan syariat Islam(al-Qur'an dan Sunnah) 4. Penentu nilai/kualitas suatu amal (QS.4:125),"Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrah menuju ridho Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah kepada dunia (harta atau kemegahan dunia) atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya."(HR.Bukhari- Muslim) 5. Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah (QS.2:262; 4:145-146). Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas 1. Mengetahui arti keikhlasan dan urgensinya dalam beramal 2. Menambah pengetahuan tentang Allah swt dan hari kiamat. Dengan mengetahui ilmu tentangNya, maka seseoang mengenal Allah swt dengan sebenar-benarnya tentulah tidak akan berani berbuat syirik (menyekutukan Allah dengan selain-Nya di dalam niatnya). Ia juga akan mempertimbangkan amal-amalnya dan balasannya nanti di akhirat. 3. Memperbanyak membaca/berinteraksi dengan al-Qur'an, karena al-Quran adalah penyembuh dari segala penyakit dalam dada (QS.10:57) termasuk penyakit riya, ujub, dan sum'ah. 4. Memperbanyak amal-amal rahasia, sehingga kita terbiasa untuk beramal karena Allah semata tanpa diketahui orang lain. 5. Menghindari / mengurangi saling memuji, karena dengan pujian terkadang orang jadi lalai hatinya dan menjadi sombong. 6. Berdoa, dengan tujuan agar selalu diberi keikhlasan dan dijauhi dari syirik. Doa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw : "Allahumma innii a'udzubika annusyrikabika syaian a'lamuhu wa astaghfiruka lima laa a'lamuhu." (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari syirik kepadaMu dalam perbuatan yang aku lakukan dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak aku ketahui.) DISKUSI Suatu ketika di sebuah kereta, Amin akan memberikan infaq kepada pengurus masjid yang mengumpulkannya lewat kotak-kotak yang disodorkan kepada para penumpang. Ketika kotak itu hampir mendekati tempat duduknya, ia mengurungkan niatnya memberikan infaq, karena takut riya kepada orang-orang di sekitarnya. Bagaimana menurut pendapatmu? Tepatkah yang dilakukan Amin tersebut?

REFERENSI Imam al-Ghazali,Ibnu Razab al-Hambali,dan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah,Pembersih Jiwa, Pustaka. Ibnu Taimiyah, Etika beramar ma'ruf nahi munkar,GIP. Panduan Aktivis Harokah,hal.42,al-ummah.

"Meninggalkan AMAL karena manusia adalah riya. Beramal karena manusia adalah syirik. IKHLAS beramal adalah yang selamat dari keduanya." (Fudhail bin 'Iyadh)

MAKNA HAMDALAH TUJUAN Peserta memahami makna alhamdulilah dan robbul 'alamin Peserta dapat mengaplikasikan pemahamannya dalam kehidupannya

RINCIAN BAHASAN Makna alhamdulillah Alhamdu = pujian terhadap suatu kebaikan yang didasari oleh ikhtiar. Allah memiliki prestasi yang tak mungkin disamai oleh manusia.Allah SWT dipuji atas keindahan nama-nama-Nya dan kebaikan perbuatan-Nya. Dalam Al-Qur'an pujian terhadap Allah seperti dalam QS.14:39; 27:15,93. Alasan Allah dipuji: - Allah Maha Pembuat prestasi (QS.40:62) - Allah Maha Indah dalam nama-nama-Nya (QS.20:8; 7:180) - Allah Maha Baik dalam perbuatan-Nya (QS.32:7) - Allah Mencipta segala sesuatu berdasarkan pengetahuan dan kehendak-Nya (QS.20:111) Makna Rabbul alamin Rabb = Pemilik yang mengatur urusan hamba-Nya Al-'Alamin = Apa yang diketahui, berarti alam manusia dan jin dan kelompok-kelompok mereka (QS.7:80;3:42) Sekurang-kurangnya harus ada empat kata sekaligus untuk dapat menerjemahkan Rabb secara tepat dan sempurna yaitu: 1. Allah sebagai Pencipta (QS.2:164) Manusia tidak mencipta, ia hanya merekayasa, membuat dan menyusun. Manusia membuat sesuatu karena diilhami oleh fenomena ciptaan Allah, contoh: helikopter yang diilhami oleh capung, sistem radar yang diilhami cara kelelawar terbang di gua yang gelap. Sekalipun ia merekayasa atau menyusun bentuk baru pasti bahan bakunya diambil dari ciptaan Allah juga. Allah sebagai Pencipta menantang manusia untuk menciptakan lalat dalam QS.15:73. 2. Allah sebagai Pemilik (QS.14:2) Siapa yang mencipta pasti memiliki. Aksioma ini tidak berlaku bagi manusia, tetapi berlaku mutlak bagi Allah SWT, karena Allah SWT mencipta atas irodat dan kehendak-Nya sendiri. Allah pencipta dan otomatis Allah sebagai pemiliknya. 3. Allah sebagai Pemelihara (QS.15:9) Allah memiliki sesuatu yang Ia ciptakan sendiri oleh karena itu Ia tidak akan lalai untuk menjaga dan memeliharanya. 4. Allah sebagai Penguasa (QS.15:16-27) Allah adalah sebagai pencipta, pemilik,dan sekaligus pemelihara atas alam semesta ini, tentu saja Dia adalah penguasa mutlak atas semua yang ada di dalamnya. Apabila ada satu saja urusan atau aturan yang dilakukan atau diberlakukan oleh manusia secara nyata-nyata bertentangan dengan aturan-Nya, berarti manusia telah subversif kepada-Nya.Na'udzubillahi min dzaalika!

DISKUSI Bagaimana cara lain - selain mengucapkan hamdalah - untuk memuji Allah?

REFERENSI Paket BP Nurul Fikri, Setetes Basmalah dan Hamdalah dalam Lautan al-Fatihah Allamah,Thabathaba'i Tafsir Al-Mizan, Mengupas Surat Al-fatihah, CV.Firdaus

"Tidak akan masuk syurga,orang yang ada dalam hatinya sedikit sikap takabur. Shahabat bertanya : 'Bagaimana seandainya seseorang ingin memakai baju yang indah dan sepatu yang bagus?' Nabi menjawab: "Sesungguhnya Allah itu indah dan suka kepada keindahan. Takabur ialah menolak kebenaran (haq) dan menganiaya orang lain (merendahkannya)" (HR.Muslim)

PENTINGNYA AKHLAK ISLAMI TUJUAN Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta

memahami makna akhlak mengetahui sumber akhlak Islam mengetahui faktor-faktor pembentuk akhlak memahami pentingnya akhlak Islami mengetahui cara membentuk akhlak mulia

RINCIAN BAHASAN Definisi Akhlak Allah adalah Khalik yang menciptakan segala sesuatu di luar diri-Nya. Sedangkan segala sesuatu yang diciptakan-Nya disebut makhluk. Manusia dan segala sesuatu yang menyertainya adalah juga makhluk. Sekarang akhlak. Apakah akhlak itu? Jawabannya mudah : Akhlak ialah semua tingkah laku dan gerak-gerik makhluk dan yang dimaksud makhluk di sini (telah dipersempit) ialah manusia (hanya menyangkut tingkah laku manusia saja). Sumber Akhlak Islam Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang muslim adalah al-Qur'an dan as-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan al-Qur'an dan as-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menjadikan al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang datang dari Allah SWT. Faktor-faktor Pembentuk Akhlak 1. Al-Wiratsiyyah (Genetik) Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara "keras", tetapi hal ini bukan melegitimasi seorang muslim untuk berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya. 2. An-Nafsiyyah (Psikologis) Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits). Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda dengan keluarga yang orangtuanya lengkap. 3. Syari'ah Ijtima'iyyah (Sosial) Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang. 4. Al-Qiyam (Nilai Islami) Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami.Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah. Pentingnya Akhlak Islami Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah. "Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur aqidahnya."(HR.Tirmidi). "Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya."(HR.Thabrani, Ahmad dan Abu Ya'la)

Akhlak adalah buah ibadah "Sesungguhnya shalat itu mencegah orang melakukan perbuatan keji dan munkar" (QS. 29:45) Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat "Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaknya" (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi) Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT. "Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya"(Muttafaq 'alaih). Cara Mencapai Akhlak Mulia 1. Menjadikan iman sebagai pondasi dan sumber Iman artinya percaya yaitu percaya bahwa Allah selalu melihat segala perbuatan manusia. Bila melakukan perbuatan baik, balasannya akan menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap menanti. Hal ini akan melibatkan iman kepada Hari Akhir. Akhlak yang baik akan dibalas dengan syurga dan kenikmatannya (QS. 55:12-37). Begitu pula dengan akhlak yang buruk akan disiksa di neraka (QS. 22:19-22). 2. Pendekatan secara langsung Artinya melaui al-Qur'an.Sebagai seorang muslim harus menerima al-Qur'an secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apapun yang tertera di dalamnya wajib diikuti. Misalnya, al-Qur'an melarang untuk saling berburuk sangka (QS. 49:12), menyuruh memenuhi janji (QS. 23:8), dsb. 3. Pendekatan tidak secara langsung Yaitu dengan upaya mempelajari pengalaman masa lalu, yakni agar kejadian-kejadian malapetaka yang telah terjadi tak akan terulangi lagi di masa kini dan yang akan datang. Dari hal di atas, intinya adalah latihan dan kesungguhan. Latihan artinya berusaha mengulang-ulang perbuatan yang akan dijadikan kebiasaan. Kemudian bersungguh-sungguh berkaitan dengan motivasi. Motivasi yang terbaik dan paling potensial adalah karena ingin memenuhi perintah Allah dan takut siksa-Nya.

DISKUSI Bagaimana menurutmu bila ada orang yang mengatakan bahwa ada pacaran Islami. Apakah pacaran Islami sesuai dengan akhlak Islam?

REFERENSI Ziyad Abbas (ed.), Pilihan Hadits Politik, Ekonomi dan sosial, Pustaka Panjimas Dr. Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim?,hal 24-28, GIP Muna Hadad Yakan, Hati-hati terhadap Media yang Merusak Anak, hal. 38-40, GIP Isnet "Urgensi Akhlak 1" Materi Diskusi Mentoring KARISMA, Akhlak

BIRRUL WALIDAIN TUJUAN Peserta memahami pentingnya berbakti kepada orang tua sebagai bagian dari ibadah Peserta mengetahui contoh-contoh praktis berbakti kepada orang tua dalam kehidupan seharihari.

RINCIAN BAHASAN Pengertian Birrul Walidain Berbuat baik terhadap orang tua (birrul walidain) adalah memberi kebaikan atau berkhidmat kepada keduanya serta mentaati perintahnya (kecuali yang ma'siat) dan mendoa'kannya apabila keduanya telah wafat. Ibu dan Bapak sebagai orang tua sudah selayaknya mendapatkan kebaikan dan penghormatan dari anaknya. Islam sangat perhatian mengenai masalah ini, sebagaimana sangat jelas ditegaskan dalam firman Allah yang berbunyi: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepadaKu sajalah tempat kamu kembali" (QS.31:15). Juga dapat dilihat dalam surat 4:36 Jelaslah bahwa Birrul Walidain adalah kewajiban setiap anak dalam kerangka ta'at kepada perintah Allah. Bentuk-bentuk Birrul Walidain Berbuat baik kepada orang tua dapat dilakukan dalam dua kesempatan: Saat orang tua masih hidup: Mentaati selama bukan maksiat. Hadits Rasulullah: "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka maksiat kepada Allah". Contoh: Kisah Sa'ad bin Abi Waqosh. Bersikap rendah hati dan berbicara lemah lembut (QS.17:23) Memohonkan ampunan baginya kepada Allah (mendoa'kan) (QS.17:24) Membantu dengan harta Memintakan restunya terlebih dahulu atas perbuatan penting yang akn dilakukan. Hadits Rasulullah: "Ridho Allah ada dalam Ridho orang tua, Murka Allah juga ada dalam Murkanya orang tua". Saat orang tua telah wafat: Menyelenggarakan pengurusan jenazahnya seperti: memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya dan menguburkannya,dsb. Senantiasa berdo'a untuk memohonkan ampun atas segala dosanya. Memenuhi segala janjinya semasa hidup yang belum terlaksana seperti: wasiat, hutang piutang, dll. Menghormati teman dan sahabat orang tua semasa keduanya masih hidup. Rasulullah Muhammad S.A.W bersabda : " Seorang laki-laki dari golongan Anshar mendatangi Rasulullah , lalu bertanya : 'Apakah yang tinggal bagiku untuk dapat berbuat kebaikan terhadap Ibu-Bapakku setelah mereka meninggal ya Rasulullah ? Rasul menjawab : 'Ada 4 macam yang dapat anda lakukan : menshalatkannya, memohonkan ampun segala dosanya, memenuhi janjinya dan juga menghormati teman dan sahabatnya. (HR. Muslim) Dari kisah-kisah yang telah lalu banyak peristiwa yang dapat dijadikan tauladan atau i'tibar tentang bagaimana orang-orang yang baik terhadap orang tuanya dan bagaimana pula sebaliknya orang yang durhaka. Tauladan yang baik misalnya kisah-kisah nabi Ibrahim, nabi Ismail, dll. Sebaliknya bagaimana pula akibat buruk yang ditimpakan kepada anak yang durhaka , seperti

Abdullah bin Salam, dll.

DISKUSI Fitri seorang muslimah. Ketika masuk SMA ia ingin mengenakan busana muslimah yang sempurna. Namun dilarang oleh orang tuanya dengan alasan akan sulit mendapatkan jodoh, pekerjaan. Menurutmu bagaimana sikap Fitri sebaiknya, apakah dia tetap mengenakan busana muslimah atau menurut kata orang tuanya ? Agung seorang muslim tetapi mempunyai ibu dan ayah yang beragama Nasrani. Suatu saat Agung diminta orang tuanya mengikuti Natalan bersama. Menurutmu bagaimana sikap Agung seharusnya?

