Anda di halaman 1dari 20

APENDISITIS PADA ANAK

KULIAH PAKAR KBK Prof. dr. Sarah M. Warouw, SpA (K)


Fakultas Kedokteran Universitas Samratulangi Manado

Sejarah

Penyakit apendisitis ditemukan sejak tahun 1827 Istilah apendisitis digunakan tahun 1886 Apendektomi pertama kali tahun 1735 Apendektomi pertama di USA pada apendisitis perforasi

tahun 1887

McBurney melakukan apendektomi sebelum apendisitis terjadi ruptur pada tahun 1889 disebut McBurneys Point

Embriologi dan Anatomi

Terbentuk pada minggu ke-8 kehamilan

Variasi letak:

Intraperitoneal, dalam pelvis

Belakang sekum, Retroperitoneal

Selalu pada sambungan taenia coli

Fungsinya belum diketahui pasti

Letak Apendiks

Apendisitis

Paling sering disebabkan oleh obstruksi lumen: Fekal Benda asing Parasit Hiperplasia limfoid

Patofisiologi

Obstruksi lumen menyebabkan:


Produksi mukus Proliferasi bakteri Peningkatan tekanan intraluminal Gangguan drainase limfatik dan vena Gangguan aliran arterial Iskemik jaringan Nekrosis Perforasi

Gambaran Apendisitis Perforasi

Insidens

Rasio laki-laki dan perempuan 2 : 1 Umur rata-rata pada anak-anak 6-10 tahun Jarang pada neonatus Anak-anak muda memiliki rata-rata kejadian perforasi lebih tinggi (50-85%)

Gejala Klinis
Anoreksia,

nyeri periumbilical yang samar Nyeri berpindah dari kuadran kanan bawah Nausea, rasa muntah Demam sumer-sumer Ruptur apendiks umumnya setelah 24-48 jam gejala awal

Pemeriksaan Fisik
Tenderness

near McBurney's point

Retrocecal appendix or obese children, and some ethnic groups may have less tenderness Psoas sign Obturator sign Rovsing's sign

Digital

rectal exam useless in evaluation of appendicitis in children

Mass

in RLQ may be missed if guarding

Pemeriksaan Fisik
Tanda
McBurney sign Deskripsi Nyeri pada kuadran kanan bawah (spontan atau saat palpasi tanda terpenting)

Psoas sign
Obturator sign Rovsing sign Dunphys sign Hip flexion Tanda peritoneal lain

Nyeri saat hiperekstensi paha kanan


Nyeri saat rotasi paha kanan Nyeri pada kuadran kanan bawah saat palpasi pada kuadran kiri bawah Nyeri pada kuadran kanan bawah saat batuk Pasien merasa nyaman dengan mempertahankan posisi fleksi pinggul dengan menarik lutut Rebound tenderness, hiperestesi pada kulit kuadaran kanan bawah

Pemeriksaan Rektal

Pemeriksaan Laboratorik

Leukosit meningkat ringan (11.00016.000/mm3) bila meningkat tinggi curiga bahaya perforasi

Urinalisis

normal tanpa pertumbuhan bakteri, sering terdapat konsentrasi keton


Elektrolit normal

Pemeriksaan Penunjang Lain

X-foto

polos abdomen

USG Abdomen

CT-Scan Abdomen

Diagnosis Banding
Gastrointestinal Abdominal pain, cause unknown Cholecystitis Crohn's disease Diverticulitis Duodenal ulcer Gastroenteritis Intestinal obstruction Intussusception Meckel's diverticulitis Mesenteric lymphadenitis Necrotizing enterocolitis Neoplasm (carcinoid, carcinoma, lymphoma) Omental torsion Pancreatitis Perforated viscus Volvulus Gynecologic Ectopic pregnancy Endometriosis Ovarian torsion Pelvic inflammatory disease Ruptured ovarian cyst (follicular, corpus luteum) Tubo-ovarian abscess Systemic Diabetic ketoacidosis Porphyria Sickle cell disease Henoch-Schnlein purpura Pulmonary Pleuritis Pneumonia (basilar) Pulmonary infarction Genitourinary Kidney stone Prostatitis Pyelonephritis Testicular torsion Urinary tract infection Wilms' tumor Other Parasitic infection Psoas abscess Rectus sheath hematoma

Terapi
Cairan Intravena Antibiotik Apendektomi Terapi non-operatif dilakukan pada penderita apendisitis perforasi

Terapi
Interval Apendektomi

Untuk apendisitis perforasi, beraktivitas 6 bulan setelah terapi non-operatif Resiko apendisitis rekuren sekitar 15%

Terapi
Protokol

Montreal

Apendisitis tanpa komplikasi :

Preoperative : antibiotik

Apendisitis dgn komplikasi (perforasi atau gangren) :

Antibiotik IV minimal 48 jam Antibiotik terus dilanjutkan selama suhu tubuh lebih dari 37.5C Bila tanpa demam > 24 jam, cek lekosit : Jika WBC>10, pulang dengan antibiotik Jika WBC<10, pulang tanpa antibiotik

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai