Anda di halaman 1dari 10

Kasus Medical Error

Kelompok 2.1 :
Andreas Jonathan (41100043)
Cornelio T.A.(41100045)
Sostenis Virginia T.T(41100047)
Jessica Febilian (41100048)
Imma Gabriela (14400050)
1

Kasus
Peningkatan dugaan kasus malpraktek medik dan
kelalaian medik di Indonesia, terutama berkenaan
dengan kesalahan diagnosis dokter yang berdampak
buruk terhadap pasiennya. Salah satu dugaan
malpraktek yang menonjol adalah kasus yang menimpa
Augustianne Sinta Dame Marbun.
Augustianne divonis oleh seorang dokter spesialis
kandungan harus menjalani pengangkatan rahim.
Sebelum dilakukan operasi, ia harus meminum
antibiotik dosis tinggi tiga kali sehari selama tujuh hari.
Setalah meminum antibiotik tersebut, kondisi Anne
justru semakin buruk. Karena cemas dengan kondisi
istrinya, Hotman Paris membawanya ke rumah sakit
untuk memperoleh second opinion.
2

disitu baru terungkap bahwa antibiotik yang


diminumnya ternyata membawa kesrusakan pada
ginjalnya. Dosis yang diberikan kepada Anne
dinilai terlalu tinggi. Akhirnya dia dibawa ke
Singapura untuk menjalani pengobatan. Nyatanya
setelah menjalani pemeriksaan di salah satu
rumah sakit terkemuka di sana, Anne tak perlu
menjalani operasi pengangkatan rahim. Cukup
dengan pengobatan sinar laser selama 10 menit.
Kasus di atas tentunya sangat mengejutkan
masyarakat awam. Keterkejutan tersebut semakin
bertambah apabila memang benar telah terjadi
kesalahan diagnosis. Tergolong malpraktek medik
atau kelalaian medik kah dokter yang melakukan
kesalahan diagnosis tersebut? Menurut Dr. Marius
Widjajarta, Ketua YPKKI, bila standarnya, salah
diagnosis bisa diduga malprakterk. Sebab daru

Pemahaman malpraktek pun belum seragam. Sehingga


kerap pasien menuding terjadi malpraktek, sedangkan
dokter membantahnya. Sementara Prof. Dr. Farid Ansafa
Moeloek, Ketua IDI berpendapat bahwa, batasa tenaga
medis melakukan malpraktek adalah jika tindakan
tenaga medis tersebut melanggar SOP. Masalahnya,
setiap rumah sakit memiliki SOP yang berbeda,
tergantung fasilitas yang dimiliki rumah sakit.
Sumber
m.hukumonline.com/berita/baca/hol10135/kesalahandiagnosis-dokter-tergolong-malpraktek-atau-kelalaianmedikkah

Pembahasan
Di dalam kasus ini terjadi kesalahan

diagnosis yang mungkin disebabkan oleh


berbagai hal. Adapun kesalahan diagnosis
itu juga menimbulkan kesalahan terapi.
Berdasarkan artikel To Err is Human
(1999), diungkapkan bahwa medical error
atau kesalahan medis meliputi beberapa
hal salah satunya adalah kesalahan dan
keterlambatan dalam proses diagnosis.

Penyebab/Faktor
1. Kurangnya Px penunjang, anamnesis, Px

fisik Riwayat penyakit utama.


2. Kurangnya edukasi pada pasien (kontrol,
terapi obat yang diberikan, efek samping
obat)
3. Kecenderungan dokter untuk memakai
antibiotik dosis tinggi.

4. Riwayat penyakit lain yang belum digali

(anamnesis dan pemeriksaan belum


komprehensif)
5. Pasien tidak kembali ke dokter yang sama
untuk melakukan kontrol.
6. Pengetahuan masyarakat mengenai
malpraktek dan medical error tidak seragam,
sehingga menimbulkan perbedaan persepsi.

Pencegahan
1. Anamnesis dilakukan secara komprehensif

meliputi riwayat penyakit utama, riwayat


penyakit dahulu, riwayat penyakit lain, dan
riwayat penyakit keluarga.
2. Pemeriksaan baik pemeriksaan fisik maupun
pemeriksaan penunjang dilakukan secara
lengkap sebelum membuat diagnosis kerja
dan menentukan tindakan terapeutik.
3. Dokter memberikan edukasi pada pasien
(kontrol, terapi obat yang diberikan, efek
samping obat).
8

4. Memberikan terapi sesuai indikasi yang tepat.


5. Meningkatkan kemampuan dalam proses

komunikasi efektif dokter pasien.


6. Mengedukasi pasien untuk datang kembali
terkait dengan tindakan terapeutik yang
dilakukan
7. Memberkan informasi sejelas-jelasnya kepada
pasien mengenai terapi yang diberikan, efek
samping obat yang mungkin terjadi, termasuk
alergi terhadap pengobatan.

Solusi
Pada kasus tersebut dokter diharapkan untuk
tidak tergesa-gesa dalam melakukan
diagnosa, jika ragu dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang lebih lanjut dan
dikomunikasikan dengan teman sejawat.
Jika dokter sudah mengetahui bahwa kasus
tersebut bukan kompetensinya sebaiknya
di rujuk ke sejawat yang lebih kompeten
(sub spesialis).

10

Anda mungkin juga menyukai