REFERENSI Ansyur, Ahmad Isa. Berbakti kepada Ibu Bapak, GIP

KEPRIBADIAN MUSLIM 1. Aqidah yang lurus dan benar Inilah karakter paling urgent yang harus dimiliki seorang muslim. Aqidah adalah landasan paling utama dalam aktifitas setiap muslim. Dengan aqidah yang lurus, seseorang akan menjadi orang yang optimis dalam hidupnya. Karena dirinya meyakini dan bisa merasakan kehadiran Allah dalam setiap aktivitasnya. Tak perlulah pergi ke dukun, paranormal (atau para tidak normal), orang pintar dan yang sejenisnya. Muslim yang beraqidah lurus tidak akan berdoa kecuali kepada Allah saja. Kuburan, pohon keramat, batu sakti sama sekali tak ada dalam pikirannya. Mereka juga meyakini bahwa usaha merekalah penentu keberhasilan atau kegagalan tentu dengan seizing Allah. Ramalan bintang, ramalan tangan, shio, dll adalah hal konyol yang sama sekali tidak boleh kita percayai. Aqidah yang lurus juga akan menjaga keimanan seorang muslim dari berbagai iming-iming baik materi atau kedudukan untuk menanggalkan keislamannya. Imannya kokoh hingga di akhir hayatnya. 2. Kedua, Ibadahnya benar Seorang selalu menjaga niatnya dalam ibadah. Bukan untuk disanjung atau supaya kelihatan sholeh. Tujuannya hanya Allah saja. Ibadahnya juga ibadah sebagaimana dituntunkan oleh Rasulullah saw. Tidak mengarang-mengarang sendiri kasus yang pernah kita dengar, seperti sholat dengan bahasa Indonesia atau baca sambil diartikan. Muslim idaman juga menjaga agar semua kewajiban-kewajiban terpenuhi. Shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat dan haji adalah ibadah-ibadh pokok dan wajib dalam islam. Tak cukup yang wajib saja, yang sunah pun tidak ketinggalan seperti puasa senin kamis, sholat tahajjud, sholat dhuha, dsb. 3. Berakhlak mulia Dia adalah teman yang baik terhadap temannya yang lain. Dia adalah seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Dia adalah orang yang selalu menghias diri dengan senyum, salam, sapa, dan santun. Tutur bicaranya selalu halus dan tidak menyakiti. Dia adalah orang yang dermawan, tawadhu dan selalu membut orang lain bahagia. Dialah muslim idaman. 4. Wawasannya luas dan cerdas Seorang muslim haruslah cerdas. Bisa baca Al Quran dengan baik, jadi juara kelas, memahami ilmu-ilmu agama, mengikuti berbagai perkembangan informasi, dan yang penting lagi, tidak gaptek. 5. Pandai menjaga waktu Waktu adalah pedang. Waktu adalah emas. Waktu adalah ilmu. Begitulah peribahasa yang menunjukkan pentingnya waktu. bahkan, Allah dalam surat al-Ashr bersumpah atas nama waktu. Ini adalah sebuah sinyal seorang muslim adalah mereka yang bisa memanfaatkan waktunya dengan baik. Selalu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat di tiap detiknya. Tidak membuangnya untuk aktifitas sia-sia, apalagi aktifitas yang membuat Allah murka. 6. Manajemen hidupnya teratur Hidup seorang muslim sejati selalu teratur, terencana, dan berjalan by planning. Bukan asal mengalir saja. Aktifitasnya diatur dengan baik. Rumahnya juga teratur. Kamarnya tidak berantakan. Dia juga bisa bekerja dalam tim, mengorganisir sebuah organisasi, dan mengelola kerja bersama. Pokoknya, semua dimanage dengan baik. 7. Entrepreneur Yang di maksud di sini bukan berarti harus jadi pengusaha besar. Tapi, entrepreneur di sini lebih pada kemandirian ekonomi. Seorang muslim (laki-laki) yang sudah baligh, maka seluruh kebutuhannya menjadi tanggungnnya sendiri. Kalaupun orang tua masih memberikan biaya

hidupnya, maka itu sedekah dari orang tua. Maka dari itu, walaupun penghasilannya belum besar tetap harus belajar dan berusaha memenuhi kebutuhan finansialnya sendiri. 8. Mampu mengendalikan hawa nafsu Nabi Yusuf adalah fenomenal dalam hal ini. Siapa yang kuat, digoda oleh istri raja yang cantik, masih gadis (ternyata Zulaikha belum pernah disentuh sang raja), di dalam ruangan yang tak seorang pun tahu. Tapi, kekuatan iman membuat nabi yusuf yang saat itu juga masih bujang berontak dan menghindarkan diri dari Zulaikha. Nah, seorang muslim idaman adalah yang mampu menjaga nafsunya yang senantiasa menyuruh pada keburukan. 9. Bugar fisiknya Ini juga tak kalah penting. Seorang muslim idaman dilarang sakit-sakitan. Dia adalah seorang yang menjaga makanannya agar selalu halal, thoyyib, dan secukupnya. Mempunyai agenda olahraga yang teratur. Kalau erlu, check up ke dokter secara berkala. Ingat, Rasulullah adalah orang yang sangat kuat bahkan mampu mengalahkan pegulat terbaik kala itu. 10. Bermanfaat bagi orang lain Setelah semua karakter di atas dimiliki oleh seorang muslim, maka dia diharapkan menjadi manusia yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain, pada lingkungan, dan pada semua hal yang bersifat kebaikan. Ingat, sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain. Bayangkan jika semua karakter itu ada pada diri kita? Luar biasa bukan!! Sudah cerdas, sholeh, orngnya baik, cakep, sehat, kaya, disukai banyak orang lagi. Mentoring kita adalah salah satu upaya untuk mencapai 10 karakter itu? Apakah mungkin? Sangat mungkin! Sekali lagi kita berkaca pada sejarah Rasulullah bagaimana membentuk sahabat pada kala itu. Asal kita ikuti prosesnya dengan baik maka Insya Allah akan terwujud. Mungkin bukan hari ini, atau sekali jadi. Tapi rasakan dan buktikan lima tahun atau sepuluh tahun lagi. Asal, sahabat semua mengikuti prosesnya dengan baik

ADAB BERGAUL DAN BERBUSANA ISLAMI

TUJUAN : Membentuk pribadi muslim dan muslimah yang baik dan beradab dalam pergaulan RINCIAN BAHASAN : Pergaulan Islami Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu bangunan yang kokoh dan saling mendukung antar bagiannya. Pergaulan sesama muslim dibalut dengan ukhuwah islamiyah. Derajat-derajat ukhuwah islamiyah adalah: 1) salamatus shadr wal lisan wal yad, 2) yuhibbu liakhihi maa yuhibbu linafsih, dan 3) iitsaar. Ada banyak hak saudara kita atas diri kita, diantaranya sebagaimana dalam hadits Nabi: 1) jika diberi salam hendaknya menjawab, 2) jika ada yang bersin hendaknya kita doakan, 3) jika diundang hendaknya menghadirinya, 4) jika ada yang sakit hendaknya kita jenguk, 5) jika ada yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke pemakamannya, 6) jika dimintai nasihat hendaknya kita memberikannya. Juga: tidak meng-ghibah saudara kita, tidak memfitnahnya, tidak menyebarkan aibnya, berusaha membantu dan meringankan bebannya, dan sebagainya. Jika kamu mencintai saudaramu, ungkapkan. Hadiah juga bisa menumbuhkan rasa cinta diantara kita.Jangan mudah mengkafirkan sesama muslim kecuali jika ada sebab yang benar-benar jelas dan jelas. Bersikap santun dan lemah lembut kepada ibu dan bapak, terutama jika telah lanjut usianya. Jangan berkata uff kepada keduanya. Terhadap keluarga, hendaknya kita senantiasa saling mengingatkan untuk tetap taat kepada ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah melakukannya kepada Ahlu Bait. Dan Allah berfirman: Quu anfusakum wa ahliikum naara. Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang masih hidup di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.

Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya. Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat <49>:13) Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu taaruf, tafahum, dan taawun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan. Taaruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan taaruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang. Tafahum atau memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya. Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku (akhlakul majmumah). Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap taawun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain. Taaruf, tafahum , dan taawun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya. Adapun syarat-syarat persahabatan dalam Islam adalah sebagai berikut. 1.Kemurnian persahabatan dan memilih orang yang memenuhi kriteria a. Berakal sehat b.Beragama dengan benar c. Berakhlak terpuji

2.Menghindari persahabatan dengan orang bodoh dan orang fasik. 3.Ikhlas dalam persahabatan semata-mata untuk mencari ridho Allah. 4. Menyampaikan rasa cinta kepada sahabat karena Allah agar persahabatannya menjadi semakin erat. 5.Berkenalan sebelum bersahabat. 6.Memperlakukan sahabat seperti diri sendiri dalam cinta dan kebaikan. 7.Memperbanyaktawashul, saling menasihati, saling berbuat baik, dan saling berkunjung karena Allah. 8.Bersegera dalam menolong sahabat baik dengan diri maupun harta untuk melepaskan kesulitan yang menimpa sahabat. 9.Berlaku adil dalam mencintai, tidak berlebih-lebihan dalam memuji, bersikap wajar dalam bermuamalah, serta senantiasa menjunjung syariat dalam bermukholathoh. 10. Saling memberikan hadiah pada even-even tertentu. 11. Memulai sapaan dengan salam dan menjabat tangannya setiap kali bertemu. 12. Menghindari caci maki, ghibah, hasad, kebencian, dan buruk sangka. 13. Menjaga rahasia yang tersimpan dalam persahabatan dan tidak menyebarkannya. 14. Menunaikan hak-hak sahabat. Hak-hak sahabat itu sangat banyak. Seorang ulama mengatakan bahwa adabseseorang dengan saudaranya adalah tidak berburuk sangka, tidak menzhaliminya,mendoakannya, meminta doa darinya, bersabar dalam persahabatan Islam yang berorientasi (berpedoman/menilai) pada pendekatan presentatif (yang baik) dari kuratif (yang jelek/buruk), telah sejak dini mengantisipasi dan mengatur hubungan antara lelaki dan wanita agar tidak terjadi berbagai macam kejahatan seksual yang melemparkan manusia dalam jurang kehinaan. Maka Islam tidak mengenal istilah PACARAN?, sebab dalam pacaran biasanya terdiri dari hal-hal yang dimurkai/dilaknat oleh Syariat Islam dan petujuk Al-Quran dan As-Sunnah seperti: 1). Berkhayal/Zina Hati. Ingatan yang terus menerus, rasa rindu, dsb: menyebabkan pikiran dan perasaan disibukkan dengan urusan pacar (duniawi) akibatnya lupa untuk berdzikir pada Alloh Azza wa Jalla Rabb semesta alam Rasululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: Telah tertulis atas anak Adan nasibnya dari hal zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tidak dapat tidak. Zina dua mata adalah melihat, zina dua tangan adalah menyentuh, zina dua kaki adalah berjalan, zinanya hati adalah menginginkan dan berangan-angan dan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakan . (HR. Muslim dari Abu Hurairah dengan Sanad Shahih). 2). Memandang dengan bersyahwat. Hai Ali, janganlah sampai pandangan yang pertama di ikuti pandangan lagi. Sesungguhnya buatmu pertama, bukan yang kedua, dan dosa atas yang kedua . (HR. Abu dawud dengan Sanad Hasan Shahih). Islam menyuruh umatnya untuk menundukkan pandangan (godhul Bashor), karena berawal dari pandangan itulah biasanya ketertarikan muncul. Lihat QS. An-Nuur: 30-31. 3). Pembicaraan yang manja/dibuat-buat untuk merayu. Firman Alloh Azza wa Jalla: Jangan kalian rendahkan (merdukan) dalam berbicara, sebab akan tergoda orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit dan ucapkanlah kata-kata yang baik (biasa) . (QS. Al-Ahzab: 32). Kalaupun kesannya diam, tapi mengatur gerakan anggota tubuh,

sehingga membuat orang terpesona juga dilarang, yaitu dalam QS. An-Nuur: 30-31 yang artinya: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara pandangannya yang demikian itu ialah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Alloh Azza wa Jalla Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (30) . Janganlah hentakan kaki-kaki mereka (dengan maksud) agar supaya diketahui apa-apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka (31) . 4). Bersentuhan Menyentuh lawan jenis dengan sengaja dalam keadaan tidak darurat hukumnya haram. Rasululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: Sungguh, kepala salah seorang diantara kamu ditikam dengan jarum besi lebih baginya daripada ia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya . (HR. Tirmidzi dan Baihaqi dengan Sanad Hasan Shahih). 5). Memakai Parfum/Wangi-wangian. Hukumnya haram kecuali kepada Suami dan Mahramnya. Parfum merupakan sarana yang paling halus dalam menyebarkan maksiat. Bentuk tubuh atau kecantikan bisa disembunyikan namun dengan berparfum semerbak orang yang disekatnya dapat merasakan dan berkhayal jauh. Maka Syariat Islam melarang penggunaan parfum yang tidak pada tempatnya. Di ambil dari Fatwa Al-Imam Al-Allamah Syaikhuna Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahulloh. Rasululloh Muhammad ibnu Abdillah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: Siapapun wanita yang memakai parfum/wangi-wangian melewati sekumpulan laki-laki maka wanita itu adalah wanita yang sudah berzina (tuna susila/PSK). (HR. An-Nasai, Abu dawud, Tirmidzi dengan Sanad Jayyid). 6). Khalwat Khalwat ialah menyendiri atau bersepi-sepi dengan lawan yang bukan mahram. Rasululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallambersabda: Janganlah seorang laki-laki dan seorang perempuan bersepi-sepi, sebab Syaithan Laknatulloh Alaik menemaninya . Dan janganlah seorang diantra kami bersepi-sepi dengan seorang perempuan kecuali dengan disertai mahramnya . (HR. Muthafaqun Alaih yakni Imam Bukhari & Imam Muslim dengan Sanad Shahih). 7). Ikhtilat (Campur baur antara Pria (Ikhwan) dan Wanita (Akhwat)). Fatwa Lajnah Ad-Daimah, Kerajaan Saudi Arabia (KSA) dan Fatwa Al-Imam Al-Allamah Syaikhuna Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahulloh berpendapat bahwa Ikhtilat yaitu bercampur baurnya laki-laki dan perempuan dalam satu tempat yang memungkinkan saling satu sama lainnya. Serta menurut Ulama Salaf orang yang belum menikah dianjurkan (wajib) untuk bershaum (puasa) kalau melanggar dari norma-norma ajaran agama Islam maka haruslah didera 100 kali lalu diarak serta ditonton keliling kota/desa serta dilempar oleh batu hingga meninggal. 8). Memperlihatkan Aurat. Wanita diawajibkan menutup auratnya sesuai dengan QS. An-Nuur: 30-31 yang artinya: Dan hendaklah menutupkan kain ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka. 9). Berhias/Tabaruj Menurut Al-Allamah Syaikh Zamakhsyari Rahimahulloh, Tabaruj ialah memperlihatkan sesuatu yang seharusnya disembunyikan. Bis berupa gerakan, cara bicara, berdandan, dll. Firman Alloh Azza wa Jalla: Dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah dulu. (QS. Al-Adzhab: 33) 10). Homo Seks/Liwath.

Firman Alloh Azza wa Jalla: Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tercela. Barangsiapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas . (QS. Al-Muminun: 5-7). 11). Onani/Istimta Yaitu mencapai kepuasan seksual dengan menggunakan tangan. Jadi ini termasuk zina tangan. Supaya tidak melakukan Rasululloh mengingatkan dengan sebuah hadist yang artinya: Wahai sekalian pemuda, barangsiapa yang sudah mempunyai bekal untuk kawin maka kawinlah sebab itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan dan barangsiapa yang belum mampu maka berpuasalah itu sebagai pelindung baginya . (HR. Imam Bukhari & Imam Muslim). 12). Zina/hubungan Seks. Puncak petaka dari pacaran ialah adanya hubungan seks diluar nikah. Islam sejak dini telah melarangnya, bahkan untuk mendekatinya saja sudah dilarang. Alloh berfirman: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu ialah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk . (QS. Al-Isra: 32). Hukuman bagi sang pezina dalam Al-Quran sangat berat, yaitu didera seratus kali bagi yang belum menikah atau di rajam sampai mati bagi yang sudah menikah. 13). Tasyabuh (mengikuti budaya orang Kafir). Rasululloh Muhammad Ibnu Abdillah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: barangsiapa yang mengikuti suatu kaum, maka ia termasuk golongannya . (HR. Imam Muslim dengan sanad Shahih). Jadi intinya pacaran dalam kacamata Islam itu hukumnya haram dan melanggar norma-norma hukum Islam menurut metodelogi pemahaman Rasululloh dan para Ulama Salaf maupun Khalaf, yang sebagaimana mereka menerangkan bahwa pacaran itu bertasyabuh (mengikuti orang kafir-red) baik dalam berpakaian, tingkah laku serta bercampur baur antara laki-laki dan perempuan. Intinya lebih baik pemuda dan pemudi tersebut menikah dari pada berpacaran yang mana membawa kepada Laknat Alloh dan menjerumuskan kedalam jurang Neraka yang dhasyat. Sebagaimana dalam pernikahan itu dapat mengikuti Sunnah para Nabi dan Rasul serta Shahabatnya yang mulia. Dan hendaklah kita mulai sejak dini menjauhi mode orang kafir seperti: TV (Asalkan dipake untuk sarana Dakwah & Informasi Keislaman-red), Radio (Asalkan dipake untuk sarana Dakwah & Informasi Keislaman-red), Pakaian (Fashion) mode Kafir, Musik, dll. Tapi seharusnya wahai para pemuda dan pemudi banggaan umat Islam marilah engkau pelajari Ilmu Islam dengan benar dan mengikut kajian/taklim bernuansa Islam yang di dalamnya mengajak kita untuk memahami aspek-aspek agama Islam yang lurus agar membawa umat Islam untuk mendapatkan Negara dan Bangsa yang Baldathun Thoyibathun Warrabun Ghofur bila pemuda dan pemudinya kembali kepada jalan yang lurus (Syirothol Musthaqiem) yang diridhoi oleh Alloh Tabarokta wa Taala Rabb semesta alam. Amien. 14). Khotimah (Penjelasan). Pacaran berbagai bentuk pergaulan lawan jenis yang campur baur adalah budaya barat (kafir) dan tidak dikenal dalam Al-Islam. Dien (Agama) kita yang sempurna (dibanding agama lainnya-red) telah mengatur dengan jelas dan gambling (gampang tidak sulit) tentang rambu-rambu pergaulan dengan lawan jenis, untuk mencegah berbagai kekejian (zina, perkosaan, homoseks, lesbian, dan pelecehan seksual). Dalam memilih pasangan hidup marilah kita senantiasa berkhusnudzon pada Alloh Tabarokta wa Taala Rabb semesta alam. Bahwa Alloh akan memberikan pasangan yang baik apabila kita juga harus berusaha memperbaiki diri. Alloh Tabarokta wa Taala berfirman: Wanita yang keji ialah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji ialah hanya untuk wanita yang keji (pula) dan wanita yang baik ialah untuk lakilaki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik mereka yang dituduh itu bersih dari

apa yang dituduhkan bagi mereka, itulah ampunan dan rejeki yang mulia (baik).(QS. An-Nuur: 26). Maka langkah yang pertama dan utama yang harus kita kerjkan sekarang ialah Ibda binafsika (mulailah dari dirimu sendiri) bukannya sibuk menengok kanan-kiri mencar pasangan (pacar). Beberapa Adab yang Mesti Diperhatikan dalam Pergaulan dengan Lawan Jenis (Yang Bukan Mahrom) Pertama, menjauhi segala sarana menuju zina Allah Taala berfirman,

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.(QS. Al Isro [17] : 32 Kedua, selalu menutup aurat Allah Taala berfirman,

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mumin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59) Ketiga, saling menundukkan pandangan Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Taala berfirman,

Katakanlah kepada laki laki yang beriman :Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An Nuur [24] : 30 ) Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman,

Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya (QS. An Nuur [24] : 31) Keempat, tidak berdua-duaan Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya. (HR. Bukhari, no. 5233) Kelima, menghindari bersentuhan dengan lawan jenis

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu , Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian. (HR. Muslim no. 6925) Keenam, tidak melembutkan suara di hadapan lawan jenis Allah Taala berfirman,

Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu melembutkan pembicaraan sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit (syahwat) dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (QS. Al Ahzab: 32). Perintah ini berlaku bukan hanya untuk istri-istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam, namun juga berlaku untuk wanita muslimah lainnya. Just for akhwat (yang ikhwan ga usah dikasih, sekedar pengetahuan aja, mentee tidak usah diberi materi ini Seorang wanita muslimah, memiliki batasan hijab yang juga membatasi segala aktivitasnya agar terlindungi dari maksiat dan kerusakan. Hijab, bukan sekadar lembaran pakaian yang menutup aurat seorang wanita muslimah, namun juga lembaran ketakwaan yang membatasi segala gerak-gerik, ucapan dan perilaku wanita muslimah. Berkomunikasi dengan lawan jenis, boleh-boleh saja, asalkan hanya dalam batas yang memang diperlukan. Jangankan dengan lawan jenis, dalam segala hal saja, Umar bin Al-Khaththab pernah mengatakan, Ucapan itu hanya ada empat, selain itu cuma sampah belaka. Pertama, membaca Al-Quran. Kedua, membaca hadits-hadits nabi. Ketiga, membaca ucapan-ucapan penuh hikmat dari para ulama. Keempat, berbicara hal yang penting, dalam soal keduniaan. Itu, bagi setiap muslim dan muslimah. Tidak layak seorang muslim atau muslimah mengobrol dalam soal-soal keseharian secara berlebihan, karena semua itu ibarat sampah yang seringkali mengandung kotoran dosa dan maksiat. Apalagi, antara seorang muslimah dengan seorang muslim, yang harus saling menjaga kehormatan masing-masing. Memang, berbicara dengan lawan jenis diperbolehkan. Tapi para ulama, memberikan beberapa rambu, sesuai dengan berbagai nash dalam syariat yang ada. Menahan Pandangan Allah berfirman, Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya (An-Nur: 30-31)

Menutup Aurat Allah berfirman, Dan janganlah mereka (wanita-wanita mukmin) menampilkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari pandangan dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya (An-Nur: 31) Artinya, bila harus berbicara dengan pria non mahram, seorang wanita muslimah harus menutup aurat sebatas yang dia yakini sebagai aurat, menurut dasar yang jelas. Tenang dan Terhormat dalam Gerak-Gerik Allah berfirman, Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (Al-Ahzab: 32) Di sini, yang perlu dihindari oleh wanita muslimah saat berbicara dengan pria non mahram adalah tutur kata yang dibuat-buat, yang dibikin supaya menarik, mendayu-dayu, mendesah-desah, atau dengan menggunakan suara yang diperindah, terlalu lemah lembut, dan sejenisnya. Bicaranya harus tegas, lugas dan seperlunya saja. Serius dan Sopan dalam Berbicara Allah berfirman, Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (Al-Ahzab: 32) Artinya, seorang muslimah tidak layak banyak bergurau dan bercanda saat berbicara atau membicarakan sesuatu dengan lawan jenisnya. Karena, canda dan tawa itu dapat mengundang ketertarikan pihak lawan jenis. Dan itu bahaya yang perlu dihindari sebisa mungkin. Hindari Membicarakan Hal-hal yang Tidak Perlu Segala yang bersifat darurat, haruslah dibatasi sebisa mungkin. Meski berbicara dengan lawan jenis tidak selalu merupakan hal darurat bagi seorang wanita muslimah, namun berbicara secara panjang lebar bisa menyudutkan seorang wanita muslimah dalam kedaruratan. Karena itu akan bisa menggiringnya untuk sedikit banyak menyentuh hal-hal yang dianggap kurang baik, atau bahkan dilarang dalam Islam. Oleh sebab itu, coba batasi ruas-ruas pembicaraan, dan hindari topik-topik yang tidak perlu dibahas. Karena, bagaimanapun, seorang wanita adalah godaan bagi kaum lelaki. Bahkan godaan terberat baginya dalam segala situasi dan kondisi. Allah berfirman, Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (Al-Mukminun : 1-3) Berbicara lewat telpon, boleh-boleh saja. Dalam hal ini, setidaknya dengan tingkat kecanggihan media telpon yang umum hingga saat ini, soal pandangan haram bisa nyaris dihindarkan sama sekali. Tapi soal adab-adab lain dalam berbicara, harus tetap diperhatikan.

BANGUNAN ISLAM

TUJUAN Peserta mengetahui gambaran menyeluruh tentang bangunan Islam. Menumbuhkan kesadaran bahwa Islam adalah sistem hidup yang lengkap dan sempurna sehingga peserta termotivasi untuk memasukinya secara keseluruhan. Peserta menyakini bahwa Islam akan dimenangkan oleh Allah dan berkeinginan untuk berperan aktif dalam kebangkitan Islam.

RINCIAN BAHASAN Konsepsi Islam dapat diibaratkan sebagai sebuah bangunan yang utuh dan kokoh, yang tegak di atas pondasi keimanan. Sabda Rasulullah SAW: "Bangunan Islam itu atas lima perkara: bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa di bulan Ramadhan". (HR. Bukhari dan Muslim) Kesempurnaan Islam telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya: " ...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai jadi agama bagimu..."(QS. 5:3) Karakteristik (ciri khas) Islam berikut ini dapat menggambarkan kesempurnaan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah: 1. Bersumber dari Allah SWT (robbaniyyah), bukan buatan manusia. Tujuan pertama dan terakhirnya adalah agar manusia menyembah Allah yang merupan tujuan penciptaan manusia. (QS. 51:56) 2. Bersifat kemanusiaan yang universal, yaitu diturunkan Allah SWT sebagai petunjuk untuk seluruh umat manusia, bukan hanya dikhususkan untuk suatu kaum atau golongan. (QS. 21:107, 34:28, 7:158) 3. Lengkap dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Tidak ada suatu pekerjaan, baik kecil ataupun besar, kecuali Islam telah menerangkan hukumnya. (QS. 6:38, 16:89) 4. Ajaran Islam mudah untuk dikerjakan tanpa kesulitan sedikitpun, sebab Islam tidak membebankan manusia suatu kewajiban kecuali sebatas kemampuannya. (QS. 2:286) 5. Ajaran Islam bertujuan untuk menegakkan keadilan mutlak dan mewujudkan persaudaraan dan pesamaan ditengah kehidupan manusia, serta memelihara darah, kehormatan harta, akal, dan agama mereka. (QS. 5:8, 6:152, 4:125) 6. Bersifat seimbang (tawazun), dimana seluruh ajaran Islam menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum,antara jasad dan ruh, antara dunia dan akhirat. Firman Allah: "Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi...." Dalam hal keseimbangan antara kebutuhan jasad dan ruh, Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya badanmu memiliki hak atasmu, jiwamu mempunyai hak atasmu dan kelurgamu juga memiliki hak atasmu, maka dirikanlah setiap yang mempunyai hak-haknya". (Al Hadist) 7. Perpaduan antara 'tidak berubah' dan 'menerima perubahan'. Ajaran Islam tidak berubah pada pokok-pokok dan tujuannya, namun menerima perubahan pada cabang, sarana dan cara-caranya, sehingga dengan sifat menerima perubahan ini Islam dapat menyesuaikan diri dan dapat menghadapi perkembangan zaman. Dan dengan sifat tidak berubah pada pokok-pokok dan tujuannya Islam tidak dapat larut dan tunduk pada perubahan zaman dan perputaran waktu. Beberapa karakteristik inilah yang membedakan agama Islam dari agama yang lain, dari peraturan dan undang-undang buatan manusia Islam merupakan satu-satunya agama Allah dan Allah tidak akan menerima agama selain Islam. (QS. 3:19,85) Namun manusia saat ini banyak yang lebih suka membuat aturan sendiri dan tidak mau menjalankan aturan Islam dalam kehidupan. Padahal jelas manusia hanyalah ciptaan Allah sehingga dalam hidupnya tentu saja membutuhkan aturan dari pencip-Nya.

Dalam tubuh umat Islam sendiri saat ini ada yang merasa pesimis melihat realita umat yang serba menyedihkan. Mereka ragu dan bahkan menilai mustahil dengan isu bangkitnya kembali Islam. Padahal Allah telah menjanjikan kemenamgan agama ini dalam firman-Nya: "Dan Dialah yang menurunkan Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya".(QS. 9:33). Kandungan ajaran Islam secara global dapat dbagi atas tiga bagian, yaitu: 1. Pokok dan pondasi (asas), yang terdiri atas aqidah dan ibadah. Aqidah mencakup dua kalimat syahadat dan rukun iman yang enam, sebagaimana firman Allah dalam QS. 2:177. Sedangkan ibadah disini adalah dalam pengertian khusus yang tercakup dalam rukun Islam. 2. Bangunan (bina'), berupa aturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia (sistem hidup), seperti: a. Sistem politik, diantaranya prinsip musyawarah (QS. 3:159; 42:38), perdamaian (QS. 2:208; 8:61), hukum (QS. 6:57; 12:40)dan jinayat. b. Sistem perekonomian, seperti masalah utang piutang (QS. 2:282), pegadaian (QS. 2:283), penghalalan jual beli dan pengharaman riba (QS. 2:275). c. Sistem keprajuritan (militer), seperti mempersiapkan tentara (QS. 8:60). d. Sistem akhlak, diantaranya tentang berbuat kebaikan (QS. 2:44), berkata benar (QS. 2:177), memaafkan (QS. 2:237). e. Sistem sosial kemasyarakatan, seperti masalah zakat (QS. 2:43), keadilan dalam menegakkan hukum (QS. 4:58) dan konsep persaudaraan (QS. 49:10,13) f. Sistem pengajaran, seperti berlaku lemah lembut dalam memberi pelajaran (QS. 3:159), pemberian nasihat (QS. 31:12-19). 3. a. b. c. d. Pendukung dan penopang (muayyidat) yang mencakup: Konsep jihad (QS. 22:39,40) Amar ma'ruf nahi munkar (QS. 3:104) Hukum-hukum (QS. 5:49) Sanksi (QS. 5:33,38) Bangunan Islam tidak bisa berdiri kecuali dengan adanya pondasi. Dan agama Islam belum tegak sempurna bila bangunannya belum berdiri pada pribadi-pribadi kaum muslimin dan pada sistem hidup masyarakat. Dan dengan adanya penopang, bangunan itu akan berdiri tegak dan kokoh.

DISKUSI Kita telah meyakini bahwa Islam akan dimenangkan oleh Allah terhadap sistem-sistem yang lain. Bahkan dalam QS. Ali Imran ayat 110 dan 139 dijelaskan bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik. Tetapi kenyataannya tidak menunjukkan demikian. Umat Islam masih dikenal sebagai umat yang miskin, terbelakang dan berbagai atribut jelek yang lain. Bagaimana menjelaskan kontradiksi ini?

REFERENSI Aqidah Seorang Muslim, Al-Ummah Panduan Pendidikan Agama Islam, IPB "Hendaklah kamu takut kepada Allah dimana saja kamu berada. Dan tutuplah perbuatan yang buruk dengan perbuatan yang baik, karena akan menghapuskannya, dan bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik".

(HR. Ahmad)

MARIFATUL INSAN I. Pendahuluan Memahami manusia melalui akal manusia saja akan menyebabkan kesesatan. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai berbagai keterbatasan dalam memahami dan mengenal dirinya dengan benar. Selain itu, sifat sombong dan merasa dirinya hebat adalah sifat manusia yang menghalanginya untuk mencapai kebenaran hakiki. Kesalahan yang terjadi pada berbagi teori tentang manusia tidak diakui oleh para pencetusnya. Bahkan sebagian besar pengikutnya tetap mendukung teori yang salah itu dengan menjadikannya sebagai landasan kehidupan, rujukan dan model gaya hidup manusia untuk saat ini. Hal ini mengakibatkan munculnya kerusakan dimana-mana. Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari ruh dan tanah yang dilengkapi dengan potensi hati, akal dan jasad. Potensi manusia memiliki kelebihan dan keutamaan dibanding makhluk lainnya. Dengan hati manusia berniat, dengan akal manusia berilmu dan dengan jasad manusia beramal. Kelebihan dan kemuliaan manusia ini disediakan untuk menjalankan amanah beribadah dan menjalankan fungsi khalifah di muka bumi. Peranan dan tugas yang dilakukan ini akan mendapatkan balasan yang sesuai. Setelah mengenal Allah sebagai pencipta manusia, maka untuk memantapkan keyakinan kepada Allah diperlukan pengenalan kepada manusia. II. Proses Penciptaan Manusia Hal-hal yang diperlukan dalam proses penciptaan manusia adalah sebagai berikut: 1. Manusia diciptakan oleh Allah dengan proses yang sangat menakjubkan. QS. Al Muminuun (23) :12-14 2. Selama hidupnya manusia mengalami beberapa masa. QS. Al Hajj (22) : 5 3. Kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia: a. Diangkat sebagai khalifah di muka bumi. QS. Al Baqarah (2) : 30-32 b. Diberikan bentuk yang terbaik. QS. At Tiin (95) : 4, QS. At Taghaabun (64): 3 c. Dilengkapi dengan perangkat yang menunjang. QS. As Sajdah (32) : 8-9, QS. Al Israa (17) : 70 d. Diberikan kekuasaan untuk menundukkan alam. QS. Al Jaatsiyah (45) : 12-13, QS. Luqman (31) : 20 III. Potensi Manusia Manusia sebagai khalifah dapat menggunakan potensinya untuk memelihara alam. Khalifah adalah yang diamanahkan untuk membangun dan memelihara alam, bukan sebagai pemilik segalanya. Khalifah harus menjalankan tugasnya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki, bukan membuat jalan sendiri dan tidak menentang peraturan-peraturan yang telah diperintahkan. Potensi yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut: 1. At Thoqoh (potensi) Allah SWT memberikan kelebihan dan keutamaan kepada manusia dengan pendengaran (As Samu), penglihatan ( Al Bashor) dan hati (Al Fuad), QS. Al Mulk (67) : 23 Potensi ini kadang tidak disyukuri manusia. Bahkan ia sering menggunakan matanya untuk melihat yang haram, serta hati yang digunakan untuk membenci, dendam dan berprasangka buruk kepada orang lain. Pernahkah kita membayangkan seandainya kita tidak dapat melihat atau mendengar, hal ini tentu akan menyusahkan kita. Penglihatan, pendengaran dan hati diberikan oleh Allah SWT untuk mengantarkan manusia memahami apa yang Allah perintahkan dan membawanya ke surga. Dengan tidak digunakan potensi yang telah Allah berikan, maka mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka menjadi orang-orang yang lalai. Bahkan Allah telah jadikan neraka jahanam untuk kebanyakan dari jin dan manusia, karena mereka tidak memanfaatkan potensi yang telah dianugerahkan Allah untuk hal-hal yang diperintahkan-Nya. Sehingga patutlah kita bersyukur kepada Allah dengan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya. (QS. Al Araaf (7) : 179) 2. Al Masuliyah (kepemimpinan)

Manusia dengan kelebihan dan potensi yang diterimanya perlu bertanggung jawab dan menyadari tugas serta peranannya. Tugas tersebut adalah beribadah kepada Allah SWT. Namun demikian, tidak semua manusia bersedia menerima tugas ini. Sebagian ada yang menerima dan sebagian lagi menolaknya. (QS. Al Baqarah (2) : 21, QS. Adz Dzaariyaat (51) : 56) 3. Al Amanah (Amanah) Manusia telah ditawarkan oleh Allah sebuah amanat untuk menjadi khalifah, yang kemudian diterima oleh manusia untuk memikul amanat tersebut. Langit, bumi dan gunung-gunung menolak amanat tersebut, tetapi manusia menerimanya. Amanat merupakan beban dan sekaligus suatu tanggung jawab bagi yang menerima amanat. Amanat yang diterima oleh manusia adalah amanat kekhalifahan. (QS. Al Ahzab (33) : 72, QS. An Nuur (24): 55, QS. Al Fath (48) : 29) IV. Bekal Hidup Manusia Allah memberikan tiga bekal hidup manusia, yaitu: 1. Potensi Jasmani Allah menciptakan jasad yang membutuhkan makanan dan minuman, agar jasad tersebut tumbuh dan berkembang sebagaimana ia juga membutuhkan pakaian dan tempat tinggal. (QS. Al Mulk (67) : 15, QS. Ibrahim (14) ; 32-34, QS. Al Jaatsiyah (45) : 13). 2. Potensi Akal Allah menciptakan akal yang membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar manusia dapat memahami/memenuhi kebutuhan hidupnya dan melaksanakan tugas dan kewajibannya berupa memakmurkan bumi (sebagai khalifah). (QS. Al Baqarah (2) : 31, QS. An Naml (16) : 78, QS. Al Israa (17): 12, QS. Al Alaq (96):1-5) 3. Potensi Ruh Allah menciptakan manusia yang membutuhkan petunjuk dan hidayah agar kehidupan manusia menjadi lurus di dunia dan di akhirat. (QS. An Nahl (16) : 36) Referensi : 1. Marifatul Insan, DR. Irwan Prayitno 2. Modul Rohani Islam Asy Syifaa, Bid. Dawah Lembaga Pembinaan Generasi Muslim

MATERI MENTORING KELAS XI

BAB 1. PROBLEMATIKA UMMAT BAB 2. MARIFATULLAH BAB 3. MARIFATURRASUL BAB 4. MARIFATUL ISLAM BAB 5. MAKNA SYAHADAT BAB 6. AMAL JAMAI BAB 7. ILMU DAN URGENSINYA BAB 8. KEWAJIBAN BERDAKWAH

PROBLEMATIKA UMMAT TUJUAN Peserta mengetahui potensi-potensi yang dimiliki umat Islam Peserta mengetahui sebab-sebab kemunduran Islam Peserta mengetahui solusi dari problematika umat Islam

RINCIAN BAHASAN Sesungguhnya umat Islam memiliki potensi besar yang pada umumnya tidak dimiliki oleh sistem lain yang ada. Potensi-potensi tersebut diantaranya adalah potensi syari'ah/peraturan yang lengkap, mencakup seluruh aspek kehidupan. Syari'ah ini tertuang dalam Al Qur'an dan As Sunnah. Sabda Rasulullah SAW: "Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara. Kalian tak akan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya." (Al Hadits) Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya bahwa al Qur'an adalah hudan (petunjuk) bagi hambahambanya yang bertaqwa (QS. 2:2), bahkan untuk seluruh umat manusia (QS. 2:185). Maka Allah pula yang menjaga kemurnian dan keaslian Al Qur'an dari waktu ke waktu. Berbeda dengan kitabkitab suci lain yang telah mengalami kontaminasi oleh sentuhan tangan manusia sehingga sebagian isinya tidak asli lagi, Al Qur'an yang kita lihat saat ini adalah sama persis dengan ketika wahyu itu diterima oleh Rasulullah SAW. Firman Allah: "Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. 15:9) Potensi kedua yang dimiliki umat Islam adalah karunia Allah berupa kekayaan alam yang hampir sebagian besar (65%) berada di negeri-negeri muslim. Tugas umat Islam pulalah untuk mengoptimalkan pemanfaatannya bagi kemaslahatan umat manusia dan alam semesta. Tentu saja hal ini membutuhkan perangkat teknologi dan keunggulan sumber daya manusia. Cadangan minyak bumi pun sebanyak 65% berada di negeri-negeri muslim. Selain itu umat Islam memiliki potensi dalam jumlah jiwanya. Sebagian besar penduduk dunia adalah muslim. Tantangan bagi kita tentu saja umat Islam tidak hanya unggul dari segi kuantitas, namun terlebih penting lagi adalah kualitasnya. Umat Islam juga telah mendapatkan jaminan kemenangan dari Allah SWT sebagaimana firman-Nya: "Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama, meskipun orang-orang musyrik benci." (QS. 61:9) Pertolongan Allah pun amat dekat bagi orang-orang yang beriman (QS. 2:214), namun tentu saja semua itu kembali kepada kita. Allah pasti akan memberikan kemenangan itu bila memang kita telah layak/pantas untuk memperolehnya. Termasuk salah satu potensi yang dimiliki umat islam adalah sejarah islam yang penuh dengan kejayaan, yaitu sejak masa Rasulullah bersama para sahabat, sampai berabad-abad setelahnya. Hal ini seharusnya membangkitkan optimisme pada diri kita. Apa yang dahulu mereka miliki, yaitu Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah, masih kita miliki sampai sekarang. Namun sudahkah kita memiliki kedalaman pemahaman yang sama dengan mereka? Kemunduran yang saat ini terjadi pada umat Islam tentu ada penyebabnya. Faktor-faktor penyebab ini pada dasarnya dapat dibedakan atas faktor internal (dari dalam tubuh umat Islam sendiri) dan faktor eksternal (dari luar umat Islam). Faktor internal diantaranya adalah: Jauhnya umat Islam dari Al Qur'an dan As Sunnah. Dalam QS. 25:30 Allah berfirman: "Berkatalah Rasul: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan." Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimakumullah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orangorang yang mengacuhkan Al Qur'an ini ada 3 kemungkinan: Ia tidak membaca Al Qur'an.

Seorang muslim yang tidak membaca Al Qur'an padahal ia bisa membacanya dan jika ia tidak bisa membaca Al Qur'an lantas ia tidak berusaha untuk menjadi bisa, maka ia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang acuh terhadap Al Qur'an. Ia membaca Al Qur'an namun tidak mentadabburinya. Seorang muslim yang membaca Al Qur'an seharusnya mengalami peningkatan keimanan, yaitu bila ia tidak asal membaca saja. Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (QS. 8:2) Ia membaca dan mentadabburi Al Qur'an namun tidak mengamalkannya. Seorang muslim baru dikatakan benar keimanannya terhadap Al Qur'an bila ia membacanya secara kontinyu, mentadabburinya sehingga bertambah pemahaman dan keyakinannya akan kebenaran Al Qur'an dan mengamalkan dengan sekuat tenaga apa-apa yang telah dibacanya. Salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah akibat mereka mempelajari Islam hanya karena mereka mengikuti. Sehingga pemahaman yang adapun sekedar pemahaman ikut-ikutan (taqlid buta), bukan pemahaman yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Padahal firman Allah: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS.17:36) Terpecah belah karena ada perbedaan masalah furu' seperti masalah fiqh madzhab, masalah jama'ah dan sebagainya, sampai merusak hubungan ukhuwah islamiyah. Tentu saja umat yang terpecah belah akan lebih mudah dikalahkan oleh musuh-musuh Islam. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk memperkuat kesatuan hati dan tali ukhuwah. Firman Allah: "dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. 8:63) Adanya perasaan rendah diri dan tidak tsiqoh pada Islam. Di antara umat Islam saat ini banyak yang tidak memiliki izzah Islam, merasa enggan untuk menunjukkan identitas keislamannya. Perasaan ini timbul karena melihat kondisi faktual umat yang saat ini cenderung berada "di bawah". Padahal perasaan semacam ini tidak boleh menghinggapi seorang muslim, karena kondisi umat saat ini justru disebabkan karena umat Islam jauh dari pemahaman Islam yamg benar. Bila kita belajar dari sejarah, maka akan tampak bahwa masa-masa kegemilangan umat Islam terjadi pada masa dimana mereka benar-benar menegakkan bangunan Islam pada dirinya dan masyarakat. Ketika itu Islam tampil sebagai peradaban, tidak ada yang menutupi cahayanya, sesuai dengan sabda Rasulullah: "Al-Islamu ya'lu wa laa yu'la 'alaihi." (Islam itu tinggi dan tidak ada yang menandingi ketinggiannya). Izzah Islam harus bangkit pada diri tiap-tiap umat Islam, karena orang yang paling derajatnya di muka bumi ini sesungguhnya adalah orang-orang yang beriman. Firman Allah: "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS.3:139) Adanya gejala taqlid dengan semua yang datang dari barat. Ketika seorang muslim tak lagi memiliki izzah dengan keislamannya, maka mudah saja baginya untuk berkiblat pada sesuatu yang lain, yang datang dari luar Islam atau orang kafir sekalipun. Tertinggal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal Islam merupakan agama yang menjungjung tinggi ilmu pengetahuan. Bahkan Allah SWT mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya QS.58:11. Rasulullah SAW bersabda: "Keutamaan seorang 'alim (ahli ilmu) atas seorang 'abid (ahli ibadah) seperti keutamaanku atas

orang yang paling rendah derajatnya." (HR. At Tirmidzi) "Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga...." (HR. Muslim, Ibnu Hibban dan Al Hakim) Islam telah pula melahirkan para ilmuwan besar dalam sejarah, seperti Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Rusyd (Averroes), Al Khawarizmi dan lain-lain. Disamping faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang menjadi sebab mundurnya umat Islam, yaitu adanya ghazwul fikri (perang pemikiran) dan harakatul irtidad (gerakan pemurtadan) dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Maha Benar Allah dengan firman-Nya: "Orang-orang Yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka..." (QS.2:120) Solusi apakah yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan problematika umat Islam saat ini? Diantaranya adalah: Umat Islam harus menerapkan syari'at Islam dalam seluruh aspek kehidupan Mendidik generasi Islam dengan manhaj pendidikan yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh) Menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh (QS.8:60) Dengan perjuangan dan pengorbanan total.

DISKUSI Cobalah kamu diskusikan dengan teman-teman, sampai sejauh manakah peranan kamu sebagai siswa dalam menyelesaikan problematika umat Islam saat ini?

REFERENSI Panduan aktifis Harokah, Pustaka Al Ummah Nabil bin Abdurrahman, Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad Modern.

MARIFATULLAH TUJUAN Peserta Peserta Peserta Peserta

memahami makna dan maksud dari ma'rifatullah mengetahui manfaat dan pentingnya ma'rifatullah mengetahui jalan-jalan untuk mengenal Allah mengetahui hal-hal yang menghalangi ma'rifatullah

RINCIAN BAHASAN Makna Ma'rifatullah Ma'rifatullah berasal dari kata ma'rifah dan Allah. Ma'rifah artinya mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya). Pentingnya Mengenal Allah Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya, tujuan mengapa ia diciptakan (QS.52:56) dan tidak tertipu oleh dunia. Sebaliknya orang yang tidak mengenal Allah akan menjalani hidupnya untuk dunia saja (QS.47:12). Ma'rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus dipahami manusia (QS.6:122). Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma'rifatullah adalah ilmu yang tertinggi, sebab jika dipahami akan memberikan keyakinan mendalam. Memahami ma'rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang (QS.6:122). Berilmu dengan ma'rifatullah sangat penting, karena : a. Berhubungan dengan subjeknya, yaitu Allah b. Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan. Islam Untuk Mengenal Allah 1. Lewat Akal Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini : Fenomena terjadinya alam. Setiap sesuatu yang ada pasti ada yang mengadakan, begitu pula alam semesta ini, tentu ada yang menciptakan (QS.52:35). Fenomena kehendak yang tinggi. Bila kita perhatikan alam ini, kita akan menemukan bahwa alam ini tersusun dengan rapinya. Hal ini menunjukan bahwa di sana pasti ada kehendak yang agung yang bersumber dari Sang Pencipta Yang Maha Pintar dan Bijaksana (QS.67:3). Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam terdapat ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang berakal (QS.3:190). Fenomena kehidupan (QS.24:45). Kehidupan berbagai makhluk di atas bumi ini menunjukkan bahwa ada zat yang menciptakan, membentuk, menentukan rizkinya dan meniup ruh kehidupan pada dirinya (QS.29:20, 21:30). Bagaimanapun pintarnya manusia, tak akan sanggup menciptakan seekor lalat pun (QS.22:73-74, 46:4). Fenomena petunjuk dan ilham (QS.20:50). Ketika mempelajari alam semesta ini kita akan melihat suatu petunjuk yang sempurna, dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya. Dari sebuah akar tumbuhan yang mencari air ke dasar bumi, hingga perjalanan tata surya ini menunjukkan bahwa ada zat yang memberi hidayah (petunjuk) dan Al-Qur'an menerangkan bahwa ia adalah Allah Yang Menciptakan lalu memberi hidayah. Fenomena pengabulan do'a (QS.6:63). Hal yang logis bila seseorang ketika menghadapi bahaya pasti menghadap Allah dan berdo'a, walaupun ia orang yang kafir / musyrik (QS.17:67, 10:2223, 6:63-64). Ayat Qur'aniyah / ayat Allah di dalam Al-Qur'an : Keindahan Al-Qur'an (QS.2:23)

Pemberitahuan tentang umat yang lampau (QS.9:70) Pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (QS.30:1-3, 8:7, 24:55) 2. Lewat memahami Asma'ul Husna Allah sebagai Al-Khaliq (QS.40:62) Allah sebagai Pemberi Rizqi (QS.35:3, 11:6) Allah sebagai Pemilik (QS.2:284) Dan lain-lain (QS.59:22-24) Hal-hal yang menghalangi Ma'rifatullah Kesombongan (QS.7:146, 25:21). Sebagaimana lazimnya orang yang sombong yang tidak mau mengenal sesamanya, begitu pula manusia yang sombong terhadap Rabbnya, yang enggan berhubungan dengan-Nya. Zalim (QS.4:153). Perbuatan zalim yang besar, menyebabkan Allah mengunci hati manusia. Padahal lewat hati inilah Allah memberikan hidayah-Nya. Sedangkan awal hidayah seseorang ialah mengenal hakikat-Nya lagi. Bersandar pada panca indera (QS.2:55). Mereka tidak beriman kepada Allah dengan dalih tidak bisa melihat Allah, padahal banyak sesuatu yang tidak bisa mereka lihat, tapi mereka yakin keberadaannya, seperti gaya gravitasi bumi, arus listrik, akalpikiran, dsb. Dusta (QS.7:176). Lazimnya seorang yang dusta, yang tidak sama antara hati dan ucapannya,perbuatannya. Begitu pula manusia yang berdusta terhadap Allah. Sebenarnya hati mengakui keberadaan Allah, namun hawa nafsunya menolak dan mengajaknya berdusta. Membatalkan janji dengan Allah (QS.2:26-27) Lalai (QS.21:1-3) Banyak berbuat maksiat. Satu perbuatan maksiat bagaikan satu titik noda hitam yang mengotori hati manusia. Bila manusia banyak berbuat maksiat sedangkan ia tidak bertaubat, niscaya hati tersebut akan tertutup noda-noda hitam hingga menghalangi masuknya hidayah Allah. Ragu-ragu (QS.6:109-10) Semua sifat di atas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari hati. Sebab, kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka (QS.2:6-7).

DISKUSI Perhatikanlah susunan tubuhmu. Jelaskanlah kekuasaan Allah yang kamu temui pada tubuhmu!

REFERENSI Said Hawa, Allah Jalla Jalaluhu Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim 1 "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir Hendaklah ia berbicara baik Atau lebih baik diam" (H.R. Muslim)

MARIFATURRASUL TUJUAN Peserta Peserta Peserta Peserta

memahami makna risalah dan Rasul memahami kewajiban beriman kepada Rasul mengetahui tugas para Rasul mengetahui sifat-sifat Rasul

RINCIAN BAHASAN Makna Risalah dan Rasul Risalah : sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat Rasul : Seorang laki-laki (QS.21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia Pentingnya Iman Kepada Rasul Iman kepada Rasul adalah salah satu rukun iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang menyampaikan hakikat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah. Juga tidak dianggap beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya (QS.2:285). Tugas Para Rasul 1. Menyampaikan (tabligh) (QS.5:67, 33:39). Yang disampaikan mereka berupa : Ma'rifatullah (QS.6:102) (Mengenal hakikat Allah) Tauhidullah (QS.21:25) (Mengesakan Allah) Basyir wa Nadzir (QS.6:48) (Memberi kabar gembira dan peringatan) 2. Mendidik dan membimbing (QS.62:2) Memperbaiki jiwa dan membersihkan serta meluruskan dari hawa nafsu dan sifat-sifat tercela (QS.62:2) Meluruskan aqidah serta fiqrah yang menyimpang dari Islam (QS.2:213) Memimpin umat dengan menjalankan metode Robbani (QS.38:26) Sifat-Sifat Para Rasul 1. Mereka adalah manusia (QS.17:93-94, 18:110) Mereka memerlukan makan, minum (QS.25:20), beristri (QS.13:38), ditimpa sakit (QS.2:83-84) 2. Ma'shum (terjaga dari kesalahan) (QS.3:161, 53:1-4) Semua Rasul adalah ma'shum, tidak pernah salah dalam menyampaikan risalah dari Allah. Yang dimaksud ma'shum di sini adalah mereka tidak pernah meninggalkan kewajiban, tidak mengerjan hal-hal yang haram, dan tidak berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam (QS.3:161, 53:1-4) 3. Sebagai suri tauladan (QS.33:21, 6:89-90) Teladan dalam kesabaran dan menanggung penderitaan dalam memperjuangkan Islam (QS.6:34) Teladan dalam ketabahan memegang prinsip Teladan dalam saling mencintai dan persaudaraan muslim (QS.59:9) Teladan dalam setiap akhlak mulia (QS.33;21, 68:4)

REFERENSI Kelompok Studi Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim, hal. 60-71 Al-Asyqor, Dr. Umar Sulaiman, Para Rasul dan Risalahnya, Pustaka Mantiq

MARIFATUL ISLAM TUJUAN Peserta memahami pengertian diin menurut Al-Qur'an Peserta mengetahui perbedaan dienullah dan dien ghairu dienullah Peserta mengetahui kesempurnaan ajaran Islam sehingga berusaha mengamalkan dan mempelajarinya

RINCIAN BAHASAN Ad-Dien Menurut Al-Qur'an Dienullah, Dienul Islam (QS.48:28, 61:90). Yaitu diin yang dibawa oleh semua rasul dan nabi untuk keselamatan manusia. Disebut juga dengan dienul-haq dan dienul samawi. Dienu ghoiru dienullah, bukan dari Allah. Jumlahnya lebih dari satu (QS.48:28). Yaitu diin hasil rekayasa pikiran manusia, biasa disebut juga agama budaya (dienul ardh) Ciri-ciri Dienullah / Dienul Samawi Bukan tumbuh dari masyarakat, tapi diturunkan untuk masyarakat Disampaikan oleh manusia pilihan Allah, utusan itu hanya menyampaikan bukan menciptakan Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia Konsep tentang Tuhannya adalah tauhid Pokok-pokok ajarannya tidak pernah berubah dengan perubahan masyarakat penganutnya Kebenarannya universal dan sesuai dengan fitrah manusia Ciri-ciri Dienul Ardh Tumbuh dalam masyarakat Tidak disampaikan oleh rasul Allah Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun ada sudah mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarah Konsep Tuhannya dinamisme, animisme, politheisme, dll. Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan masyarakat penganutnya Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi segenap manusia, masa dan keadaan Pengertian Islam Secara Ethimologis / Bahasa : Tunduk patuh, berserah diri (al-Istislaam) (QS.3:83) Damai (As-Sulm) Bersih (As-Salim) Selamat (As-Salam) Secara Terminologis / Istilah Aturan Ilahi yang diberikan kepada manusia yang berakal sehat untuk kebahagiaan hidup mereka di dunia dan akhirat Ajaran Islam : Sesuai fitrah manusia (QS.30:10). Kepentingan seluruh manusia (QS.34:28) Rahmat seluruh alam (QS.21:107) Untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (QS.2:1790 Sangat sempurna (QS.5:3)

DISKUSI Bagaimana pendapatmu tentang kedua agama ini : Agama Kristen dan Agama Yahudi. Apakah kedua agama ini termasuk dienul samawi atau bukan? Berikan alasannya !

REFERENSI Diktat Agama IPB, Ust. Didin Hafidhuddin "Sesungguhnya yang paling saya takuti atasmu ialah : syirik kecil, yaitu Riya' (beribadah bukan karena Allah semata, tapi untuk dilihat orang)" (HR. Ahmad)

MAKNA SYAHADAT TUJUAN Peserta mamahami makna dan hakikat dua kalimat syahadah Peserta menngetahui pengaruh dua kalimah syahadah bagi kehidupan seoorag mukmin Peserta termotivasi untuk menjalankan secara benar syahadah uluhiyah dan syahadah risalahnya dalam kehidupan sehari-hari

RINCIAN BAHASAN Syahadatain berarti 2 kalimat syahadah. Dua syahadah yang dimaksud adalah syahadah uluhiyah dan syahadah risalah. Syahadah uluhiyah terdiri dari kalimat Laa Ilaaha Illallah. Secara bahasa kata Laa berfungsi sebagai Kalimatun Nafii (kata yang menolak), kata Ilaaha berfungsi sebagai AlMunafii (yang ditolak), kata Illa berfungsi sebagai Kalimatul Itsbatu (kata yang mmengukuhkan), dan Dan kata Allah berfungsi sebagai Al-Mutsbitu (yang dikukuhkan). Jadi syahadah uluhiyah (Laa Ilaaha Illallah) merupakan penolakan terhadap segala bentuk ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya Ilah. Firman Allah : "Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : Bahwasanya Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (QS.21:25) Tauhid ulllluhiyah juga mengandung pengertian bahwa Allah sebagai Ma'bud (yang disembah) dan Allah sebagai Ghayah (tujuan). Dalam QS>51:56 Allah Berfirman : "Dan Ak tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku." Bahkan seorang muslim dalam sehari mengikrarkan minimal sebanyak 17 kali bahwa "hanya kepadaMu-lah kami menyembah dan kepadaMu-lah kami mohon pertolongan." Dengan demikian Laa Ilaha Illallah juga berarti Laa Ma'buda Illallah. Kalimat ini juga berarti Laa Ghayatu Illallah (tidak ada tujuan melainkan Allah). Allah berfirman dalam QS. 94:8 : " Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu berharap (menempatkan tujuan)". Bahkan seorang muslim juga senantiasa berikrar bahwa 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya bagi Allah Roob semesta alam'. Allah sebagai satu-satunya sesembahan adalah konsekuensi tertinggi dari syahadat tauhid uluhiyah. Seseorang yang telah bersyahadat tauhid berarti telah memproklamirkan dan berjanji untukmengabdikan dirinya kepada Allha semata, artinya tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Ia telah menyatakan dirinya muslim (orang yang tunduk patuh kepada Allah sehingga selamat di dunia dan akhirat). Konsekuensinya, seluruh hidupnya untuk taat kepada Allah dan keridhoan-Nya. Janji Allah bagi seorang yang bertauhid disabdakan oleh Rasulullah SAW : "Siapa yang mati dan dia tahu (meyakini) Laa Ilaaha Illallah niscaya ia akan masuk surga ." (Al Hadits). Jika seseorang telah memulai dengan menegakkan Laa Ilaaha Illallah pada dirinya maka akan tumbuh sikap Al-Baro'. Al-Baro' berarti memusuhi, membenci dan menghancurkan setiap bentuk Ilah selain Allah. Pengertian Ilah sendiri adalah sesuatu yang ditakuti, diharapkan, dicintai, ditaati dan disembah. Firman Allah : "Sesungguhnya kami berlepas diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiranmu) dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja." (QS.60:4) Al-Baro' juga berarti pengingkaran, berlepas diri, mengambil garis pemisah terhadap Al Bathil. Ia merupakan perwujudan syahadah, berupa penolakan terhadap semua ilah, lalu menyerahkan loyalitasnya kepada Allah. Dalam kondisi ini seorang muslim menjadi manusia yang merdeka, bebas dari tuhan-tuhan palsu, jerat hawa nafsu syahwat, belenggu harta atau tahta/jabatan. Al Baro' merupakan proses yang harus dilalui seorang muslim dalam upaya menyiapkan lahan yang subur bagi tumbuhnya keimanan. Ibarat petani membersihkan lahan, agar pohon ketaqwaan dapat berkembang sebagaimana seharusnya. Ibarat pemborong yang meruntuhkan puing-puing bangunan yang telah lapuk, lalu mendirikan bangunan iman yang menjulang kokoh. Dengan membatalkan semua bentuk ilah di luar Allah SWT dan mengecualikannya hanya untuk Allah, maka akan tumbuh sikap Al Wala'. Al Wala' berati loyalitas, siap mentaati perintah Allah

dengan kecintaan dan ketaatan, mengabdi semata-mata kepada Allah dan tidak bersedia menjalankan perintah siapapun, kapanpun dan di manapun juga, kecuali jika sesuai (tidak bertentangan) dengan perintah Allah. Firman Allah : "Sesungguhnya wala' kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman ,yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tnduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman menjadi wala'nya, maka sesungguhnya hizbullah itulah yang pasti menang".(QS.5:54-55) Al Wala' adalah tempat di mana kita menggantungkan harapan, menumpahkan rasa sedih dan gembira, memohon pertolongan dan perlindungan. Sebaik-baik wala' adalah Allah,Rasulnya dan orang-orang beriman. Maka barangsiapa berwala' kepada hal ini jaminan Allah adalah kemenangan. Menang dalam fase dunia adalah kemuliaan, dalam fase akhirat adalah surga. Jika seseorang telah memiliki prinsip bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah (Laa ma'buda bihaqqin illa Allah),barulah dapat dikatakan sebagai seorang mukhlisin(orang yang ikhlas)sejati. Orang-orang ikhlas inilah yang tidak akan pernah berhasil digoda oleh syaitan. Allah berfirman dalam QS. Shaad (38): 82-83: "Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka ". Orang-orang seperti ini mencintai Allah di atas segalanya. Allah berfirman dalam QS. 2:165 : "Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah...". Ibnu Taimiyah berkata bahwa 'Tidak ada kesenangan dan kenikmatan yang sempurna bagi hati, kecuali dalam kecintaan kepada Allah dan bertaqarrub kepada-Nya dengan mengerjakan apa-apa yang dicintai-Nya. Kecintaan tidak akan terjadi kecuali dengan berpaling dari kecintaan kepada selain-Nya. Inilah hakekat Laa Ilaha Illallah. Inilah jalan Ibrahim dan semua nabi serta rasul'. Adapun syahadah kkedua yaitu syahadah risalah, yaitu pengakuan 'persona grata' (orang yang dipercaya) terhadap Rasulullah sebagai duta Allah bagi alam semesta dan kesiapan menjadikan sebagai 'examplia gratia' (contoh/uswah) dalam setiap aspek kehidupan (QS. 21:107, 33:21, 68:4). Jika seorang muslim mengakui Nabi SAW sebagai 'persona grata' dan siap menjadikannya sebagai 'exmplia gratia', maka barulah dikatakan ia berwala' (loyal) kepada Rasulullah SAW. Berwala' kepada nabi berarti harus senantiasa ittiba' (mengikuti) beliau dalam setiap aspek kehidupan. Karena Ittiba'ur Rasul merupakan bukti kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Firman Allah: "Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"(QS. Ali Imran: 31,32). Risalah mengandung mengandung pengertian sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat. Urgensi (kepentingan) manusia terhadap risalah sangat jelas. Tanpa risalah manusia tidak mungkin mengenal Allah, sifat-sifat-Nya serta tata cara beribadah kepada-Nya; manusia tidak akan mengetahui adanya alam ghaib seperti alam barzakh, alam mahsyar, surga dan neraka. Tanpa risalah manusia tidak menyetahui tujuan penciptaan-Nya dan tidak bisa menentukan undang-undang sistem hidup yang menjamin terealisirnya keadilan dan persamaan hak. Jalan satu-satunya untuk mengetahui petunjuk Allah ini adalah lewat risalah-Nya yang diinterprestasikan oleh Rasul-Nya. Dengan demikian syahadat risalah juga mengandung pengertian ; (1) membenarkan setiap apa yang beliau khabarkan (QS. 53:3-4), (2) menaati apa yang diperintahkan (QS. 4:59), (3) menjauhi apa yang beliau larang (QS. 59:7) dan (4) beribadah menurut syari'atnya. Kewajiban seorang muslim terhadap Rasulullah SAW adalah beriman kepadanya, taat/mengikutinya dan mencintainya. Allah telah memberikan khabar tentang kerugian besar dan penyesalan yang mendalam bagi seseorangyang mengetahui ajaran Nabi SAW kemudian tidak taat dan tidak mengikutinya. Firman Allah: "Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata:'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul"(QS. 25-27). Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, Allah akan menyediakan baginya surga (QS. 4:13). Seorang muslim wajib mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi cintanya kepada segala sesuatu.

Sabda beliau SAW: "Tidak beriman seseorang (dengan sempurna) di antara kalian kecuali aku lebih dicintai dari dirinya sendiri, orang tua dan seluruh manusia"(Al Hadist). Syahadah uluhiyah dan risalah adalah suatu kesatuan (unity) yang tak dapat dipisahkan. Seorang muslim tidak dapt menerima hanya satu saja dari kedua syahadah itu. Jika seseorang hanya menerima syahadah uluhiyah saja berarti dia menjadi ingkar sunnah. Bila sesseorang hanya menerima syahadah risalah saja, berarti dia menjadi seorang Mohammedian. Keduanya tidak diperbolehkan dan bukan bagian dari ummat Islam.

DISKUSI Benarkah manusia memang membutuhkan risalah ilahi. Bukankah Allah telah memberikan akal kepada manusia untuk berfikir? Apakah akal saja cukup untuk membuat suatu perangkat sistem hidup? Faktor-faktor apa yang tidak dimiliki oleh manusia sehingga ia tidak dapat membuat 'risalah' bagi dirinya sendiri?

REFERENSI Paket BP Nurul Fikri , Syahadahmu Syahadahku Muh. Bin Sid bin Salim Al-Qahthany, Loyalitas Muslim Terhadap Islam Muh. Said Al-Qaathani, Muh. Bin Abd. Wahhab, Muh. Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha Illallah Koleksi Bahan Tarbiyah Islamic Network (Isnet, 1996) Aqidah Seorang Muslim, Al Ummah

AMAL JAMAI

RINCIAN BAHASAN Pengertian Amal jama'i "Amal berarti bekerja, berbuat atau menghasilkan.Bagi seorang muslim, beramal berarti berbuat, mengerjakan dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, umat dan agama. Karenanya bekerja menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Jama'i berasal dari kata jama'ah. Jama'ah adalah suatu perkumpulan orang-orang untuk mencapai halhal tertentu.Yang disebut dengan jama'ah sedikitnya terdiri dari dua orang.Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:"Barangsiapa yang ingin mendapatkan pahala berjama'ah maka shalatlah bersamanya." [Dikeluarkan oleh Ahmad, Daraimi, Tirmizi, Hakim, Baihaqi dan Ibnu Hazm dari hadits Abu Sa'id Al-Khudri]."Shalat berjama'ah itu lebih besar pahalanya 27 tingkat dari shalat sendirian." [Muttafaq 'Alaihi dari hadits Ibnu Umar]. 'Amal Jama'i atau kerja bersama adalah kegiatan yang merupakan produk suatu keputusan jama'ah yang selaras dengan manhaj (sistem) yang telah ditentukan bersama, untuk mencapai tujuan tertentu. Pentingnya 'Amal Jama'i Manusia, sepanjang zaman, secara fitrah tidak dapat hidup sendirian.Ia selalu membutuhkan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya. Lihat kisah: Fir'aun [26:34-37] Ratu Balqis [27:32-33] Nabi Musa AS [20:29-32] Kaum kafir Makkah [8:30] Bagi manusia muslim, Allah telah mengarahkan agar dalam melaksanakan aktifitasnya dengan beramal jama'i [61:4, 3:104]. "Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. " (61:4) Realitas yang ada juga mengharuskan bahwa kerja yang sukses harus dilakukan secara kolektif. Sebab tangan sebelah tidak bisa bertepuk.Lidi, jika hanya sebatang, tidak dapat membersihkan daundaun di halaman. Untuk menegakkan Islam di hati kaum muslimin, menghadapi kemungkaran yang terjadi dan melawan tipu daya musuh, diperlukan kerja jama'ah.Dari sini amal jama'i menjadi wajib.Karena kaidah ushul fiqh menyatakan: "Sesuatu kewajiban yang tidak sempurna pelaksanaannya kecuali dengannya, maka ia adalah wajib".Selain itu, Islam bukan agama individu, melainkan agama satu umat, satu tanah air dan satu tubuh.Islam menyeru kepada kesatuan kaum muslimin.Allah berfirman:"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai." [3:103] Ciri-ciri 'Amal Jama'i 1. Aktifitas yang akan dijalankan harus bersumber dari keputusan atau persetujuan jama'ah. 2. Jama'ah yang dimaksud harus mempunyai visi dan misi, serta struktur organisasi yang tersusun

rapi. 3. Setiap tindakan dan aktifitasnya harus sesuai dengan dasar dan strategi atau pendekatan yang telah digariskan oleh jama'ah. 4. Seluruh tindakannya harus bertujuan untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan bersama.

REFERENSI Mushtafa Masyhur, Amal Jama'i: Gerakan Bersama, Al-Islahi Press Abdurrahman bin Abdul Khaliq Al-Yusuf, Legitimasi Amal Jama'i: Kupasan Gamblang tentang Keharusan Beramal Jama'i, Pustaka Tadabbur Mushtafa Masyhur, Al-Qiyadah wal Jundiyah, Al-Islahi Press Dr.Yusuf Al-Qardhawi, Prioritas Gerakan Islam Jilid I, Usamah Press

ILMU DAN URGENSINYA TUJUAN Peserta memahami perhatian Islum terhadap ilmu Peserta mengetahui aspek-aspek ilmu dalam pandangan rslam Peserta memahami keutamaan ilmu dan orang-orang yang.berilmu Peserta mengetahui pengaruh ilmu terhadap iman dan tingkah laku Peserta memahami perintah mencuri ilmu dalam Islam dan hak-hak ilmu utas pemiliknya METODE PENDEKATAN Ceramah dan Diskusi RINCIAN BAHASAN Perhatian Islam Terhadap Ilmu Manusia tidak pernah menemukan agama yang sangat memperhatikan keilmuan dengun sempurna selain Islam. Islam selalu menyeru dan memotivasi penekunan ilmu pengetahuan, mengajak umatnya untuk menuntut, mempelajari, mengamalkan, dan sekaligus mengajarkan ilmu. Islam menjelaskan keutamaan menuntut ilmu dun etikanya serta menegur orang yang tidak memperdulikannya. Islam juga sangat menghormati dan menghargai ahlul lmi dan menganjurkan umatnya untuk dekat dengan mereka. Dalam kamus yang memuat kosa kata Al-Quran, dinyatakan bahwa kata ilm (ilmu) disebutkan sebanyak 80 kali, dan kata-kata yang terbentuk dari kata-kata tersebut ( seperti alamu, yalamuna dst ) disebutkan beratus-ratus kali. Selain itu jika kita teliti buku-buku hadist An-Nabawi akan kita temukan di dalamnya judul-judul dan masalah-masalah tentang ilmu. Aspek-aspek ilmu dalam pandangan Islam Ilmu dalam pandangan Islam mencakup beberapa aspek kehidupan termasuk aspek-aspek ilmu dalam pengertian barat sekarang. 1. Aspek wahyu Ilahi Ilmu yang datangnya melalui wahyu Allah SWT. Ilmu ini mencakup hakikat alamiah manusia dan menjawab setiap pertanyaan abadi yang tak pernah hilang pada diri manusia, yaitu : dari mana. Ke mana dan mengapa? Dengan adanya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut manusia akan mengetahui asalnya, arah perjalanan yang harus ditempuh dan tujuan hidupnya. Ia akan mengetahui dirinya dan Tuhannya serta akan tenang menuju tujuan hidupnya. Aspek inilah yang pertama kali disebutilmu bahkan disebut ilmu yang paling tinggi oleh Imam Ibnu Abdil Barr. 2. Aspek Humaniora (Manusia) dan kajian-kajian yang berkaitan dengannya Ilmu yang membahas tentang segi-segi kehidupan manusia yang berhubungan dengan tempat tinggal dan waktu. Ilmu ini mengkaji manusia sebagai individu ataupun anggota masyarakat dalam bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. 3. Aspek material Yaitu ilmu-ilmu yang mengkaji berbagai materi yang bertebaran di seluruh jagat raya ini, baik di udara, darat, maupun di dalam bumi seperti fisika, kima, biologi, astronomi, dsb. Pengertian Islam tentang ilmu tidak terbatas pada aspek terakhir yang menganggap materi sebagai obyek seperti yang dipahami oleh dunia barat pada ummnya sekarang. Selain itu Islam menganggap aspek material akan melahirkan keimanan bagi yang mendalaminya [3:190-191] Keutamaan Ilmu dan Orang-orang yang Berilmu AL- Quran adalah kitab yang terbesar yang mengangkat derajat ulul ilmi dan orang-orang yang berilmu, memuji kedudukan orang-orang yang diberi ilmu. Sebagaimana Alloh menjelaskan bahwa Ia menurunkan kitabNya dan merinci ayat-ayatNya bagi orang-orang yang mengetahui. Dalam QS 3:18 Allah memulai pernyataan dari diriNya, memuji para MalaikatNya dan orang yang diberi ilmu. Allah meminta kesaksian mereka atas permasalahan kehidupan yang paling besar, yaitu masalah keesaan. Allah Swt dalam Al-Quran menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang berilmu:

39:9 Peniadaan persamaan antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. 35:19-22 Kebodohan sejajar dengan buta, ilmu sejajar dengan melihat, hingga bodoh adalah kematian dan ilmu adalah kahidupan. 35:28 Ulama (orang yang mengetahui tentang kebesaran dan kekuasaa Allah) kian berilmu kian takut kepada Allah. Pengaruh ilmu terhadap Iman dan Tingkah Laku 1. Ilmu memberi petunjuk kepada iman Ilmu dan iman berjalan beriringan dalam Islam [30-36; 58:11], bahkan Al-quran menyertakan iman kepada ilmu seseorang mengetahui lalu beriman. Dengan kata lain tidak ada iman sebelum ada ilmu (22:54; 34:6) 2. Ilmu adalah penuntun amal Ilmulah yang menuntun, menunjuki, dan membimbing seseorang kepada amal [47:19]. Ayat ini dimulai ilmu tentang tauhid lalu disusul dengan permohonan ampun yang merupakan amal. Ilmu juga merupakan timbangan/penentu daldam penerimaan atau penolakan amal. Amal yang sesuai dengan ilmu adalah amal yang diterima, sedangkan amal yang bertentangan dengan ilmu adalah amal yang tertolak [5:27). Maksud ayat ini adalah Allah hanya menerima amal seseorang yang bertakwa kepadaNya. Jadi amal tersebut harus dilakukan karena keridhoanNya dan sesuai dengan perintaNya. Hal ini hanya bisa dicapai dengan ilmu. Untuk dapat berakhlak baikpun salah satunya harus dicapai dengan ilmu. Imam Ghazali berkata: "Muqadimah agama dan berahlak dengan akhlak para nabi tercapai jika diramu dengan 3 dimensi yang tersusun rapi, yaitu: ilmu, perilaku dan amal" (ilmu mewariskan perilaku, perilaku mendorong amal). 3. Kelebihan ilmu dari ibadah Dalam hadits Huzaifah dan Sa'ad, Rosulullah SAW bersabda : kelebihan ilmu lebih kusukai dari pada kelebihan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah al-wara. Ilmu dilebihkan atas ibadah sebab manfaat ilmu tidak terbatas pada pemiliknya melainkan juga untuk orang lain. Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam al-Miftah menyebutkan diantara Ilmu menunjukkan kepada pemiliknya amal-amal yang utama di sisi Allah Perintah Mencari Ilmu Allah menciptakan manusia dalam keadaan vukum duri ilmu. Lalu Ia memberinya perongkat ilmu guna menggali ilmu dan belajar [16:781. Banyak hadits-hadits yang menerangkan keutamaan menuntut ilmu: Siapa yang berjalan di jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga (HR Muslim). Termasuk ui dalamnya menghapal, menelaah, mengkaji, berjalan menuju majlis ilmu dan mendatangi ahli ilmu. Dalam hadits lain: Sesungguhnya para malaikat meruhdukkan sayap-sayapnya kepada orang yang mecari ilmu kareaa ridha terhadap apa yang diperbuatnya. Beberapa adab penting dalam mencari ilmu (hikmah kisah nabi Musa as dalam menuntut ilmu kepada Nabi Khidir dalam surat Al- Kahfi) a) Semangat dalam mencari ilmu walaupun harus menghadapi kesulitan dan tantangan. b) Bersikap baik terhadapr guru, memuliakan dan menghoramtinya [18:66]. c) Sabar terhadap guru [18:67-70]. d) Tidak pernah kenyang mencari ilmu [20:114]. e) Diniatkan karena Allah. Artinya harus dianggap sebagai ibadah dan jihad fisabulillah. Janganlah kalian mempelajari ilmu agar kalian bisa saling membanggakan di kalangan orang berilmu sedang kalian tidak memperdulikan orang-orang yang bodoh dan tidak membagus-baguskan majelis ilmu itu. Barang siapa berbuat demikian, maka nerakalah baginya. Hak-hak ilmu atas Pemiliknya 1. Mengerti dan memahami 2. Beramal berdasarknn ilmu yang dimiliki 3. Mengajarkan ilmu dan menyebarkannya kepada orang lain 4. Wajib menjelaskan dan haram untuk menutup-nutupinya 5. Berhenti sebatas kadar ilmu yang dimiliki

REFERENSI Abullaits As-Samarqandi, Tanbihul Ghofilin Al-Ghazali, et.al, Pembersih Jiwa, Penerbit Pustaka. Al-Ghazali, Kepada Murid-muridku, HI Press. Syaikh Az-Zarnuzy, Talimul Mutaalim. Dr. Yusuf Qardhawi, Menghidupkan Nuansa Rabbaniah dan Ilmiah Pustaka Al-Kautsar. Dr. Yusuf Qardhawi, Rosulullah dan Ilmu Eksperimen, Penerbit Firdaus. Waqfah, Edisi 7 / Vol I, 1996, hal 6-10

KEWAJIBAN BERDAKWAH

Tujuan 1. Peserta menyadari kondisi sekolah mereka dalam sudut pandang dakwah 2. Peserta memahami peran mereka untuk Islam dan negara 3. Peserta tergerak untuk berbuat lebih banyak kebajikan Metode Pendekatan Ceramah dan Diskusi

Sejarah Kepahlawanan Islam Jika para pahlawan adalah anak jaman mereka, maka tentulah mereka membutuhkan potonganpotongan zaman yang merangsang munculnya kepahlawanan mereka. Ada banyak orang baik yang lahir dan mati tanpa pernah menjadi pahlawan; karena ia lahir pada zaman yang lesu. Begitulah awalnya kesaksian kita; ada banyak potongan zaman yang kosong dari para pahlawan. Zaman kevakuman, zaman tanpa pahlawan. Pada potongan zaman seperti itu mungkin ada orang yang berusaha menjadi pahlawanl tapi usaha itu seperti sebuah teriakan di tengah gurun; gemuruh sejenak, lalu lenyap ditelan sunyi gurun. Itulah yang terjadi pada saat sebuah peradaban sedang terjun bebas menuju kehancuran atau keruntuhannya. Ambillah contoh setting sejarah Islam. Setelah berakhirnya kekuasaan Daulah Muwahhidin di kawasan Afrika Utara pada penghujung millennium hijriyah pertama, sulit sekali menemukan nama besar dalam sejarah Islam. Siapakah pahlawan yang kita kenal dari generasi abad kesebelas dan keduabelas? Saat itu bertepatan dengan abad kedelapanbelas dan kesembilanbelas hiriyah. Saat itulah penjajahan Eropa atas dunia Islam terjadi. Para pahlawan Islam baru bermunculan kembali setelah abad ketigabelas hiriyah. Generasi pahlawan yang muncul pada abad ini adalah pahlawan pembaharu Islam. Ada nama Muhammad bin Abdul Wahhab di jazirah Arab. Ada nama Muhammad Abduh, Hasan al-Banna, dan Sayyid Quthub di Mesir. Ada Alkandahlawi di India. Begitulah mata rantai kepahlawanan pembaharu dimulai; kelesuan zaman mandul telah sampai pada titik nadirnya; kesabaran orang-orang terjajah telah habis, kelemahan orang-orang tertindas telah menjelma jadi kekebalan. Mereka terbangun dari gelap, bergerak dalam ketidakjelasan. Akan tetapi mereka telah bergerak. Ruh kehidupan umat telah kembali. Sejarah kepahlawanan manusia, dengan demikian, sebenarnya merupakan bagian dari sejarah peradabannya. Ini menjelaskan mengapa lebih banyak pahlawan yang lahir dari peradaban-peradaban besar dan relatif tua. Masyarakat primitif misalnya, biasanya memiliki nasib yang sama dengan masyarakat dari sebuah perdaban yang baru saja mengakhiri kejayaannya. Kenyataan inilah yang menjelaskan hubungan timbal balik antara pahlawan dan lingkungannya, tetapi pra pahlawan itu tetap saja meruapakan anak-anak yang lahir dari rahim peradaban. Pahlawan menjadi simbol kekuatan sebuah peradaban, tetapi peradaban member ruang yang luas bagi munculnya para pahlawan itu. Begitu juga sebaliknya. Hilangnya para pahlawan adalah isyarat matinya sebuah peradaban, tetapi runtuhnya sebuah peradaban adalah isyarat hilangnya ruang gerak bagi para pahlawan.

Hubungan antara pahlawan dan lingkungannya, antara tokoh dan peradabannya adalah hubungan yang saling menghidupkan dan saling mematikan. Hubungan saling menghidupkan dan saling mematikan antara pahlawan dan lingkungannya akan melahirkan kenyataan ini: dalam setiap sejarah peradaban, sebagian besar muncul pada dua potongan masa, satu pada masa kebangkitan, dan satu lagi pada masa kejayaan. Setelah itu, datanglah masa keruntuhan: zaman kevakuman, zaman tanpa pahlawan. Sejarah Kepahlawanan: Pahlawan Kebangkitan Apakah yang terjadi pada zaman kebangkitan? Apa pula yang terjadi pada jaman kejayaan? Marilah terlebih dahulu kita memeriksa kenyataan sosial masyarakat manusia pada masa kebangkitannya. Kekuatan utama yang menggerakkan suatu komunitas pada masa kebangkitan adalah kecemasan. Inilah mata air yang memberikan mereka energi untuk bergerak dan bergerak, melangkah tertatihtatih sembari bangun dan jatuh, meraba dalam ketidakpastian. Namun, mereka bergerak. Mereka semua dirundung kecemasan; karena jarak yang terbentang jauh antara harapan dan kenyataan. Mereka merasakan jarak yang terbentang jauh itu, maka mereka menjadi cemas, dan kecemasan itulah yang menggerakkan mereka. bolej jadi, sebuah bangsa terjajah dan menderita, tetapi mereka tidak merasakannya, maka merekatidak cemas, maka mereka tidak bergerak. Kenyataan inilah yang kita temukan pada masa penjajahan dulu. Bangsa Indonesia dijajah selama 350 tahun. Waktu yang terlalu lama; kesabaran yang sungguh-sungguh luar biasa; sebab penjajahan tidak selalu dirasakan sebagai penderitaan. Selama masa-masa yang pahit itu, ada banyak generasi yang merasa tidak sedang menghadapi masalah tertentu, yang merasa bahwa hidupnya baik-baik saja. Meeka mungkin orang-orang shaleh, bekerja, dan berkeluarga, tetapi hidup di bawah kekuasaan penjajah, namun tidak mersakannya sebagai sebuah masalah. Itulah masalahnya. Senjang antara penderitaan dan perasaan tentang penderitaan itu, sebagian orang merasakannya, tetapi yang lain tidak merasakannya. Yang merasakannya akan didera kecemasan, yang tidak merasakannya akan bersikap dingin terhadapa penderitaan itu. Yang merasakannya biasanya akan bergerak, biasanya juga akan menjadi pahlawan. Yang tidak merasakannya biasanya orang-orang awam, atau kolaborator penjajah, biasanya tidak akan bergerak, sampai arus besar perlawanan datang menghanyutkan mereka. Begitu kita menyaksikan Cokroaminoto, Agus Salim, dan para pejuang kemerdekaan bergerak melakukan perlawanan; mereka merasakan kesenjangan itu, mereka cemas, maka mereka menjadi pahlawan. Itulah yang terjadi di seluruh dunia Islam dan Dunia Ketiga selama abad 20 lalu; munculnya para pahlawan kebangkitan, yang menemukan gairah perlawanan dari kecemasan. Sebab, itulah potongan zaman mereka, itu pula permintaan zaman mereka, dan itu pula kehendak zaman mereka. Karena itulah, ada nama Abdul Hamid bin Badis di Aljazair, Hasan al Banna di Mesir, Izzudin alQassam di Palestina, dan demikian seterusnya. Sejarah Kepahlawanan: Pahlawan Kejayaan Jika kecemasan merupakan kekuatan utama yang menggerakkan para pahlawan kebangkitan, maka kekuatan apakah yang paling agresif menggerakkan para pahlawan di zaman kejayaan? Jawabannya adalah obsesi kesempurnaan. Penjelasannya seperti ini: pada zaman kejayaan suatu peradaban, kondisi kehidupan masyarakat sudah relatif stabil; ada pemerintahan yang kuat, ada pertahanan dan keamanan yang stabil, ada kemakmuran yang merata secara relatif, ada tingkat kesehatan dan pendidikan yang baik, dan seterusnya. Masyarakat tidak lagi berpikir pada lingkaran kebutuhan

pokok dan logistik dasarnya. Karena itu, ada ketenangan, dan dalam ketenangan itu muncul kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan intelektual dan spiritual. Selain dilatari oleh sistem pemenuhan kebutuhan manusia secara bertahap, pengembangan intelektual juga merupakan kesinambungan yang niscaya dari mata rantai perkembangan sebuah peradaban. Lihatlah sejarah Islam misalnya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat terjadi pada abad kedua, ketiga, dan keempat. Pada abad pertama energi kaum muslim tercurah untuk kebangkitan awal. Ini juga yang terjadi di Eropa; masa kebangkitan peradaban dari masa keterpurukan di abad pertengahan terjadi setelah Perang Salib pada abad ketigabelas hingga abad ketujuhbelas. Setelah itu, peradaban Eropa mengalami masa kejayaan pada abad kedelapanbelas hingga abad keduapuluh. Cerita abad dua puluh satu mungkin akan sangat berbeda. Perkembangan ilmu pengetahuan paling pesat terjadi pada tiga abad terakhir ini. Ketenangan memungkinkan orang menekuni detil-detil, sementara pengembaraan intelektual dan spiritual selalu mendorong orang pada kesempurnaan. Ini menjelaskan tipikal kepahlawanan zaman kejayaan; biasanya terjadi paling banyak pada bidang pemikiran, kebudayaan, seni, dan ilmu pengetahuan, dan pembangunan fisik, serta berorientasi pada spesialisasi yang rumit dan detil, sebagai symbol kesempurnaan. Kepahlawanan zaman kejayaan didominasi oleh semangat perfeksionalisme dan inovasi. Kepahlawanan dibedakan pada ketekunan dan kreativitas; seperti ketekunan Imam Bukhari dan kawan-kawannya meneliti sanad dan matan hadits, atau kreativitas Imam SyafiI saat beliau merumuskan kaidah-kaidah ushul fiqh, atau temuan Ibnu Sina dan Ibnu Rusydi dalam bidang kedokteran, atau kedalaman Ibnul Qayyim, Imam Ghazali di bidang akhlak, atau Al Jahiz di bidang sastra, dan seterusnya. Adapun pembangunan fisik dalam kaitan ini terjadi sebagai bagian dari cara mengekspresikan temuan-temuan itu secara fisik; bahwa kemajuan pemikiran, bahasa, budaya, seni, dan ilmu pengetahuan dengan sendirinya meningkatkan citarasa keindahan, dan itu terekspresi salah satunya dalam pembangunan fisik. Inilah penjelasan untuk Istana Al-Hamra di Spanyol, atau Istana Khilafah Abbasiyah di Baghdad. Begitulah obsesi kesempurnaan melahirkan ilmu dan meninggikan cita rasa keindahan, dan itulah karya pahlawan zaman kejayaan. Sejarah Kepahlawanan: Di Antara Reruntuhan Seperti pada malam-malam yang gelap, biasanya masih selalu tersisa satu dua bintang di langit. Begitulah para pahlawan dalam sejarah peradabannya. Bahkan, ketika sebuah peradaban mulai mendekati senja, menggelinding dari puncak kejayaannya menuju keruntuhannya, masih ada satu dua pahlawan yang tersisa di antara reruntuhan itu. Para pahlawan yang berdiri tegak di antara reruntuhan peradabannya, yang menyala terang di tengah kegelapan sejarahnya, memang tidak akan pernah mampu menghentikan laju keruntuhan peradabannya, persis seperti sebuah bintang yang tidak akan mampu menerangi langit seluruhnya. Akan tetapi, mereka adalah saksi-saksi sejarah, saksi-saksi Tuhan atas manusia; bahwa ketika umat manusia sedang memasung dirinya sendiri, lantaran dominasi syahwatnya yang biasanya menjadi sebab keruntuhannya, masih ada yang berusaha mengingatkan mereka, masih ada yang berusaha mencegah reruntuhan itu. Ambillah contoh sejarah Islam. Shalahuddin Al Ayyubi memang berhasil mengusir Kaum Salib dari dunia Islam pada abad ketujuh hijrah. Akan tetapi, ia tidak berhasil mencegah perjalanan sejarah Dunia Islam menuju keruntuhannya setelah itu. Dalam perjalanan menuju keruntuhan itu, masih

muncul satu dua pahlawan. Ada Ibnu Hajar al-Asqalani pada abad kedelapan hijrah yang menulis 13 jilid buku, Fathul Bari, untuk menjelaskan Shahih Bukhari yan ditulis lima abad sebelumnya. Lebih dari itu, ada Muhammad al Fatih Murad yang membebaskan Konstantinopel tahun 1453 M dan memulai babak baru penyebaran Islam ke kawasan Eropa Timur. Bahkan, ada Daulatul Murobithin dan Daulatul Muwahhidin di kawasan Afrika Utara pada akhir millennium pertama hijrah. Namun, semua itu muncul seperti sisa-sisa nafas peradaban; kita tidak sedang berbalik naik ke puncak, kita hanya tersangkut oleh pohon-pohon besar saat kita menggelinding dari puncak kejayaan, atau tersangkut kayu-kayu besar saat kita terseret arus dari sebuah banjir besar. Banjir itu tetap melumat semuanya, walaupun ada satu dua yang selamat. Para pahlawan itu muncul dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Jumlah mereka jauh lebih sedikit dibanding jumlah pahlawan pada masa kebangkitan dan ejayaan. Peran sejarah mereka juga lebih rumit dan spesifik. Bagi peradabannya, mereka hanya berperan mengurangi laju gelinding bola salju keruntuhan, memberi bantuan pernafasan untuk peradabannya yang sedang sekarat. Akan tetapi, keruntuhan itu sendiri tetap saja niscaya. Itu takdir sejarah yang telah ditetapkan sebagai hokum kehidupan, Dan itulah hari-hari yang Kami pergilirkan di antara manusia. Ya, hari-hari kemenangan dan kekalahan, hari-hari kejayaan dan keruntuhan. Di semua hari itu, selalu ada pahlawan. Pertanyaannya kemudian adalah: di mana zaman apa kita berada dan apa peran kita? Rebut Takdir Kepahlawanan Itu Kerisauan kita semua pada masa ini ialah bahwa ketika krisis keteladanan melanda, kita justru mengalami kelangkaan pahlawan. Memang itu sama kita rasakan. Lebih risau lagi jika selanjutnya diperkirakan bahwa dengan demikian telah tampak isyarat kematian sebuah zaman keteladanan. Tapi jangan, janganlah kiranya malapetaka itu terjadi. Krisis adalah takdir sebuah masa. Di mana pun tempatnya. Ia tak perlu disesali. Apalagi dikutuk. Kita manusia hanya perlu meyakini sebuah kaidah, bahwa masalah kita bukan pada krisis itu melainkan pada kelangkaan pahlawan saat krisis itu terjadi. Itu tanda kelangsungan atau kehancuran sebuh periode zaman. Sejarah telah mengajarkan kita sebuah kaidah bahwa sebuah misi besar haruslah diemban oleh manusia yang besar; bahwa sebuah beban yang amat berat haruslah dipikul oleh laki-laki yang kuat; bahwa sebuah pedang yang tajam hanyalah akan berguna jika ia berada dalam genggaman tangan seorang pahlawan pemberani; bahwa sebuah peradaban keteladanan hanya dapat dibangun di atas altar sejarah oleh manusia-manusia teladan. Kisah-kisah indah Rasul beserta risalahnya telah mengajarkan hal ini. Sebuah cita-cita yang luhur membutuhkan manusia yang sama luhurnya dengan cita-cita itu. Sebuah cita-cita yang besar membutuhkan manusia-manusia yang sama besarnya dengan cita-cita itu. Sebuah sistem yang baik hanya akan memperlihakan keindahannya jika diterapkan oleh manusia yang sama baiknya dengan sistem itu. Maka, ketika Islam diturunkan, ia telah melahirkan sebuah fenomena indah: kebenaran risalahnya dan kekuatan pesona rasulnya. Itulah rahasia yang dengan baik dipahami oleh Rasulullah saw. Ia mengetahui bahwa Islam hanya bis menjadi realitas kehidupan dan menjadi abadi dalam sejarah apabila ia mempunyai pendukungpendukung yang kuat sepanjang masa. Inilah yang terjadi di Arab, yang mengalami krisis luar biasa, krisis kejahiliyahan terbesar yang pernah ada di muka bumi. Maka, para penggembala kambing yang menghuni Jazirah Arab yang tandus, tiba-tiba hadir ke permukaan sejarah dengan segudang pahlawan-pahlawan besar. Islam pun terwariskan dari masa ke masa.

Kini, setelah lima belas abad kemudian, Islam menjadi fenomena sejarah sebagai sebuah peradaban terbesar yang pernah dan masih ada hingga saat ini. Islam tersebar di seluruh pelosok dunia, dengan jumlah penduduk sekitar 1,6 milyar manusia. Begitulah kejadiannya, jumlah pahlawan yang ditinggalkan nabi memang sedikit tapi mereka semua membawa semangat dan kesadaran sebagai pembangun peradaban dan membawa semangat dan kesabaran sebagai pembangun peradaban dan pembawa talenta sebagai arsitek peradaban. Kesadaran itu terbentuk sejak dini dalam benak mereka. Sejak awal mereka menyadari bahwa AlQuran bukanlah sebuah buku filsafat kehidupan yang kering dan rumit atau pikiran-pikiran indah yang tersimpan dalam menara gading dan tak punya alas dalam realitas kehidupan. Al-Quran adalah petunjuk bagi manusia tentang bagaimana seharusnya kita mengelola kehidupan di bumi ini. Bumi adalah ruang di mana manusia menurunkan kehendak Allah menjadi satuan satuan realitas kehidupan. Para pahlawan itu bergerak lincah dalam wilayah yang nyata: bumi. Proses kreativitas mereka tumpah ruah di sini. Kerja pemikiran mereka terpola dalam dua kerangka: bumi adalah landskapnya, dan wahyu diumpamakan sebuah master plan. Sayangnya, kini hal tersebut justru jadi masalah kita, kaum muslim di bumi Teladan khususnya. Agama besar ini tidak lagi diemban oleh manusia-manusia besar; akal-akal raksasa tidak lagi hadir di tengah kita. Padahal, saat ini kita sedang menghadapi sebuah krisis. Krisis yang membutuhkan akalakal kreativitas pada diri seorang muslim. Akal-akal yang memahami zaman dan memberi sesuatu yang baru bagi zaman krisis keteladanan yang ada. Akal-akal yang ada sekarang, bukan hanya nampak tidak berdaya memahami zamannya, tapi bahkan tidak sanggup memahami dirinya sendiri, tidak sanggup memahami sumber ajarannya sendiri, tidak sanggup memahami warisan peradabannya sendiri. Akal-akal muslim sekarang tampak mengalami kelumpuhan. Apakah yang membuatnya lumpuh? Ini bagian yang paling krusial dari keseluruhan problematika kita yang terkait dengan masalah kepahlawanan. Lumpuhnya akal-akal muslim telah menyebabkan kita mengalami kekeringan mata air peradaban. Kekeringan inilah yang kita warisi dan belum sanggup kita selesaikan, sehingga seakan-akan kita bukan hanya sebagai korban, tapi sebagai generasi penghancur. Masa depan di tangan Islam, ramalan itulah yang selalu memunculkan harapan. Harapan, yang kata Rasulullah SAW adalah rahmat Allah pada umatku. Kalau bukan karena harapan, niscaya takkan ada orang yang mau menanam pohon dan takkan ada ibu yang mau menyusui anaknya. Tapi, tentu saja kita harus menyadari sebuah realita. Sebuah realita yang terbentang antara peluang membuat zaman keteladanan dan kemampuan kita merebut pelung tersebut masih jauh. Jarak itulah yang menjadi masalah kita. Mungkin apa yang dinamakan siklus 10 tahunan akan terjadi di sekolah ini. Tapi siapa yang bisa menjaminnya? Oleh karena itu tugas kita saat ini adalah mendekatkan jarak itu; jarak antara Islam dan pahlawan, jarak antara peluang dengan kemampuan untuk merebutnya. Karena kejayaan bukanlah kado yang dihadiahkan, melainkan layaknya piala yang harus direbut. Manusia muslim yang ada inilah yang harus kita rekonstruksi ulang agar ia terbentuk sedemikian rupa: Menjelma menjadi manusia teladan. Bagaimanapun, kita dapat meramalkan Islam dapat dengan mudah memenangkan pertarungan dalam hal pemikiran, meskipun perang yang sesungguhnya justru terletak di antara kenyataan. Itu adalah medan manusia. Oleh karena itu, keindahan dan kebenaran Islam layaknya sebuah pedang. Yang di bumi teladan ini pedang itu sangat tajam dan telah terhunus, dan sedang menanti tangan perkasa dari sang pahlawan. Bumi Teladan sedang mengalami krisis dan kita hanya membutuhkan satu hal: motivasi. Sebab, kita sendiri, pada dasarnya, mengetahui jalan keluar yang harus kita cari. Sebuah kehidupan berhiaskan

mahkota keteladanan masih mungkin dibangun di sekolah ini. Tidak peduli seberapa berat krisis yang menimpa kita saat ini. Masih mungkin. Dengan satu kata: pahlawan. Tapi jangan menanti kedatangannya atau menggodanya untuk hadir. Sekali lagi jangan pernah menunggu!! Mereka tidak akan pernah datang. Mereka bahkan sudah ada di sini. Di Bumi Teladan ini. Mereka menjadi besar di sekolah ini. mereka adalah aku, kau, dan kita semua. mereka bukan orang lain. mereka hanya perlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka. Dan kita akan menyaksikan peradaban baru: Teladan Darussalam. REFERENSI 1. Dari Gerakan ke Negara, Anis Matta 2. Mencari Pahlawan Indonesia, Anis Matta

Anda mungkin juga menyukai